Anda di halaman 1dari 11

2.

1 VITAMIN A
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Vitamin A merupakan
mikronutrien penting yang diperlukan untuk fungsi kekebalan tubuh spesifik maupun non spesifik
(Munasir, 2000). Dari segi sifat kimia, vitamin A adalah suatu kristal berwarna kuning dan
merupakan pelarut lemak. Dalam makanan, vitamin A biasanya terdapat dalam bentuk ester
retinil, yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, terdapat beberapa bentuk
ikatan kimia aktif vitamin A, yaitu: Retinol (bentuk alkohol), Retinal (aldehida), dan asam retinoat
(bentuk asam) (Almatsier, 2009). Struktur kimia vitamin A dan β-karoten dapat dilihat di bawah
ini.

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin A dan β-karoten. Sumber: Almatsier, S. (2009). PRINSIP DASAR
ILMU GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. hlm.155

Vitamin A tahan terhadap panas, cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan
oksidasi. Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat dalam pangan hewani. Pangan nabati mengandung
karotenoid yang merupakan prekursor (provitamin) vitamin A. Di antara ratusan karotenoid yang
terdapat di alam, hanya dalam bentuk alfa (α), beta (β), dan gama (γ) serta kriptosantin yang
berperan sebagai provitamin A. Provitamin A adalah pigmen berwarna kuning atau oranye yang
memberi warna pada wortel, ubi, labu kuning, jagung kuning dan sayuran-sayuran hijau dimana
warna kuning tertutup oleh warna hijau klorofil. Provitamin A dapat berubah menjadi vitamin A
dalam dinding usus (Suhardjo; Kusharto, Clara M.;, 2010). β-karoten dapat dipecah menjadi dua
molekul vitamin A, namun tidak memberikan vitamin A yang lebih banyak karena tidak semuanya
diserap oleh tubuh.
Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk ester retinil, bersama
karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus,
ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien
diabsorpsi daripada ester retinil. Di dalam sitoplasma sel mukosa usus halus bereaksi dipecah
menjadi retinol. Retinol di dalam mukosa usus halus bereaksi dengan asam lemak, dan
membentuk ester dengan bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus yang
kemudian diangkut oleh kilomikron melalui system limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati
berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A utama dalam tubuh. Dalam keadaan normal
vitamin A dalam hati dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh kekurangan konsumsi vitamin
A, asam retinoat diabsorpsi tanpa perubahan dan vitamian A akan dimobilasi dari hati dalam
bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBP) yang disintesis di dalam hati.
Lalu retinol diangkut melalui membrane sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol
Binding-Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Alur transport vitamin A di dalam tubuh
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Alur transport vitamin A di dalam tubuh. Sumber: Mahan, L.K dan M.T Arlin, Krause’s
Food, Nutrition and Diet Theraphy . 1992. hlm. 72 dalam Almatsier, 2002.

Fungsi vitamin A.
Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, yaitu :
1. Pengelihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Retinol di
dalam mata yang didapat dari darah dioksidasi menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat
protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual purple) atau rodopsin.
Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod. Sebagian
kecil retinol hilang selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Jumlah retinol yang
tersedia di dalam darah menentukan kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang
kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan dengan
cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini selesai.
Gambar 2.3 Peranan vitamin A dalam penyesuaian cahaya remang. Sumber: Guthrie, H.A,
Introductory Nutrition, 1986, hlm. 307 dalam Almatsier, 2002.
Keterangan: tiap molekul pigmen visual rhodopsin yang ada dalam sel retina mata (rod)
mengandung retinal (bentuk aktif vitamin λ) dan protein opsin.

2. Diferensiasi Sel
Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan
vitamin A yang terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti tahap pembentukan
sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Vitamin A dalam bentuk
asam retinoat diduga memegang peranan aktif dalam kegiatan inti sel yaitu dalam
pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein.
Kekurangan vitamin A dapat menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan
mucus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi
kasar dan luka sukar sembuh. Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus
dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi).

3. Fungsi Kekebalan
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada manusia dimana
mekanismenya belum diketahui secara pasti. Retinol tampaknya berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan
humoral. Kekurangan vitamin A menurunkan respon antibodi yang bergantung sel-T
(limfosit yang berperan pada kekebalan selular). Dalam kaitan vitamin A dan fungsi
kekebalan ditemukan bahwa:
1. Ada hubungan kuat antara status vitamin A dan risiko terhadap penyakit infeksi
pernapasan.
2. Hubungan antara kekurangan vitamin A dan diare belum begitu jelas.
3. Kekurangan vitamin A pada campak cenderung menimbulkan komplikasi yang
dapat berakibat kematian.

4. Pertumbuhan dan Perkembangan


Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, yaitu terhadap pertumbuhan sel.
Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email
dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan
bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan
dalam pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat

5. Reproduksi
Vitamin A dalam retinal dan retinol berperan dalam reproduksi pada tikus.
Pembentukan sperma pada hewan jantan serta pembentukan sel telur dan perkembangan
janin dalam kandungan membutuhkan vitamin A dalam bentuk retinol. Hewan betina
dengan status vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau
kesukaran dalam melahirkan. Kebutuhan vitamin A selama kehamilan meningkat untuk
kebutuhan janin dan persiapan induk untuk menyusui.

6. Pencegahan Kanker dan Penyakit Jantung


Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan kemampuan
meningkatkan aktivitas system kekebalan diduga berpengaruh dalam pencegahan kanker,
terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Di samping
itu β-karoten yang bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat
mencegah kanker paru-paru.

Satuan yang Digunakan


Hingga tahun 1967, aktivitas vitamin A di dalam jaringan diukur dalam International Unit
(I.U) atau Satuan Internasional (SI). Pada tahun 1967 FAO/WHO menganjurkan istilah Retinol
Ekivalen (RE) sebagai unit pengukuran vitamin A. Tetapi, hingga sekarang SI masih umum
dipakai. Satuan Internasional, RE dan ekivalennya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Satuan vitamin A dan ekivalennya

1,0 RE = 1,0 µg retinol


= 6,0 µg β-karoten
= 12,0 µg karotenoid lain
= 3,3 SI retinol
= 9,9 SI β-karoten

Sumber: Almatsier, S. (2009). PRINSIP DASAR ILMU GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
hlm.156
Angka Kecukupan Vitamin A yang Dianjurkan
Angka kecukupan vitamin A yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis
kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk vitamin A

Golongan Umur AKA* (RE) Golongan Umur AKA* (RE)


0-16 bulan 375 Wanita:
7-11 bulan 400 10-12 tahun 600
1-3 tahun 400 13-15 tahun 600
4-6 tahun 450 16-18 tahun 600
7-9 tahun 500 19-29 tahun 500
30-49 tahun 500
50-64 tahun 500
≥ 65 tahun 500

Pria: Hamil +300


10-12 tahun 600 Menyusui:
13-15 tahun 600 0-6 bulan +350
16-18 tahun 600 7-12 bulan +350
19-29 tahun 600
30-49 tahun 600
50-64 tahun 600
≥ 65 tahun 600
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004 dalam Almatsier. 2002.
*Angka Kecukupan Vitamin A.

Simpanan vitamin A dalam hati berkisar antara 100 -1000 S.I per gram jaringan. Orang yang sehat
bahkan dapat menyimpan sampai sekitar 500.000 S.I vitamin A dalam hatinya. Kebutuhan vitamin
A yang dianjurkan bagi anak-anak 100.000 S.I, bagi orang dewasa sehari 5000 S.I, demikian pula
bagi pemuda atau gadis umur 13 - 20 tahun. Untuk wanita menyusui kebutuhan lebih tinggi yaitu
800 S.I per hari, sedangkan bagi wanita hamil 6000 S.I.

Sumber-sumber vitamin A
Vitamin A terdapat di dalam pangan hewani, sedangkan karoten terdapat di dalan pangan
nabati. Sumber vitamin A adalah minyak hati-ikan (seperti minyak hati-cod, minyak hati-halibut),
susu, mentega, krim, telur. Sumber karoten adalah sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan
berwarna kuning-jingga seperti daun singkong, wortel, bayam, daun kacang, kangkung, bayam,
kacang panjang, papaya, mangga, nangka masak dan jeruk. Minyak kelapa sawit pun yang
berwarna merah kaya akan karoten. Kandungan vitamin A dalam bahan makanan yang dinyatakan
dalam Retinol Ekivalen dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Nilai vitamin A berbagai bahan makanan (Retinol Ekivalen (RE)/100g)
Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE
Hati sapi 13170 Daun katuk 3111
Kuning telur bebek 861 Sawi 1940
Kuning telur ayam 600 Kangkung 1890
Ayam 243 Bayam 1827
Ginjal 345 Ubi jalar merah 2310
Ikan sardin (kaleng) 250 Mentega 1287
Minyak ikan 24000 Margarin 600
Minyak kelapa sawit 18000 Susu bubuk “full 471
cream”
Minyak hati ikan hiu 2100 Keju 225
Wortel 3600 Susu kental manis 153
Daun singkong 3300 Susu segar 39
Daun papaya 5475 Mangga masak pohon 1900
Daun lamtoro 5340 Pisang raja 285
Daun tales 3118 Tomat masak 450
Daun melinjo 3000 Semangka 177
Sumber: Daftar Analisis Bahan Makanan, FKUI, 2002
Defisiensi Vitamin A
Gejala defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati telah
berkurang. Defisiensi protein dan Zn akan menghambat pelepasan vitamin A dari hati, sehingga
dapat menimbulkan gejala-gejala seperti defisiensi vitamin A. defisiensi vitamin A dapat
disebabkan oleh beberapa factor, misalnya: konsumsi vitamin A (provitamin A) rendah, gangguan
dalam proses penyimpanan di dalam usus halus, gangguan dalam proses penyimpanan di hati, dan
gangguan dalam proses konversi provitamin A menjadi vitamin A.
Gejala defisiensi vitamin A yang timbul adalah sebagai berikut:
1. Rabun Senja
Kurang mengkonsumsi vitamin A akan menurunkan jumlah vitamin A yang tersimpan
dalam hati, sehingga mengakibatkan menurunnya kadar vitamin A dalam darah.
Dengan kata lain berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk pembentukan pigmen
rhodopsin di dalam retina mata.

2. Perubahan pada Mata


Mula-mula kelenjar air mata tidak dapat
mengeluarkan air mata, film yang menutupi kornea
mata mongering. Berikutnya, sel-sel epitel kornea
mata mengalami keratinisasi, opacity (menjadi keruh)
dan pengelupasan. Selanjutnya, kornea mata pecah,
terjadi infeksi mata sehingga mengeluarkan darah dan
nanah, yang terakhir dengan kebutaan. Gejala-gejala
Gambar 2.4 xerophthalmia. tersebut dikenal dengan sebutan bitnik Bitot (Bitot’s
Sumber: medicalpoint.org spot), xerosis conjunctiva, dan xerophthalmia.
3. Infeksi pada Saluran Pernapasan
Infeksi dapat terjadi karena adanya kerusakan sel-sel epitel pada permukaan saluran
pernapasan. Karena itu vitamin A dikenal dengan sebutan “anti-infective vitamin”.

4. Perubahan pada Kulit


Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit menjadi kasar dan kering, terutama pada
bagian bahui. Selain itu akan terjadi benjolan-benjolan kecil pada dasar kantung rambut
yang kemudian mengeras, hal ini disebut sebagai “folliculosis”.
Keracunan vitamin A dapat terjadi pada orang yang mengkonsumsi vitamin A sebanyak
16.000 RE per hari (kadang-kadang pada dosis yang lebih rendah, yaitu sekitar 6000 RE per hari),
tetapi adapula yang mengalami keracunan bila mengkonsumsi vitamin A sebanyak 40.000-55.000
RE per hari. Gejala keracunan pada orang dewasa adalah: sakit kepala, perasaan mengantuk, mual-
mual, rambuk rontok, kulit mongering dan diare. Sedangkan pada anak-anak adalah: dermatitis,
berat badan turun dan sakit pada tulang rangka.
Periode awal konsumsi dosis tinggi sampai timbul gejala keracunan cukup lama, yaitu
sekitar 6 -15 bulan. Tetapi anak kecil (bayi) dapat menderita keracunan pada dosis 8.000 RE per
hari hanya setelah 30 hari, dengan gejala-gejala: kepala menonjol dan berair, sangat mudah marah,
dan tekanan di dalam tengkorak meningkat (Muctadi, 2009).
Cara Menjaga Sumber Makanan Vitamin A
Vitamin A mudah rusak pada suhu dan sinar yang tinggi. Contohnya adalah pada pengolahan sayur
wortel, untuk mengolahnya adalah dengan langsung memasukkan wortel utuh yang sudah
dibersihkan tanpa perlu dipotong terlebih dahulu ke dalam air mendidih. Setelah wortel menjadi
lunak, barulah kita memotongnya sesuai dengan kebutuhan. Cara ini akan menjadikan nutrisi pada
wortel atau sayur lainnya tidak banyak mengalami kerusakan.

2.2 Vitamin D
Vitamin D dikenal pula dengan nama lain, yaitu: anti-rachitic factor atau rickets-
preventive factor, cholecalciferol (vitamin D2 dari tanaman), calcitriol, calcidiol, dan sun-shine
vitamin (karena dapat dibentuk dalam kulit dari 7-dehidrokolesterol dengan bantuan sinar ultra
violet dari sinar matahari). Vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, melainkan prohormone,
karena apabila tubuh mendapat cukup sinar matahari, konsumsi vitamin D melalui makanan tidak
dibutuhkan. Namun, apabila tubuh tidak mendapat cukup sinar matahari, maka konsumsi vitamin
D perlu dipenuhi melalui makanan.
Struktur kimia cholecalciferol dan ergocalciferol dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Struktur kimia cholecalciferol dan


ergocalciferol. Sumber: Muctadi, D. (2009).
Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta,
hlm.45
Peranan vitamin D adalah untuk menjamin pertumbuhan tulang dan gigi. Prekursor vitamin D
(provitamin D) dapat diperoleh dari tanaman, berupa ergosterol, atau seperti yang telah disebutkan
di atas, yaitu 7-dehidrokolesterol yang terdapat pada kulit. Vitamin D yang digunakan untuk
fortifikasi pangan diperoleh dari provitamin D yang diradiasi dengan sinar ultra violet (Gambar
2.6)

Gambar 2.6 Ilustrasi fungsi vitamin D di dalam tubuh. Sumber: Muctadi,


D. (2009). Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta, hlm.46

Fungsi Vitamin D
Fungsi vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama
vitamin A dan vitamin C, hormon-hormon paratiroid dan kalsitonin, protein kolagen, serta
mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium dan fluor.
Fungsi khusus vitamin D adalah membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur agar
kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang. Hal
ini dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Di dalam saluran cerna, kalsitriol meningkatkan absorpsi aktif vitamin D dengan cara
merangsang sintesis protein pengikat-kalisum dan protein pengikat-fosfor pada mukosa
usus halus.
2. Di dalam tulang, kalsitriol bersama hormone paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari
permukaan tulang ke dalam darah.
3. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang reabsorpsi kalsium dan fosfor.

Angka Kecukupan Vitamin D yang Dianjurkan.


Walaupun Satuan Internasional masih digunakan untuk mengukur vitamin D, terminologi
yang dianjurkan adalah microgram (µg) vitamin D3. Vitamin D2 (ergocalciferol) dan D3
(cholecalciferol) mempunyai aktivitas biologis yang sama dan biasanya disebut sebagai vitamin
D3.
Angka kecukupan gizi vitamin D yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis
kelamin untuk Indonesia dapat dilihat dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Angka Kecukupan vitamin D yang Dianjurkan
Golongan Umur AKD* (µg) Golongan Umur AKD* (µg)
0-16 bulan 5 Wanita:
7-11 bulan 5 10-12 tahun 5
1-3 tahun 5 13-15 tahun 5
4-6 tahun 5 16-18 tahun 5
7-9 tahun 5 19-29 tahun 5
30-49 tahun 5
50-64 tahun 10
≥ 65 tahun 15

Pria: Hamil +0
10-12 tahun 5 Menyusui:
13-15 tahun 5 0-6 bulan +0
16-18 tahun 5 7-12 bulan +0
19-29 tahun 5
30-49 tahun 5
50-64 tahun 10
≥ 65 tahun 15
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004 dalam Almatsier. 2002.
*Angka Kecukupan Vitamin D.

Sumber-sumber vitamin D
Vitamin D diperoleh tubuh melalui makanan dan sinar matahari. Penduduk di daerah tropic
tidak perlu ketakutan akan kekurangan vitamin D, justru bayi dan anak-anak dianjurkan berada di
bawah sinar matahari selama beberapa waktu tiap hari. Sedangkan, sumber vitamin D di daerah
non-tropik adalah makanan. Makanan hewani merupakan sumber utama vitamin D dalam bentuk
colecalciferol, yaitu: kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak ikan. Susu sapi dan ASI
merupakan sumber vitamin D yang baik. Minyak hati ikan sering digunakan sebagai suplemen
vitamin D untuk bayi dan anak-anak. Vitamin D relatif stabil dan tidak rusak bila makanan
dipanaskan atau disimpan dalam jangka waktu lama. Dalam keadaan normal, suplemen vitamin D
tidak diperlukan. Kandungan vitamin D dalam beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel
2.5
Tabel 2.5 Nilai vitamin D berbagai bahan makanan (µg /100g)
Bahan makanan µg Bahan makanan µg
Susu sapi 0,01 – 0,03 Minyak hati ikan 210
ASI 0,04 Margarin dan sejenis 5,8-8,0
Tepung susu 0,21 Daging sapi ss
Krim 0,1-0,28 Unggas Ss
Keju 0.03-0,5 Hati 0,2-1,1
Yogurt ss-0,04 Ikan air tawar ss
Telur utuh 1,75 Ikan berlemak ss-25
Kuning telur 4,94 Udang dan kerang Ss
Mentega 0,76
Sumber: Holland (1991) dalam Garrow,J.S dan W.P.T James, Human Nutrition Dietetie, 1993, hlm.223.
Keterangan: ss= sedikit sekali.
Bahan pangan tersebut dapat mensuplai 125 S.I vitamin D per hari. Untuk mencukupi
kebutuhan tubuh (sekitar 200-400 S.I per hari), produk makanan hasil olahan industry (misalnya
susu bubuk dan mentega) difortifikasi dengan vitamin D.
Defisiensi Vitamin D
Kekurangan vitamin D menyebabkan kelainan pada tulang yang dinamakan riketsia pada
anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa. Riketsia terjadi bila pengerasan tulang pada anak-
anak terhambat sehingga menjadi lembek. Kaki membengkok, ujung-ujung tulang panjang
membesar (lutut dan pergelangan), tulang rusuk membengkok, pembesaran kepala karena
penutupan fontanel terlambat, gigi terlambat keluar, bentuk gigi tidak teratur dan mudah rusak.
Riketsia jarang dapat disembuhkan sepenuhnya. Sebelum ditemukan fortifikasi makanan dengan
vitamin D, riketsia banyak terdapat di negara-negara dengan empat musim.
Osteomalasi adalah riketsia pada orang dewasa. Biasanya terjadi
pada wanita yang konsumsi kalsiumnya rendah, tidak banyak mendapat sinar
matahari dan mengalami banyak kehamilan dan menyusui. Osteomalasi
dapat pula terjadi pada mereka yang menderita penyakit saluran cerna, hati,
kandung empedu atau ginjal. Tulang melembek yang menyebabkan
gangguan dalam bentuk tulang, terutama pada kaki, tulang belakang, toraks
dan pelvis. Gejala awalnya adalah rasa sakit seperti rematik dan lemah dan
Gambar 2.7
kadang muka menggamit (twitching), tulang membengkok (bentuk O atau
Riketsia. Sumber:
X) dan dapat menyebabkan fraktur (patah).
medicalpoint.org
Konsumsi vitamin D dalam jumlah berlebihan mencapai lima kali AKG, yaitu lebih dari 25 µg
(1000 S.I) sehari, akan menyebabkan keracunan. Gejalanya adalah kelebihan absorpsi vitamin D
yang pada akhirnya menyebabkan kalsifikasi berlebihan pada tulang dan jaringan tubuh, seperti
ginjal, paru-paru, dan organ tubuh lain. Tanda-tanda khas adalah akibat hiperkalsemia, seperti
lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah, gangguan mental dan
pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang diberi vitamin D berlebihan, menunjukkan gangguan
saluran cerna, rapuh tulang, gangguan pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental.

Cara Menjaga Sumber Makanan Vitamin D


Salah satu contoh mengolah sumber makanan yang mengandung vitamin D adalah telur. Saat
menggoreng telur sebaiknya menggunakan butter, jika tidak ada maka gunakan minyak jagung
atau minyak biji bunga matahari. Tidak perlu menggoreng terlalu lama, sekitar 1-2 menit saja
cukup untuk mendapatkan protein dan kandungan vitamin D di dalamnya.

References
Almatsier, S. (2009). PRINSIP DASAR ILMU GIZI. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Muctadi, D. (2009). Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.

Munasir, Z. (2000). Pengaruh Suplementasi Vitamin A Terhadap Campak. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 2,
Agustus 2000, 72 - 76.

Suhardjo; Kusharto, Clara M.;. (2010). Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta: Kanisius.

Warsito, Heri; , Rindiani; Nurdyansyah, Fafa;. (2015). Ilmu Bahan Makanan Dasar. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai