Pengasuhan Kelompok
Kelompok
Tunggal/ Rentan
ANAK Remaja
Alternatif Lainnya
*) berdasarkan temuan data Susenas tahun 2018 mengenai kelompok rentan
yang paling berisiko mengalami perkawinan anak
STRATEGI KOMUNIKASI JO KAWIN BOCAH
PRODUKSI AMPLIFIKASI
LOGO, Sosialisasi melalui
JINGLE, media sosial,
Hashtag #NIKAHSEHATI, media massa,
Media KIE lainnya tokoh agama,
untuk dikomunikasikan tokoh masyarakat,
secara daring (dalam influencer, dll
jaringan) maupun luring
(luar jaringan)
PARTISIPASI INFORMASI
Mendorong keterlibatan
seluruh lapisan masyarakat,
RUJUKAN
pemerintah, akademisi, LAYANAN
komunitas, dunia usaha,
media massa dan anak/remaja INTEGRATIF
FILOSOFI LOGO
Undang-Undang Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan
tentang Perkawinan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
1974 2019
Anak yang lahir dari orang tua yang menikah di usia anak sangat
berisiko mengalami gangguan kesehatan secara fisik dan mental.
RISIKO KESEHATAN
PADA ANAK YANG MENIKAH
KETIMPANGAN PEREKONOMIAN
GENDER BANGSA
Melanggengkan siklus Terkait rendahnya kualitas
ketidaksetaraan gender SDM dan meningkatnya
dan budaya patriarki penduduk miskin
• Perkawinan anak memaksa anak putus sekolah dan menjadi pengangguran minim keterampilan.
• Rendahnya kualitas SDM jelas akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional.
• Bahkan, perkawinan anak diestimasi akan menyebabkan kerugian ekonomi setidaknya 1,7%
dari PDB.*
*) Figur ini didasarkan pada hilangnya pendapatan yang akan didapatkan jika anak perempuan yang menikah (usia 15-19 tahun)
menunda pernikahan sampai berusia 20 tahun.(Sumber: Susenas BPS 2016)
MASALAH-MASALAH SOSIAL
Yang Timbul Sebagai Dampak Perkawinan Anak
INDONESIA:
10,82%
12000
11301
10000
8000
6000
4000
1622 1633 1942 1377 1671
2000 1446 1141 1264 672
0
2016 2017 2018 2019 2020
Laki-laki Perempuan
Pada tahun 2020 terjadi kenaikan jumlah perkawinan anak perempuan yang sangat signifikan,
dari 672 melonjak menjadi 11.301 atau terjadi kenaikan sebesar 10.629.
Mulai tanggal 15 Oktober 2019, berlaku UU No. 16 Tahun 2019
Sumber: Publikasi Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 tentang Perkawinan (batas minimal umur perkawinan bagi wanita
dipersamakan dengan batas minimal umur perkawinan bagi pria, yaitu
Terdapat 12.972 anak yang melakukan perkawinan selama tahun 2020.
Apabila dilihat dari Grafik, tampak bahwa permasalahan perkawinan anak ini
terjadi di semua Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
Sumber Data:
Dari grafik berdasarkan jenis kelamin, tampak bahwa anak perempuan lebih banyak Kanwil Kemenag Jawa Tengah
mengalami perkawinan di usia anak (11.301 anak) dibanding laki-laki (1.671 anak).
Data pilah perkawinan anak berdasarkan jenis kelamin sebelum tahun 2020 dianggap kurang merepresentasikan kondisi perkawinan anak,
karena perbedaan batasan usia yang dicatat, perempuan usia 0-16 tahun, laki-laki 0-19 tahun (masih berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974).
Data pada tahun 2016-2019 jumlah anak laki-laki yang menikah selalu lebih banyak daripada anak perempuan, karena anak perempuan
berumur 17-19 tahun tidak perlu mengajukan dispensasi menikah dan datanya tidak tercatat.
GRAFIK DISPENSASI KAWIN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016-2020
15,000 13,398
10,000
5,007
5,000 2,912 2,703 2,776
0
2016 2017 2018 2019 2020
Sumber: pta-semarang.go.id | Pengadilan Tinggi Agama Semarang
Dalam kurun tahun 2018 s.d. 2020, jumlah Dispensasi Kawin di Jawa Tengah mengalami trend kenaikan.
Terjadi kenaikan sebesar 2.231 pada tahun 2019 jika dibandingkan pada tahun 2018, dan dari tahun 2019 ke
tahun 2020 terjadi kenaikan yang lebih signifikan sebesar 8.391. Hal ini tentu saja terkait dengan berlakunya
UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengubah batas
minimal usia kawin perempuan dari 16 tahun menjadi 19 tahun, serta Peraturan MA No. 5 Tahun 2019 tentang
Pedoman Mengadili Permohonan Dispensasi Kawin, yaitu bagi yang belum berusia 19 tahun..
GRAFIK DISPENSASI KAWIN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2018-2020 PER-BULAN
Terjadi penurunan jumlah pemohon dispensasi kawin pada masa awal pandemi (April-Mei 2020), tetapi
kemudian angka permohonan kembali meningkat secara signifikan pada bulan Juni-Desember 2020.
Catatan: diperlukan studi mengenai penyebab perkawinan anak semakin meningkat apakah dikarenakan
perubahan regulasi pada batas usia minimum dan/atau dampak jangka panjang pandemi covid-19.
GRAFIK PERBANDINGAN DISPENSASI KAWIN
DITERIMA DAN DIPUTUS PADA TAHUN 2016-2020
16,000
13,684
14,000
12,000 13,398
10,000
8,000
5,471
6,000
4,000 3,128 2,967 2,995 5,007
2,000 2,912 2,776
2,703
-
2016 2017 2018 2019 2020
DKT DKP
Sumber:
Catatan:
DKT & DKP : Website PTA Semarang (pta-semarang.go.id)
Yang dimaksud DKT adalah pengajuan Dispensasi Kawin
Keterangan: Yang baru diterima berkasnya di Pengadilan Agama.
DKT (Dispensasi Kawin diterima) Sedang DKP adalah permohonan dispensasi kawin
DKP (Dispensasi Kawin diputus) yang telah diputus oleh Pengadilan Agama.
GRAFIK PERBANDINGAN DISPENSASI KAWIN DITERIMA DAN DIPUTUS
PER BULAN TAHUN 2020
1,800 1,701 1,639
1,578 1,530
1,600 1,505
1,678 1,378 1,625
1,400
1,200 1,142 1,375
1,288 1,015 1,278 1,052
934
1,000 1,165
989
800 928
896
600 452 463
587
400
444 440
200
-
DKT DKP
Sumber: Catatan:
DKT & DKP : Website PTA Semarang (pta-semarang.go.id) Yang dimaksud DKT adalah pengajuan Dispensasi Kawin
Keterangan: Yang baru diterima berkasnya di Pengadilan Agama.
DKT (Dispensasi Kawin diterima) Sedang DKP adalah permohonan dispensasi kawin
DKP (Dispensasi Kawin diputus) yang telah diputus oleh Pengadilan Agama.
Diperkirakan, perkawinan pada
anak perempuan
di Indonesia mencapai
1.220.900 anak
*pada tahun 2018
*) berdasarkan Laporan Pencegahan Perkawinan Anak: Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda, tahun 2020
Apa yang bisa kita lakukan untuk cegah
perkawinan anak?
Sebagai Sebagai
ORANG TUA MASYARAKAT
Berperan aktif untuk
Memampukan diri dalam
membangun dan
pengasuhan yang
memperkuat norma yang
berorientasi pada
mencegah perkawinan
perlindungan anak serta
anak dan kekerasan,
terlibat aktif dalam sosialisasi
melalui sosialiasi, dialog
dan pendampingan di
Bagi ANAK dan rembuk anggota
lingkungan masyarakat.
masyarakat.
Menjadi pelapor dan Memberikan
pelopor dalam pencegahan pendampingan bagi
perkawinan anak bagi keluarga atau kelompok
sebayanya. yang rentan.
STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK
3. Aksesibilitas dan Perluasan Layanan
Menjamin anak mendapat layanan dasar komprehensif untuk kesejahteraan anak
Fokus Intervensi
Pelayanan untuk mencegah perkawinan anak.
Pelayanan untuk penguatan anak pasca perkawinan. 4. Penguatan Regulasi dan Kelembagaan
Menjamin pelaksanaan dan penegakan regulasi terkait
2. Lingkungan yang Mendukung Pencegahan pencegahan perkawinan anak serta meningkatkan
kapasitas dan optimalisasi tata kelola kelembagaan
Perkawinan Anak Fokus Intervensi:
Membangun nilai dan norma yang mencegah perkawinan anak, Penguatan kapasitas kelembagaan
Fokus Intervensi: peradilan agama, KUA & sat pddk.
Penguatan ketahanan keluarga Penguatan proses pembuatan dan
Perubahan nilai dan norma terhadap perbaikan regulasi
perkawinan. Penegakan Regulasi