NIM : B.231.21.0206
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS
SEMARANG
Definisi Paradigma Kuantitatif
filsafat yang menolak unsur metafisik dan teologik dari realitas sosial.
memiliki asumsi dasar yang berbeda. Asumsi dasar inilah yang kemudian
a) Ontologi
yang ada dalam gejala tersebut (Gruber, 1993). Ontologi juga digunakan
untuk menjelaskan sifat dari gejala tersebut. Dalam ilmu sosial, gejala yang
dimaksud adalah gejala sosial yang dilihat sebagai sesuatu yang nyata.
Dalam dunia yang sebenarnya, pasti tidak akan pernah ditemukan
wujud buah semangka berdaun sirih. Pohon sirih hanya akan menghasilkan
buah sirih, sedangkan buah semangka hanya berasal dari pohon semangka.
gejala sosial adalah gejala yang nyata. Jadi, jika seseorang kehilangan uang
karena isu tuyul, ini bukan dianggap sebagai sebuah gejala sosial karena
sukar untuk dilihat dengan mata kepala. Akan tetapi, jika nantinya dapat
ditemukan suatu alat yang dapat melihat langsung tuyul dan banyak orang
b) Epistemologi
hakikat ilmu pengetahuan seperti yang telah diuraikan pada kalimat awal
Dalam epistemologi, terdapat tiga asumsi dasar yang dijelaskan berikut ini.
Individu adalah seseorang yang bebas nilai. Bebas nilai dapat diartikan
orangorang yang sedang diteliti. Bebas nilai karena individu telah memiliki
Nilai yang ia bawa dan gunakan adalah nilai-nilai yang sifatnya universal.
Ketika pada suatu pagi kita yang tinggal di Jakarta mengalami kemacetan,
kesimpulan bahwa kemacetan terjadi karena hari pertama kerja dari libur
transportasi massal yang memadai. Kalau tidak ingin macet, pergilah di luar
jam kerja, misalnya pukul 04.00 pagi atau saat hari libur Lebaran. Jadi,
keluhan kita tentang macet tidak akan pernah ada karena selalu diukur dari
sesuatu yang diperoleh dengan menggunakan cara yang ilmiah atau yang
kita kenal sebagai ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang lebih baik
dibandingkan akal sehat belaka. Misalnya, kita ingin mendapatkan
(3) Metodologi
pendekatan kuantitatif. Pola yang digunakan adalah baku dan bersifat linier.
Setelah tahap pertama, baru masuk ke tahap kedua, sesudah tahap kedua
baru masuk tahap ketiga, dan seterusnya. Proses yang dilakukan adalah
konsep yang bersifat umum menuju hal yang bersifat khusus. Artinya,
peneliti memulai dari generalisasi yang sudah ada (teori) untuk melihat
karena adanya atau disebabkan oleh gejala lain dan mengabaikan berbagai
Sejak kecil, seorang anak akan dipengaruhi pandangan orang tua atau
oleh orang tua atau gurunya. Pandangan seperti ini tentu saja berpengaruh
terhadap pola pikir anak bahwa yang namanya pemandangan harus terkait
dengan gunung, pohon, sawah, matahari, dan awan. Bagaimana jika si anak
yang ada di rumahnya. Orang tua atau guru akan memarahi si anak. Anak
d) Aksiologi
Istilah aksiologi merujuk pada bahasa Yunani, yaitu axios yang berarti
nilai dan logos yang berarti logika atau teori. Aksiologi adalah ilmu tentang
pola-pola yang sudah ada. Jika pola yang sudah ada tidak dapat dipakai
untuk menjelaskan kejadian yang ada, dicari pola baru yang lebih universal
sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap
observasi.
Bagaimana pandangan penganut kuantitatif tentang fakta? Dalam
struktur, sifat maupun dimensi lainnya; (2) suatu benda atau keadaan tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu; dan (3) suatu gejala
kaitannya dengan poin terakhir, lebih jauh Russel Keat & John Urry, seperti
kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu itu terdiri dari dua, yaitu
pemikiran rasional data empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada
untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru.
Jadi, secara epistemologis, pengembangan ilmu itu berputar mengikuti
Variabel dari setiap even/case, baik yang melekat padanya maupun yang
menangkap seluruh variabel itu secara keseluruhan. Atas dasar itu, dalam
universalisasi.
ini terlihat dari pandangan tentang posisi manusia sebagai penentu utama
perilaku individu dan gejala sosial. Dalam pandangan Weber, tingkah laku
pandangan atau doktrin yang hidup di kepala manusia pelakunya. Jadi, ada
secara eksplisit.
California yang pernah menjadi tenaga ahli pada Pusat Latihan Penelitian
antara lain oleh Guba yang pada awalnya memperoleh pendidikan dalam
Tabel 2.
intens?
secara sosial?
Bagaimana orang-orang
tertentu?
penafsiran
makna?
Bagimana perspektif ideologi
Orientaional, Ideologi, ekonomi
10 seseorang berujud dalam
qualitative politik
suatu gejala?
kualitatif telah menjadi istilah yang dominan dan baku, meskipun mengacu
pada istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula,
namun bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling
kualitatif), ada ahli yang memposisikannya secara diametral, namun ada juga
metode yang akan diterapkan apakah metode kuantitatif atau metode kualitatif
nampak sederhana dan hanya bersifat teknis, namun secara esensial keduanya
filosofis kedua paham tersebut, berikut ini akan diuraiakan secara ringkas kedua
1. Positivisme
folosof inggris John Stuart Mill (juga seorang akhli ekonomi), ia meninggal
pada tahun 1857. meskipun demikian pemikiran-pemikirannya cukup
Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah
Positif
Tuhan dan manusia hanya bersifat pasrah, dan yang dapat dilakukan
Tahapan ini terdiri dari tiga tahapan lagi yang berevolusi yakni dari
merupakan suatu variasi dari cara berfikir teologis, dimana Tuhan atau
penolak bala/bencana.
Tingkatan Positif (Etat Positive). Pada tahapan ini manusia sudah
tahapan tertinggi, ini berarti dua tahapan sebelumnya merupakan tahapan yang
rendah dan primitif, oleh karena itu filsafat Positivisme merupakan filsafat yang
anti metafisik, hanya fakta-fakta saja yang dapat diterima. Segala sesuatu yang
bukan fakta atau gejala (fenomin) tidak mempunyai arti, oleh karena itu yang
penting dan punya arti hanya satu yaitu mengetahui (fakta/gejala) agar siap
arti berguna untuk diketahui karena benar-benar nyata bukan bersifat spekulasi
2. Fenomenologi
fenomenologi)
bahwa kita harus kembali kepada benda-benda itu sendiri (zu den sachen
artinya kesadaran tidak dapat dibayangkan tanpa sesuatu yang disadari. Supaya
kesadaran timbul perlu diandaikan tiga hal yaitu: ada subyek, ada obyek, dan
kesadaran, namun yang ada hanyalah kesadaran sedang obyek kesadaran pada
yang subyektif, sikap kita harus obyektif, terbuka untuk gejala-gejala yang
tentang obyek yang diperoleh dari sumber lain, dan semua teori dan hipotesis
Segala sesuatu yang sudah dikatakan orang lain harus, untuk sementara,
dan paradigma berbeda yang menurut Lincoln dan Guba perbedaan tersebut
dengan tahu (yang diketahui), generalisasi, kausalitas, dan masalah nilai. untuk
merupakan suatu yang utuh, oleh karena itu obyek harus dilihat dalam suatu
dimaksudkan agar dapat diperoleh hasil yang obyektif, sementara itu dalam
pandangan Fenomenologis subyek dan obyek tidak dapat dipisahkan dan aktif
mensyaratkan agar penelitian itu bebas nilai agar dicapai obyektivitas konsep-
konsep dan hukum-hukum sehingga tingkat keberlakuannya bebas tempat dan
pada pendapat Lincoln dan Guba, sebagaimana terlihat dalam tabel berikut :
Tabel 3.
Paradigma
No. Aksioma Tentang Paradigma Positivisme
Naturalistik/Kualitatif
fragmentaris
2 Hubungan pencari Pencari tahu dengan Pencari tahu dengan yang tahu aktif
tahu dan yang yang tahu adalah bebas, bersama, jadi tidak dapat
ada dualism
3 Kemungkinan Generalisasi atas dasar Hanya waktu dan konteks
(pernyataan dimungkinkan
nomotetik)
4 Kemungkinan Terdapat penyebab Setiap keutuhan berada dalam
mana akibat
5 Peranan nilai Inkuirinya bebas nilai Inkuirinya terikat nilai
dengan penelitian kuantitatif merupakan hal yang penting sebagai dasar bagi
Deskripsi naratif/kata-kata,
3 Reduksi data menjadi angka-angka
ungkapan atau pernyataan
berpandangan bahwa fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia tidak
cukup dengan merekam hal-hal yang tampak secara nyata, melainkan juga
kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai
sasaran utamanya adalah pada individu ‘dengan kepribadian diri pribadi’ dan
pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku
sosialnya.
keteraturan. Keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti
batasan-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya
penelitian kualitatif adalah satu kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari
sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan
lebih penting dibanding dengan ‘hasil’ yang diperoleh. Karena itu peneliti
dapat dipertanggungjawakan.
simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk
simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari
Paradigma Kuantitatif
cara berpikir yang ingin menemukan fakta atau sebab dari sesuatu
dalamnya.
3. Peneliti cenderung ingin menegakkan obyektifitas yang tinggi, sehingga
4. Peneliti berusaha menjaga jarak dari situasi yang diteliti, sehingga peneliti
Paradigma Kualitatif
gejala (fenomenologis).
atau hipotesis.
instrumen utama. Hal ini dinilai cukup penting karena dalam proses itu
keputusan.
tidak saja mencakup fakta konkrit saja melainkan juga informasi simbolik
atau abstrak.
otensitasnya.
9. Fokus penelitian bersifat holistik, meliputi aspek yang cukup luas (tidak
https://www.researchgate.net/publication/331896018_PARADIGM
A_PENELITIAN_KUANTITATIF_DAN_KUA_1/link/5c92
337f92851cf0ae89fe26/download