Anda di halaman 1dari 14

Mata Kuliah Biokimia

VITAMIN YANG LARUT DALAM LEMAK

KELOMPOK IVB:
Desty Erdiana Kusumawati (K3316012)

Dyah Puspitasari (K3316016)

Erika Refiyani (K3316018)

Handasatul Na’imah (K3316020)

Nurlaila Sahara W. (K3316045)

Rizka Intansari (K3316059)

Vinsensius Maunia S.H. (K3316067)

Yosiana Fitri Astuti (K3316069)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2018
VITAMIN YANG LARUT DALAM LEMAK

(dikerjakan oleh Nurlaila/K3316045)


A. Vitamin A
Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam beberapa bentuk :
1. Vitamin A alkohol (retinol),
2. Vitamin A aldehid (retinal),
3. Vitamin A asam (asam retinoat),
4. Vitamin A ester (ester retinil).

Vitamin A

Vitamin A2

Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam dan alkali. Sayangnya mempunyai
sifat yang sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi
bersamaan udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.
Sebagian besar sumber vitamin A adalah karoten yang banyak terdapat dalam bahan-bahan
nabati. Tubuh manusia memilki kemampuan mengubah karoten menjadi vitamin A. Dalam
tanaman terdapat beberapa jenis karoten, namun yang paling banyak ditemui yaitu α −, β−, γ−¿
karoten; mungkin juga terdapat kriptoxantin.
Dalam bahan makanan terdapat vitamin A dalam bentuk karoten sebgai ester dari vitamin A
dan sebagai vitamin A bebas. Kereaktifan biologis dari karoten jauh lebih rendah dibandingkan
vitamin A. karena karoten merupakan sumber vitamin A bagi masyarakat di negara yang sedang
berkembang , maka adsorpsi dan kesediaan karoten tidak diperlukan.
Sayur-sayuran dan buah-buahan yang berwarna hijau atau kuning biasanya banyak
mengandung vitamin A. ada hubungan langsung antara derajat kehijauan sayur dengan kadar
karoten. Semakin hijau daun tersebut semakin tinggi karoteinnya. , sedangkan daun-daun yang
pucat seperti selada dan kol miskin karoten. Wortel. Umbi jalar dan waluh kaya akan karoten.
Dari penelitian yang dilakukan terhadap orang-orang india didapat bahwa kisaran
kemampuan menyerap karoten yang berasal dari sayur hanya 33%-58% atau rata-rata 50%.
Tidak semua karoten yang diserap diubah menjadi vitamin A. kelompok FOA-WHO telah
melakukan perhitungan bahwa separuh dari karoten yang terserap tersebut akan diubah menjadi
vitamin A, jadi kira-kira hanya 1/6 dari kandungan karoten dalam bahan makanan yang akhirnya
akan dimanfaatkan oleh tubuh.
Dalam menentukan kadar vitamin dalam bahan pangan perlu diperhatikan jumlah vitamin
yang aktif, atau keaktifan vitaminnya.sebagai contoh keaktifan vitamin A (retinol) dalam bahan
pangan dinyatakan sebagai berikut :
μg β−karoten
Aktivitas retinol : ¿ μg retinol+
6
β-karoten merupakan provitamin yang terdapata dalam tanaman hijau.
Perubahan karoten dalam tubuh terutama terjadi dalam mukusa dinding usus kecil
manusia. Diperkirakan 6μg β−karotenmempunyai aktivitas biologi 1μg retinol. Karena alas an
tersebut, aktivitas vitamin A bahan makanan dinyatakan dalam ekuivalen retinol, yang dilakukan
dengan cara menambahkan kadungan retinol yang ada dengan ¼ kadungan β−karoten.
Satuan takaran untuk vitamin A yang digunakan adalah internasional unit (IU) atau
Satuan Internasional (SI). Telah banyak disarankan satuan takaran diganti dengan Retinol
Equivalen (RE), karena satuan ini lebih tepat serta dapat memberikan gambaran keadaan yang
sesungguhnya termasuk pertimbangan penyerapan karoten serta serajat konversinya menjadi
vitamin A.
1 RE = 1 μg β−karoten (3,33 IU)
1 RE = 6 μg β−karoten (10 IU)
1 RE = 12 μg β−karoten (10 IU)
Kelebihan vitamin A dalam tubuh dapat disimpan dalam hati, terutama dalm sel-sel parenkim,
yaitu dalam bentuk butir-butir lemak campuran rantai-rantai ester retinil (retinil palmitat (50%),
retinil stearat, dan retinil oleat). Sebelum dilepaskannya sebuah vitamin A, ester-ester tersebut
mengalami hidrolisis menjadi retinol. Di hati vitamin A terdapat dalam bentuk retinol, tetapi
dalam darah retinol terikat dengan protein spesifik yang disebut Retinol Binding Protein (RBP)
dan diangkut ke jaringan-jaringan tepi seperti mata, usus, serta kelenjar ludah. (Djaelani, 1989)
Terlalu banyak komsumsi vitamin A dapat menyebabkan hipervitaminosis, suatu keadaan
keracunan yang disebabkan oleh terlalu banyaknya konsumsi vitamin A, yaitu bila
mengkomsumsi 75.000 sampai 500.000 SI (45 sampai 300 mgr β−karoten ¿setiap hari untuk
jangka waktu beberapa bulan.

(dikerjakan oleh Vinsensius/K3316067)


Kekurangan Vitamin A
Dalam tubuh vitamin A berperan dalam penglihatan/mata, permukaan epitel, serta
membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk penglihatan normal sangat penting karena
daya penglihatan mata sangat tergantung oleh adanya rhodopsin, suatu pigmen yang
mengandung retinol.
Jumlah kebutuhan vitamin A yang dianjurkan (Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi,
1978) adalah 1200-2400 IU bagi bayi dan anak-anak di bawah 10 tahun, dan 3500-4000 IU
untuk orang dewasa.
Vitamin A berperan menjaga agar kornea mata selalu sehat. Mata yang normal biasanya
mengeluarkan mukus, yaitu cairan lemak kental yang dikeluarkan sel epitel mukosa sehingga
membantu mencegah terjadinya infeksi. Akan tetapi bila kekurangan vitamin A, sel epitel akan
mengeluarkan keratin, yaitu protein yang tidak larut dalam air dan bukan mukus. Bila sel-sel
epitel mengeluarkan keratin, sel-sel membran akan kering dan mengeras, dan keadaan tersebut
dikenal dengan istilah keratinasi. Keadaan tersebut bila berlanjut akan menyebabkan penyakit
xeroftalmia. Xeroftalmia adalah keadaan bila orang mengalami ke kurangan vitamin A, mula-
mula konjungtiva mata mengalami keratinasi, kemudian korneanya juga terpengaruh. Bila tidak
diobati, mata akan menjadi buta
Tanda-tanda kekurangan vitamin A
Diperkirakan di Indonesia anak penderita xertalmia kornea aktif lebih dari 60.000 setiap
tahunnya. Sebanyak 20.000-30.000 penderita itu akan mengalami kebutaan selama hidupnya.
Gelaja kekurangan vitamin A pada mata diawali dengan rabun senja (nyctalopia), disebut
juga sebagai buta ayam atau kotokeun. Pada tahun senja, penderita tidak mampu melihat secara
normal dalam suatu ruang yang remang-remang atau setengah gelap. Hal ini disebabkan oleh
rendahnya kandungan rodopsin dalam betina mata dibanding retina mata normal. Mata
memerlukan waktu adaptasi yang lebih untuk dapat melihat sesuatu, terutama bila masuk dari
suasana sore ke senja (petang). Rabun senja yang banyak terjadi pada anak-anak prasekolah
tersebut dapat disembuhkan dengan pengobatan dengan vitamin A.

(dikerjakan oleh Rizka/K3316059)

Noda Bitot
Setelah gejala rabun senja, gejala berikutnya ialah Xerosis, yaitu gejala kekeringan pada
konjungtiva (selaput kelopak mata); berkerut, timbul pigmen, atau kotor sehingga kehilangan
atau menurun sifat transparannya.
Gejala lain yang juga penting adalah terjadinya noda bitot pada mata, yaitu suatu noda yang
timbul sebagai bercak berwarna perak kelabu pada kornea, biasanya dengan permukaan yang
berbuih. Noda tersebut pertama kali ditemukan dan diungkapkan oleh seorang dokter dari
Prancis yaitu dr. Bitot. Bila gejala ini disertai adanya xerosis dan penderitanya adalah anak-anak
prasekolah, maka biasanya penyebabnya adalah kekurangan vitamin A.
Mc Laren (1976), tokoh yang banyak mempelajari noda bitot pada berbagai bangsa di
seluruh dunia, berpendapat bahwa noda bitot secara jelas ada sangkut-pautnya dengan status gizi
yang buruk pada masyarakat setempat.
Di samping itu kekurangan vitamin A dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tulang
sangat memerlukan vitamin A yang cukup.

Sumber Vitamin A
Berbagai makanan hewani seperti susu, keju, kuning telur, hati, dan berbagai ikan yang
tinggi kandungan lemaknya merupakan sumber utama bagi retinol; demikian juga beberapa
sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning atau merah, terutama wortel. Sedang sayuran
hijau meskipun tergolong tidak tinggi kandungan vitamin A-nya, tetapi penting artinya sebagai
sumber vitamin A bagi masyarakat di daerah pedesaan karena murah dan mudah di dapat secara
lokal.
Tingginya konsumsi provitamin A atau vitamin A saja sesungguhnya tidak cukup, bila tidak
diikuti perbaikan status gizi. Dan sesungguhnya dengan mengkonsumsi sayur hijau, gizi lain
yang dikandungnya dapat dimanfaatkan (Girindra, 1993).
Sayuran hijau ternyata juga tinggi kadar proteinnya. Bila ditakar berdasarkan berat kering,
daun hijau yang mengandung protein 30-40%, kira-kira mendekati kandungan protein kedelai.
Konsumsi 100 gram sayuran hijau saja atau sekitar dua sendok makan setelah dimasak dapat
menambah 15% dari seluruh konsumsi protein hari itu, di samping menambah sebanyak 100%
atau lebih zat kapur (kalsium) dan besi; dan ternyata mencukupi keperluan vitamin A dan
vitamin C untuk orang dewasa per hari yaitu 3.500 IU vitamin A dan 30mg vitamin C.
(dikerjakan oleh Erika/K3316018)
B. Vitamin D
Dari beberapa jenis vitamin D dua diantaranya dianggap yang paling penting yaitu
vitamin D2 (elgo kalsiferol) dari vitamin D3(7-dehidrokolesterol kolikolaferol). Struktur kedua
vitamin tersebut sangat mirip. Vitamin D2 banyak terdapat dalam bahan nabati dan vitamin D3
banyak terdapat dalam minyak hati ikan.
Ada beberapa kontroversi mengenai vitamin D tersebut, beberapa ilmuwan menganggap
bahwa vitamin D bukan merupakan suatu vitamin karena memiliki aktivitas yang mirip
hormone. Tidak seperti halnya vitamin-vitamin lain, vitamin D dapat disintesis dalam tubuh
manusia dan hewan dalam bentuk vitamin D2. Laju sintesis vitamin D dalam kulit tergantung
jumlah sinar matahari yang diterima serta konsentrasi pigmen di kulit. Vitamin tersebut
kemudian diaktifkan oleh sinar matahari dan diangkut ke berbagai alat tubuh utnuk dimanfaatkan
atau disimpan didalam hati. Karena itu konsumsi vitamin D tidak begitu penting dalam
pemenuhan kebutuhan vitamin D secara keseluruhan.

Kekurangan vitamin D
Peranan vitamin D sangat penting bagi metabolisme kalsium dan fosfor. Dengan adanya
vitamin D, absorpsi kalsium oleh alat pencernaan akan diperbaiki, kalsium dan fosfor dari tulang
dimobilisasi, pengeluaran dan keseimbangan mineral dalam darah ikut dikendalikan. Vitamin D
dari makanan yang dikonsumsi diserap bersama-sama lemak dan ileum dan diangkut kedalam
chylomicron melalui sirkulasi limpa (Kuchel, 2006)
Kekurangan vitamin D akan mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan fosfor pada
saluran pencernaan dan gangguan mineralisasi struktur tulang dan gigi.
Pengukuran keaktifan atau kekuatan vitamin D dapat dilakukan dengan cara Line test,
yaitu dengan menggunakan tikus sebagai binatang percobaan. Tikus-tikus muda dari induk yang
kurang vitamin D dipilih sebagai hewan percobaan dan dibiarkan kekurangan vitamin D dengan
memberi diet rachitogeni, sehingga belum/tidak terjadi kalsifikasi. Contoh yang mengandung
vitamin D diberikan pada tikus-tikus tersebut selama 7-10 hari, demikian juga minyak ikan
sebagai pembanding. Kemudian tulang-tulang panjang dianalisis terhadap adanya Calsium line,
makin tebal Calsium line berarti makin tinggi kekuatan vitamin D-nya. Yang paling peka
terhadap kekurangan vitamin D adalah bayi dan para orang tua usia lanjut. Jumlah konsumsi
vitamin D yang disarankan adalah 400 IU(10 mg) per hari untuk bayi dan anak-anak.
Tiga jenis keadaan dapat dialami oleh penderita kekurangan vitamin D ialah : a.Ricketsia,
diderita oleh anak-anak yang ditandai oleh bengkoknya kaki sehingga berbentuk O. bila keadaan
belum berlanjut masih dapat ditolong dengan pemberian vitamin D dalam jumlah yang besar atas
nasihat dokter yang berwenang; b. Tetani, suatu gejala ditandai bengkoknya pergelangan tangan
dan sendi akibat rendahnya kalsium dan serum karena kekurangan vitamin D atau rusaknya
kelenjar paratiroid; c. Osteomalacia, diderita oleh orang dewasa, juga dikenal sebagai rickettsia
orang dewasa, disebakan kekurangan vitamin D dan kalsium.

Satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah vitamin D adlah IU. Satu IU vitamin D
sama dengan 0,025 mcg Kristal murni vitamin D. International Unit (IU) identik dengan USP
unit.
(dikerjakan oleh Desty/K3316012)
C. Vitamin E (Tokoferol)
Vitmain E merupakan salah satu faktor yang larut dalam lemak, dan diperlukan dalam
proses reproduksi oleh tikus. Karena itu vitamin E juga disebut suatu senyawa antisterilitas.
Kekurangan vitamin E pada tikus jantan akan menyebabkan kerusakan epitel alat kelamin jantan
yang tidak dapat diperbaiki lagi, sedang bila kekurangan vitamin E terjadi pada tikus betina,
maka tikus itu tidak mampu menyelesaikan masa kandungannya, dan sering janin yang ada
dalam kangungan tikus tersebut mati. Pada tikus betina keadaan tersebut dapat disembuhkan
kembali dengan pemberian vitamin E .
Keaktifan vitamin E pada beberapa senyawa tokoferol berbeda-beda. Dikenal -, β-, γ-
tokoferol. - tokoferol menunjukkan keaktifan vitamin E yang paling tinggi. Secara kimia
ternyata ada kemiripan antara vitamin E dengan hormon-hormon seks (Marks, 2000).
Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, tetapi karena bersifat antioksidan,
vitamin E mudah teroksidasi terutama bila ada lemak yang tengik, timah, dan garam besi, serta
mudah rusak oleh sinar ultra violet.
Cara pengukuran vitamin E dinyatakan dalam satuan internasional (SI) atau dalam
miligram -tokoferol. Satu satuan internasional vitamin E sama dengan 1mg dl--tokoferol
aserar sintetik (buatan), d--tokoferol alami sama dengan 1,49 satuan internasional per mgr.
Biasanya keaktifan tokoferol yang bukan -tokoferol diabaikan karena potensi keaktifannya
rendah.
Peranan Vitamin E
Peranan vitamin E terutama karena sifatnya sebagai zat antioksidan. Dengan menerima
oksigen, vitamin E dapat membantu mencegah oksidasi terhadap vitamin A dalam saluran
pencernaan. Dalam jaringan vitamin E menekan terjadinya oksidasi asam lemak tidak jenuh,
dengan demikian membantu dan mempertahankan fungsi membran sel. Vitamin E mungkin juga
terlibat dalam proses sintesis, khususnya dalam proses pemanasan pirimidin ke dalam asam
nukleat, serta dalam pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang. Vitamin E juga
diperlukan dalam sintesis koenzim A, yang penting dalam proses pernafasan.
Kebutuhan vitamin E untuk orang-orang Indonesia masih belum ditetapkan dalam Widya
Karya Nasional Pangan tahun 1978. Hal ini mungkin disebabkan vitamin E masih dianggap
kurang penting dan relatif jarang ditemukan atau dilaporkan pasien yang bukan KKP menderita
kekurangan vitamin E. Hal ini mungkin karena jumlah vitamin E yang dibutuhkan oleh tubuh
sudah cukup dipenuhi dengan menu makanan sehari-hari.
Jumlah kebutuhan vitamin E setiap hari pada masyarakat di Amerika Serikat adalah : 4-5
SI untuk bayi di bawah satu tahun, 12 SI untuk wanita, dan 15 SI untuk orang pria dewasa.

(dikerjakan oleh Handasatul/K3316020)


Khasiat Vitamin E
Di beberapa negara maju, demikian juga di kota-kota besar di Indonesia, khasiat vitamin
E banyak dimanfaatkan, khususnya sebagai obat berbagai penyakit, dan merupakan komoditi
yang mahal tetapi laris di Health Food Shop.
Dari percobaan yang telah dilakukan pada berbagai hewan, kekurangan khasiat vitamin E
dapat mengakibatkan kegagalan menghasilkan anak, macrocytic anemia yaitu jagka hidup butir
darah yang lebih pendek, liver necrosis, dan dystrophy otot-otot. Berdasar hasil tersebut, maka
timbullah berbagai percobaan pengobatan dan anggapan bahwa dosis besar vitamin E mungkin
dapat merupakan obat mujarab bagi gangguan menstruasi pencegahan keguguran, meningkatkan
produksi air susu, bahkan sebagai obat bagi penyakit cardiovaskulair, serta dapat membantu
memperpanjang umur manusia. Tetapi belum ada satu pun dari khasiat yang diharapkan ini
sudah terbukti efektif pada manusia. Karena itu peranan vitamin E dalam keunggulannya untuk
pengobatan bagi berbagai kelainan fungsional tubuh manusia masih sangat diragukan dan masih
merupakan sesuatu yang kontrovensial.
Bahwa vitamin E diperlukan oleh manusia tekah dibuktikan bukan saja pada binatang
tetapi juga pada manusia. Dalam jangka lama, pasien pria yang mengalami menu kandungan
tokoferol yang sangat rendah akan mengalami terjadinya peningkatan hemolysis butir darah
merah. Demikian juga kekurangan vitamin E yang ekstrem pada manusia dapat menyebabkan
jangka hidup butir merah menjadi lebih pendek, yaitu hanya 110 hari disbanding 123 hari pada
kondisi normal (Stryer, 1995).
Manusia memang membuktikan vitamin E tetapi dalam jumlah yang sedang, dan
biasanya telah dapat dicukupi dari makanan sehari-hari. Pada tahun 1973 National Reseacrh
Council (NRC-USA) mengumumkan RDA (Recommended Daily Allowance) yang baru untuk
vitamin E. Sebelum tahun tersebut RDA untuk vitamin E sebanyak 25-30 SI untuk orang
dewasa, kini menjadi 12-21 SI saja.

D. Vitamin K
Vitami K disebut juga vitamin koagulasi, mula-mula ditemukan sebagai senyawa yang dapat
mencegah terjadinya perdarahan yang parah pada ayam yaitu mendorong terjadinya
penggumpalan darah secara normal.
Vitamin K terdiri dari beberapa senyawa, misalnya kelompok K1, yang mula-mula
diisolasi dari rumput alfafa serta kelompok K2 yang diisolasi dari tepung ikan buruk dan juga
dapat disintesis dalam saluran pencernaan oleh bakteri. Nama kimia dari vitamin K 1 adalah 2-
metil-3-fitil-1,4-naftokuinon. Produk sitesis manadion (K3 atau 2-metil-3-fitil-1,4-naftokuinon)
memiliki kekuatan tiga kali dibanding vitamin K. Dikumarol adalah senyawa antagonik terhadap
vitamin K.
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan
alkali.
O

CH3

CH3CH : C (CH2)3 CH(CH2)3


CH(CH2)3
O CH3 CH3
2

Vitamin K1(2-metil-3-fitil-1,4-naftokuinon)
O

CH3

CH2 CH : C (CH2)2 CH : C (CH3)2


O 5

Vitamin K2 (2-metil-3-difarnesil-1,4-naftokuinon)

CH3

O
Manadion
(2-metil-1,4-naftokuinon)
OSO2Na

CH3

OSO2Na
Farnokuinon
2-metil-1,4-naftokuinon disulfat, garam natrium

Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yag tinggi di
dalam darah merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Sumber utama vitamin K
adalah hati dan sayuran seperti bayam, kubis, dan bunga kol. Sedang biji-bijian, buah-buahan,
dan sayuran lain miskin akan vitamin K. Banyak vitamin K terbuang bersama feses, dan hanya
dalam jumlah kecil saja yang dapat disimpan dalam hati.
Bayi yang baru dilahirkan hanya mempunyai vitamin K yang sangat terbatas, dan
sintesisi vitamin K dalam saluran pencernaaan baru dimulai setelah bayi beusia beberapa hari.
Sedang susu ibu hanya mampu menyediakan seperempat dari jumlah yang dapat disediakan susu
sapi.

(Editing makalah = dikerjakan oleh Dyah/K3316016)

(Editing bahan presentasi = dikerjakan oleh Yosiana/K3316069)


DAFTAR PUSTAKA

Djaeni, A. 1989. Ilmu Gizi. Erlangga : Jakrarta

Girindra, A. 1993. Biokimia Dasar. Erlangga : Jakarta

Kuchel, S. 2006. Biokimia. Erlangga : Jakarta

Marks, D. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. EGC : Jakarta

Stryer, M. 1995. Bichemistry. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai