Anda di halaman 1dari 12

SECARA UMUM PRINSIF PENANGANAN KEGAWAT

DARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

DOSEN : ROSITA ASTUTI,S.SI.TM.KeS.

DISUSUN

OLEH

NAMA : SRI WAHYUNI

: NOVIDA KHAIRANI

: WINDA FERONIKA RAJA GUK GUK

KELAS : B

AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN NURUL HASA


KUTACANE ACEH TENGGARA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan yang maha esa atas

Rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa selama penyusunan tugas ini telah

Banyak mendapat dukungan ,bimbingan,arahan dan bantuan dari berbagai


pihak.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar

Besarnya kepada dosen pembimbing dan teman teman di dalam penulisan tugas

Ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritik dan saran yang

Bersifat konstruktif dan kesempurnaan tugas ini atas segala bantuan dan

Didikasi yang baik penulis ucapkan terima kasih.

Kutacane, 9 mei 2022

Penulis
DAFRAT ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………………..i

Daptar isi………………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

A.Latar belakang………………………………………………………………………….1

B.Rumusan masalah…………………………………………………………………….1

C.Tujuan………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………..2

A.Prinsif penanganan kegawatdaruratan……………………………………2

B.Penanganan kegawatdaruratan maternal dan neonatal………….6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………8

Daftar pustaka…………………………………………………………………………………9
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi,


kapanpun dan dimanapun seseorang dapat mengalami kejadian
kegawatdaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik
atau bahkan sampai kematian. Banyak hal yang dapat menyebabkan
kejadian gawat darurat, antara lain kecelakaan, tindakan anarkis
yang membahayakan orang lain, kebakaran, penyakit dan bencana
alam yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini memerlukan penanganan
gawat darurat yang tepat dan segera, sehingga pertolongan pertama
pada korban/pasien dapat dilakukan secara optimal.

Di Indonesia SPGDT atau yang di negara lain disebut EMS


(Emergency Medical Services) belum menunjukkan hasil maksimal,
sehingga banyak dikeluhkan oleh masyarakat ketika mereka
membutuhkan pelayanan kesehatan Meskipun di negara kita hampir
di setiap kota terdapat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dari semua tipe
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta, pelayanan ambulans
berbagai jenis dan berbagai fasilitas kesehatan lainnya, namun
keterpaduan dalam melayani penderita gawat darurat belum
sistematis, kurangnya komunikasi baik antar fasilitas kesehatan dan
antar tenaga kesehatan sendiri apalagi dengan masyarakat
pengguna, sehingga terkesan berjalan sendiri-sendiri.

Keberhasilan penanganan korban/pasien gawat darurat ini


tergantung pada beberapa komponen, yaitu pada penyelenggaraan
SPGDT yang terdiri atas sistem komunikasi gawat darurat, sistem
penanganan korban/ pasien gawat darurat dan sistem transportasi
gawat darurat yang harus saling terintegrasi satu sama lain.
Masalah utama yang sering dikeluhkan oleh banyak rumah sakit
adalah mereka tidak mengetahui dimana posisi ambulans mereka
sekarang. Dengan begitu pihak rumah sakit seringkali kesulitan untuk
memantau pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat
seperti ambulans.

Salah satu upaya meningkatkan pelayanan kegawatdaraturan


Dinas Kesehatan Kabupaten Puworejo adalah pemanfaatan peta
digital dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT) yang diwujudkan dalam sebuah aplikasi. Aplikasi biasanya
digunakan membantu menunjukkan rute menuju lokasi. Diharapkan
Aplikasi ini dapat membantu memberikan kepastian layanan
sehingga dapat mengurangi jumlah kasus yang tidak tertangani.
Aplikasi ini memanfaatkan pemakaian peta digital yang bekarja
berdasarkan sistem GPS (Global Positioning System) bergerak.

GPS pada saat ini telah menjadi suatu alat yang sangat
bermanfaat sebagai petunjuk arah pada situasi yang gawat. Dengan
adanya sinyal GPS yang tersedia secara gratis tersebut, maka semua
pengguna tinggal menerjemahkan koordinat yang dihasilkan dari
interaksi alat GPS dan satelit GPS menjadi sebuah image. Tentunya
semua hal ini berkaitan erat dengan sebuah Geographical
Information System yang berfungsi sebagai penyedia dan
pengorganisasi data serta mentransformasikannya menjadi informasi
yang berpengaruh terhadap lokasi pasien.

Dari uraian masalah diatas, maka melalui tugas akhir ini penulis
ingin membuat suatu sistem yang dapat digunakan sebagai
penghubung antara alat GPS yang dapat menerima koordinat sampai
sistem atau aplikasi tersebut dapat memberikan pencitraan terhadap
lokasi keberadaan mobil ambulans secara real time.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Prinsif Penanganan Kegawatdaruratan

A.Penanganan Gawat Darurat

1.Gawat darurat

Gawat darurat adalah keadaan mengancam nyawa yang jika


tidak segera di tolong dapat meninggal atau cacat sehingga perlu di
tangani dengan prioritas pertama.Dalam penanganan situasi gawat
darurat yang perlu diterapkan adalah prinsif ABC (Airway
control,Breathing support,Circulation support).Airway ‘’’cek saluran
napas apakah ada sumbatanatau tidak ,Breathing’’’cek jumlah
pernapasan,dan circulation’’’cek nadi dan tensi.Tindakan ini dapat
dilakukan tidak terbatas oleh dokter dan para medis asalkan dapat
memahami prinsip ABC tesebut.

a.luka bakar

Pertolongan pertama luka bakar perlu dilakukan dengan


tepat,sesuai dengan tingkatan luka bakar yang di alami .Hal ini
penting untuk anda ketahui agar luka bakar tidak berkembang
menjadi kondisi yang serius dan semakin sulit di tangani. Penyebab
terjadinya luka bakar bisa bermacam-macam. Luka bakar pada kulit
bisa disebabkan oleh api, sengatan listrik, paparan bahan kimia
tertentu, paparan sinar matahari yang terlalu lama, atau radiasi.

Jenis Luka Bakar


Sebelum mengetahui pertolongan pertama pada luka bakar, ada
baiknya Anda memahami tingkatan atau derajat luka bakar terlebih
dahulu. Beberapa tingkatan luka bakar meliputi:
Luka bakar ringan
Luka bakar ringan bisa disebut dengan luka bakar tingkat 1
yang memiliki ciri luas area luka tidak lebih dari 8 cm. Luka jenis ini
hanya meliputi lapisan kulit paling luar dan umumnya tidak
berkembang menjadi kondisi yang serius.
Gejala yang muncul dapat berupa rasa sakit di area yang
terdampak, kemerahan, dan bengkak. Luka bakar derajat
pertama yang kerap terjadi, misalnya kulit terbakar sinar
matahari atau tidak sengaja kontak langsung dengan knalpot
panas.

luka bakar sedang


Luka bakar sedang adalah luka bakar tingkat 2 yang
ditandai dengan kulit melepuh, bengkak, sangat perih, dan
kemerahan atau kadang justru berwarna pucat. Luka bakar
jenis ini memerlukan perawatan medis, terutama jika luka
bakar meluas ke area tubuh tertentu seperti wajah, bokong,
selangkangan, atau alat kelamin.

Luka bakar berat


Luka bakar berat atau luka bakar tingkat 3 termasuk luka bakar
yang parah, karena merusak jaringan lebih dalam sampai ke
saraf, otot, atau tulang. Luka bakar ini umumnya tidak
berwarna merah lagi, melainkan putih atau bahkan gosong.
Selain itu, kulit dapat tidak merasakan nyeri sama sekali akibat
saraf yang terdampak.
Korban kebakaran yang mengalami luka bakar berat rentan
mengalami komplikasi berupa hipovolemia, yaitu kondisi ketika
tubuh kekurangan cairan termasuk darah secara mendadak.
Selain itu, hipotermia juga dapat terjadi yang ditandai dengan
penurunan suhu tubuh secara drastis.

Cara Mengatasi Luka Bakar Ringan


Luka bakar ringan umumnya dapat ditangani sendiri di rumah,
tetapi harus dilakukan dengan cara yang benar. Ada beberapa
hal yang perlu
diperhatikan saat memberikan pertolongan pertama pada luka
bakar ringan, yaitu:

 Letakkan handuk yang sudah dibasahi air dingin pada


luka dan diamkan selama 15 menit.
 Hindari mengoleskan sesuatu yang justru menimbulkan
iritasi, seperti pasta gigi.
 Jika rasa sakit tidak tertahankan, Anda dapat
mengonsumsi obat pereda nyeri
seperti paracetamol atau ibuprofen

Langkah Penanganan Luka Bakar Sedang


Penanganan luka bakar sedang di rumah umumnya hampir
sama dengan luka bakar ringan. Langkah penanganan yang
dapat dilakukan, yaitu:

 Dinginkan area luka bakar dengan handuk selama


kurang lebih 15 menit.
 Bila timbul luka lepuh, hindari memecahkan luka karena
berisiko menyebabkan infeksi.
 Periksakan diri ke dokter jika terdapat luka lepuh yang
disertai tanda infeksi berupa bengkak, merah, timbul
nanah, dan rasa sakit yang bertambah parah.

Selain itu, jika luka bakar cukup luas hingga berdampak ke


area tertentu, seperti area kelamin, tindakan pemeriksaan dan
langkah penanganan juga perlu dilakukan langsung oleh
dokter. Nantinya dokter akan memberi pengobatan berupa
antinyeri dan antibiotik, baik dalam bentuk salep atau obat
minum.

Pertolongan Pertama pada Luka Bakar Berat


Penderita luka bakar berat perlu segera dilarikan ke unit gawat
darurat (UGD) dan mendapatkan penanganan langsung oleh
dokter. Namun, selama menunggu ambulans atau petugas
medis, ada langkah pertolongan pertama yang dapat Anda
lakukan untuk menolong korban, yaitu:
Jauhkan korban dari sumber kebakaran atau area yang
berdekatan dengan api maupun asap.

 Pastikan korban dapat bernapas dengan melihat gerakan


naik dan turun di bagian dada atau dekatkan telinga ke
hidung korban untuk mendengar embusan napasnya.
 Lepaskan perhiasan, ikat pinggang, atau aksesoris yang
digunakan di sekitar area tubuh yang terbakar.
 Baringkan korban di tempat yang datar dengan kaki
terangkat setidaknya setinggi 40 cm.
 Gunakan selimut atau mantel untuk menutupi tubuh
korban.
 Hindari mengoleskan obat atau salep pada area yang
terbakar tanpa anjuran dari dokter. Hindari pula
menempelkan es yang juga dapat membahayakan
jaringan kulit yang terbakar.
 Hindari memberikan air dingin pada luka bakar yang luas
untuk mencegah hipotermia. Hal ini juga penting
dilakukan untuk mencegah menurunnya tekanan darah
dan aliran darah secara drastis

Selain memahami pertolongan pertama pada luka bakar,


Anda juga perlu memahami beragam cara pencegahan
kejadian yang memicu luka bakar agar luka bakar tidak terjadi
dan timbul bahaya.

Anda disarankan untuk menyimpan tabung pemadam


kebakaran di rumah atau dalam kendaraan pribadi Anda. Jika
Anda bertempat tinggal di apartemen, pastikan bangunan
dilengkapi dengan alarm yang berbunyi jika terjadi kebakaran.
Selain itu, jauhkan anak-anak dari berbagai benda yang dapat
memicu panas dan api.

Bila Anda telah melakukan pertolongan pertama pada


luka bakar tetapi muncul luka lepuh yang besar atau tanda
infeksi, segera periksakan kondisi Anda ke dokter untuk
penanganan lebih lanjut.
Kegawatdaruratan neonates

Kegawatdaruratan neonates dapat terjadi kapan saja sejak bayi


baru lahir.hal ini membutuhkan kemampuan petugas untuk
mengenali perubahan psikologis dan kondisi patologis yang
mengancam jiwa yang bisa timbul sewaktu waktu.

Faktor yang dapat menyebabkan kegawatdaruratan neonates


adalah factor kehamilan,factor saat persalinan dan factor
bayi.kondisi yang menyebapkan kegawatdaruratan neonatus yaitu
hipotermi,hipertermia,hiperglikemia,tetanus neonatorum,penyakit
pada ibu hamil dan syndrome gawat napas pada nenatus.Deteksi
kegawatdaruratan bayi baru lahir di lakukan dengan memperhatikan
beberapa paktor resiko diatas serta melakukan penilaian awal saat
bayi baru lahir,apakah terdapat usia kehamilan kurang dari 37
minggu,apakah terdapat mekonium dalam ketuban dan apakah bayi
tidak dapat menangis dengan spontan/napas megap megap.jika
terjadi hal diatas,maka bidan harus siap untuk melakukan
penatalaksanaan sesuai dengan manajemen penatalaksanaan bayi
baru lahir dengan asfiksia,dan bayi baru lahir dengan ketuban
bercampur meconium.

Deteksi kegawatdaruratan bayi muda di lakukan menggunakan


penilaian dan klasipikasi manajemen terpadu bayi muda.proses
manajemen kasus disajikan melalui urutan langkah penilaian dan
klasipikasi,tindakan dan pengobatan,konseling pada ubu dan
pelayanan tindak lanjut. Kelasifikasi berat (warna merah muda)
memerlukan rujukan segera, tetap lakukan pemeriksaan dan lakukan
penanganan segera sehingga rujukan tidak terlambat di lakukan
pada kasus penyakit sangat berat atau infeksi bakteri berat,ikterus
berat da diare dehidrasi berat.sebelum lakukan rujukan, lakukanlah
asuhan pra rujuukan. Sedangkan hasil penilaian klasifikasi yang
berwarna kuning dan hijau tidak memerlukan rujukan.
BAB III

KESIMPULAN

Penanganan kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal


yang belum maksimal merupakan salah satu akibat dari
kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan di masnyarakat .
semakin sering kasus tersebut terjadi,maka angka kematian ibu
dan angka kematian bayi di Indonesia akan meningkat.oleh
karena itu ini bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan
secara continuity care pada ibu hamil,bersalin,masa nifas,bayi
baru lahir dan keluarga berencana dengan menggunakan
manajemen kebidanan.asuhan kebidanan sejak masa
hamil,bersalin,nifas,pemilihan kontrasefsi serta bayi baru lahir
tidak ada kesenjangan dan berlangsung fisiologis.oleh karena itu
di harapkan klien dapat menerapkan anjuran bidan yang telaah
diberikan selama dilakukan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Buku Praktikum
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan pada Masa Antenatal. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

2009. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Abduelkarem, A.R. and Mustafa, H. 2017. Use of Over-the-Counter


Medication among Pregnant Women in Sharjah, United Arab
Emirates. Journal of Pregnancy. Volume 2017. Diambil dari
https://www.hindawi.com/ (17 Agustus 2017).

Affandi. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Reni, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: TIM.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta


: Salemba Medika

Rukiyah, AY; dan Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Info Media.

_______. 2013. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:


Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai