Anda di halaman 1dari 14

VITAMIN C

1
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
II. PENGERTIAN VITAMIN C...............................................................................2
III. SUMBER DAN JUMLAH KEBUTUHAN VITAMIN C........................................3
IV. MANFAAT VITAMIN C....................................................................................5
V. METABOLISME PENYERAPAN VITAMIN C...................................................7
VI. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN VITAMIN C...............................................9
VII. KESIMPULAN..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
LAMPIRAN......................................................................................................... 13

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malnutrition atau sering disebut masalah gizi merupakan gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh tidak seimbangnya zat gizi yang diperoleh dari
makanan. Masalah gizi dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah kurang gizi
(under nutrition) dan masalah kelebihan gizi (over nutrition), baik berupa masalah
gizi makro ataupun gizi mikro. Salah satu peyebab terjadinya masalah gizi
tersebut bisa disebabkan karena asupan yang kurang cukup dari kebutuhan
karena tidak semua orang sadar dan mau mengkonsumsi makanan sehat
seimbang, dimana sebenarnya apabila kita mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi tersebut, baik makro maupun mikro dapat membuat tubuh kita
tahan terhadap berbagai penyakit.
Radikal bebas berupa polusi dari asap kendaraan bermotor dan rokok
serta lainnya banyak terdapat di kota besar. Semua itu membuat tubuh rentan
terhadap berbagai gangguan kesehatan. Daya tahan tubuh mudah menurun dan
serangan radikal bebas dapat membuat sel-sel tubuh mudah menjadi rusak,
serta tidak dapat berfungsi dengan baik. Maka, untuk pencegahannya, tubuh
memerlukan asupan gizi, baik gizi makro ataupun gizi mikro seperti asupan gizi
vitamin C.
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan
memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin
C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai
radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan seperti jeruk
merupakan sumber utama vitamin C.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah:
1. Mengetahui pengertian vitamin C
2. Mengetahui sumber dan jumlah kebutuhan vitamin C
3. Mengetahui manfaat vitamin C
4. Mengetahui metabolisme penyerapan vitamin C
5. Mengetahui akibat dari kekurangan dan kelebihan vitami

1
II. PENGERTIAN VITAMIN C

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut sebagai
vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Vitamin ini berbentuk bubuk kristal
kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama
askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin C.
Asam askorbat merupakan antioksidan yang baik yang dapat melindungi
sel dari stres ekstraselular, dengan peningkatan proliferasi sel endotelial,
stimulasi sintesis kolagen tipe IV, degradasi oksidasi LDL, menghambat
aterosklerosis, dan stres intraselular dengan memelihara kadar α-tocopherol
pada eritrosit dan neuron dan melindungi hepatosit dari stress oksidatif akibat
paparan alkohol alil. Sifat antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari
nomor C 2 dan 3 yang mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya
menuju ke berbagai senyawa oksidan seperti radikal bebas dengan gugus
oksigen atau nitrogen, peroksida dan superoksida. Meskipun demikian, di dalam
sitoplasma dengan konsentrasi senyawa Fe yang tinggi, asam askorbat dapat
bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi redoks Fe3+ menjadi Fe2+ yang
menghasilkan senyawa superoksida dan pada akhirnya menjadi radikal bebas
dengan gugus hidroksil yang sangat reaktif.

Gambar 1. Struktur kimia vitamin C

Vitamin C disintesis secara alami baik dalam tanaman maupun hewan.


Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah
rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi. Proses
tersebut dipercepat oleh panas, membiarkannya terbuka lama pada udara,
perendaman dalam air, memasak pada suhu tinggi dalam waktu yang lama,
sinar, alkali, enzim, oksidator, serta katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu rendah.

2
III. SUMBER DAN JUMLAH KEBUTUHAN VITAMIN C

Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari sayuran dan buah-buahan


yang berwarna orange atau kekuningan, terutama buah-buahan segar, maka dari
itu vitamin C sering disebut sebagai Fresh Food Vitamin. Buah yang masih
mentah lebih banyak mengandung vitamin C, sedangkan buah yang sudah tua
akan berkurang kandungan vitamin C nya. Jeruk merupakan sumber utama
vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan strawberi juga
merupakan contoh lain dari sumber vitamin C yang bermutu tinggi.
Kebutuhan vitamin C memang berbeda-beda bagi setiap orang,
tergantung pada kebiasaan hidup masing-masing. Pada remaja, kebiasaan yang
berpengaruh diantaranya adalah merokok, minum kopi, atau minuman
beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang, antibiotik tetrasiklin,
antiartritis, obat tidur, dan kontrasepsi oral. Kebiasaan merokok dapat
menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin, senyawa lain yang
berdampak sama buruknya adalah kafein. Selain itu stres, demam, infeksi, dan
berolahraga juga meningkatkan kebutuhan vitamin C. Kebutuhan vitamin C dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Vitamin C
Kelompok umur Kebutuhan (mg)
Anak
0-6 bl 40
7-12 bl 40
1-3 th 40
4-6 th 45
7-9 th 45
Laki-laki
10-12 th 50
13-15 th 75
16-18 th 90
19-29 th 90
30-49 th 90
50-64 th 90
60+ th 90
Wanita
10-12 th 50
13-15 th 65
16-18 th 75
19-29 th 75
30-49 th 75
50-64 th 75
60+ th 75

3
Lanjutan tabel 1.
Kelompok umur Kebutuhan (mg)
Hamil (+an)  
Timester 1 +10
Timester 2 +10
Timester 3 +10
   
Menyusui (+an)  
6 bln pertama +45
6 bln kedua +45
Sumber : AKG 2004.

4
IV. MANFAAT VITAMIN C

Menurut Ir. Ali Khomzan beberapa manfaat dari vitamin C yaitu dapat
memperkuat otot jantung. Vitamin C berperan penting melalui proses
metabolisme kolesterol karena dalam proses metabolisme kolesterol vitamin C
dapat meningkatkan laju kolesterol yang dibuang dalam bentuk asam empedu
dan dapat mengatur metabolisme kolesterol, vitamin C juga dapat meningkatkan
kadar HDL dan berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan
pembuangan kotoran, vitamin C dapat menurunkan kadar kolesterol dan
trigliserida tinggi serta vitamin C sangat berperan dalam sintesis kolagen
sehingga dapat mencegah terserang penyakit jantung koroner.
Selain itu, Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai
koenzim atau kofaktor. Berikut ini beberapa fungsi dari vitamin C yaitu :
1. Sintesis kolagen
Fungsi vitamin C banyak berikatan dengan pembentukan kolagen. Vitamin
C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksipolin, bahan
penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi integritas struktur sel disemua jaringan ikat, seperti pada tulang
rawan, matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit dan tendon (urat otot).

2. Absorbsi dan metabolisme besi dan kalsium


Vitamin C mereduksi besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga
mudah diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemisiderin yang sukar
dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Absorbsi besi dalam
bentuk non hem meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. vitamin C
berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati.
Vitamin C menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan.

3. Mencegah infeksi
Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena
pemeliharaannya terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi
kekebalan.

5
4. Sebagai anti oksidan
Vitamin C tergolong sebagai antioksidan sekunder yang berfungsi untuk
menangkap senyawa radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai.
Mekanisme kerjanya yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai
mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai auto oksidasi dengan
pengubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil (Gordon, 1990).

6
V. METABOLISME PENYERAPAN VITAMIN C

Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, jika berlebih jumlahnya di
dalam tubuh tidak akan disimpan, melainkan akan dikeluarkan oleh sistem
pembuangan tubuh. Akibatnya, selalu dibutuhkan asupan vitamin tersebut setiap
hari. Seringkali vitamin yang terkandung dalam atau makanan minuman tidak
berada dalam keadaan bebas melainkan terikat, baik secara fisik maupun kimia.
Proses pencernaan makanan, baik di dalam lambung maupun usus halus akan
membantu melepaskan vitamin dari makanan agar bisa diserap oleh usus.
Vitamin diserap oleh usus dengan proses dan mekanisme yang berbeda. Vitamin
larut air langsung diserap melalui saluran darah dan ditransportasikan ke hati.
Proses dan mekanisme penyerapan vitamin dalam usus halus dapat dilakukan
dengan cara difusi pasif ( proses lambat) atau menggunakan Na + (proses cepat).
Difusi pasif terjadi pada bagian atas usus halus kemudian masuk ke peredaran
darah melalui vena porta.
Pada asam askorbat, apabila telah teroksidasi akan berubah menjadi
asam dehidroaskorbat yanhg bersifat stabil. Asam dehidroaskorbat akan
dimetabolisme menjadi 2 jalur. Jalur pertama akan diubah menjadi asam 2,3-
diketogulonik atau direduksi kembali menjadi asam askorbat melalui jalur
intermediet radikal bebas. Pembentukan 2,3-diketogulonik ini terjadi melalui
reaksi enzimatis atau reduksi kimia. Reaksi enzimatis ini dibantu dengan
menggunakan 2 protein yaitu glutaredoksin (thiol transferase) atau protein X
yang masih belum diketahui. Sedangkan reaksi kimia terjadi dengan
menggunakan glutathione melalui pembentukan glutathione disulfide.
Asam askorbat diserap pada ileum dan jejunum di usus manusia. Asam
askorbat diserap dengan menggunakan Na+ (Na-Dependent). Penyerapan asam
askorbat di dalam usus menggunakan Na+-Dependent yang membutuhkan ATP.
Sedangkan asam dehidroaskorbat diserap dengan menggunakan jalur transport
isoform glukosa tidak berenergi dan Na+-Independent (GLUT-1, GLUT-3, dan
sebagian kecil GLUT-4). Sedangkan asam askorbat, meskipun menggunakan
Na+-dependent tetapi tidak menggunakan jalur isoform glukosa seperti pada
asam dehidroaskorbat.
Vitamin C yang telah terabsorbsi kemudian dibawa kesemua jaringan,
dimana konsentrasi tertinggi ada di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan retina
dengan rata-rata absorbsi vitamin C adalah 90% untuk konsumsi antara 20 – 120

7
mg/hari, sedangkan konsumsi tinggi hingga 12 g (suplemen) hanya di absorbsi
sebanyak 16%.

8
VI. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN VITAMIN C

Kekurangan Vitamin C dapat menyebabkan Skurvi, kurangnya daya


tahan, dan pendarahan gusi. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air,
sehingga jika ada kelebihan tidak bisa disimpan di tubuh, tetapi akan dibuang
melalui ginjal. Konsumsi vitamin C dosis tinggi akan mempunyai dampak tidak
baik bagi tubuh. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan menyebabkan
nyeri pada lambung dan bahkan menyebabkan diare. Hal ini disebabkan karena
vitamin C yang bersifat asam. Akibat buruk kedua adalah penumpukan batu
ginjal yang merupakan kristal kalsium oksalat, yang dihasilkan oleh reaksi antara
asam oksalat, pecahan dari senyawa askorbat yang diekskresikan dalam urin,
dengan kalsium. Kelebihan konsumsi vitamin C juga dapat mengakibatkan
defisiensi vitamin B12 karena vitamin C dapat mengubah sebagian vitamin B12
menjadi analognya, bahkan salah satu dari analog-analognya itu adalah
antivitamin B12. Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat
seriawan, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, menyebabkan gusi tidak sehat
sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata
dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat
juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit
jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Vitamin C sebagai antioksidan akan mendonorkan atom hidrogen radikal
sehingga dapat menetralkan radikal tersebut. Namun dari reaksi ini dihasilkan
pula radikal antioksidan. Apabila vitamin C dikonsumsi dengan dosis yang terlalu
besar di luar kebutuhan, maka akan dihasilkan banyak radikal antioksidan
sehingga vitamin C akan berubah menjadi suatu pro-oksidan.
Vitamin C merupakan substansi yang sangat penting yang dibutuhkan
oleh tubuh manusia. Konsumsi vitamin C yang teratur sebaiknya dilakukan
dengan dosis yang tepat sehingga fungsi vitamin tersebut menjadi optimal.
Konsumsi vitamin C dalam jumlah yang besar (dosis tinggi) sebaiknya hanya
dilakukan dalam masa penyembuhan dan tidak dilakukan secara rutin, serta
menggunakan sumber vitamin C alami sebab penggunaannya yang tidak tepat
dan berlebihan akan menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Keracunan
vitamin C menyebabkan gangguan gastro usus, pembentukan batu karang
(ginjal) dan penambahan acid uric.

9
Kecukupan vitamin C akan membantu pembentukan kolagen atau
senyawa berisi asam amino mirip lem pengikat sel. Zat perekat ini menjadi
bagian susunan utama jaringan penghubung seperti kulit, tulang, dan ikatan
sendi tulang. Kolagen akan menjaga kekenyalan dan kelenturan kulit dengan
bantuan vitamin C, digunakan pula untuk mendukung berlangsungnya proses
yang memungkinkan molekul mencapai bentuk terbaiknya (hydroxylation).
Vitamin C digunakan pula untuk menjaga kolagen agar tidak mudah lemah dan
rusak, sehingga ketika vitamin C diberikan secara memadai pada sel kulit,
terdapat kesempatan baik untuk mengurangi kerutan dan meningkatkan
kehalusan permukaan kulit. Inilah yang dimaksudkan sebagai peremajaan kulit
karena kulit memang menjadi tampak lebih muda, cerah dan orang pun
menilainya lebih putih.
Vitamin C aman untuk dikonsumsi, tetapi vitamin C sebaiknya tidak
diberikan pada penderita gagal ginjal dan batu ginjal, sebab akan memacu
pembentukan batu ginjal. Vitamin C juga bisa mengganggu penyerapan mineral
yang diperlukan tubuh seperti tembaga. Vitamin C adalah senyawa yang
mempermudah penyerapan zat besi, maka sebaiknya jangan diberikan pada
penderita yang mempunyai kelebihan zat besi. Misalnya pasien
hematokromatosis (pewarnaan jaringan dengan pigmen darah).

10
VII. KESIMPULAN

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut sebagai
vitamin C, berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan
memiliki sifat-sifat antioksidan. Sumber vitamin C sebagian besar berasal dari
sayuran dan buah-buahan yang berwarna orange atau kekuningan, terutama
buah-buahan segar, maka dari itu vitamin C sering disebut sebagai Fresh Food
Vitamin. Kebutuhan vitamin C berbeda bagi setiap orang, tergantung pada
kebiasaan hidup masing-masing.
Manfaat dari vitamin C antara lain dapat memperkuat otot jantung, sintesis
kolagen, metabolisme besi dan absorbs kalsium. Selain itu juga dapat mencegah
infeksI dan sebagai anti oksidan. Vitamin C adalah vitamin yang mudah larut
dalam air, maka jika berlebih jumlahnya di dalam tubuh tidak akan disimpan,
melainkan akan dikeluarkan oleh sistem pembuangan tubuh. Kekurangan
Vitamin C dapat menyebabkan Skurvi, kurangnya daya tahan, dan pendarahan
gusi.. Konsumsi vitamin C dosis tinggi akan mempunyai dampak tidak baik bagi
tubuh. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin C akan menyebabkan nyeri pada
lambung dan bahkan menyebabkan diare.

11
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2010. http://nutrition-biochemistry.com/2010/01/vitamin-c-apa-dan-
siapa.html. 10 Januari 2011.

[Anonim]. 2010. http://www.kamusilmiah.com/pangan/antioksidan-dan-


peranannya-bagi-kesehatan/. 10 Januari 2011.

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Bednar C, Kies C. 1994. Nitrate and vitamin C from fruits and vegetables: Impact
of intake variations on nitrate and nitrite excretions of humans. Plant
Foods Hum Nutr 45:71-80.

Gyorgi AS. 1931. Vitamin C, Muscles, and WWII. Szeged: 1931-47.

Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002. Vitamin C equivalent antioxidant
capacity (VCEAC) of phenolic phytochemicals. J Agric Food Chem
50(13):3713–17.

Svirbelf, Joseph Louis; Szent-Gyorgyi, Albert (April 25, 1932), The Chemical
Nature Of Vitamin C, Part of the National Library of Medicine collection.
Accessed January 2007.

Winarno. F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

12

Anda mungkin juga menyukai