Anda di halaman 1dari 11

MICRONUTRIENTS FOR COVID19

Yugi Hari Chandra Purnama

Coronavirus (CoV) merupakan bagian keluarga besar virus yang menyebabkan


penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus
yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
wabah SARS pada tahun 2002 dan MERS pada tahun 2012 telah menunjukkan kematian
akibat virus corona. SARS ‐ CoV dan MERS ‐ CoV semuanya termasuk dalam keluarga
β-coronavirus. Baru-baru ini, coronavirus baru (COVID ‐ 19) terkait dengan koronavirus
MERS dan SARS ditemukan pada akhir tahun 2019 di Wuhan, Cina dan mampu
menginfeksi manusia ke manusia (Zhang & Liu, 2020). Virus Corona telah menginfeksi
ratusan ribu orang di seluruh dunia, di Indonesia hingga tulisan ini dibuat, sudah ribuan
orang positif terkena COVID-19. Memperkuat sistem imun tubuh merupakan salah satu
cara yang bisa dilakukan untuk menangkal penularan virus ini. Tidak hanya virus corona,
sistem imun tubuh yang kuat juga dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit lainnya.
Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan
bakteri penyebab penyakit. Namun, ada hal-hal yang dapat melemahkan sistem imun atau
daya tahan tubuh seseorang, antara lain proses aging, nutrisi yang tidak adekuat,
penyakit, obat-obatan tertentu bahkan psikis. Oleh karena itu, fungsi sistem imun perlu
senantiasa dijaga agar daya tahan tubuh kuat. Salah satu cara untuk menjaga dan
meningkatkan fungsi imun adalah dengan nutrisi.
Setiap tahap respons imun ini bergantung pada adanya zat gizi mikro tertentu.
Secara historis, pentingnya zat gizi mikro dalam sistem imun dan kejadian infeksi telah
diketahui pada defisiensi vitamin C dengan terjadinya penyakit kudis. Dalam uji klinis
pertama tahun 1753, James Lind memberi diet yang berbeda kepada kelompok laki-laki
yang menderita penyakit kudis dan mengobservasi bahwa mereka yang mengonsumsi
buah jeruk menunjukkan pemulihan yang signifikan. Sejak saat itu, penetapan beberapa
zat gizi mikro sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh, dan memiliki peran sinergis
sebagai suplemen penunjang (Gombart, 2020).
Vitamin merupakan zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran
penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Begitu pula dengan mineral, dalam
jumlah kecil beberapa mineral dibutuhkan tubuh untuk menjaga agar organ tubuh
berfungsi secara normal. Beberapa mineral juga berfungsi sebagai ko-enzim dan
antioksidan. Peran vitamin dan mineral sebagai antioksidan inilah yang membuat vitamin
dan mineral mampu memperkuat sistem daya tahan tubuh manusia (sistem imun) (Spears
& Weiss, 2007). Unsur zat gizi mikro ini dibutuhkan oleh tubuh untuk memproduksi
enzim, hormon dan faktor pertumbuhan lain. Walau kebutuhannya sangat sedikit, namun
jika tubuh kekurangan zat gizi mikro akan menimbulkan masalah.

Intervensi Zat Gizi Mikro pada Infeksi COVID19


1. Vitamin A
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak. Terdapat tiga
bentuk aktif vitamin A dalam tubuh, retinol, retinal, dan asam retinoat. Vitamin A juga
disebut sebagai vitamin "anti infeksi" dan imunitas tubuh dalam melawan infeksi
bergantung pada persediaan vitamin A yang adekuat.
a. Peran Vitamin A pada sel imunitas bawaan
1) Pada lapisan struktur dan fungsi sel mukosa (sel kulit, sel mukosa mata dan
saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan genitourinari) berfungsi sebagai
barrier terhadap infeksi. Vitamin A membantu menjaga integritas struktural
dan fungsional sel-sel mukosa ini.
2) Vitamin A juga penting untuk beberapa jenis sel imun yang penting dalam
respons imun bawaan, termasuk sel NK, makrofag, dan neutrophil agar
berfungsi normal (Angelo, 2015).
b. Peran Vitamin A pada sel imunitas adaptif
Vitamin A diperlukan untuk limfosit T dan B agar berfungsi dengan baik, hal
tersebut berpengaruh pada respon antibodi terhadap antigen. Vitamin A juga
terlibat dalam pengembangan dan diferensiasi sel Th1 dan Th2 serta mendukung
respon anti-inflamasi Th2 (Maggini et al, 2018)
Semua sumber vitamin A membutuhkan lemak dalam makanan untuk membantu
penyerapan. Makanan yang mengandung Vitamin A terbagi menjadi dua bentuk.
Pertama, retinoid (hewani) dan yang kedua, ada karotenoid (nabati). Hati menempati
urutan teratas makanan dengan kandungan vitamin A paling baik, termasuk hati ikan.
Sumber hewani lainnya adalah kuning telur (bukan putihnya) dan produk susu seperti
susu (termasuk ASI), keju dan mentega. Sumber nabati mengandung vitamin A dalam
bentuk karoten harus diubah selama pencernaan menjadi retinol sebelum tubuh dapat
menggunakannya. Karotenoid adalah pigmen yang memberi tanaman warna hijau dan
beberapa buah dan sayuran berwarna merah atau oranye. Sumber nabati vitamin A
meliputi buah mangga, pepaya, jenis dari labu-labuan, wortel, ubi dan jagung. Sumber
vitamin A lain yang baik adalah minyak sawit merah dan minyak kelapa buriti (Gilbert,
2013)

Tabel 1.1 Mikronutrien Vitamin A


AKG (per hari)
Mikronutrien
Bayi dan anak RE Laki-laki RE Perempuan RE
Vitamin A (RE) 0 – 5 bulan 375 10 – 12 tahun 600 10 – 12 tahun 600
6 – 11 bulan 400 13 – 15 tahun 600 13 – 15 tahun 600
1 – 3 tahun 400 16 – 18 tahun 700 16 – 18 tahun 600
4 – 6 tahun 450 19 – 29 tahun 650 19 – 29 tahun 600
7 – 9 tahun 500 30 – 49 tahun 650 30 – 49 tahun 600
50 – 64 tahun 650 50 – 64 tahun 600
65 – 80 tahun 650 65 – 80 tahun 600
80+ tahun 650 80+ tahun 600
Sumber: AKG, 2019
Catatan: 1 RE = 1 mcg. dari retinol, 1 RE = 6 mcg. dari beta-carotene, 1 RE = 3.333 U.I dari vitamin A

2. Vitamin B
Vitamin B adalah vitamin yang larut dalam air dan bekerja sebagai bagian dari
koenzim. Setiap vitamin B memiliki fumgsi gizi khusus. Keil et al (2016) telah
melaporkan bahwa vitamin B2 dan sinar UV secara efektif mengurangi titer MERS-
CoV dalam produk plasma manusia. Vitamin B3, disebut nicotinamide, dapat
meningkatkan kematian Staphylococcus aureus melalui faktor transkripsi spesifik
myeloid dan vitamin B3 berkhasiat dalam pengaturan terapi dan profilaksis.
Vitamin B6 juga dibutuhkan dalam metabolisme protein dan berperan dalam
lebih dari 100 reaksi dalam jaringan tubuh. Selain itu, ia juga memainkan peranan
penting dalam fungsi kekebalan tubuh juga. Peran vitamin B6 pada diferensiasi dan
proliferasi sel innate imunity adalah mempertahankan ataupun menigkatkan aktivitas
sitotoksik sel NK. Kekurangan vitamin B dapat melemahkan host respon imun,
sehingga vitamin B harus ditambahkan ke pasien yang terinfeksi virus untuk
meningkatkan sistem kekebalan mereka. Oleh karena itu, vitamin B dapat dipilih
sebagai pilihan dasar untuk pengobatan COVID-19.

Tabel 2.2 Mikronutrien Vitamin B


AKG (hari)
Mikronutrien
Bayi dan anak Mg Laki-laki Mg Perempuan Mg
B1 0 – 5 bulan 0.2 10 – 12 tahun 1.1 10 – 12 tahun 1.0
6 – 11 bulan 0.3 13 – 15 tahun 1.2 13 – 15 tahun 1.1
1 – 3 tahun 0.5 16 – 18 tahun 1.2 16 – 18 tahun 1.1
4 – 6 tahun 0.6 19 – 29 tahun 1.2 19 – 29 tahun 1.1
7 – 9 tahun 0.9 30 – 49 tahun 1.2 30 – 49 tahun 1.1
50 – 64 tahun 1.2 50 – 64 tahun 1.1
65 – 80 tahun 1.3 65 – 80 tahun 1.1
80+ tahun 1.4 80+ tahun 1.1
B2 0 – 5 bulan 0.3 10 – 12 tahun 1.3 10 – 12 tahun 1.0
6 – 11 bulan 0.4 13 – 15 tahun 1.3 13 – 15 tahun 1.0
1 – 3 tahun 0.5 16 – 18 tahun 1.3 16 – 18 tahun 1.0
4 – 6 tahun 0.6 19 – 29 tahun 1.3 19 – 29 tahun 1.1
7 – 9 tahun 0.9 30 – 49 tahun 1.3 30 – 49 tahun 1.1
50 – 64 tahun 1.3 50 – 64 tahun 1.1
65 – 80 tahun 1.3 65 – 80 tahun 1.1
80+ tahun 1.3 80+ tahun 1.1
B3 0 – 5 bulan 2 10 – 12 tahun 12 10 – 12 tahun 12
6 – 11 bulan 4 13 – 15 tahun 16 13 – 15 tahun 14
1 – 3 tahun 6 16 – 18 tahun 16 16 – 18 tahun 14
4 – 6 tahun 8 19 – 29 tahun 16 19 – 29 tahun 14
7 – 9 tahun 10 30 – 49 tahun 16 30 – 49 tahun 14
50 – 64 tahun 16 50 – 64 tahun 14
65 – 80 tahun 16 65 – 80 tahun 14
80+ tahun 16 80+ tahun 14
B5 0 – 5 bulan 1.7 10 – 12 tahun 5.0 10 – 12 tahun 5.0
6 – 11 bulan 1.8 13 – 15 tahun 5.0 13 – 15 tahun 5.0
1 – 3 tahun 2.0 16 – 18 tahun 5.0 16 – 18 tahun 5.0
4 – 6 tahun 3.0 19 – 29 tahun 5.0 19 – 29 tahun 5.0
7 – 9 tahun 4.0 30 – 49 tahun 5.0 30 – 49 tahun 5.0
50 – 64 tahun 5.0 50 – 64 tahun 5.0
65 – 80 tahun 5.0 65 – 80 tahun 5.0
80+ tahun 5.0 80+ tahun 5.0
B6 0 – 5 bulan 0.1 10 – 12 tahun 1.3 10 – 12 tahun 1.2
6 – 11 bulan 0.3 13 – 15 tahun 1.3 13 – 15 tahun 1.2
1 – 3 tahun 0.5 16 – 18 tahun 1.3 16 – 18 tahun 1.2
4 – 6 tahun 0.6 19 – 29 tahun 1.3 19 – 29 tahun 1.3
7 – 9 tahun 1.0 30 – 49 tahun 1.3 30 – 49 tahun 1.3
50 – 64 tahun 1.7 50 – 64 tahun 1.5
65 – 80 tahun 1.7 65 – 80 tahun 1.5
80+ tahun 1.7 80+ tahun 1.5
B12 Bayi dan anak mcg Laki-laki mcg Perempuan mcg
0 – 5 bulan 0.4 10 – 12 tahun 3.5 10 – 12 tahun 3.5
6 – 11 bulan 1.5 13 – 15 tahun 4.0 13 – 15 tahun 4.0
1 – 3 tahun 1.5 16 – 18 tahun 4.0 16 – 18 tahun 4.0
4 – 6 tahun 1.5 19 – 29 tahun 4.0 19 – 29 tahun 4.0
7 – 9 tahun 2.0 30 – 49 tahun 4.0 30 – 49 tahun 4.0
50 – 64 tahun 4.0 50 – 64 tahun 4.0
65 – 80 tahun 4.0 65 – 80 tahun 4.0
80+ tahun 4.0 80+ tahun 4.0
Sumber: AKG, 2019

3. Vitamin C
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air dan juga disebut asam askorbat.
Vitamin C terkenal karena perannya dalam sintesis kolagen dalam jaringan ikat dan
bertindak sebagai antioksidan. Vitamin C juga memiliki fungsi kekebalan tubuh dan
melindungi terhadap infeksi yang disebabkan oleh coronavirus (Zhang & Liu, 2020).
Vitamin C juga dapat berfungsi sebagai agen antihistamin meski tidak begitu
kuat untuk membantu meredakan flu-like symptoms seperti bersin, hidung yang
tersumbat, dan sinus yang bengkak. Hemila (1997) melaporkan bahwa pada insiden
pneumonia terjadi pemulihan secara signifikan pada kelompok suplemen vitamin C,
menunjukkan bahwa vitamin C dapat mencegah kerentanan untuk menurunkan infeksi
saluran pernapasan dalam kondisi tertentu. COVID-19 telah dilaporkan menyebabkan
infeksi saluran pernapasan bagian bawah, sehingga vitamin C bisa menjadi salah satu
pilihan efektif untuk pengobatan COVID-19.
Peran Vitamin C dalam kekebalan tubuh terlibat dalam proliferasi, fungsi, dan
pergerakan neutrofil, monosit, fagosit, mempertahankan atau meningkatkan aktivitas
sel NK dan kemotaxis, meningkatkan fagositosis dan generasi ROS, meningkatkan
pembunuhan mikroba, terlibat dalam apoptosis dan pembersihan neutrofil sisa dari
tempat infeksi oleh makrofag, melemahkan pembentukan ekstraseluler trap (NET),
sehingga mengurangi kerusakan jaringan terkait (Zhang & Liu, 2020).

Tabel 2.3 Mikronutrien Vitamin C


Mikronutrien Diet yang di Rekomendasikan
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (25 mg /hari) Laki-laki 90 mg /hari Laki-laki 90 mg /hari
Vitamin C,
9-13 tahun (45 mg /hari) Perempuan 75 mg /hari Perempuan 75 mg /hari
mg/hari
14-18 tahun (75 mg /hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011

4. Vitamin D
Vitamin D tidak hanya sebagai nutrisi tetapi juga merupakan hormon, yang
dapat disintesis dalam tubuh kita dengan bantuan sinar matahari. Selain perannya
dalam menjaga integritas tulang, Vit D juga merangsang maturasi banyak sel termasuk
sel kekebalan tubuh. Sebagian besar orang dewasa yang sehat dilaporkan memiliki
kadar vitamin D yang rendah, karena kurangnya paparan sinar matahari di musim
dingin. Selain itu, orang yang tinggal di rumah dan mereka yang bekerja di malam hari
mungkin juga kekurangan vitamin D.
COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada musim dingin bulan Desember
tahun 2019 dan sebagian besar mempengaruhi orang paruh baya hingga lanjut usia.
Orang yang terinfeksi virus mungkin kekurangan vitamin D. Reseptor vitamin D
ditemukan di Monosit, makrofag, dan DC. Peran dan fungsi Vit D meningkatkan
diferensiasi monosit menjadi makrofag, kalsitriol meningkatkan pergerakan dan
kemampuan fagositosis makrofag (Gombart, Pierre, & Maggini, 2020). Karena itu,
vitamin D bisa berfungsi sebagai pilihan terapi lain untuk pengobatan virus baru ini.

Tabel 2.4 Mikronutrien Vitamin D


Diet yang di Rekomendasikan
Mikronutrien
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (15 µg/hari) Laki-laki 15 µg/hari Laki-laki 15 µg/hari
Vitamin D,
9-13 tahun (15 µg/hari) Perempuan 15 µg/hari Perempuan 20 µg/hari
µg/hari
14-18 tahun (15 µg/hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011

5. Vitamin E
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak, termasuk tokoferol dan
tokotrienol. Vitamin E berperan penting dalam mengurangi stres oksidatif melalui
pengikatan radikal bebas sebagai antioksidan. Vitamin E mempertahankan atau
meningkatkan aktivitas sitotoksik sel NK dan juga menghambat produksi PGE2 oleh
makrofag (secara tidak langsung melindungi fungsi sel-T) (Gombart, Pierre, &
Maggini, 2020).

Tabel 2.5 Mikronutrien Vitamin E


Mikronutrien Diet yang di Rekomendasikan
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (7 mg /hari) Laki-laki 15 mg /hari Laki-laki 15 mg /hari
Vitamin E,
9-13 tahun (11 mg /hari) Perempuan 15 mg /hari Perempuan 15 mg /hari
mg/hari
14-18 tahun (15 mg /hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011
6. Selenium
Status gizi host memainkan peran yang sangat penting dalam pertahanan
terhadap penyakit menular. Kekurangan gizi berdampak tidak hanya pada respon imun
tetapi juga patogen virus itu sendiri. Kekurangan selenium dapat menyebabkan stres
oksidatif pada host yang mampu mengubah genom virus sehingga virus patogen yang
semula bersifat jinak atau ringan dapat menjadi sangat virulen di host yang mengalami
stress oksidatif. Kekurangan selenium juga menginduksi tidak hanya gangguan sistem
kekebalan tubuh host, tetapi juga mempercepat mutasi varian jinak virus RNA menjadi
virulensi (Zhang & Liu, 2020). Kandungan Selenoproteins sangat penting untuk
system pertahanan host antioksidan.yang mampu mempengaruhi fungsi leukosit and
sel NK (Gombart, Pierre, & Maggini, 2020). Oleh karena itu, suplementasi selenium
dapat menjadi pilihan efektif untuk pengobatan virus COVID-19 ini.

Tabel 2.6 Mikronutrien Selenium


Diet yang di Rekomendasikan
Mikronutrien
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (30 µg/hari) Laki-laki 55 µg/hari Laki-laki 55 µg/hari
Selenium,
9-13 tahun (40 µg/hari) Perempuan 55 µg/hari Perempuan 55 µg/hari
µg/hari
14-18 tahun (55 µg/hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011

7. Zinc
Zind (Seng) adalah mineral trace dan penting untuk pemeliharaan dan
pengembangan sel-sel kekebalan baik dari sistem kekebalan tubuh bawaan dan adaptif.
Kekurangan seng menyebabkan disfungsi imunitas yang diperantarai humoral dan
yang diperantarai sel serta meningkatkan kerentanan terhadap penyakit menular. Zinc
juga berfungsi menginduksi proliferasi sel T sitotoksik dan menginduksi
perkembangan sel Treg dan penting dalam menjaga toleransi imun (Gombart, Pierre,
& Maggini, 2020). Meningkatkan konsentrasi intraseluler melalui zinc dan ionofor
zinc seperti pyrithione yang secara efisien dapat mengganggu replikasi berbagai virus
RNA. Selain itu, kombinasi seng dan pyrithione pada konsentrasi rendah menghambat
replikasi virus corona SARS (SARS-CoV) (Zhang & Liu, 2020). Oleh karena itu,
suplemen Zinc mungkin memiliki efek tidak hanya pada gejala terkait COVID-19
seperti diare dan infeksi lower respiratory tract, tetapi juga pada COVID-19 itu
sendiri.

Tabel 2.7 Mikronutrien Zinc


Mikronutrien Diet yang di Rekomendasikan
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (10 mg /hari) Laki-laki 8 mg /hari Laki-laki 8 mg /hari
Zinc, mg/hari 9-13 tahun (8 mg /hari) Perempuan 18 mg /hari Perempuan 8 mg /hari
14-18 tahun (11 mg /hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011

8. Iron/ besi
Zat besi diperlukan untuk baik untuk sel host dan patogen serta defisiensi besi
merusak imunitas inang, sementara kelebihan zat besi dapat menyebabkan stres
oksidatif yang dapat menyebarkan mutasi virus yang berbahaya. Kekurangan zat besi
telah diteliti sebagai faktor risiko perkembangan infeksi saluran pernapasan akut
secara berulang (Zhang & Liu, 2020). Besi juga berperan penting dalam diferensiasi
dan proliferasi sel T serta membantu mengatur rasio antara sel T helper dan sel T
sitotoksik (Gombart, Pierre, & Maggini, 2020).

Tabel 2.8 Mikronutrien Besi


Mikronutrien Diet yang di Rekomendasikan
Anak-anak Dewasa Lansia
4-8 tahun (5 mg /hari) Laki-laki 11 mg /hari Laki-laki 11 mg /hari
Iron, mg/hari 9-13 tahun (8 mg /hari) Perempuan 8 mg /hari Perempuan 8 mg /hari
14-18 tahun (11 mg /hari)
Sumber: IOM (Institute of Medicine), 2011
Gambar 2.1 Zat gizi mikro memiliki peran penting di setiap tahap respons imun (Gombart, Pierre, &
Maggini, 2020)

Zat gizi mikro merupakan asupan yang penting bagi tubuh kita. Seperti yang telah
dibahas, vitamin dan mineral memiliki peran yang bervariasi di setiap tahap sistem kekebalan
tubuh dan respons imun akan terganggu ketika tingkat gizi mikro tidak mencukupi. Melengkapi
diet dengan mikronutrien yang efisien telah terbukti meningkatkan berbagai fungsi kekebalan
spesifik, sementara suplementasi dengan multiple mikronutrien (MMN) juga dapat memiliki
manfaat yang signifikan pada sel-sel kekebalan tubuh dan responsnya. Perlu diketahui bahwa
sumber suplemen mikronutrien harus dipertimbangkan, terutama untuk mineral; bentuk organik
selenium lebih tersedia secara hayati daripada senyawa anorganik, sedangkan garam besi sulfat,
glukonat, dan fumarat memiliki ketersediaan yang baik, tidak seperti bentuk oksida.
Ketersediaan hayati berpotensi lebih efektif daripada anorganik.

Anda mungkin juga menyukai