Anda di halaman 1dari 7

C.

Ciri atau Karakteristik Vitamin K

Vitamin K merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak.


Sekali diserap dalam tubuh, vitamin ini disimpan dalam hati melalui
sistem limfe. Absorbsi membutuhkan cairan empedu dan pankreas.
Seperti halnya lemak, vitamin juga memerlukan protein pengangkut
untuk memindahkannya dari satu tempat ke tempat yang lain. Karena
sifatnya yang tidak larut dalam air, maka vitamin K tidak dikeluarkan,
akibatnya vitamin ini dapat ditimbun dalam tubuh bila dikonsumsi dalam
jumlah banyak. Keberadaan vitamin K merupakan salah satu
mikronutrien yang essensial bagi tubuh.

1. Sifat Fisika dan Kimia Vitamin K


a. Merupakan golongan Naphthoquinone
Di alam ada dua bentuk, yaitu : Vitamin K1 (Phytomenadione) dan
Vitamin K2 (melakinon). Derivat aktifnya yaitu Menaphtone (Vitamin
K3). Melakinon disintesis oleh bakteri dalam saluran cerna. Meladion
merupakan bentuk vitamin k sintetik yang terdiri atas cincin
naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu bersifat larut air.
b. Vitamin K larut dalam lemak
c. Vitamin K analogue sintesis larut dalam air
d. Stabil terhadap pemanasan dan reducing agents
e. Labil terhadap Oxidizing agents, asam kuat, alkali, dan cahaya.
f. Vitamin K1 dan K2 berwarna kuning. Vitamin K sintesis tak berwarna
Vitamin K1 dan K2 terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan
rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping fitil dan hanya
terdapat dalam tumbuh-tumbuhan yang berwarna hijau. Vitamin K2
merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas
beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit).
Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu
mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara
biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh.

2. Sumber Vitamin K
Sistem pencernaan manusia sudah mengandung bakteri di dalam
usus halus (jejunum dan ileum) yang mampu mensintesis vitamin K,
yang sebagian diserap dan disimpan di dalam hati. Akan tetapi tubuh
masih perlu mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Sumber
vitamin K antara lain susu, kuning telur, dan sayuran segar (Permana,
dkk, 2018).
Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna
hijau, kacang buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau
daun-daunan semakin tinggi kandungan vitamin K-nya. Bahan pangan
lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih sedikit adalah susu,
daging, telur, serealia, dan buah-buahan (pisang, jeruk, dan
tomat) (Almatsier 2006)..
Teh juga merupakan sumber vitamin K yang baik. Dalam setiap
gram teh terkandung sekitar 300-500 SI vitamin K. Berbagai pangan
probiotik (yoghurt, yakult, kefir, dan dadih) yang mengandung bakteri
bersifat menguntungkan kesehatan, ternyata bisa membantu
menstimulasi produksi vitamin K di dalam usus besar (Purwanto, 2002).
Tabel 1. Kadar Vitamin K pada berbagai bahan pangan (µg/100 gram)
Bahan Makanan µg Bahan makanan µg
Susu sapi 3 Asparagus 57
Keju 35 Buncis 14
Mentega 30 Brokoli 200
Ayam 11 Kol 125
Daging sapi 7 Daun selada 129
Hati sapi 92 Bayam 89
Hati ayam 7 Kentang 3
Minyak jagung 10 Tomat 5
Jagung 5 Pisang 2
Gandum 5 Jeruk 1
Tepung terigu 4 Kopi 38
Roti 4 Teh hijau 712

3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan


Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance),
kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk
dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat
badan. Jadi, kalau berat badan Anda 50 kg maka kebutuhan perharinya
mencapai 50 mikrogram. Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan
untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin di Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 2 (Almatsier 2006).
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K

Golongan umur AKG (mkg)

0-6 bulan 5

7-12 bulan 10

1-3 tahun 15

4-9 tahun 20

Pria

10-12 tahun 45

13-15 tahun 65

16-19 tahun 70

≥ 20 tahun 80

Wanita

10-12 tahun 45

13-15 tahun 55

16-19 tahun 60

≥ 20 tahun 65
Hamil 65

Menyusui 0-6 bln 65

Menyusui 7-12 bln 65

4. Absorpsi dan Transportasi Vitamin K


Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem
peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Selain itu, vitamin K
juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi
karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, penting untuk
banyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin K yang baik
bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Permana, dkk, 2018).
Reaksi karboksilase yang tergantung vitamin K terjadi dalam
retikulum endoplasmic banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon (tereduksi)
vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi
karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk
kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih
belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi
hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan
kembali bentuk aktif vitamin tersebut (Rusdiana 2004).
Sebanyak 50-80 persen vitamin K di dalam usus diserap dengan
bantuan asam empedu dan cairan pankreas. Setelah diserap di dalam
usus halus bagian atas, vitamin K dikaitkan dengan kilomikron untuk
diangkut melalui sistem limfa ke hati. Hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin K utama di dalam tubuh. Kemudian, vitamin K
diangkut oleh lipoprotein VLDL plasma dari hati menuju ke berbagai sel
tubuh. Karena vitamin K bersifat larut dalam lemak, hal-hal yang
menghambat penyerapan lemak secara otomatis juga akan menurunkan
penyerapan vitamin K (Almatsier 2006).
Dalam keadaan normal, sebanyak 30-40 persen dari vitamin K
yang diserap akan dikeluarkan melalui empedu, dan 15 persen melalui
urin sebagai metabolit larut air. Simpanan vitamin K di dalam tubuh tidak
banyak dan pergantiannya terjadi dengan cepat. Simpanan di dalam hati
sebanyak 10 persen berupa filokuinon dan 90 persen berupa
menakuinon, yang kemungkinan disintesis oleh bakteri pada saluran
pencernaan. Namun, kebutuhan akan vitamin K tampaknya tidak dapat
hanya dipenuhi dari sintesis menakuinon, diperlukan juga diperoleh dari
makanan (Almatsier 2006).

5. Metabolisme Vitamin K
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan
vitamin K dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi empedu dan
pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar
40 -70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah
diabsorbsi, vitamin K digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui
saluran limfatik, kemudian melalui saluran darah ditranportasi ke hati.
Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan dalam bentuk
menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh
yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung
dengan VLDL dalam plasma darah (Rusdiana 2004).
Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme
menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi.
Selanjutnya, vitamin K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20%
dari vitamin K diekskresikan melalui feses. Pada gangguan penyerapan
lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70 -80 % (Rusdiana 2004).
6. Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K
Akibat kekurangan vitamin K antara lain: Kulit kering, Rambut
rontok, Darah lambat membeku, Mudah berdarah, Mudah memar
(Permana, dkk, 2018).
Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan
dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala
kelebihan vitamin K adalah hemolisis sel darah merah,sakit kuning
(jaundice) dan kerusakan pada otak (Almatsier,2006).

7. Cara Penanggulangan Defisiensi Vitamin K


1. Dengan penyuntikan ke klinik dokter yaitu Vitamin K yang terdiri dari
3 jenis yaitu vitamin K1, K2 dan K3
2. Pada bayi disuntikkan vitamin K saat lahir
3. Menjaga pola makan dan memastikan asupan gizi yang cukup seperti
mengonsumsi makanan sumber vitamin K
4. Meminimalisir konsumsi antibiotik
Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka


Utama.

Permana,YE, Santoso, E, Dewi, C, 2018. Implementasi Metode Dempster-


Shafer untuk Diagnosa Defisiensi (Kekurangan) Vitamin pada Tubuh
manusia. Program Studi Teknik Informatika. Fakultas Ilmu Komputer.
Universitas Brawijaya. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer. ISSN: 2548-964X. Vol. 2, No. 3, Maret 2018, hlm.
1194-1203

Purwanto. 2002. Data Obat di Indonesia. Jakarta : Grafidian

Rusdiana. 2004. Vitamin. Sumatera Utara : Penerbit Universitas Sumatera


Utara.

Anda mungkin juga menyukai