Anda di halaman 1dari 15

SAMPUL

UNIVERSITAS PERTAHANAN
MK. KEBIJAKAN PUBLIK & KEBIJAKAN PERTAHANAN NEGARA

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN DIASPORA INDONESIA


DALAM MEMPERKUAT STRATEGI PERTAHANAN NEGARA

Dosen Pengampu:
MAYJEN (PURN) PROF. DR. SYAMSUL MA’ARIF, M.SI.

Oleh:
HELDA RISMAN
NIM. 220190201008

PROGRAM DOKTOR
FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN

Jakarta, Juni 2020

i
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ii

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3

LATAR TEORI ............................................................................................................ 4

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

Diaspora Indonesia........................................................................................ 5

Hak dan Kewajiban Bela Negara Diaspora Indonesia ....................................... 6

Kompleksitas Konstelasi Global ....................................................................... 8

Kebijakan Pemberdayaan Diaspora Indonesia ................................................. 9

KESIMPULAN .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
UJIAN KOMPREHENSIF

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN DIASPORA INDONESIA


DALAM MEMPERKUAT STRATEGI PERTAHANAN NEGARA

PENDAHULUAN

Indonesia adalah sebuah negara merdeka yang dipertegas dengan


determinasi politik dalam proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh Soekarno-
Hatta tanggal 17 Agustus 1945 atas nama seluruh Rakyat Indonesia. Sebagai bangsa
dan negara, Indonesia yang menjadi rumah kebangsaan seluruh Rakyat Indonesia
dalam entitas nasionalistik. Indonesia tidak hanya diartikan sebagai sebuah nama
atau didefinisikan dirinya sendiri sebagai bangsa, tetapi memiliki makna hakiki dimana
Rakyatnya berbagi kisah, ingatan, nilai-nilai, lambang-lambang atau tanah air, yang
menghasilkan dan menyebarkan kultur yang berkarakter (Smith, 2010, p. 3). Realita
ini memberikan ilustrasi ikatan interkorelatif antara identitas nasional, rasa solidaritas
dan teritori atas Indonesia sebagai bangsa dengan makna yang luas.

Pendiri bangsa Indonesia telah mencanangkan tekadnya sebagai


komitmennya kepada bangsa dan negara sekaligus kepada generasi penerus bangsa
Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia (Undang-Undang Dasar 1945,
Preambule). Dalam upaya untuk mewujudkan perlindungannya dalam melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, sistem pertahanan
negara, yang bersifat semesta (Kementerian Pertahanan RI, 2015a, p. 28),
diimplementasikan secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia. Walaupun
disadari bahwa belum sepenuhnya komponen bangsa memahami akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dalam pembelaan negara sebagaimana yang
telah dimandatkan dalam Pasal 27 Angka 3 UUD 1945.

3
4

Diaspora Indonesia sebagai bagian dari kekuatan nirmiliter di luar negeri


dipandang linier dengan keniscayaan rasional bangsa Indonesia menghadapi
perkembangan lingkungan strategis yang semakin mengemuka saat ini. Kekuatan
komparatif Indonesia di segala dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, tidaklah cukup dalam menghadapi kekuatan negara-negara lain,
khususnya major power, jika hanya mengandalkan kekuatan normatif. Kompleksitas
global diperkuat globalisasi, perkembangan teknologi informasi dan transportasi,
konvergensi interaksi sosial, intensifikasi migrasi internasional, melahirkan tantangan,
ancaman sekaligus peluang yang dapat saja berpengaruh negatif maupun positif.
Posisi Diaspora Indonesia memiliki posisi yang tidak dapat diabaikan, mengingat
merambahnya tantangan dan ancaman bagi kedaulatan negara dan kepentingan
nasional Indonesia secara luas yang melampaui batas-batas teritori NKRI. Sehingga
kekuatan Diaspora Indonesia perlu dibina dan diberdayakan yang berorientasi pada
kesadaran bela negara yang disusun menjadi bagian integratif dalam strategi
pertahanan negara.

LATAR TEORI

Bahwa menurut Onny S. Prijono dan AMW Pranaka (1996, p. 3) bahwa


pemberdayaan adalah membantu masyarakat untuk memperoleh daya atau kekuatan
dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan terkait
dengan diri mereka sendiri. Makna pemberdayaan dalam teori ini dapat diilustrasikan
sebagai sebuah upaya untuk membuat masyarakat memiliki kemampuan dan
kekuatan untuk melakukan sesuatu terkait dirinya sebagai individu. Dalam
perkembangan kemajuan teknologi dan informasi, kemampuan dan kekuatan individu
di negara berkembang dan negara maju pada dasarnya dapat menjadi relatif. Jika
kemampuan dan kekuatan individu masyarakat dikorelasikan pada kepentingan
bangsa dan negara, kontekstual makna pemberdayaan tidak lagi berorientasi pada
kepentingan individu-individu masyakarat. Orientasi utama adalah kemampuan dan
kekuatan tersebut ditujukan untuk kepentingan negara dan bangsanya.

Konsep pemberdayaan dalam perkembangan post-modernism, orientasi


kesejahteraan masyarakat tidak lagi menjadi domain yang tumbuh dalam lingkup

Universitas Pertahanan
5

sosial-ekonomi. Persaingan global, pasar global, perdagangan online, menuntut


konsep pemberdayaan masyarakat patut dikembangkan dalam cakupan yang lebih
luas, mulai dari pemberdayaan masyarakat menghadapi persaingan global hingga
bagaimana masyarakat dapat berperan dalam kerangka kepentingan nasional dan
pertahanan negara yang lebih luas. Hal ini sejalan dengan bagaimana warga negara
terikat dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, salah satunya adalah
hak dan kewajiban pembelaan terhadap bangsa dan negara.

PEMBAHASAN

Diaspora Indonesia

Indonesian Diaspora Network (IDN), sebagai perhimpunan masyarakat


Indonesia (Diaspora Indonesia) yang menetap dan beraktivitas di luar negeri, sejak
terbentuknya tahun 2012 di Los Angeles terus mengembangkan eksistensinya dalam
ikatan emosional nasionalistik. Dari tahun ke tahun, berangkat dari semangat untuk
memperbaharui dan meningkatkan ikatan nasionalistik, IDN memperlihatkan
perkembangan presensinya secara positif-konstruktif bagi pembangunan bangsa. IDN
merupakan entitas warga negara Indonesia dan warga bangsa-bangsa keturunan
Indonesia (IDN, 2019). Keberadaan Diaspora Indonesia dengan ragamnya
mendapatkan pengakuan legalitas formal Pemerintah RI dengan diterbitkannya
Peraturan Presiden RI Nomor 76 Tahun 2017 yang disebut Masyarakat Indonesia di
Luar Negeri. Walaupun meliputi Orang Asing atau warga bangsa-bangsa keturunan
Indonesia, Diaspora Indonesia Warga Negara Indonesia memiliki posisi utama
dengan peran dan posisi yang sama dengan WNI di tanah air atas hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.

Walaupun belum ada catatan yang akurat, diperkirakan Diaspora Indonesia


yang beraktivitas dan menetap di luar negeri saat ini berkisar 8 juta atau sekitar 3%
dari total penduduk Indonesia (Jazuli, 2017). Tumbuh kembang eksistensi Diaspora
Indonesia di luar negeri bergerak beriringan dengan berbagai peristiwa sejarah
bangsa Indonesia sejak masa kolonial. Berbagai latar kausa, seperti perdagangan,
keamanan, atau kehidupan yang lebih baik, menjadi inisiasi Diaspora Indonesia dari

Universitas Pertahanan
6

beberapa suku dengan migrasi ke luar negeri. Meskipun demikian, Diaspora


Indonesia di luar negeri tetap menjaga keeratan emosional dengan membentuk
komunitas-komunitas sosial-kultural di luar negeri sebagai bentuk ikatan entitas-
nasionalistik yang tidak terlepas dari daerah atau negara asalnya. Realita ini dapat
dicermati dari perkembangan media diaspora pelajar Indonesia yang beriringan
dengan dinamika nasional di tanah air sesuai zamannya (Widodo, 2017).

Eksistensi Diaspora Indonesia terus mengalami perkembangan hingga kini.


Perkembangan teknologi informasi dan transportasi memberikan ruang yang lebih
leluasa bagi pertumbuhan dinamis Diaspora Indonesia di luar negeri dengan cakupan
aktivitas pada dimensi kehidupan dan sebaran yang lebih luas lagi (Romdiati, 2015).
Selain dari Diplomat formal tentunya, Diaspora Indonesia terdiri dari ragam profesi
dan aktivitas, seperti tenaga kerja non-skill dan profesional, tenaga medis, pelajar dan
tenaga pendidik, peneliti, usahawan, praktisi di berbagai bidang, dan lainnya.
Tersebar di banyak negara dan ragam profesi, Diaspora Indonesia memiliki posisi dan
peran yang tidak dapat diabaikan bagi kepentingan nasional Indonesia, sebagaimana
Menlu RI Retno Marsudi menyebutnya sebagai aset bangsa (Armenia, 2017).
Partisipasi Diaspora Indonesia dalam pembangunan bangsa kolateral dengan upaya
Pemerintah memperkuat peran dan partisipasi warga negara dalam kerangka good
governance. Presensi aktif Diaspora Indonesia di era globalisasi, dalam konteks
hubungan luar negeri, dapat memperkuat lini terdepan diplomasi Indonesia di fora
internasional bersama Diplomat formal Indonesia di luar negeri sebagai diplomasi
publik sebagaimana dijelaskan Nye (2004), dalam memperjuangkan dan melindungi
kepentingan nasional Indonesia secara berkesinambungan.

Hak dan Kewajiban Bela Negara Diaspora Indonesia

Negara Republik Indonesia, dengan konstitusi sebagai landasan, telah


menetapkan Rakyat Indonesia sebagai individu warga negara, dengan konsekuensi
logis adanya hak dan kewajiban yang dijamin oleh konstitusi. UUD 1945 telah
mengatur secara gamblang hak dan kewajiban yang diberikan negara kepada setiap
warga negara Indonesia dengan tatanan kesetaraan dalam tatanan kewarganegaan,
sebagaimana diurai Marshall (1950) dalam aspek sipil, politik maupun sosial (p. 10),

Universitas Pertahanan
7

dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tatanan


regulatif ini, menurut Marshall (1950), diterapkan untuk mendapatkan tujuan yang
diinginkan adalah agar setiap warga negara berada dalam tatanan kehidupan yang
baik, dapat mengembangkan diri. Dan secara spesifik, terkait dengan aspek politik,
merupakan partisipasi implementatif politik negara sebagai bentuk kekuasaan negara
(Marshall, 1950, p. 11), termasuk jaminan perlindungan negara ataupun pertahanan
negara.

Dalam Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 telah memberikan mandat imperatif atas
setiap individu warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara. Mandat ini berlaku menyeluruh tanpa adanya pengecualian sebagai
manifestasi hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Mandat konstitusi ini diurai
lebih jelas dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, dimana setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
Penerapan hak dan kewajiban pembelaan negara ini juga tetap berlaku kepada
Diaspora Indonesia, walau berada di luar wilayah NKRI. Karena ketentuan ini tidak
mengenal prinsip eksepsionalitas atas warga negara dengan praktek hukum yang
dibatasi teritori NKRI. Hal ini sejalan dengan hak setiap warga negara untuk
mendapatkan pembelaan dan perlindungan, dimanapun berada, oleh Negara. Contoh
nyata pembelaan dan perlindungan Negara dapat dilihat pada banyak kasus di luar
negeri, termasuk pada kasus besar seperti pembebasan sandera Woyla (Minurdin,
2018), pembebasan sandera Somalia (Bunga, 2019), pembebasan sandera Abu
Sayyaf (Istikharoh et al., 2017), dan lainnya.

Penerapan hak dan kewajiban pembelaan negara dapat dilakukan baik pada
masa damai maupun pada masa perang. Ini merupakan darma dan kehormatan bagi
seluruh Rakyat Indonesia sebagai warga negara. Makna intrinsik yang terlimpahkan
disini menuntut adanya kesadaran koognitif setiap warga negara dalam pembelaan
negara termasuk Diaspora Indonesia (Risman et al., 2018). Namun demikian, setiap
Warga Negara diberikan keleluasaan opsi untuk memilih dalam memanifestasikan hak
dan kewajibannya ini dengan beberapa pilihan, baik pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran, sebagai Prajurit TNI, atau pengabdian sesuai profesi.
Walaupun banyak kritik atas substansi terkait dengan Undang-Undang Pertahanan
Universitas Pertahanan
8

Negara ini yang dipandang masih kental paradigma perang konvensional, pendekatan
demokratik menghiasi pilihan bagi siapapun individu masyarakat untuk memilih
pilihannya, termasuk pengabdian sesuai profesi yang diabdikan bagi kepentingan
pertahanan negara. Pengabdian sesuai profesi dalam praktek pertahanan negara
menjadi pilihan aplikatif bagi Diaspora Indonesia dalam ruang, waktu, dan situasi yang
fleksibel dan adaptif di luar negeri yang memungkinkan dikembangkan pada dimensi
yang luas.

Kompleksitas Konstelasi Global

Perkembangan konstelasi global yang mengemuka saat ini dipengaruhi


beragam hal dan kepentingan negara-negara. Maju pesatnya ilmu pengetahuan,
tekhnologi, informatika, media massa, demokrasi, ataupun hak asasi manusia turut
mewarnai hubungan antar negara dengan ragam kepentingan nasional masing-
masing. Realita kontemporer ini mengantarkan implikasi hubungan antar negara
dalam lingkup regional ataupun global dalam ikatan persahabatan (amity) di satu sisi,
sekaligus menciptakan suasana permusuhan (enmity) pada sisi lainnya.
Interdependensi, kompleksitas keamanan (Buzan, 2009, pp. 189–190), dan rivalitas
menjadi keniscayaan tak terelakan bagi setiap negara, dimana di satu sisi
memberikan ruang peluang untuk mendapatkan manfaat, namun di sisi lainnya
melahirkan dilema keamanan (Tang, 2009).

Perkembangan ancaman yang mengemuka saat ini, tidak saja menggunakan


komponen militer (reguler) atau nonmiliter (irreguler) secara terpisah dan independen,
tetapi penggabungan kedua komponen disertai pengembangan taktik operasional,
menjadi ancaman perang hibrida (hybrid war), dan peperang jaringan (Network
Centric Warfare) (Kementerian Pertahanan RI, 2014, p. 123). Ancaman dan tantangan
yang mengemuka ini berkembang luas dan telah menembuh batas-batas teritori
negara (Estuningtyas, 2018), sehingga perlunya pengerahan seluruh sumber daya
pertahanan, termasuk pemberdayaan Diaspora Indonesia dalam memperkuat
kekuatan strategi pertahanan negara yang dititikberatkan pada aspek pertahanan
nirmiliter, dan dalam keadaan perang dapat saja beralih menjadi komponen cadangan
ataupun pendukung.

Universitas Pertahanan
9

Namun demikian, seiring berjalannya waktu, berkembangannya pola


hubungan, kompetisi antar negara, kemajuan tekhnologi dan persenjataan secara
pesat, serta lainnya menjadi unsur transformatif terhadap bentuk dan sifat ancaman
itu saat ini. Konstelasi global, dengan kompleksitas dimensionalnya, bergerak secara
dinamis dengan sifatnya yang mudah berubah (Volatility), tidak pasti (Uncertainity),
kompleks (Complex) dan keraguan (Ambiguity) sebagaimana dikenal dengan istilah
VUCA (Codreanu, 2016). Realita faktual pada lingkungan strategis ini selalu menjadi
tantangan dengan implikasi instabilitas politik dan keamanan atau chaos.

Kebijakan Pemberdayaan Diaspora Indonesia

Dinamisasi konstelasi global bergerak dengan kompleksitas interkorelasi dan


interimplikasi pada multi-dimensi kehidupan bangsa, baik ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, keselamatan umum, tekhnologi, dan legislasi (Kementerian
Pertahanan RI, 2015b, p. 42). Pesatnya kemajuan teknologi transportasi dan
informasi, serta cyber, menjadi turbulensi eskalatif atas dinamika global. Walaupun
konteks strategis yang mengemuka ini melahirkan tantangan dan ancaman dengan
dominasi ancaman nonmiliter, potensi ancaman militer tetap tidak dikesampingkan.
Sebagai respon dalam kerangka konsep pertahanan negara, menghadapi ancaman
militer ini dilakukan dengan kekuatan pertahanan yang berlapis (Kementerian
Pertahanan RI, 2014, p. 89), dimana peran institusi sipil lebih dikedepankan, dan
secara inklusif individu-individu masyarakat sesuai profesinya sebagai manifestasi
pemenuhan hak dan kewajiban dalam pembelaan negara sebagaimana yang telah
diatur dalam UUD 1945, termasuk Diaspora Indonesia.

Pemerintah Indonesia berkepentingan besar untuk memelihara tingkat


nasionalisme dan patriotisme Diaspora Indonesia di luar negeri didasari pada
kemampuan bela negara (Kementerian Pertahanan RI, 2014, p. 116), melalui seluruh
Perwakilan RI yang tersebar di negara-negara sahabat. Mengapa hal ini menjadi
penting artinya? Eksistensi masyarakat Indonesia dengan beragam profesi di luar
negeri harus dipandang sebagai aset strategis (Latifa, 2019), untuk turut serta
memperjuangkan dan melindungi kepentingan nasional Indonesia. Potensi aset
Diaspora Indonesia ini dapat menjadi kekuatan nasional di luar negeri, ketika potensi

Universitas Pertahanan
10

elemental ini diperkuat dengan pancang nasionalisme dan patriotisme yang kokoh.
Terutama di tengah menggeloranya tekanan globalisasi, kompetisi antar negara dan
pola komunikasi transnasional yang semakin berkembang dinamis. Bisa jadi secara
fisik Diaspora Indonesia masih merupakan anak bangsa Indonesia, tetapi secara
mental semangat nasionalisme dan patriotisme sudah mulai bergeser.

Rutinitas Diaspora Indonesia dalam komunitas seperti ini dalam jangka waktu
lama, setahun, dua tahun dan bahkan bertahun-tahun, konsekuensi logis terjadinya
asimilasi budaya influensial bagi Diaspora Indonesia sulit untuk dihindari. Nilai-nilai
kosmopolitasime (Cleveland et al., 2011) dan konvergensi kultural (Jeon et al., 2016)
menjadi tantangan nyata bagi kehidupan Diaspora Indonesia di luar negeri. Diaspora
Indonesia merupakan kelompok yang sangat terpengaruh atas posisi mereka dengan
arus globalisasi kontemporer (Wibowo, 2015). Nilai-nilai menjadi sifat khas pengikat
masyarakat Indonesia dalam kerangka identitas nasional seperti tradisi dan budaya
asli bangsa Indonesia yang dimiliki oleh Diaspora Indonesia memungkinkan tergerus
sebagai akibat proses asimilasi ini. Apalagi ketika Diaspora Indonesia menganggap
tradisi dan budaya lokal lebih maju, lebih modern, lebih artistik dan sebagainya.
Nasionalisme dan patriotisme Diaspora Indonesia besar kemungkinan akan
terkooptasi sebagai akibat yang lebih luas, jika realita ini tidak disadari dengan
pemahaman kognitif. Dan ketika ini terjadi, bangsa dan negara Indonesia akan
mengalami kerugian. Argumentasi rasional ini secara implisit menjelaskan bahwa
pemberdayaan Diaspora Indonesia di luar negeri tidak dapat dipadankan sama
dengan pemberdayaan masyarakat Indonesia di dalam negeri, mengingat tantangan
dan kendala yang berbeda.

Kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia di luar negeri dalam konteks


pembinaan oleh Perwakilan RI memiliki arti penting bagi kepentingan nasional
Indonesia yang lebih luas, baik di masa damai maupun di masa perang. Di luar negeri,
Diaspora Indonesia memungkinkan mengalami marginalisasi presensi sosial-politik
menghadapi kompetisi global. Hal ini menjadi keniscayaan, dimana Diaspora
Indonesia, sebagai migran di negara penerima, dapat dipandang sebagai ancaman
ideologi-politis negara yang melekat (Santoso, 2014, p. 78), tentunya, kolateral
dengan kepentingan nasional Indonesia. Dalam konteks ini, kebijakan pemberdayaan
Diaspora Indonesia tidak lagi ditujukan untuk kemandirian dalam mendapatkan
Universitas Pertahanan
11

kesejahteraan, mengingat banyak dari mereka berada dalam posisi yang cukup
mapan. Kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia lebih diperlukan untuk
memperkuat kematangan nasionalisme dan patriotisme untuk bersaing dalam
kompetisi global, bersinergi dengan usaha Pemerintah RI dalam kerangka strategi
pertahanan negara dalam memperjuangkan dan melindungi kepentingan nasional di
luar negeri. Dan tidak kalah penting, ketika menghadapi masa perang, Diaspora
Indonesia, sesuai profesinya masing-masing, dapat dijadikan komponen cadangan
sebagai lini terdepan diplomasi pertahanan negara di luar negeri.

Langkah kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia ini dapat dijadikan


implementasi nyata program nawacita yang menjadi agenda prioritas Presiden Joko
Widodo terkait dengan revolusi karakter bangsa termasuk di dalamnya nilai-nilai
patriotisme dan cinta tanah air serta semangat bela negara (Wedhaswary, 2014).
Kebijakan pembinaan Diaspora Indonesia oleh Perwakilan RI dapat menjadi
manifestasi pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter yang sewaktu-waktu
dimasa perang dapat beralih menjadi komponen cadangan maupun pendukung,
dimana salah satunya ditujukan untuk mewujudkan kemapuan diplomasi untuk
pertahanan negara. Perwakilan RI dapat mensinergikan dengan program bela negara
yang telah diprogramkan oleh Menteri Pertahanan RI. Hal pokok yang perlu
dipedomani dalam kebijakan pembinaan Diaspora Indonesia dalam kerangka
pembinaan kemampuan pertahanan nirmiliter, ataupun sebagai komponen cadangan
dan pendukung, diarahkan antara lain melalui peningkatan kewaspadaan, moral,
diplomasi dan dukungan pertahanan negara (Kementerian Pertahanan RI, 2015b, p.
87). Dalam implementasinya, terdapat beberapa anteseden kreatif yang dapat
dikembangkan dengan praktek, seperti:
a. Diaktifkannya National Forum yang memberikan ruang komunikasi
untuk mempertemukan kepentingan nasional Indonesia di luar negeri
dengan potensi Diaspora Indonesia yang dapat diberdayakan secara
berkesinam-bungan.
b. Kegiatan sosialisasi dengan menghadirkan penceramah yang
berkompeten terkait berbagai hal untuk meningkatkan pemahaman dan
mengingatkan kembali (Refresh) akan tanah air.
c. Forum Updating Informasi terkait negara setempat dengan saling
menukar informasi yang bermanfaat bagi masing-masing, terutama
Universitas Pertahanan
12

kepentingan nasional Indonesia, sekaligus penekanan pentingnya peran


serta Diaspora Indonesia.
d. Pertemuan berkala dan tertentu dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
olah raga bersama, kegiataan keagamaan, nonton bareng dan lainnya.
e. Kegiatan peringatan Hari-hari nasional dan hari keagamaan yang
melibatkan seluruh Diaspora Indonesia, sebagai peserta ataupun panitia
peringatan.
f. Pendekatan persuasif secara personal dapat dikembangkan pada
kalangan tertentu.

Kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia ini secara berkelanjutan dapat


menjadi bagian integral strategi pertahanan negara, walaupun menghadapi realita
yang kompleks. Realisasi strategi pertahanan negara, walaupun dengan kompleksitas
proses dan mekanismenya, termasuk warga negara yang berada di luar negeri, dalam
pertahanan negara perlu dikelola dan diberdayagunakan menjadi kekuatan dan
kemampuan integralistik pertahanan yang berkelanjutan (Taylor, 2006). Kompleksitas
strategi pertahanan negara menjadi keniscayaan mengingat disparitas karakteristik
elemen-elemen pertahanan negara itu sendiri, termasuk kekuatan bangsa yang
berada di luar wilayah NKRI. Selain itu, pengelolaan pertahanan negara ini perlu
dilakukan sedini mungkin di masa damai (Cleary & McConville, 2006). Eksplanasi ini
mempertegas pentingnya kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia sebagai
bagian menyeluruh dalam strategi pertahanan negara.

KESIMPULAN

Diaspora Indonesia, dengan sekitar 8 juta jiwa di luar negeri dan diversitas
profesinya, menjadi aset vitalitas strategis bagi bangsa dan negara untuk turut serta
memperjuangkan dan melindungi kepentingan nasional Indonesia. Dinamisasi
konstelasi global bergerak dengan kompleksitas interkorelasi dan interimplikasi pada
multi-dimensi kehidupan bangsa, rutinitas kehidupan sehari-hari di luar negeri,
Diaspora Indonesia memungkinkan mengalami marginalisasi presensi sosial-politik
dan tantangan asimilasi budaya dengan budaya lokal. Nasionalisme dan patriotisme
Diaspora Indonesia memungkinkan tergerus menghadapi kondisi ini. Menjadi urgensi

Universitas Pertahanan
13

bagi Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kematangan nasionalisme dan


patriotisme Diaspora Indonesia melalui pemberdayaan yang berkesinambungan
untuk bersaing dalam kompetisi global, bersinergi dengan usaha Pemerintah RI dalam
memperjuangkan dan melindungi kepentingan nasional di luar negeri.

Kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia oleh Perwakilan RI dapat


menjadi manifestasi peningkatan bela negara Diaspora Indonesia menjadi kekuatan
pertahanan nirmiliter. Langkah ini dapat dikembangkan untuk memperkuat strategi
pertahanan negara dalam berbagai dimensi, diarahkan antara lain melalui
peningkatan kewaspadaan, moral, diplomasi dan dukungan pertahanan negara.
Eksplanasi ini mempertegas pentingnya kebijakan pemberdayaan Diaspora Indonesia
sebagai bagian menyeluruh pertahanan negara.

DAFTAR PUSTAKA

Armenia, R. (2017). Pemerintah segera terbitkan kartu Diaspora Indonesia.


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170701145333-20-
225100/pemerintah-segera-terbitkan-kartu-diaspora-indonesia?
Bunga, G. A. (2019). Lesson from Somalia: A special model of handling piracy jure
gentium and armed robbery at sea. Veritas et Justitia, 5(2), 302–328.
https://doi.org/10.25123/vej.3231
Buzan, B. (2009). People, states and fear: An agenda for international security
studies in the post-cold war era (Reprinted). ECPR Press.
Cleary, L. R., & McConville, T. (2006). Commonalities and constraints in defence
governance and management. In L. R. Cleary & T. McConville (Eds.), Managing
Defence in a Democracy (1st ed., pp. 3–16). Routledge.
Cleveland, M., Erdoğan, S., Arıkan, G., & Poyraz, T. (2011). Cosmopolitanism,
individual-level values adn cultural-level values: A cross-cultural study. Journal
of Business Research, 64(9), 934–943.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2010.11.015
Codreanu, A. (2016). A VUCA action framework for a VUCA environment:
Leadership challenges and solutions. Journal of Defense Resources
Management (JoDRM), 7(2), 31–38.
Estuningtyas, R. D. (2018). Dampak globalisasi pada politik, ekonomi, cara berfikir
dan ideologi serta tantangan dakwahnya. AL-MUNZIR, 11(2), 195–218.
https://doi.org/10.31332/am.v11i2.1118
IDN. (2019). IDN Indonesian Diaspora. http://www.diasporaindonesia.org/
Istikharoh, A., Putranti, I. R., & Pattipeilohy, S. C. (2017). Diplomasi Indonesia dalam
pembebasan sandera di luar negeri: Studi kasus diplomasi total dalam
pembebasan WNI sandera Abu Sayyaf pada Maret-April 2016. Journal of

Universitas Pertahanan
14

International Relations, 3(3), 1–8.


Jazuli, A. (2017). Diaspora Indonesia dan dwi kewarganegaraan dalam perspektif
Undang-Undang kewarganegaraan Republik Indonesia. JIKH, 11(1), 97–108.
Jeon, H. J., Meiseberg, B., Dant, R. P., & Grünhagen, M. (2016). Cultural
convergence in emerging markets: The case of McDonald’s in China and India.
Journal of Small Business Management, 54(2), 72–749.
https://doi.org/10.1111/jsbm.12168
Kementerian Pertahanan RI. (2014). Strategi pertahanan negara (2nd ed.).
Kementerian Pertahanan.
Kementerian Pertahanan RI. (2015a). Buku putih pertahanan (3rd ed.). Kementerian
Pertahanan.
Kementerian Pertahanan RI. (2015b). Doktrin pertahanan negara (3rd ed.).
Kementerian Pertahanan.
Latifa, I. (2019). Neoliberalism and reconfiguration of the diaspora in contemporary
Indonesia. Paradigma: Jurnal Kajian Budaya, 9(1), 1–14.
https://doi.org/10.17510/paradigma.v9i1.267
Marshall, T. H. (1950). Citizenship and social class. The Syndics of the Cambridge
University Press.
Minurdin, S. (2018). Kiprah Komando Pasukan Sandhi Yudha dalam operasi militer
di Indonesia tahun 1971-1985. Jurnal Sejarah Dan Pendidikan Sejarah, 7(2).
https://doi.org/10.17509/factum.v7i2.15609
Undang-Undang Dasar 1945, (1945) (testimony of MPR RI).
Nye, J. S. (2004). Soft power: The means to success in world politics. Public Affairs.
Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, (2002)
(testimony of Pemerintah Republik Indonesia).
Prijono, O. S., & Pranaka, A. (1996). Pemberdayaan: Konsep, kebijakan dan
implementasi. CSIS.
Risman, H., Widodo, P., & Sumertha, G. K. (2018). Kebijakan strategis
pemberdayaan diaspora Indonesia untuk pertahanan negara. Jurnal Prodi
Strategi Perang Semesta, 4(2), 37–58.
Romdiati, H. (2015). Globalisasi migrasi dan peran diaspora: Suatu kajian pustaka.
Jurnal Kependudukan Indonesia, 10(2), 89–100.
Santoso, I. (2014). Diaspora: Globalisasi, keamanan dan keimigrasian (1st ed.).
Pustaka Reka Cipta.
Smith, A. D. (2010). Diasporas and homelands in history: The case of the classic
diasporas. In A. Gal, A. S. Leoussi, & A. D. Smith (Eds.), The Call of the
Homeland (Vol. 9, pp. 3–26). BRILL.
https://doi.org/10.1163/ej.9789004182103.i-402.7
Tang, S. (2009). The security dilemma: A conceptual analysis. Security Studies,
18(3), 587–623. https://doi.org/10.1080/09636410903133050
Taylor, T. (2006). The functions of a defence ministry. In L. R. Cleary & T.
McConville (Eds.), Managing Defence in A Democracy (1st ed., pp. 92–106).

Universitas Pertahanan
15

Routledge.
Wedhaswary, I. D. (2014). “Nawa Cita”, 9 agenda prioritas Jokowi-JK.
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Pr
ioritas.Jokowi-JK
Wibowo, A. S. (2015). Managing Indonesian diaspora: A preliminary study. Andalas
Journal of International Studies (AJIS), 2(1), 14–30.
Widodo, Y. (2017). Media diaspora pelajar Indonesia: Eksistensi, peran, dan spirit
keindonesiaan. Jurnal Ilmu Komunikasi, 14(1), 93–109.
https://doi.org/10.24002/jik.v14i1.974

Universitas Pertahanan

Anda mungkin juga menyukai