Anda di halaman 1dari 8

Nama: Angelyca Natasya Laura

NIM: 2602145674

Prodi: Finance

1. Berikan deskripsi perkembangan dari aspek ekonomi dan budaya terkait pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia, terjadi perkembangan dalam
aspek ekonomi dan budaya di berbagai wilayah. Otonomi daerah adalah suatu
kebijakan pemerintah yang memberikan kewenangan dan otoritas kepada pemerintah
daerah mengatur dan mengelola urusan pemerintahan di wilayahnya. Dalam aspek
ekonomi, pertumbuhan ekonomi lokal terjadi melalui pengembangan sektor seperti
pertanian, perikanan, pariwisata, dan industri manufaktur. Investasi meningkat dan
pemerataan pembangunan diperhatikan, dengan kebijakan investasi yang disesuaikan
dan perhatian yang lebih besar terhadap daerah yang terabaikan sebelumnya. Dalam
aspek budaya, otonomi daerah mendukung pelestarian budaya lokal melalui festival,
pameran, dan kegiatan budaya lainnya. Pariwisata budaya juga berkembang dengan
promosi yang lebih baik dan pelayanan yang memadai. Kesadaran dan apresiasi
terhadap keberagaman budaya juga meningkat, dengan festival seni, konser musik,
dan acara budaya yang mencerminkan identitas setempat. Perkembangan ini
bervariasi di setiap daerah, dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, infrastruktur,
dan kapasitas pemerintah daerah.
Referensi: - TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 8
“Otonomi Daerah” Jakarta, Binus University, halaman 52-59.
-Effendi, J. (2018). Otonomi Daerah: Mendorong Pemekaran Daerah dan
Keberlanjutan Pembangunan Lokal. Jurnal Kajian Pemerintahan dan Pembangunan,
2(2), 185-198.

2. Berikan analisis Anda tentang faktor-faktor terwujudnya integrasi nasional pada masa
pra kemerdekaan.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses penyatuan perbedaan yang ada dalam suatu
negara sehingga tercipta keserasian dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Berikut
beberapa faktor terwujudnya integrasi nasional pada masa pra kemerdekaan.
1. Adanya ancaman dari luar.
Ketika penjajah dari Belanda ingin datang kembali ke Indonesia, masyarakat
Indonesia bersatu tanpa memikirkan perbedaan budaya dan kepercayaan. Hal ini
meningkatkan intergrasi nasional, karena masyarakat bersatu melawan ancaman
dari luar.
2. Gaya politik kepepimpinan.
Adanya tokoh-tokoh pemimpin nasional yang mampu menyatukan dan
mempersatukan berbagai kelompok dan suku bangsa di Indonesia berperan
penting dalam terwujudnya integrasi nasional. Pemimpin seperti Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para pendiri negara lainnya mampu menginspirasi dan
memimpin gerakan nasional.
3. Rasa senasib dan sepenanggungan
Saat masa penjajahan masyarakat Indonesia bersatu dari berbagai suku dan
agama, karena adanya keinginan bersama untuk merdeka. Memiliki perasaan
senasib tersebut menimbulkan inisiatif untuk melakukan pergerakan serempak dan
membangun intergrasi nasional.

Referensi:
- TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 9 “Intergrasi
Nasional” Jakarta, Binus University, halaman 62-67.
- Utami, N, S (2021), “8 Faktor Pendorong Intergrasi Nasional Bangsa Indonesia”,
Diakses pada 11 Juli 2023 dari
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/06/163207169/8-faktor-pendorong-
integrasi-nasional-bangsa-indonesia?page=all

3. Kemajuan teknologi informasi telah memberikan dampak positif dan negatif. Dampak
positif teknologi informasi digunakan untuk membangun bangsa, sementara dampak
negatifnya telah membuat masyarakat bahkan tidak sedikit generasi muda yang
mengalami disorientasi nilai yang menyebabkan nilai-nilai asli Indonesia tergerus.
Buatlah sebuah rancangan sederhana upaya mengembalikan nilai dan jati diri
masyarakat Indonesia?

Rancangan sederhana untuk mengembalikan nilai dan jati diri masyarakat Indonesia
meliputi:
Pertama, pendidikan nilai-nilai budaya Indonesia harus ditingkatkan di sekolah-
sekolah dengan memasukkan mata pelajaran tentang budaya dan sejarah. Kurikulum
harus mencakup pengajaran norma dan moral yang diwariskan leluhur untuk
membantu generasi muda memahami warisan budaya dan jati diri Indonesia.

Kedua, perlu dilakukan sosiliasi nasional yang menekankan pentingnya penggunaan


teknologi informasi secara bertanggung jawab. Sosiliasi dapat melibatkan platform
digital dan kegiatan masyarakat untuk memberikan pemahaman dampak negatif
teknologi informasi serta mengajak masyarakat menggunakan teknologi dengan bijak.

Ketiga, perlu mendorong promosi dan apresiasi budaya lokal melalui pertunjukan seni
dan festival budaya. Dengan memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia, masyarakat
akan lebih menghargai dan memperkuat nilai-nilai budaya serta jati diri Indonesia.

Terakhir, perlu memberdayakan keluarga sebagai unit terdepan dalam membentuk


nilai dan jati diri. Melalui pendidikan di dalam keluarga, seperti cerita, diskusi, dan
tradisi keluarga, nilai-nilai budaya dan jati diri dapat diwariskan kepada generasi
muda.

Referensi:

TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 11


“Nasionalisme dan Identitas Nasional” Jakarta, Binus University, halaman 76-78.
Yadi, S (2018), “Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia”, diakses pada tanggal 11
juli 2023 dari
https://www.kompasiana.com/supri_yadi/550d7aae813311582cb1e3ec/mengembalika
n-jati-diri-bangsa-indonesia-pendidikan-penelitian-dan-pengabdian

4. Apa perbedaan antara warga negara dengan warga global? Berikan satu contoh
pelaksanaan kewajiban sebagai warga negara dan satu contoh kegiatan yang dapat
dilakukan sebagai warga global!
Warga negara adalah sekelompok individu yang memiliki kedudukan secara resmi
menjadi anggota penuh suatu negara. Mereka memiliki hak dan kewajiban yang
terkait dengan negara tempat mereka tinggal. Sebagai warga negara, mereka memiliki
identitas nasional, hak untuk berpartisipasi dalam proses politik, hak mendapatkan
perlindungan dari negara, dan kewajiban terhadap negara tersebut. Sedangkan, warga
global adalah individu yang memiliki kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap
isu-isu global serta melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas global yang
lebih luas. Mereka mengakui bahwa tindakan mereka dapat berdampak pada dunia
secara keseluruhan dan berupaya untuk berkontribusi dalam menciptakan perubahan
positif di tingkat global.
Contoh kewajiban sebagai warga negara: Warga negara memiliki kewajiban untuk
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara tempat mereka
tinggal.
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan sebagai warga negara global: Warga negara
global dapat mendukung organisasi kemanusiaan internasional, seperti UNICEF,
dengan menyumbangkan waktu, dana, atau sumber daya.
Referensi
TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 13
“Berpatisipasi Sebagai Warga Global” Jakarta, Binus University, halaman 89-92.
TIM Detik.com (2023), “Perbedaan Warga Negara dan Warga Negara Global”,
diakses pada 11 juli 2023 dari https://news.detik.com/berita/d-6817612/perbedaan-
warga-negara-dan-warga-negara-global

5. A. Beberapa AGHT pada pemilu 2024:

1. Ketegangan Sosial: Dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara dapat


menciptakan ketegangan sosial di masyarakat. Perbedaan keputusan setiap warga
dapat menjadi pemicu terjadinya ketegangan sosial, serta adanya beberapa oknum
dimasyarakat dapat menggangu ketahanan nasional.

2. Penyebaran Berita Hoaks: Penyebaran berita hoaks melalui media sosial dan
platform digital memiliki potensi yang merusak dalam mengganggu kepercayaan
publik dan bahkan memicu konflik di masyarakat. Informasi yang tidak akurat atau
salah dapat mempengaruhi persepsi dan keputusan pemilih, serta menciptakan
ketegangan antara kelompok-kelompok di masyarakat.

3. Konflik Politik: Kontestasi politik yang sengit dan persaingan yang ketat
antarpartai dapat memicu konflik politik di berbagai tingkatan. Perselisihan antara
kelompok pendukung partai politik dapat mengancam stabilitas nasional.
Untuk mengantisipasi agar Pemilu 2024 berlangsung dengan aman, beberapa langkah
dapat dilakukan:

1. Penguatan Kesadaran Literasi Digital dan Pemikiran Kritis: Masyarakat perlu


diberdayakan dengan pengetahuan dan keterampilan literasi digital serta pemikiran
kritis. Dengan pemahaman yang baik tentang informasi yang valid dan kemampuan
dalam mengevaluasi berita, masyarakat dapat menghindari penyebaran disinformasi
dan hoaks.

2. Meningkatkan Kesadaran Politik dan Partisipasi: Pendidikan politik yang efektif


dan partisipasi aktif masyarakat dalam proses demokrasi dapat memperkuat ketahanan
nasional. Peningkatan kesadaran politik dan partisipasi dapat mengurangi polarisasi
dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kestabilan sosial.

3. Penegakan Hukum yang Tegas: Penegakan hukum yang tegas terhadap penyebaran
hoaks dan ujaran kebencian menjadi penting untuk menjaga stabilitas sosial. Pihak
yang bertanggung jawab atas penyebaran informasi yang menyesatkan harus diadili
sesuai dengan hukum yang berlaku.

Referensi: TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 12


“Warga Negara di Era Digital dan Literasi Digital” Jakarta, Binus University,
halaman 83-87

TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 10 “Ketahanan


Nasional” Jakarta, Binus University, halaman 69-73

Niasselatankab (2021), tantangan dan strategi dalam mewujudkan kesuksesan pemilu


2024, diakses pada 11 july 2023 dari https://niasselatan.bawaslu.go.id/tantangan-dan-
strategi-dalam-mewujudkan-kesuksesan-pemilu-2024-di-nias-selatan/

b. Cara agar dimensi politik dapat menjadi modal yang kuat untuk menunjang
ketahanan nasional:

1. Meningkatkan Dialog dan Toleransi Politik: Partai politik, kandidat, dan


pendukungnya perlu meningkatkan dialog politik yang konstruktif dan toleransi
dalam menghadapi perbedaan pandangan politik. Menjaga keberagaman pendapat dan
saling menghormati merupakan modal penting untuk mencapai stabilitas politik.

2. Membangun Konsensus Nasional: Melalui dialog politik yang inklusif, perlu


dibangun konsensus nasional tentang nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan
keberagaman. Konsensus ini dapat menjadi pijakan untuk menciptakan iklim politik
yang harmonis dan menjamin kepentingan nasional yang lebih besar.

3. Penegakan Prinsip Demokrasi: Partisipasi politik yang demokratis, dengan


memastikan adanya kompetisi yang adil, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses
pemilu, akan memperkuat dimensi politik sebagai modal untuk ketahanan nasional.

4. Mendorong Keterlibatan Masyarakat: Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam


kehidupan politik, baik melalui partisipasi dalam pemilihan umum, diskusi publik,
atau kegiatan politik lainnya, dapat memperkuat dimensi politik sebagai modal
ketahanan nasional.

Referensi:

- Referensi: TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 12


“Warga Negara di Era Digital dan Literasi Digital” Jakarta, Binus University,
halaman 83-87

- Kemendagri. (2023). Kemendagri: Kunci Pemilu 2024, Jaga Ketahanan Sosial.


Diakses pada 12 Juli 2023, dari
https://radartarakan.jawapos.com/nasional/07/04/2023/kemendagri-kunci-pemilu-
2024-jaga-ketahanan-sosial/

6. Kesadaran literasi digital dan pemikiran kritis saling terkait dan saling memperkuat.
Kesadaran literasi digital membantu individu dalam mengakses dan memanfaatkan
informasi secara efektif, sementara pemikiran kritis membantu individu untuk
mengevaluasi dan menganalisis informasi tersebut dengan cerdas. Kesadaran literasi
digital dan pemikiran kritis sangat penting dalam penggunaan teknologi informasi
terutama jelang Pemilu 2024 karena alasan berikut:
1. Membedakan Informasi yang Valid dan Hoaks: Dalam era digital, jumlah informasi
yang beredar sangat besar dan mudah diakses oleh masyarakat. Kesadaran literasi
digital membantu individu untuk membedakan antara informasi yang valid dan hoaks.
Dengan pemikiran kritis, individu dapat menganalisis sumber, konteks, dan validitas
informasi yang mereka terima, sehingga dapat menghindari penyebaran informasi
yang menyesatkan atau hoaks yang dapat mengancam integritas demokrasi.

2. Melawan Disinformasi dan Misinformasi: Disrupsi informasi, seperti penyebaran


disinformasi dan misinformasi, menjadi ancaman yang serius terhadap pemilu.
Kesadaran literasi digital membantu individu untuk memahami metode dan strategi
yang digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dalam menyebarkan
informasi yang menyesatkan. Pemikiran kritis memungkinkan individu untuk
mengevaluasi klaim yang tidak jelas atau tidak didukung oleh fakta yang valid,
sehingga mencegah penyebaran informasi yang salah.

3. Mencegah Penyebaran Ujaran Kebencian: Penggunaan teknologi informasi dalam


konteks pemilu dapat memicu penyebaran ujaran kebencian. Kesadaran literasi digital
membantu individu untuk menghargai keragaman pendapat dan memahami batasan
antara ekspresi bebas dan ujaran kebencian. Dengan pemikiran kritis, individu akan
lebih berhati-hati dalam menafsirkan dan merespons informasi yang dapat memicu
konflik dan ketegangan sosial.

Referensi:

- TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 12 “Warga


Negara di Era Digital dan Literasi Digital” Jakarta, Binus University, halaman 83-87

- Bawden, D. (2008). Origins and concepts of digital literacy. Diakses pada 12 Juli
2023, dari http://www.bawden.info/digitalliteracy/origins.html

b. Untuk menjadi warga negara yang baik di era digital, seseorang harus memiliki
beberapa kualifikasi berikut:

1. Kesadaran Literasi Digital: Individu harus memiliki pemahaman tentang


penggunaan teknologi informasi, termasuk kemampuan untuk mencari, mengevaluasi,
dan menggunakan informasi secara efektif. Literasi digital mencakup pemahaman
tentang privasi, keamanan data, dan etika dalam penggunaan teknologi informasi.
2. Pemikiran Kritis: Kemampuan untuk berpikir kritis sangat penting dalam
menghadapi berbagai informasi dan konten yang tersebar di dunia digital. Individu
harus mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mempertanyakan informasi yang
mereka terima, serta mampu memahami perspektif yang berbeda dan melihat
melampaui narasi tunggal.

3. Keterampilan Komunikasi dan Kolaborasi: Individu perlu mengembangkan


keterampilan komunikasi yang baik dalam ruang digital, termasuk kemampuan untuk
berdialog dengan baik, menghargai pendapat orang lain, dan berkolaborasi secara
konstruktif dalam lingkungan digital.

Referensi

- TIM CBDC (2022), Character Building Pancasila (CHAR6014) Topik 12 “Warga


Negara di Era Digital dan Literasi Digital” Jakarta, Binus University, halaman 83-87

- Siregar, A., & Mubarok, H. (2022). Pengaruh Pemikiran Kritis Terhadap Kecerdasan
Literasi Digital Siswa SMA di Kota Bandung. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian,
dan Pengembangan, 7(6), 775-783.

- Bawden, D. (2008). Origins and concepts of digital literacy. Diakses pada 12 Juli
2023, dari http://www.bawden.info/digitalliteracy/origins.html

Anda mungkin juga menyukai