Nim : 201904055
Kelas : R4A
BAB I
oleh International Vitamin A Consultative Group (IVACG) pada tahun 1976.2 Seiring
dengan perkembangan pengetahuan, status vitamin A seseorang dapat diketahui
lebih awal dengan pemeriksaan, histopatologis, biologis dan biokimia.
Secara biologis, fungsi dan histologi, status vitamin A dapat diperiksa melalui
tanda-tanda xeroftalmia, buta senja, conjunctival impression cytology (CIC) dan
Jurnal:
https://www.persagi.org/ejournal/index.php/Gizi_Indon/article/download/55/52
8. Jelaskan mengenai toksisitas akut dan kronis yang terjadi akibat konsumsi vitamin A
berlebihan!
Konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat menyebabkan hipertaminosis, jika
dikonsumsi vitamin A antara 75.000-500.000 SI atau 40.000-55.000 RE setiap hari
dalam jangka waktu yang lama. Gejala kelebihan vitamin A pada orang dewasa adalah
sakit kepala, pusing, rambut rontok, kulit kering, tidak selera makan, dan sakit pada
tulang. Selain itu ada pula dampak dari kekurangan vitamin A pada bayi dan balita,
seperti pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak baik, mudah terkena campak,
diare, serta kelainan dan kebutaan.
Jurnal: http://poltekkesdenpasar.ac.id/files/JSH/V10N2/Aris%20Prasetya
%20Utami1,%20I%20Wayan%20Juniarsana2%20JSH%20V10N2.pdf
9. Carilah referensi yang dapat menjelaskan hubungan antara vitamin A dan osteoporosis!
Vitamin A berperan penting dalam proses remodeling tulang sebab vitamin A (asam
retinoat) merupakan reseptor dari osteoblas dan osteoklas. Kekurangan vitamin A
dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk tulang, namun kelebihan asupan
vitamin A (retinol) atau tingginya retinol serum dihubungkan dengan BMD yang
rendah dan peningkatan risiko patah tulang (12). Asupan vitamin A yang sesuai dengan
angka kecukupan gizi (AKG) yaitu sebesar 500 µg RE dapat menjaga dan
memelihara puncak kepadatan tulang.
Asupan vitamin A yang berlebihan juga tidak baik karena berhubungan dengan
penurunan BMD dan peningkatan risiko patah tulang paha (13). Hasil penelitian di
Denmark yang menggunakan analisis cross-sectional dan longitudinal juga
menunjukkan bahwa asupan vitamin A yang tinggi yaitu lebih dari 1500 µg RE
dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang sebanyak 2 kali lipat.
Jurnal : https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/download/17752/11522
BAB II
Jurnal : https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3633/4674
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/48/43
3. Bagaimana peran mineral natrium, kalium, dan klorida pada keadaan tersebut?
a. Peran Natrium :
Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida. Kandungan
natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah pengeluaran
keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada
lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam. Seseorang dikatakan
hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam tubuhnya turun lebih dari
beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145 mEq/L) dan hipernatremia
bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal. Hiponatremia biasanya
berkaitan dengan hipoosmolalitas dan hypernatremia berkaitan dengan
hiperosmolalitas.
b. Peran kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada didalam cairan intrasel. Konsntrasi
kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L
(sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orng dewasa sekitar 50-60/ Kg berat
badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin
keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran
cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan
normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi
natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi
secara aktif maupun pasif ditubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan
natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui
traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90%.
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan
kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion
kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan
kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang
lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.
c. Peran klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida pada orang
dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida
berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi
klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa.
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang
masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa
pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan
ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau
usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar
klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat
berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama
klorida adalah melalui ginjal.
4. Bagaimanakah metabolisme mineral natrium, kalium dan klorida?
a. Metabolisme natrium
Hampir seluruh natrium yang dikonsumsi (3 hjngga 7 gram perhari) diabsorpsi,
terutama didalam usus halus. Natrium diabsorpsi secara akyif (membutuhkan
energy). Natrium yang diabsorpsi oleh aliran darah ke ginjal. Disini natirum
disaring dan dikembalikan kealiran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang
jumlahnya mencapai 90-99% dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urine.
Pengeluaran natrium ini diatur oleh hormone aldosterone, yang dikelurkan
kelenjar adrenal bila kadar natrium darah menurun. Aldosterone merangsang
ginjal untuk mengabsorpsi kembali natrium. Dalam keadaan normal, natrium
yang dikeluarkan melalui urine sejajar dengan jumlah natrium yang
dikonsumsi. Jumlah natrium dalam urin tinggi gula bila konsumsi tinggi dan
rendah bila konsumsi rendah.
b. Metabolisme klorida
Klorida hampir seluruhnya diabsorpsi didalam usus halus dan diekskresi
melalui urin dan keringat. Kehilngan klorida mengikuti kehilangan natrium.
Kebanyakan keringat dihalangi oleh aldosterone yang secara langsung
berpengaruh terhadap kelenjar keringat.
5. Bahan makanan apa saja yang merupakan sumber mineral natrium, kalium dan
klorida?
a. Sumber natrium
Sumber natrium adalah garam dapur, mono sodium glutamate (MSG), kecap
dan makanan yang diawetkan dengan garam dapur. Diantaranya makanan yang
belum diolah, sayur dan buah mengandung sedikit natrium. Beberapa kandung
natrium yang terdapat pada bahan makanan seperti, daging sapi, sardine, udang,
ekor kuning, teri, yoghurt, mentega dan lain-lain,
b. Sumber klorida
Klorida terdapat bersamaan dengan natrium didalam garam dapur. Sebagian
besar klorida diperoleh dari makanan olahan yang diberi garam dapur, termasuk
beberapa sayur dan buah merupakan sumber klorida.
c. Sumber kalium
Kalium terdapat didalam semua makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan hewan. Sumber utama adalah makanan mentah/segar, terutama adalah
buah, sayuran dan kacang-kacangan. Contohnya seperti beras giling, singkong,
kentang, kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kacang kedelai, jambu
monyet, kelapa, alpokat, dll.
Referensi Buku: Almetsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
3. Indikator apa yang paling baik untuk menandakan status yodium dalam tubuh? Berapa
kadar normalnya?
Jawab : Iodium ada di dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit, yaitu sebayak kurang
lebih 0,00004% dari berat badan atau 15-23 mg. Sekitar 75% dari iodium ini ada di
dalam kelenjar tiroid, yang digunakan untuk mensintesis hormon tiroksin,
tertraiodotironin dan triiodotironin. Hormon-hormon ini diperlukan untuk pertumbuahn
normal. Perkembangan fisik dan mental hewa dan manusia.
Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa
berkisar 100-150 mg.hari. Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam
mgI/g kreatinin. Pada tingkat ekskresi lebih kecil dari 50 mg/g kreatinin sudah menjadi
indikator kekurangan intake. Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai
wilayahh di dunia, diperkirakan sekitar 500mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA).
4. Sebutkan bahan makanan yang tinggi yodium!
Jawab : Soehardjo (2000) mengatakan bahwa dengan mengkonsumsi pangan yang
kaya iodiuym dapat menekan atau bahkan mengurangi besarnya prevalensi gondok.
Berikut Gibson (2000) menyebutkan rata-rata kandungan iodium dalam bahan
makanan antara lain : Ikan tawar 30 mg; ikan laut 832 mg; kerang 798 mg; daging 50
mg;susu 47 mg; telur 93 mg; gandum 47 mg; buah-buahan 18 mg; kacang-kacangan 30
mg dan sayuran 29 mg.
5. Sebutkan bahan makanan yang mampu menghambat penyerapan yodium!
Jawab : Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain
itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke
bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok
Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan
terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun
pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
7. Mengapa dinas kesehatan setempat tidak menyetujui penggunaan analaisis TSH dan
tiroglobulin pada populasi?
Jawab : Karena pemeriksaan TSH tidak dapat menjelaskan penyebab tiggi atau
rendahnya kadar TSH. Oleh karena itu, bila ditemukan abnormalitas pada tes TSH,
maka beberapa tes tambahan harus dilakukan untuk mengetahui penyebab gangguan
tiroid. Pemeriksaan tiroglobulin biasanya dilakukan untuk memantau efektivitas dari
pengobatan kanker tiroid dan atau memantau kondisinya semakin memberat atau tidak,
sedangkan dikasusnya tidak dikatakan anak SD tersebut sudah terkena kanker tiroid
atau belum sehingga Dinas Kesehatan setempat tidak menyetujuinya.
10. Menurut Anda, apa strategi yang tepat untuk mengatasi permasalahan gizi di daerah
tersebut? Dukung dengan literatur atau jurnal terbaru!
Jawab : Sosialisasi sangat penting karena merupakan salah satu upaya untuk
penanggulangan GAKY yang efektif. Keberhasilan sosialisasi tergantung pada peran
aktif penyuluh (pemerintah, instansi terkait dan masyarakat) dan respon dari
masyarakat itu sendiri tentang arti penting konsumsi garam beryodium dan dampak
yang timbulkan dari penyakit akibat kekurangan yodium. Tujuan dari sosialisasi adalah
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang garam beryodium.
Penanggulangan GAKY harus dimulai dari dasar (akar masalah) yaitu kurangnya
persediaan dan peredaran garam konsumsi beryodium di pasar karena kurangnya
produksi dan distribusi oleh sentra garam rakyat, industri kecil menegah maupun
industri besar. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi garam rakyat secara nasional yang merupakan produsen utama garam
beryodium. Umumnya sebagian besar pegaraman di kelola oleh masyarakat disekitar
sentra garam dengan pengetahuan yang rendah dan teknik pegaraman yang sederhana,
sehingga produktivitas lahan, kualitas dan kuantitas garam produksi masih rendah.
(Referensi: Sudarto. Penanggulangan GAKY melalui peningkatan kualitas produksi dan
distribusi Gara beryodium. Volume XIII Nomor 02 September 2012. Hal 30-41)
Bab V
5. Berikan rekomendasi agar pasien dapat mengonsumsi suplementasi zink dan zat besi
agar penyerapan kedua zat gizi tersebut optimal!
Jawab : pemberian sulpemen seng dan zat besi dapat direkomendasikan kepada orang
tua balita untuk dilanjutkan dengan jangka waktu pemberian durasi lebih dari 6 bulan
sebagai bentuk upaya memperbaiki asupan zat gizi balita dan status gizi balita.
6. Berikan sumber makanan untuk membantu menurunkan anemia pada pasien diatas!\
Jawab : Konsumsi Protein merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
terutama untuk membangun sel dan jaringan, memelihara dan mempertahankan daya
tahan tubuh, membantu enzim, hormon, dan berbagai bahan biokimia lain. Dengan
demikian, kekurangan asupan protein akan sangat mempengaruhi berbagai kondisi
tubuh yang diperlukan untuk tetap bertahan sehat. Protein berhubungan dengan anemia
karena hemoglobin yang diukur untuk menentukan status anemia seseorang merupakan
pigmen darah yang berwarna merah berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan
karbondioksida adalah ikatan protein. Sumber protein hewani yang bersumber dari
daging sapi, kambing, ayam, hati, dan ikan berperan meningkatkan penyerapan zat besi
di dalam usus, sebaliknya protein nabati seperti kacang- kacangan dapat menghambat
penyerapan zat besi terutama jika protein tersebut digunakan sebagai pengganti daging.
Vitamin B12 dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan mencegah terjadinya anemia
(kurang darah) dengan membentuk sel darah merah. Karena peranannya dalam
pembentukan sel, defisiensi vitamin B12 bisa mengganggu pembentukan sel darah
merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah merah akibatnya terjadi
anemia.
(Referensi: Syatriani S, Aryani A. Konsumsi Makanan dan Kejadian Anemia pada Siswi
Salah Satu SMP di Kota Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 6,
Juni 2010)
7. Jelaskan fungsi zink secara umum!
Jawab : Zn memegang peranan penting terutama dalam proses fisiologis dan
metabolisme ternak. Zn juga berfungsi di dalam sintesis beberapa hormon seperti
insulin dan glukagon, serta berperan dalam metabolisme karbohidrat, keseimbangan
asam basa dan metabolisme vitamin A (LINDER, 1992), sintesis asam nukleat (RNA,
DNA) polimerase dan sintesis protein (LIEBERMAN dan BRUNING, 1990). Zn
dibutuhkan oleh kerja enzim dan Zn dikenal sebagai katalisator beberapa enzim. Lebih
dari 300 enzim memerlukan Zn seperti enzim dehidrogenase, superoksida dismutase,
alkalin fosfatase, aminopeptidase, karboksipeptidase dan collagenase (UNDERWOOD,
2001). Zn juga berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, perkembangan
seksual, produksi sperma yang sehat, pembentukan embrio, berperan selama kehamilan
dan mengaktifkan hormon pertumbuhan. Selain itu, Zn juga penting dalam
pengecapan, serta nafsu makan. Zn merupakan komponen penting pada struktur dan
fungsi membran sel. Zn berfungsi sebagai antioksidan, dan melindungi tubuh dari
serangan lipid peroksidase (LIEBERMAN dan BRUNING, 1990). Mineral ini mampu
menghambat terjadinya apoptosis yaitu kematian sel yang terprogram yang diatur oleh
gen (TRUONG TRAN et al., 2000).
(Referensi: Widhyari S D. Peran dan dampak defisiensi zinc (Zn) terhadap sistem tanggap
kebal. WARTAZOA Vol. 22 No. 3 Th. 2012)