Disusun Oleh:
Nada Tsaniya Salsabila
16030204020
Pendidikan Biologi A 2016
Vitamin C dapat dioksidasi oleh senyawa-senyawa lain yang berpotensi pada penyakit. Jenis-jenis
senyawa yang menerima elektron dan direduksi oleh vitamin C, dapat dibagi dalam beberapa
kelas, antara lain:
a. Senyawa dengan elektron (radikal) yang tidak berpasangan, contohnya radikal-radikal
oksigen (superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil,radikal sulfur, dan radikal
nitrogen-oksigen).
b. Senyawa-senyawa yang reaktif tetapi tidak radikal, misalnya asam hipoklorit, nitrosamin,
asam nitrat, dan ozon.
c. Senyawa-senyawa yang dibentuk melalui reaksi senyawa pada kelas pertama atau kelas
kedua dengan vitamin C.
d. Reaksi transisi yang diperantarai logam (misalnya ferrum atau cuprum)
Vitamin C dapat menjadi antioksidan untuk lipid, protein, dan DNA, dengan cara : (1) Untuk lipid,
misalnya Low-Density Lipoprotein (LDL), akan beraksi dengan oksigen sehingga menjadi lipid
peroksida. Reaksi berikutnya akan menghasilkan lipid hidroperoksida, yang akan menghasilkan
proses radikal bebas. Asam askorbat akan bereaksi dengan oksigen sehingga tidak terjadi interaksi
antara lipid dan oksigen, dan akan mencegah terjadinya pembentukan lipid hidroperoksida. (2) Untuk
protein, vitamin C mencegah reaksi oksigen dan asam amino pembentuk peptide, atau reaksi oksigen
dan peptida pembentuk protein. (3) Untuk DNA, reaksi DNA dengan oksigen akan menyebabkan
kerusakan pada DNA yang akhirnya menyebabkan mutasi
3. Vitamin C sebagai Obat untuk Common Cold Menurut Pauling (1981) dalam Douglas (2001),
vitamin C megadosis dapat menyembuhkan common cold, akan tetapi hal ini juga dipengaruhi
beberapa faktor, antara lain sistem imun penderita dan gejala yang timbul, serta derajat keparahan
penderitanya. Penggunaan vitamin C dengan dosis 3-10 g/ hari, akan dapat mengurangi
insidensi dari common cold.
4. Vitamin C sebagai Obat Anti-penuaan Vitamin C juga terkenal dengan fungsinya sebagai pencegah
penuaan. Menurut Hahn (1996), vitamin C bila dikonsumsi secara teratur dapat
melindungi kulit dari proses oksidasi ataupun sengatan sinar ultraviolet, yang merupakan penyebab
kerusakan kulit. Proses vitamin C dalam mencegah penuaan adalah dengan terusmenerus mensintesis
kolagen pada kulit, seperti yang akan dijelaskan berikut.
Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut dan common cold.
Selain itu vitamin C digunakan sebagai obat terhadap penyakit-penyakit yang tidak ada hubungannya
dengan defisiensi vitamin C, tetapi dosis yang diberikan adalah dosis yang paling besar, sehingga kadang-kadang
menimbulkan kelebihan vitamin C dan diare (Goodman & Gilman, 2006). Dalam beraktivitas, vitamin
C juga dibutuhkan, terutama untuk berolahraga, belajar, dan sebagainya. Aktivitas seperti
berolahraga biasanya membutuhkan vitamin C, tetapi jumlah yang dibutuhkan untuk seseorang yang
melakukan olahraga sama dengan kebutuhan sehari-hari, yaitu 75 mg. Konsumsi vitamin C secara
berlebihan pada orang yang berolahraga tidak disarankan, karena sisa dari vitamin C yang telah
dikonsumsi akan dibuang melalui keringat dan urin.
Tabel 4.1. Nilai Vitamin C berbagai bahan makanan dalam 100 gram
Vitamin C buatan terdapat dalam berbagai preparat, baik dalam bentuk tablet dan cairan yang mengandung
50-1500 mg maupun dalam bentuk larutan. Untuk suntikan terdapat vitamin C 100-500 mg. Vitamin C dalam
bentuk tablet berisi 500 mg, dan dalam bentuk cairan berisi 1000 mg (Goodman & Gilman, 2008).
Vitamin C mempunyai sifat paling mudah rusak dan mudah teroksidasi. Proses tersebut dipercepat oleh
panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kadar vitamin C dalam makanan antara lain:
Berdasarkan penelitian Masfufatun, et al terbukti bahwa kandungan vitamin C pada buah jambu biji
(Psidium guajava) dengan penyimpanan selama 10 hari mengalami penurunan 50% dibandingkan buah jambu
biji segar. Hal ini dapat disebabkan oleh kulit buah yang tipis, sehingga mudah mengalami kerusakan dan
pembusukan jika disimpan dalam waktu lama. Konsumsi bahan sayuran dan buah dalam keadaan segar, dapat
menyediakan kebutuhan tubuh akan vitamin ini. Hanya saja terkadang kita seringkali kurang memperhatikan
cara pengolahan bahan yang benar, sehingga vitamin C rusak dan terbuang percuma. Saat proses merebus
sayuran, guna mempertahankan kesegaran warna sering ditambahkan baking soda. Penambahan baking soda
pada saat memasak sayuran, dapat merusak kandungan vitamin C pada sayuran. Oleh karena itu sebaiknya
dalam pengolahan sayuran tidak menggunakan bahan tambahan yang dapat merusak kandungan zat gizi
(Tjokronegoro, 1985).
Wortel 5,9
Kembang Kol 65
Bawang Merah 8
Saos Tomat 11
Bahan (100 gram) Jumlah Vitamin C (mg)
Bakso Sapi 4
Ayam Goreng 0
Kemangi 50
Mangga Masak 41
Gula 0
Air 0
Sawi 102
Tauge 15
Kecap 0
Garam 0
Telur 0
Timun 2,8
Tomat 40
Sosis 0
Takaran Jumlah
Bahan Vitamin C (mg)
(gram)
Nasi 100 0
Total 37,27
Takaran Jumlah
Bahan Vitamin C (mg)
(gram)
Nasi 100 0
Kemangi 10 5
Gula 20 0
Air 100 0
Total 46
Takaran Jumlah
Bahan Vitamin C (mg)
(gram)
Nasi 100 0
Sawi 10 10,2
Tauge 10 1,5
Kecap 10 0
Garam 5 0
Takaran Jumlah
Bahan Vitamin C (mg)
(gram)
Sosis 100 0
Telur 100 0
Timun 25 0,7
Tomat 25 10
Total 23,5
Jadi pada menu makan pagi, siang dan sore diatas sudah memenuhi kebutuhan vitamin C
perhari untuk penderita penyakit Skorbut atau Scurvy. Total vitamin C pada menu
makanan dalam satu hari yaitu 106,77 mg. Total tersebut sudah memenuhi kebutuhan
rata-rata vitamin C harian sebesar 100 mg perharinya.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Goodman & Gilman. 2008. Manual of Pharmacology and Therapeutics 11th ed. Mc Graw Hill.
Hart, K.H., Bishop, J.A., & Truby, H. 2002. An Investigation into School Children’s
Knowledge and Awareness of Food and Nutrition. J.Hum. Nutr. Diet. 15(2):129-40.
Sherwood, L. 2010. Fundamentals of Human Physiology 4ed. Virginia: Graphic World, Inc.