Anda di halaman 1dari 8

Nama : Safira Salsabila

NIM : 2602187771
Kelas : LB21
Dosen : Ubaidah, S.Pd., M.Pd
Mata Kuliah : Character Building Pancasila

Bagian I : Essay

1. Otonomi daerah saat ini dapat terlihat progres nya yang signifikan dengan terus
mengembangkan sektor ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki setiap
daerah. Disini, otonomi daerah telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Kebebasan dalam membuat keputusan & mengelola sumber daya pada setiap daerah
membuat otonomi daera dijalankan secara efektif dan responsif. Hal tersebut juga
dengan mudah untuk menarik investasi & menciptakan peluang kerja baru serta
mengurangi kesenjangan ekonomi antar daerah.

Dalam aspek budaya, otonomi daerah membuka kesempatan & peluang baru dalam
mempertahankan dan mengembangkan warisan budaya Indonesia. Dengan
mempelajari dan memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia akan menarik
banyak wisata lokal maupun internasional serta dapat meningkatkan kebanggan lokal
pada daerah.

Pengaruh globalisasi dan modernisasi merupakan salah satu tantangan dalam


menjalankan otonomi daerah yang juga mempengaruhi perkembangan ekonomi &
budaya. Pemerintah dan warga lokal diharapkan mempertahankan budaya sebagai aset
berharga yang juga diikuti peningkatan infrastruktur, regulasi, dan investasi demi
mengoptimalkan potensi ekonomi daerah dan memperkaya kehidupan budaya bangsa.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 56-59.

Referensi tambahan:
https://bkd.jogjaprov.go.id/informasi-publik/artikel/perkembangan-otonomi-daerah-masa-kini
2. Dalam mewujudkan integrasi nasional terdapat beberapa faktor yang berkontribusi
pada masa Pra-Kemerdekaan itu, antara lain:

● Perjuangan Bersama
Adanya semangat nasionalisme, perasaan senasib sepenanggungan, &
keinginan bersama untuk mencapai kemerdekaan dalam mengatasi perbedaan
SARA serta membentuk ikatan yang kuat diantara para pejuang untuk
membela negara Indonesia.
● Pemimpin Kuat
Adanya pemimpin-pemimpin kuat, seperti Soekarno & Mohammad Hatta
yang mempersatukan berbagai kelompok masyarakat dan menginspirasi, serta
memobilisasi massa dengan visi persatuan & cita-cita nasional.
● Kebijakan Inklusif
Adanya kebijakan inklusif yang ditetapkan oleh pemimpin negara untuk
menganut Pancasila sebagai dasar negara yang menghargai keberagaman &
mengakui hak-hak semua kelompok masyarakat. Hal tersebut dapat membantu
kerangka kerjasama & mengurangi ketegangan antar kelompok.
● Media & Pendidikan
Media & pendidikan merupakan aspek penting berkontribusi dalam mencapai
integrasi nasional dengan menyebarkan nilai-nilai persatuan & integrasi
nasional, serta mempromosikan semangat kebangsaan, persepsi, &
pemahaman bersama terkait identitas nasional.
● Gerakan Sosial & Budaya
Hadirnya beberapa gerakan-gerakan sosial & budaya yang juga mempengaruhi
pola pikir dan ikatan yang dijalin antar kelompok masyarakat.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 65-66.

Referensi tambahan:
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/9-PendidikanKewarganegaraan.pdf
3. Beberapa langkah sederhana untuk mengembalikan nilai dan jati diri masyarakat
Indonesia, sebagai berikut:
● Memperkuat sistem pendidikan untuk meningkatkan nilai-nilai budaya, moral,
dan etika. Mengoptimalkan kurikulum pendidikan dalam rangka mendorong
pemahaman terkait kearifan lokal, budaya, sejarah, tradisi Indonesia.
● Mendukung kegiatan lokal dalam mempromosikan & melestarikan budaya
dengan menyelenggarakan acara, membuka kesempatan, dan memberikan
insentif serta dukungan untuk memfasilitasi kegiatan tsb.
● Memproduksi konten edukatif yang bernilai dan mendukung pemahaman
nilai-nilai Indonesia serta memberikan pengetahuan terkait budaya dan sejarah
Indonesia.
● Melibatkan masyarakat secara aktif dengan mengajak komunitas lokal,
organisasi keagamaan, dan pemuda untuk berkontribusi dalam
mempromosikan dan melestarikan nilai-nilai asli Indonesia.

Dengan menerapkan rancangan ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat


menjadi warga negara yang bangga akan nilai-nilai dan jati diri yang unik.
Saya harap dengan melibatkan masyarakat serta memperkuat pondasi negara
Indonesia akan lebih efektif dan berkelanjutan.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 80-81.

Referensi tambahan:
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2017/11/wirawebgabung.pdf

4. Warga negara merupakan individu yang secara hukum diakui & memiliki
kewarganegaraan dari suatu negara. Sehingga, mereka memiliki hak & kewajiban
yang telah diatur negara tersebut.
Contoh kewajiban sebagai warga negara adalah berpartisipasi dalam kegiatan
pemilihan umum (pemilu). Seorang warga negara memiliki kewajiban menggunakan
hak suara mereka & memilih pemimpin untuk mewakili kepentingan masyarakat.
Dengan begitu, warga negara telah berkontribusi dalam proses demokrasi &
pengambilan keputusan negara.

Sedangkan, warga global mengacu pada individu yang merasa terhubung dengan
seluruh umat manusia, dengan mengakui tanggung jawab pada kesejahteraan global,
keberagaman budaya & masalah global.

Contoh kewajiban warga global, yaitu berpartisipasi & menyuarakan terkait isu
global, seperti global warming, hak asasi manusia/pengentasan kemiskinan. Biasanya
merekal juga dapat berkontribusi dalam kemanusiaan atau berpartisipasi dalam
kegiatan sukarela yang berfokus pada isu global.

Oleh karena itu, perbedaan utama antara warga negara & warga global berada pada
identitas, yaitu keterikatan pada negara/pada manusia secara keseluruhan, serta
kewajiban yang disesuaikan berdasarkan dengan konteks tersebut.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC)
Universitas Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013).
Halaman 89-91.

Referensi tambahan:
https://kotabumi.imigrasi.go.id/berita/uu-12-2006-kewarganegaraan

Bagian II : Kasus

5. A. Berdasarkan wacana diatas, beberapa ancaman, gangguan, hambatan, dan


tantangan yang dapat mengganggu ketahanan nasional dan mempengaruhi Pemilu
2024 adalah sebagai berikut:

● Polaritas dan Konflik Sosial


Dinamika kehidupan negara dengan keanekaragaman dapat menimbulkan
polarisasi yang dapat berujung pada konflik sosial. Perbedaan pandangan
terkait politik, suku, agama/etnis merupakan salah satu pemicu ketegangan
sosial yang dapat mengancam stabilitas keamanan selama proses pemilu.

● Penyebaran Hoax dan Propaganda Negatif


Adanya media sosial dan teknologi dapat memfasilitasi penyebaran hoax,
disinformasi, dan propaganda negatif yang dapat mempengaruhi opini publik
dengan menciptakan kericuhan serta ketidakpercayaan terhadap proses pemilu.
Hal tersebut dapat mempengaruhi integritas dan kepercayaan masyarakat
terhadap hasil pemilu.

● Kekerasan Politik dan Gangguan Keamanan


Terdapat potensi kerusuhan politik, intimidasi, dan ancaman dari suatu
kelompok yang tidak puas dengan hasil pemilu sehingga mengancam
keamanan dan ketertiban sosial.

● Penyalahgunaan Sumber Daya dan Praktek Korupsi


Adanya praktek korupsi, politik uang, dan penyalahgunaan sumber daya
negara dapat merusak integritas negara & transparansi pemilu. Hal tersebut
melahirkan rasa ketidakadilan dan mengurangi rasa kepercayaan terhadap
sistem politik.

Berikut merupakan beberapa langkah untuk mengantisipasi Pemilu 2024 agar tetap
aman.
● Penegakan Hukum yang Tegas
● Pendidikan Politik dan Kesadaran Masyarakat
● Kolaborasi antara Pemerintah, Kepolisian, dan TNI
● Penegakkan Integritas dan Transparansi
● Pembentukkan Forum Dialog dan Mediasi

Diharapkan dengan adanya langkah-langkah diatas Pemilu 2024 dapat dilaksanakan


dengan aman, tertib, dan demokratis, serta menghasilkan pemimpin yang dipilih
secara dil, transparan, dan akuntabel oleh masyarakat Indonesia.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 72-74.

Referensi tambahan:
https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/IPS/Sosiologi/Per%20Pembelajaran/
PEMBELAJARAN%204.%20Konflik%20Sosial%20dan%20Integrasi%20Sosial.pdf

B. Langkah-langkah untuk menjadikan dimensi politik sebagai modal yang kuat


dalam Pemilu 2024 adalah melalui edukasi dan kesadaran politik, transparansi dan
akuntabilitas, dialog dan toleransi, serta pengawasan dan penegakan hukum. Edukasi
dan kesadaran politik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
pentingnya partisipasi politik yang cerdas.

Transparansi dan akuntabilitas diperlukan agar partai politik dan calon secara terbuka
menyampaikan visi, program, dan sumber pendanaan mereka. Dialog dan toleransi
memperkuat penghargaan terhadap perbedaan pendapat dan hak setiap warga negara.
Pengawasan dan penegakan hukum yang efektif diperlukan untuk mengawasi
pelanggaran atau tindakan politik yang merugikan kepentingan publik. Dengan
mengikuti langkah-langkah ini, pelaksanaan Pemilu 2024 dapat berjalan lancar
dengan menciptakan suasana yang aman, damai, dan harmoni.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 72-74.

Referensi tambahan:
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2023/06/21/bawaslu-cegah-politik-uang-bisa-masuk-
melalui-upaya-kultural

6. A. Tentu saja kesadaran literasi digital dan pemikiran kritis dangat penting menjelang
Pemilu 2024 karena saat ini, era informasi digital sudah begitu luas yang membuat
kita sulit membedakan informasi yang valid dengan hoax. Dengan adanya
pemahaman yang baik dalam mengevaluasi sumber informasi, kita dapat menghindari
penyebaran informasi yang salah dan tidak akurat.
Saat memiliki pemikiran yang kritis dan pemilihan berita yang baik, kita akan
terhindar dari adanya disinformasi dan propaganda politik. Pemikiran yang kritis
dapat membantu menjaga integritas negara dan menghindarkan penyebaran informasi
palsu yang dapat merusak proses pemilu.

Pentingnya literasi digital dapat memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi


secara cerdas dalam diskusi publik dan proses pemilu. Dengan memiliki kemampuan
menganalisisi, mengevaluasi, dan memahami informasi dengan baik, tentu saja dapat
membangun dan menciptakan generasi yang aktif dan memperkuat demokrasi di
Indonesia.

Dengan demikian, generasi yang cerdas dan memiliki pemikiran yang kritis akan
skeptis terhadap narasi yang tidak konsisten atau tidak ada data yang kuat sehingga
akan sulit untuk dimanipulasi saat proses pemilihan. Itulah alasan mengapa kesadaran
literai digital dan berpikir kritis jelang Pemilu 2024 diperlukan karena banyaknya
disinformasi yang akan muncul dan integritas proses pemilu akan diributkan. Menjadi
generasi yang cerdas dalam dunia digital sangat penting untuk membangun demokrasi
yang sehat dan berkelanjutan sehingga melahirkan Indonesia yang maju.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC) Universitas
Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013). Halaman 85-86.

Referensi tambahan:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/39858/literasi-digital-masyarakat-indonesia-
membaik/0/artikel

B. Tentu saja terdapat beberapa kualifikasi yang harus dimiliki generasi muda di era
globalisasi ini, diantaranya adalah pentingnya memiliki kemampuan untuk melakukan
literasi digital yang tinggi. Tidak hanya menguasai teknologi melainkan juga
kemampuan dalam memahami, mengevaluasi & menggunakan informasi yang
didapat dengan penuh tanggung jawab.
Sebagai warga negara yang cerdas, kita juga harus memiliki pemikiran yang kritis
terhadap hal yang terjadi dalam bangsa. Tidak melulu apatis & tidak peduli, kita harus
dapat mengevaluasi berita & informasi yang datang dari luar. Dengan berpikir kritis
kita mampu menghambat penyebaran hoax yang dapat mempengaruhi masyarakat dan
pemerintahan di Indonesia. Tidak lupa untuk berpartisipasi secara aktif dalam
kehidupan digital secara positif & produktif. Sehingga peran kita sebagai generasi
muda akan membantu pemerintah dalam menciptakan negara yang demokratis dan
tertib. Adanya empati dalam dunia digital juga diperlukan, seperti menghormati
perbedaan pendapat dan ikut berpartisipasi dalam dialog yang berkualitas. Hal
tersebut membuktikan pemahaman & tanggung jawab kita dalam menggunakan
teknologi & berkomunikasi online.

Referensi wajib:
TIM CBDC. (2022, Februari). Character Building Development Center (CBDC)
Universitas Bina Nusantara Jakarta. Character Building: Pancasila (CHAR6013).
Halaman 84-85.

Referensi tambahan:
https://diskominfo.badungkab.go.id/artikel/17916-pengertian-literasi-media

Anda mungkin juga menyukai