Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional dewasa ini lebih menitikberatkan pada


pembangunan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia seutuhnya ( Soetrisno

et all, 2000 ). Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima

disamping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemanfaatan sumber daya manusia mensyaratkan peningkatan derajat status gizi

dan kesehatan yang optimal ( Wiwik Susanti, 2002 ). Menurut WHO ( World

HealthOrganization ) menyatakan bahwa gizi merupakan pilar utama dari

sepanjang siklus kehidupan ( Soekirman, 2002 ).

Syarat yang paling utama dan tidak boleh ditinggalkan agar manusia dapat

mendekati atau mencapai apa yang dikehendaki diatas, manusia harus

mendapatkan makanan yang teratur, mencukupi dan serba bergizi, karena

makanan berfungsi untuk menghasilkan energi, mengganti sel-sel yang rusak,

untuk pertumbuhan dan menghasilkan zat pelindung dalam tubuhnya. Namun

demikian dalam pengertian makanan yang bergizi makanan itupun harus cukup

mengandung vitamin dan mineral, karena tubuh yang kekurangan vitamin akan

mengalami avitaminosis dengan gejala macam-macam penyakit. Sebaliknya

apabila tubuh kelebihan akan vitamin yang diperlukan maka tubuh akan

mengalami hipertaminosis yang mengakibatkan kurang baik terhadap tubuh.

Avitaminosis maupun Hipervitaminosis sama-sama dapat menimbulkan gangguan

terhadap kesehatan tubuh, jadi sebaliknya vitamin yang diperlukan tubuh

diusahakan agar tidak kekurangan dan tidak kelebihan.

Vitamin C merupakan salah satu vitamin larut air yang sangat penting.
Vitamin ini diperlukan untuk pembentukan kolagen, kartinin, dan

neurotransmitter. Hewan dan tumbuhan dapat mensintesis vitamin C dalam

tubuhnya sendiri. Akan tetapi, vitamin ini tidak dapat disintesis oleh manusia

karena tidak memiliki enzim gulonolakton oksidase. Vitamin ini sering

dikonsumsi oleh masyarakat. Hingga saat ini, fungsi vitamin C yang dikenal oleh

masyarakat adalah sebagai peningkat sistem imun, pembentuk kolagen, pencegah

penuaan, dan sebagai obat untuk common cold (flu). Masyarakat juga mengetahui

bahwa vitamin ini juga bermanfaat untuk orang-orang yang sering beraktivitas

(Naidu, 2003).

Pauling (1981) dalam Douglas (2001) menyatakan bahwa defisiensi vitamin

C juga dapat melemahkan serat kolagen tubuh oleh karena terganggunya proses

sintesis kolagen yang membutuhkan vitamin C. Beliau juga menyatakan bahwa

vitamin C digunakan oleh banyak orang untuk mengobati penyakit. Salah satu

penyakit yang dapat diatasi dengan vitamin C adalah influenza (common cold).

Kekurangan vitamin C juga dapat menyebabkan, penyakit scurvy (telah

dikenal sejak abad ke-15), penyakit ini menyebabkan pucat, rasa lelah yang

berkepanjangan dan diikuti oleh perdarahan gusi, perdarahan di bawah kulit,

edema, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian (Almatsier,2003)

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah peran Vitamin C dengan Penyakit pada pekerja terutama penyakit Skorbut? 1.3.
Tujuan Umum
Memberikan informasi yang jelas tentang Pentingnya Vitamin C untuk Pekerja agar terhindar dari pe
nyakit Skorbut (Scurvy).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. VITAMIN

2.1.1. Pengertian Vitamin

Vitamin adalah substansi organik yang tidak saling berhubungan, terdapat dalam

makanan dalm jumlah kecil dan diperlukan dalam jumlah sangat kecil untuk fungsi

metabolik dalam tubuh (farmakologidanterapi,2003).

Vitamin Adalah suatu senyawa organik yang terdapat didalam makanan dalam jumlah
sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang normal.

Vitamin dapat larut A, D, E, dan K dan yang larut didalam air adalah vitamin B dan C

(Dorland, 2009).

2.1.2. Pengertian Vitamin C

Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang

disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.Dalam

keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah

rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas.

Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam

(almatsier, 2003).

Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks

anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor

aktif (Sherwood, 2001)

2.1.3. Susunan kimia Vitamin C

Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai

karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari

D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan.

Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi)

dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat

menjadi L-asam dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas,

atau alkali (Akhilender, 2003).

Gambar 2.1.3. Struktur kimia Vitamin C

2.1.4. Metabolisme Vitamin C

Absorpsi vitamin C terjadi di usus halus secara transpor aktif (untuk asam

askorbat) dan secara difusi terfasilitasi (untuk asam dehidroaskorbat). Efisiensi

mekanisme absortif menurun apabila konsumsinya yang meningkat. Sekitar 70-90%

vitamin C diabsorpsi untuk konsumsi di antara 30 dan 180 mg sehari, sedangkan

efisiensi absorpsinya menurun sekitar 50% atau akan berkurang jika dosis vitamin C nya
ditingkatkan lebih dari 1 gram/hari. Vitamin C diekskresikan melalui ginjal dan akan

meningkat ekskresinya jika dosisnya ditingkatkan .

(Wardlaw, Hampl dan DiSilvestro, 2004).

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi mencapai

100 mg/hari. Status vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik dan

pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda-tanda klinik antara lain,

perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda dini kekurangan vitamin

C dapat diketahui bila kadar vitamin C darah di bawah 0,20 mg/dl (Almatsier, 2003).

2.1.5. Fungsi Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C

adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat

penting dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi

prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam

pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi

integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, matriks

tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan demikian maka fungsi vitamin

C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang,

perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Asam askorbat penting untuk

mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam

pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka

serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh

sebab itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan

subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).

Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C mereduksi

besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah untuk diabsorbsi.

Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit dibebaskan oleh besi

apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem meningkat empat kali lipat

apabila terdapat vitamin C.


Fungsi yang ketiga adalah Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi,

kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap

fungsi kekebalan. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya

Vitamin C and the Common Cold, di mana ia mengemukakan bahwa dosis tinggi vitamin

C dapat mencegah dan menyembuhkan pilek.

2.1.6. Bahan Makanan Sumber Vitamin C

Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada bahan makanan nabati,yaitu sayur dan buah terutama
yang mengandung asam (Sunita, 2004). Tabel 2.1.6. Nilai Vitamin C berbagai bahan makanan (Sumb
er: Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 1992).

2.1.7. Angka Kecukupan Vitamin C

Asupan vitamin C yang ditetapkan Recommended Daily Allowance (RDA) untuk remaja usia 11-14 t
ahun adalah 50 mg/hari dan usia 15-18 tahun 60 mg/hari. Peningkatan kebutuhan vitamin C dalam ke
adaan stress psikologik atau fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan tinggi.

Tabel 2.1.7 Angka Kecukupan Vitamin C yang dianjurkan untuk orang indonesia (Sumber:
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75, 2013)

2.2. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin C

2.2.1. Kekurangan Vitamin C dalam tubuh :

1) Common Cold adalah suatu reaksi inflamasi saluran pernapasan yang disebabkan

oleh infeksi virus.

2) Stomatitis aftosa (sariawan) adalah suatu kelainan pada selaput

lendir mulut berupa luka pada mulut yang berbentuk bercak berwarna putih

kekuningan dengan permukaan agak cekung Munculnya Seriawan ini disertai

rasa sakit yang tinggi.

3) Scurvy/Skorbut adalah penyakit yang menyebabkan pucat, rasa lelah yang

berkepanjangan dan diikuti oleh perdarahan gusi, perdarahan di bawah kulit,

edema, dan akhirnya dapat menyebabkan kematian.

penyakit yang disebut skorbut (scurvy), penuaan, serta penurunan daya tahan

tubuh (Barclay,2008).

4) Anemia adalah penyakit kekurangan darah yang kemungkinan disebabkan oleh

kekurangan Vitamin C.
2.2.1. Kelebihan Vitamin C dalam tubuh :

Menurut (Fernandes,2006) kelebihan dosis vitamin C dalam tubuh dapat menyebabkan :

1) Nephrolithiasis.

2) Hiperoksaluria.

3) Severe diarrhea

4) Iritasi mukosa Saluran cerna

Sumber

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36349105/vitamin_C.pdf?AWSAccessKeyId=A
KIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1543153279&Signature=oqVqbjjImYwF5J24jqi3Bo15l9s%
3D&response-content-
disposition=inline%3B%20filename%3DTUGASGIZIKERJA_VITAMINC.pdf

Anda mungkin juga menyukai