Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Vitamin C mungkin merupakan vitamin yang paling banyak dikonsumsi di kalangan


masyarakat umum jika dibandingkan dengan varietas vitamin lainnya. Meskipun vitamin lain
sama pentingnya, banyak orang percaya bahwa vitamin C jauh lebih efektif daripada vitamin
lain, dan kepercayaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan daya tahan tubuh dan sebagai
antioksidan, telah ditunjukkan dalam sejumlah penelitian yang sangat menjanjikan untuk
dapat mencegah kanker dan penyakit degeneratif lain yang lebih serius, di antara penyakit
lain yang lebih serius. Hal ini mungkin mendorong kesadaran masyarakat tentang pentingnya
mengkonsumsi vitamin C, bersama dengan promosi yang tak terelakkan dari produsen. Selain
itu, terkait dengan tingginya kesadaran self-medication dan kemudahan mendapatkan
informasi saat ini, salah satu manfaat utama vitamin C dalam dosis tinggi (1000 mg/hari)
adalah untuk mencegah flu karena kemampuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Vitamin C banyak ditemukan dalam buah-buahan. Jumlah vitamin C alami yang ditemukan
dalam buah bervariasi tergantung pada jenis buah tersebut.
Asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air, bergabung dengan asam lemak
untuk membuat sistem pengantar vitamin C yang larut di dalam lemak (Perricone,
2007:117 ). Tubuh sangat membutuhkan senyawa kompleks vitamin untuk membantu proses
metabolisme. Tubuh membutuhkan vitamin C untuk berperan dalam pembentukan kolagen
interseluler (1). Vitamin C, juga dikenal sebagai asam askorbat, adalah turunan heksosa yang
larut dalam air dan mudah teroksidasi. Panas, sinar, alkali, enzim, dan katalis besi dan
tembaga mempercepat proses. Asam askorbat juga memiliki gugus kromofor yang sensitif
terhadap rangsangan cahaya. Dodol, nanas, dan cabai adalah beberapa tanaman yang
mengandung vitamin C.
Vitamin C, yang larut dalam air, bertanggung jawab atas perbaikan jaringan dan
proses metabolisme tubuh melalui reaksi oksidasi dan reduksi. Kekurangan vitamin C
menyebabkan gejala penyakit seperti sariawan, nyeri otot, berat badan berkurang, dan lesu.
Gumi dan kulit mudah berdarah, sendi sakit, dan luka membutuhkan waktu yang lama untuk
sembuh ( Andalia,2021 ). Kebutuhan vitamin C seseorang tergantung dari usia, asupan
vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan eksresi serta adanya penyakit tertentu. Untuk bayi
berusia kurang satu tahun membutuhkan 30 mg vitamin C perhari, 35 mg untuk bayi yang
berumur 1-3 tahun, 50 mg untuk anak-anak berumur 4-6 tahun,60 mg untuk anak berumur 7-
12 tahun, 100 mg untuk wanita hamil dan 150 mg untuk wanita menyusui (Hasanah, 2018).
Sayuran dan buah-buahan segar adalah sumber utama vitamin C. Karena sayuran mudah
diperoleh, murah, dan dapat diolah menjadi berbagai makanan lezat, sayuran menjadi salah
satu bahan pangan terpopuler di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Suprayogi, D. (2011). Uji kualitatif vitamin C pada berbagai makanan dan pengaruhnya
terhadap pemanasan. Sainmatika: Jurnal Sains dan Matematika Universitas Jambi,
3(1), 221096.
Badriyah, L., & Manggara, A. B. (2017). Penetapan kadar Vitamin C pada cabai merah
(Capsicum annum L.) menggunakan metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal
Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan, 2(1), 25-28.
Andalia, R. R., & Ulfa, V. (2021). Uji kuantitatif vitamin C pada sayuran hijau akibat
pemanasan dengan metode spektrofotometri Uv-vis. Jurnal Sains & Kesehatan
Darussalam, 1(2), 67-72.

Anda mungkin juga menyukai