Mata Kuliah : Hukum Perusahaan & Kepailitan Dosen : Dr. Detania Sukarja, SH., LLM
Sejarah Badan Hukum
Pada abad ke-16, ada fenomena dimana perdagangan rempah-rempah dikuasai oleh Portugis, jauh sebelum datangnya Belanda ke Indonesia. Dimana Portugis bekerja sama dengan Jerman, Spanyol, dan Italia yang menggunakan kota Hamburg sebagai pelabuhan sentral dalam mendistribusikan barang di Asia. Tidak ingin kalah, Belanda akhirnya melakukan ekspedisi dengan empat kapal besar yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman menuju Indonesia. Hal ini menandakan sebagai kedatangan pertama Belanda ke Indonesia dan berlabuh ke Banten. Dalam kedatangannya itu, Belanda mendirikan suatu perusahaan dagang yang disebut VOC. Maka dari itu sejarah lahirnya VOC dimulai ketika Belanda sampai di Indonesia pada tahun 1596. Secara umum, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) adalah perusahaan dagang yang didirikan untuk memonopoli aktivitas perdagangan di jalur lintas Asia. Karena pada masa lalu bangsa Belanda datang sebagai penjajah mereka mengambil berbagai macam sumber daya alam yang ada di Indonesia lalu menjualnya untuk mendapat keuntungan besar. VOC secara resmi berdiri sebagai perusahaan dagang pada tanggal 20 Maret 1602 dan dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal. Gubernur Jenderal pertama dari VOC adalah Pieter Both dan tidak berlangsung lama digantikan oleh Jan Pieterszoon Coen. VOC didirikan oleh Johan Van Oldenbarnevelt pada tahun 1602 yang dilatarbelakangi adanya persaingan dagang antar pedagang Belanda. Keberadaan VOC menjadi sangat menguntungkan bagi Belanda mengingat VOC menjadi pemasukan terbesar Belanda. Berdirinya VOC diawali dari modal pertama sebanyak 6,5 miliar gulden oleh 17 direktur yang kemudian dikenal sebagai Heeren Zeventien. Kantor perdana VOC terletak di Banten dengan pimpinan Francois Wittert. Tujuan pembentukan VOC: Mencegah persaingan tidak sehat antar sesama pedagang Belanda guna memperoleh keuntungan besar Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan antar pedagang Eropa dan Asia Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berperang melawan Spanyol Setelah mengalami perkembangan yang pesat VOC menghadapi masalah dengan pedagang Spanyol dan Portugis. Hal tersebut membuat pemerintah Belanda memberikan Hak Octroi (hak istimewa) kepada VOC. Hak octroi memberikan akses penuh kepada VOC layaknya sebuah kerajaan. Isi hak octroi adalah sebagai berikut: Hak melakukan monopoli perdagangan Hak atas perekrutan pegawai Membentuk angkatan perang Melakukan perang Membangun benteng dan melakukan perjanjian Mencetak dan mengeluarkan uang Hak octroi bertujuan untuk menyingkirkan Portugis dan Spanyol menguasai Nusantara serta memaksa penguasa Jawa untuk hanya berdagang dengan VOC. Dengan adanya hak octroi ini VOC menjadi kongsi dagang yang paling cepat perkembangannya. Adapun tujuan berdirinya VOC dibuat: a. Menguasai perdagangan rempah-rempah yang ada wiliyah Asia Tenggara; b. Mengamankan kepentingan Belanda yaitu sebagai alat politik dan militer untuk melindungi kepentingan Belanda di wilayah tersebut; c. Mendukung penjelajahan serta mengeskpolrasi wilayah baru yang ada seperti Australia, Selandia Baru, dan wilayah Samudera Hindia; d. Menghasilkan keuntungan ekonomi dan pemerintah Belanda. VOC resmi berbadan hukum sebagai perusahaan dagang pada tanggal 20 Maret 1602 dan dipimpin oleh seorang gubernur jenderal. Gubernur Jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both, dan Jan Pieterszoon Coen sudah lama tidak menggantikannya. Pendirian Badan Hukum: VOC pada awalnya didirikan sebagai badan hukum dengan tujuan utama untuk mengendalikan perdagangan di wilayah tersebut, terutama perdagangan rempah-rempah. Struktur organisasi VOC mencakup pemegang saham yang berinvestasi dalam perusahaan ini, pengurus, dan dewan direksi. Pengurus dan dewan direksi adalah bagian dari badan hukum VOC. Badan hukum adalah sebagai subjek hukum yaitu sebagai pendukung hak dan kewajiban berarti bahwa badan hukum tersebut dapat melakukan perbuatan hukum untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah digariskan oleh pengurus (organisasi badan hukum itu) untuk kepentingan bersama para anggota badan hukum tersebut. Oleh karena itu perbuatan hukum yang dilakukan oleh pengurus (organ dari badan hukum itu) dapat bertindak menurut hukum. Untuk itu perbuatan hukum yang dilakukan oleh organ badan hukum itu kemudian ternyata perbuatan dari organ badan hukum atau anggota dari badan hukum tersebut melakukan kesalahan, sehingga menimbulkan kerugian pada pihak lain maka badan hukum tersebut dapat dipertanggungjawabkan menurut hukum. Menurut para ahli, Wirdjono Prodjodikoro, badan hukum adalah suatu badan di mana manusia perorangan dapat bertindak dalam hal hukum, mempunyai hak dan kewajiban serta kepentingan- kepentingan hukum terhadap orang lain atau badan hukum lain. Pengaturan Badan Hukum terdapat dalam Pasal 1654 KUHPerdata yang menyatakan Semua perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang preman, berkuasa melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara acara tertentu. Sementara pada Pasal 1653 KUHPerdata yang menyatakan Selainnya perseroan yang sejati oleh undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai perkumpulan- perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai diperbolehkan, atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan undang-undang atau kesusilaan baik. Frasa ‘badan hukum' mengandung dua dimensi, yakni badan hukum publik dan badan hukum perdata. Contoh yang paling nyata dari badan hukum publik adalah negara yang lazim juga disebut badan hukum orisinil, propinsi, kabupaten dan kotapraja. Sedangkan badan hukum perdata terdiri dari beberapa jenis diantaranya perkumpulan (Pasal 1653 KUH Perdata, Stb. 1870-64, Stb. 1939-570), PT (Pasal 36 KUHD dan UU No. 1 Tahun 1995 jo. UU No. 40 Tahun 2007), rederij (Pasal 323 KUHD), kerkgenootschappen (Stb. 1927-156), Koperasi (UU No. 12 Tahun 1967), dan Yayasan (UU No. 28 Tahun 2004). Dalam konteks komersial, dari berbagai bentuk perusahaan yang hidup di Indonesia, seperti firma, persekutuan komanditer, koperasi dan lain sebagainya, bentuk perusahaan PT merupakan bentuk yang paling lazim, bahkan sering dikatakan bahwa PT merupakan bentuk perusahaan yang dominan.