Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BELA NEGARA & WIDYA MWAT YASA

SEMESTER GENAP 2020/2021


UPN VETERAN YOGYAKARTA

Nama : Dafa Al Fattah Prodi : Teknik Perminyakan


NIM : 113200143 Kelas : Kelas K

Tugas ke-3

1. Seberapa penting bagi setiap warga negara untuk menjalankan nilai-nilai bela negara?
Sangat penting bagi warga negara karena pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai bela Negara
bagi seluruh warga Negara Indonesia berhungungan langsung dalam menjaga ketertiban dan
ketenteraman bagi masyarakat dan negara dan didasarkan pada 2 hal yaitu: untuk mewujudkan
tujuan dan menangkal berbagai ancaman sehingga amat penting.
2. Faktor apa saja yang melatar belakangi pentingnya bela negara oleh seluruh warga negara
Indonesia?
1. berdasarkan teori dan tujuan negara
negara menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common
weal). Dengan kata lain negara didirikan untuk menyejahterakan warganya. Jadi sudah
seharusnya demi untuk mewujudkan cita-cita bersama dalam bernegara setiap warga negara
bersedia membela negaranya karena untuk kepentingan dirinya dan sesamanya.
2. berdasarkan pada pemikiran rasional
Negara memiliki aspek pertahanan merupakan faktor penting dalam menjamin kelangsungan
hidup Negara. Tanpa kemampuan mempertahankan diri, suatu negara tidak akan dapat
mempertahankan keberadaan atau eksistensinya.
3. kontrak social
bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 bertekad bulat
untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan, serta kedaulatan negara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
4. pertimbangan moral,
kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
5. ketentuan hukum atau yuridis
meliputi 1) UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3): “Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut
serta dalam upaya bela Negara”, 2) UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) “”Bahwa tiap
warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha Pertahanan dan Keamanan Negara,
dan Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan melalui Sistem Pertahanan dan
Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen Utama, Rakyat
sebagai Komponen Pendukung.
3. Jelaskan tujuan negara berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku?
Tujuan Negara tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945, yang tercantum dalam alinea 4, yaitu: melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan social. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu disusun berbagai dasar kebijakan setiap
periode pemerintahan. Pada masa orde baru, dasar kebijakan tersebut dituangkan dalam Garis-
Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sedangkan di era reformasi tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025.
Pada masa era reformasi, Kantor Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan/Badan
Pembangunan Nasional telah merumuskan Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang
Indonesia Tahun 2005-2025 serta telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Tahun 2005-2025. Pada bagian ini secara khusus memaparkan visi Indonesia, lebih khusus visi
Indonesia di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Visi dan Misi Pembangunan Nasional, dan
Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang 2005–2025.
4. Jelaskan berbagai sumber ancaman terhadap bangsa dan negara?
 Geopolitik dan Geostrategi Indonesia
Menurut Sophie Chautard dalam bukunya La Geopolitique, “Geopolitik bukan ilmu
pengetahuan murni, melainkan sebuah multidisiplin ilmu yang mempelajari hubungan antar
ruang dan politik, antara teritorial dan individu. Meletakkan semua masalah pada aspek geografi
yang memungkinkan kita menganalisa kondisi saat ini, memahami hubungan satu kejadian
dengan kejadian lainnya”. Pandangan Gearoid O’ Tuathail menyatakan bahwa, “Geopolitik
tidak memiliki makna atau identitas tunggal yang mencakup segala hal, Geopolitik merupakan
suatu wacana, yaitu suatu cara penggambaran, perwakilan dan penulisan tentang geografi dan
politik internasional yang sangat beragam secara kultural dan politik.” Dalam pidato peresmian
Lemhannas RI tahun 1965, Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, menegaskan bahwa pertahanan
nasional hanya dapat dilaksanakan secara sempurna, bila suatu bangsa mendasarkan pertahanan
nasional atas pengetahuan geopolitik. Pengetahuan geopolitik Indonesia yang dikembangkan
berdasarkan tiga faktor yang membentuk karakter bangsa Indonesia, yaitu sejarah lahirnya
negara, bangsa dan tanah air, serta cita – cita dan ideologi bangsa. Berdasarkan ketiga hal
tersebut, bangsa Indonesia telah mengembangkan pandangan geopolitik yang bersumber pada
nilai – nilai kesejarahan yang sudah dimulai sejak era prakolonialisme hingga era kemerdekaan
RI. Pandangan yang bersumber pada kesamaan pengalaman pahit sejarah, pada akhirnya
menghasilkan konsepsi Wawasan Nusantara sebagai pandangan geopolitik yang memandang
wilayah nusantara sebagai ruang hidup yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber
kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional.
Secara formal, Wawasan Nusantara dipahami dan dimengerti sebagai cara pandang bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaanya dalam memanfaatkan kondisi dan
konstelasi geografi dengan menciptakan tanggungjawab dan motivasi atau dorongan bagi
seluruh bangsa indonesia untuk mencapai tujuan nasional. Sebagai wawasan nasional, konsepsi
Wawasan Nusantara menganut filosofi dasar geopolitik Indonesia yang mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagai hasil perenungan filsafat tentang diri dan
lingkungannya, Wawasan Nusantara mencerminkan pula dimensi pemikiran mendasar bangsa
Indonesia yang mencakup dimensi kewilayahan sebagai suatu realitas serta dimensi kehidupan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai suatu fenomena hidup.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengkondisian Ketahanan Nasional dalam berbagai aspeknya,
akan menentukan kualitas Pertahanan Negara, baik di masa damai maupun dalam masa perang.
Kualitas Pertahanan Negara akan berbanding lurus dengan kondisi Ketahanan Nasional yang
dimiliki, artinya setiap perubahan kondisi Ketahanan Nasional bangsa, dengan sendirinya akan
berpengaruh terhadap kualitas pertahanan negara dalam implementasinya.
 Era Globalisasi dan Revolusi Industri 4.0
Tidak dapat dipungkiri bahwa, pengaruh globalisasi dalam berbagai bidang kehidupan, juga
berimbas pada pemahaman wawasan kebangsaan aparatur pemerintah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, positif maupun negatif. Dari sisi positif, globalisasi mendorong
timbulnya kesadaran aparatur pemerintah dan memacu semangat belajar, agar tidak ketinggalan
era global. Adapun sisi negatifnya, adakalnya sikap dan perilaku aparatur yang menerima
mentah semua informasi dan budaya yang dibawa globalisasi, tanpa dipilah dan dipilih mana
yang bermanfaat dan mana yang merugikan, sehingga terhanyut dalam pusaran yang merugikan.
Hal ini dapat dilihat dari adanya gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
aparatur pemerintah, termasuk masyarakat, anak-anak muda. Teknologi internet merupakan
kebutuhan penting di era globalisasi karena dapat memudahkan aktivitas kerja dan aktivitas
kehidupan secara luas, juga bisa memberikan manfaat yang besar dalam pelaksanaan tugas
pelayanan masyarakat.
Namun jika digunakan tidak semestinya, akan bisa merugikan atau bahkan bisa menjadi
bencana. Demikian pula alat komunikasi yang sekarang sudah menjadi kebutuhan, apabila
dengan baik dan proporsional akan dapat membantu kelancaran tugas. Namun apabila tidak
digunakan sebagaimana mestinya akan dapat merugikan banyak pihak. Berbagai kejadian
penyalahgunaan teknologi dan alat komunikasi belakangan ini, apakah yang dilakukan orang
per orang, kelompok maupun organisasi yang mengarah kepada tindak kejahatan kiranya dapat
menjadi pelajaran yang sangat baik terkait dengan upaya memperkuat jatidiri menjawab
tantangan globalisasi. Beberapa hal yang disebutkan di atas, memang tidak secara langsung
berpengaruh terhadap jati diri bangsa, akan tetapi secara perlahan dan pasti, akan dapat
menimbulkan tergerusnya nasionalisme, rapuhnya persatuan dan kesatuan, serta lunturnya cinta
tanah air dan bangsa.
Globalisasi memang membuka cakrawala pandang masyarakat lebih luas dalam konteks
hubungan antar bangsa, ada hal baik yang bisa diterima, tetapi juga ada hal yang kurang cocok
dengan budaya dan kepribadian bangsa. Untuk itu yang dianggap baik dan bermanfaat bagi
masyarakat, bangsa dan negara dapat diterapkan, dan hal-hal yang tidak baik tidak perlu
diambil. Oleh karena itu, dengan semangat memperkuat jati diri bangsa dalam menjawab
tantangan globalisasi, kiranya harus jeli memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi
masyarakat, bangsa dan negara tercinta Indonesia.
Dewasa ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 143 juta orang. Ketrampilan
generasi milenial bisa terekam pada semua perguruan tinggi atau universitas di Indonesia.
Generasi milenial akan memainkan peran penting. Sedikitnya 49,5 persen pengguna internet
berusia 19-34 tahun. Mereka berinteraksi atau melek teknologi berkat telepon pintar
(smartphone). Potensi nyata itu harus ditingkatkan dan dipertajam. Sebab, dalam fungsinya
sebagai pekerja, generasi milenial dituntut untuk meningkatkan kapasitas. Tak cukup hanya
dengan penguasaan teknologi, tetapi harus dilengkapi penguasaan sejumlah bahasa asing agar
bisa komunikatif pada tingkat global. Peningkatan kapasitas pekerja milenial itu bisa
diwujudkan melalui pelatihan, kursus dan sertifikasi. Industri dan pendidikan juga harus peduli
pada isu tentang peningkatan kapasitas pekerja di era Industri 4.0 ini. Oleh karena itu perlu
didorong peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar menguasai
teknologi digital.
 Sumber Ancaman
Di era globalisasi, Menteri Pertahanan Republik Indonesia menyebutkan ada 3 (Tiga) dimensi
ancaman yaitu, Ancaman Belum Nyata; Ancaman Nyata dan dan Ancaman non Fisik terhadap
Mindset seluruh Rakyat Indonesia. Ancaman yang belum nyata adalah Agresi militer/Perang
Konvensional. Sedangkan ancaman nyata dan ancaman utama yang sedang kita hadapi saat ini
yaitu mulai dari ancaman terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan
bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan
pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intellijen serta peredaran dan
penyalahgunaan narkoba. Ancaman yang ketiga bagi bangsa Indonesia adalah ancaman yang
berbentuk non-fisik yaitu ancaman terhadap “MINDSET” yang berupaya untuk merubah
ideologi negara PANCASILA atau yang populer dengan istilah perang modern atau “Proxy
War”. Ancaman ini berbentuk kekuatan “soft power” yang berupaya untuk merusak jati diri
bangsa Indonesia melalui pengaruh kehidupan ideologi asing yang beraliran materialisme dan
berorientasi kekuasaan. Ideologi-ideologi tersebut bukan berasal dari negara kita, ideologi
tersebut hanya cocok di negara asalnya, misalnya liberalisme di Amerika dan Eropa,
komunisme di China dan Rusia, dan sosialisme di beberapa Negara.
Ancaman yang saat ini menjadi ancaman yang sangat nyata adalah terorisme. Ancaman ini
merupakan salah satu bentuk penistaan terhadap agama, negara dan bangsa, yang tidak hanya
menimbulkan kerugian material dan nyawa serta menciptakan rasa takut dimasyarakat, tetapi
juga telah mengoyak keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Guna memperkuat mindset
bangsa demi menjaga keutuhan bangsa dan negara maka Kementerian Pertahanan telah
membangun konsep pertahanan negara yang berlandaskan totalitas penguatan “MINDSET” atau
“JIWA” melalui Konsep Pembangunan kesadaran bela negara.
Esensi dari Kesadaran Bela Negara ini pada hakikatnya dimaksudkan untuk mewujudkan warga
negara yang memiliki kesadaran sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi pentingnya
aktualisasi nilai-nilai luhur bela negara yaitu Cinta tanah air; Sadar berbangsa dan bernegara;
Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara; Rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta
Mempunyai kemampuan awal bela negara baik psikis maupun fisik. Muara akhir dari Bela
Negara ini diharapkan dapat membangun karakter bangsa Indonesia yang disiplin, optimisme,
taat hukum, bekerja keras untuk negara dan bangsanya, melaksanakan perintah Tuhan sesuai
agamanya masing-masing, kerja sama dan kepemimpinan didalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai