Anda di halaman 1dari 307

Kurikulum 2020

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

TATA TERTIB

LABORATORIUM ANATOMI FK USU

1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal, berpenampilan rapi
dan sopan, serta menggunakan sepatu.
2. Hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu.
3. Menyimpan semua perlengkapan termasuk tas dan gadget di locker yang telah disediakan
di laboratorium Anatomi dan hanya membawa Atlas Anatomi, buku catatan dan alat tulis
yang diperlukan saja.
4. Wajib membawa Atlas Anatomi.
5. Sebelum masuk praktikum, mahasiswa wajib mempelajari topik yang akan dibicarakan.
Responsi akan dilakukan sebelum memasuki ruang lab.
6. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban dan ketentraman.
7. Bagi yang tidak memenuhi aturan di atas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku di Departemen Anatomi FK USU.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 1 : Pendahuluan dan Orientasi laboratorium

BBS1-AO-Pr1

Pendahuluan

Pengenalan Laboratorium Anatomi: ruang laboratorium kering dan basah, etika terhadap
preparat laboratorium dan kadaver.

Mempelajari Istilah Umum Anatomi, Bagian Tubuh Manusia Posisi Anatomis Tubuh Manusia,
Garis Khayal dan Bidang Imaginer.

Mempelajari struktur tubuh yang akan diidentifikasi pada praktikum anatomi:

Tulang

Tulang merupakan jaringan penunjang tubuh, yang juga berfungsi sebagai pelindung bagian
dalam tubuh seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan alat-alat dalam panggul dan dada,
serta sebagai sarana penggerak bagian anggota tubuh.

Selain tulang, juga terdapat tulang rawan pada ujung-ujung tulang, bagian pertumbuhan
tulang, telinga, larynx, trachea, dan hidung.

Perhatikanlah jenis-jenis tulang pada preparat: tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang
tidak beraturan dan tulang sesamoid.

Pelajari jenis tulang rawan (tulang rawan elastis, tulang rawan hyalin) dan juga tempat tulang rawan.

Pelajari bagian-bagian tulang:

1. periosteum
2. endosteum
3. substantia compacta
4. substantia spongiosa
5. medulla ossium
6. diaphyse
7. epiphyse
8. metaphyse
Pada medulla ossium kita jumpai sumsum tulang yang disebut medulla ossium, yang terdiri
dari medulla ossium flava dan medulla ossium rubra. Pada medulla ossium flava ditemukan banyak
lemak yang berwarna kuning dan pada medulla ossium rubra ditemukan banyak unsur-unsur muda
butir-butir darah merah.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Substansi tulang terdiri dari: air mineral (anorganik), kalsium dan protein (zat organik).
Pelajarilah teori sistem reabsorbtion dan remodelling dalam pertumbuhan dan bertahannya tulang.

Pelajari pembuluh darah (arteri nutricia) dan saraf pada tulang.

Persendian

Persendian merupakan pertemuan dua tulang atau lebih untuk dapat memungkinkan kedua
bagian tulang itu bergerak.

Pelajarilah sendi:

- synostosis
- synchondrosis
- syndesmosis
- amphi arthrosis
- diarthrosis/articulatio
Pada diarthrosis kita mengenal sendi engsel (satu sumbu), sendi plana (dua sumbu), dan
sendi peluru (tiga sumbu atau lebih). Kita juga mengenal sendi berpadu dimana beberapa sendi
membentuk satu sendi, sehingga memungkinkan gerak pada sendi ini menjadi amat luas, misalnya
sendi pergelangan bahu.

Pada pertemuan dua buah tulang, kita mengenal bagian bongkol sendi, mangkok sendi,
simpai sendi (kapsul) dan diskus sendi. Selain itu, kita juga menemukan rongga sendi, permukaan
sendi, cairan sendi dan tulang rawan sendi.

Pembuluh darah sendi biasanya hanya ada pada tulang, sedangkan pada tulang rawan tidak
ditemukan pembuluh darah. Saraf sensoris ditemukan pada periosteum tulang dan juga pada tulang
rawan sendi, demikian juga halnya dengan limfe.

Otot

Otot manusia terdiri dari otot volunter bergaris, otot involunter bergaris dan otot involunter
polos. Otot involunter polos ditemukan pada dinding organ tubuh yang berlubang, seperti dinding
pembuluh darah, dinding vena besar, dinding usus dan saluran kelenjar. Otot involunter bergaris
kita temukan pada dinding jantung. Otot volunter bergaris kita temukan pada otot-otot tulang dan
otot kulit pada muka. Otot volunter bergaris ini terdiri dari 90% otot berserabut merah dan 10% otot
berserabut putih. Otot berserabut merah ini biasanya tahan lama bekerja, tapi tenaganya tidak kuat,
sedangkan serabut putih memiliki tenaga yang kuat sekali tapi tidak tahan lama. Ujung origo otot
berupa tendon/aponeurosis/ligamen. Ujung insertio berupa tendon/aponeurosis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 2 : Tulang Calvaria, Basis Cranii, Maxillofacial Mandibula

BBS1-AO-Pr2

Tulang tengkorak:

A. Tengkorak terdiri dari dua bagian, neurocranim untuk otak dan viscerocranium atau
spanchnocranium untuk wajah. Kenalilah tulang-tulang yang membentuk neurocranium (os
occipital, os sphenoidale pars squamosa, pars mastoidea , pars petrosa, os temporal, os
parietale dan os frontale) dan tulang-tulang yang membentuk viscerocranium (os ethmoidale,
os lacrimale, os nasale, os vomer, os maxilla, pars tympanica dan processus styliodeus os
temporal, os mandibula dan os hyoideum).

B. Calvaria. Calvaria atau kubah cranium terdiri dari os frontale, os parietale, os temporal dan
os occipital.Pada persambungan tiap tulang tersebut ditemukan persendian (sutura).
Identifikasilah sutura coronalis, sutura sagittalis, sutura lambdoidea, vertex dan bregma.
Perhatikanlah dan kenalilah bagian dalam calvaria, akan terlihat sulcus sinus sagittalis
superior, sulcus arteriae meningiae mediae, crista frontalis, foveolae granularis.

C. Tengkorak dilihat dari lateralis.


Kenalilah pars squamosa dan pars tympanicus os temporal, arcus zygomaticus, meatus
acusticus externus, processus mastoideus, foramen mastoideum, arcus supraciliaris, margo
supraorbitalis, incisura supraorbitalis, margo infraorbitalis, foramen infraorbitalis, spina
nasalis anteriorprocessus alveolaris.
Kenalilah dan carilah persendian tengkorak dilihat dari laterali.

D. Tengkorak dilihat dari posterior


Identifikasilah protuberantia occipitalis externa, linea nuchalis suprema, linea nuchalis,
superior, linea nuchalis inferior, processus mastoideus, foramen mastoidea, foramen
parietale dan persendian yang Nampak.

E. Tengkorak dilihat dari Anterior


Identifikasilah struktur-struktur tengkorak yang terlihat darianterior.
F. Tengkorak dilihat dari Inferior
Identifikasilah processus palatines os maxillaries, lamina horizontalis assis palatine, foramen
palatina mayor, foramen palatina minor, processua pterygoideus, fossa scaphoidea, foramen
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

lacerum, spina ossis sphenoidalis, foramen spinosum, foramen ovale, sulcus tubae
auditoriae, pars tympanica ossis temporalis, processus styloideus, foramen stylomastoidea,
incisura mastoidea, tuberculum articulare, pars basilaris ossis occipitalis, fossa jugularis,
foramen jugulare, foramen magnum, condylus occipitalis, canalis condylaris, dan crista
occipitalis externa.

G. Bagian Dalam Dasar Tengkorak


Dasar tengkorak dibagi atas tiga fossa, fossa crania anterior, fossa crania media dan fossa
crania posterior.
1. Fossa crania anterior. Identifikasilah lamina cribosa ethmoidalis, crista galli, foramen
caecum, canalis opticus, processus clinoideus anterior.
2. Fossa crania media. Identifikasilah sella turcica, fossa hypophysialis, sulcus caroticus,
canalis caroticus, foramen lacerum, lingual ossis sphenoidalis, foramen ovale, foramen
rotundum, foramen spinosum, sulcus arteriae meningeae mediae, impression N,
trigeminus, sulcus sinus petrosus superioris, dorsum sellae, processus clinoideus
posterior.
3. Fossa crania posterior. Identifikasilah foramen magnum, sulcus sinus petrosus inferioris
foramen jugulare, meatus acusticus internus, sulcus sinus sigmoidei, sulcus sinus
transverse, protuberantia occipitalis internacanalis hypoglossi.

H. Tempat yang dilalui pembuluh darah dan saraf.


Lubang-luang pada dasar tengkorak tempat dilalui pembuluh darah dan saraf. Identifikasilah
lubang-lubang tersebut dan carilah pembuluh darah atau saraf yang dilaluinya.

I. Persendian Temporomandibularis.
Identifikasilah bagian-bagian tulang mandibula dan temporalis yang membentuk persendian
temporomandibularis, beserta struktur-struktur yang memperkuat persendian tersebut
(seperti ligamentum).
J. Tulang-tulang yang membentuk Leher (saluran makanan dan saluran nafas)
Identifikasilah tulang tulanbg yang membentuk larynx dan trachea (Cartilago hypidea,
cartilage epiglotica, cartilage thyroidea, cartilage cricoidea, cartilage arythenoidea, cartilage
triticeae, cartilage corniculata, dan cartilage trachea.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 3 : Osteologi Truncus (Vertebra)

BBS1-AO-Pr3

Truncus

Kerangka batang tubuh/kolumna vertebralis terdiri dari susunan ruas-ruas tulang belakang
(vertebra), yaitu vertebra cervicalis, thoracalis, lumbalis, sacralis dan coccigeus.

Setiap vertebra terdiri dari beberapa bagian, yaitu corpus vertebralis, arcus vertebralis, dan foramen
vertebralis. Arcus vertebralis terdiri dari 2 bagian, yaitu pedikulus yang menghubungkan processus
transversus dengan corpus dan lamina yang menghubungkan processus tranversus dengan
processus spinosus. Kedua arcus vertebra kanan dan kiri bertemu, membentuk processus spinosus.
Arcus vertebra disebelah depan dekat corpus vertebra memiliki lekuk di atas dan di bawah, yang
disebut incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior. Gabungan incisura vertebralis
superior dan inferior membentuk sebuah lubang, yaitu foramen intervertebralis sebagai tempat lewat
nervus spinalis. Di belakang incisura vertebralis superior dan inferior, didapati sepasang taju yang
menuju ke atas dan ke bawah, yang disebut processus articularis superior dan processus articularis
inferior. Setiap processus articularis memiliki permukaan persendian, yang disebut facies articularis.

A. Vertebra cervicalis, terdiri dari 7 ruas, dengan ciri sebagai berikut:

1. corpus kecil, tipis dan berbentuk segiempat.


2. foramen vertebralis relatif besar dan berbentuk segitiga.
3. processus transversus terletak di depan processus articularis, memiliki lubang yang disebut
foramen tranversarium, untuk lewat arteri dan vena vertebralis. Pada cervicalis II – V,
terdapata tuberculum anterior dan posterior. Diantara kedua tonjolan ini, terdapat parit yang
disebut sulcus nervi spinalis untuk lewatnya nervus spinalis.
4. processus spinosus pendek dan bercabang dua.

Ciri-ciri beberapa vertebra cervicalis yang khas

1. Vertebra cervicalis I (atlas)


a. Tidak memiliki corpus
b. Memiliki masa lateralis, dimana terdapat fovea artikularis superior dan facies
artikularis inferior.
c. Bagian di depan massa lateralis disebut arcus anterior, dimana terdapat tuberculum
anterior dan fovea dentis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

d. Bagian belakang massa lateralis disebut arcus posterior, disini terdapat tuberkulum
posterior, sebagai pengganti processus spinosus dan sulcus arteri vertebralis,
sebagai tempat lewatnya arteri vertebralis dan Nervus cervicalis I.
e. Processus transversus tidak memiliki tonjolan (tuberkulum), tidak memiliki sulcus
nervi spinalis dan memiliki foramen transversarium.
f. Processus spinosus tidak ada, sebagai gantinya terdapat tuberculum posterior
atlantis.

2. Vertebra cervikalis II (epistropheus)


a. Pada corpusnya terdapat taju besar yang menuju ke atas, yang disebut dens
epistropheus. Di sini terdapat facies articularis anterior dentis dan facies articularis
posterior dentis.
b. Pada permukaan atas arcus, di belakang processus articularis superior terdapat
sulsus nervi spinalis II, yang dilalui nervus cervicalis II.
c. Processus transversusnya memiliki tuberkulum anterior, tuberkulum posterior, sulcus
nervi spinalis dan foramen transversarium.

3. Vertebra cervikalis VI
Tuberkulum anterior dari processus transversusnya agak besar dan permukaan depannya
agak melekuk, yang dilalui arteri carotis communis, yang disebut tuberculum caroticum.

4. Vertebra cervikalis VII


a. Processusnya panjang dan tidak bercabang.
b. Foramen transversariumnya kecil, terkadang tidak ada.
c. Tuberculum anteriornya terkadang panjang serupa iga.

B. Vertebra Thoracalis

Vertebra thoracalis terdiri dari 12 ruas

Ciri-cirinya:

1. Corpus berbentuk jantung, dengan pinggir belakangnya lebih tebal dari pinggir depan dan
pada sisi lateralnya terdapat fovea costalis.
2. Foramen vertebralisnya panjang dan runcing ke bawah
3. Processus transversusnya memiliki fovea costalis transversalis
4. Processus articularisnya, yang superior frontalis ke belakang dan inferior frontalis ke depan
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

C. Vertebra lumbalis

Ciri-cirinya:

1. Corpus berbentuk seperti ginjal, besar dan tebal.


2. Processus spinosus lebar dan pendek, dengan arah mendatar ke belakang.
3. Memiliki processus mammilaris dan accessorius.
4. Foramen vertebralis relatif kecil berbentuk segitiga.

D. Vertebra sacralis

Ciri-cirinya:

1. Bentuk seperti segitiga sama sisi, dengan alasnya basis ossis sacri terletak disebelah atas
dan puncaknya ossis sacri di bawah
2. pada Permukaan belakang terdapat tiga buah tonjolan yang letaknya memanjang, crista
sacralis media, crista sacralis lateralis dan crista sacralis intermedia.
3. Diantara crista sacralis intermedia dan crista sacralis lateralis terdapat foramina sacralis
dorsalis, tempat keluarnya ramus posterior nervi sacralis.
4. Diantara ujung bawah cristra sacralis media dan kedua cornu sacralis terdapat lubang hyatus
sacralis.
5. Pada pars lateralis terdapat tuberositas sacralis dan facies auricularis ossis sacri.
6. Tepi superior dari corpus ossis sacri I menonjol disebut promontorium ossis sacri.

E. Vertebra coccygealis

Ciri-cirinya:

1. Memiliki bagian atas yang lebar disebut basis, dan ujung bawahnya disebut apex
2. Memiliki processus transversus
3. Memiliki cornus cocygeum

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 4 : Osteologi Ekstremitas Superior

BBS1-AO-Pr4

Tulang-Tulang Pada Extremitas Superior

Pada extremitas superior terdapat tulang/os: scapula, clavicula, humerus, radius, ulna, carpalia,
metacarpalia, dan phalanges.

Identifikasilah masing-masing tulang, dan carilah nama bagian-bagian tulang yang disebut dibawah
ini.

Os scapula: margo (superior, medial dan lateral), angulus (superior, inferior dan lateral), processus
coracoideus, collum scapula, tuberositas infraglenoidalis, tuberositas supraglenoidalis, acromion,
facies articularis acromii, facies costalis, incisura scapulae, fossa subscapularis, spina scapulae,
fossa supraspinatus, fossa infraspinatus, trigonum spinae scapulae dan cavitas glenoidalis.

Os clavicula: pars sternalis, pars acromialis, facies superior, facies inferior, tuberositas costalis dan
tuberositas coracoideus.

Os humerus: caput humeri, collum anatomicum, collum chirurgicum, tuberculum mayus, tuberculum
minus, crista tuberculi mayus, crista tuberculi minus, sulcus intertubercularis, tuberositas deltoidea,
sulcus nervus radialis/sulcus spiralis, foramen nutricium, fossa coronoidea, fossa olecrani,
epicondylus medialis, condylus medialis, epicondylus lateralis, epicondylus lateralis, capitulum
humeri, fossa radialis, sulcus nervus ulnaris dan trochlea humeri.

Ulna: olecranon, processus coronoideus, incisura semilunaris, tuberositas ulna, facies volaris,
foramen nutricium, crista interossea, circumferensia articularis dan processus styloideus ulna.

Radius: circumferensia articularis, tuberositas radii, facies anterior, facies posterior dan processus
styloideus radii.

Ossa carpalia: os naviculare manus, lunatum, triquetrum, pisiformis, multangulum mayus,


multangulum minus, capitatum dan hamatum.

Ossa metacarpalia: terdiri dari 5 buah tulang. Setiap tulang terdiri dari capitulum, corpus dan basis.
Bedakanlah antara os metacarpal primi, secundi, tertii, quarti dan quinti!

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Ossa phalanges: terdiri dari 14 ruas tulang-tulang jari. Tiap ruas memiliki basis pada ujung
proximalnya. Ruas kedua dan ketiga memiliki trochlea pada capitulumnya. Ruas ketiga memiliki
processus unguicularis pada ujung distalnya. Basis pada ruas pertama cekung. Masing-masing jari
memiliki 3 ruas, kecuali ibu jari hanya 2 ruas.

Bedakan antara ruas pertama, kedua dan ketiga.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 5 : Articulatio pada Ekstremitas Superior

BBS1-AO-Pr5

Articulatio pada Extremitas Superior

Articulatio humeri: persendian antara scapula dengan humerus, dibentuk oleh caput humeri dan
cavitas glenoidalis.

Articulatio cubiti: dibentuk oleh humerus (capitulum humeri, trochlea humeri, fossa coronoidea,
condylus medialis dan condylus lateralis), radius (capitulum radii), dan ulna (olecranon, incisura
semilunaris dan processus coronoideus ulnae).

Kenalilah sendi yang lain: carpalia, carpophalangea dan interphalangeal.

Pelajarilah gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada setiap persendian.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 6 : Osteologi Ekstremitas Inferior

BBS1-AO-Pr6

Tulang-tulang pada extremitas inferior

Pada extremitas inferior terdapat tulang/os: sacrum, coccygeus, coxae, femur, tibia, patella, fibula,
tarsalia, metatarsalia dan phalangs

Identifikasilah masing-masing tulang, dan carilah nama bagian-bagian tulang yang disebut dibawah
ini.

Os sacrum: basis ossis sacri, apex ossis sacri, crista sacralis media, crista sacralis lateralis, crista
sacralis intermedia, foramina sacralis dorsalis, cornu sacralis, hyatus sacralis, tuberositas sacralis,
facies auricularis ossis sacri, dan promontorium ossis sacri.

Os coccygeus: basis, apex, processus transversus dan cornu cocygeum

Os coxae, terdiri dari 3 tulang, yaitu os ilium, os pubis dan os ischium. Ketiga tulang ini bertemu di
acetabulum.

Os ilium: corpus ossis ilii, ala ossis ilii, linea arcuata, fossa iliaca, crista iliaca, spina iliaca anterior
superior (SIAS), spina iliaca posterior superior (SIPS), spina iliaca anterior inferior (SIAI), spina iliaca
posterior inferior (SIPI), facies auricularis ossis ilii, sulcus paraglenoidalis, tuberositas iliaca, facies
pelvina, facies glutea, linea glutea inferior, linea glutea anterior dan linea glutea posterior.

Os pubis: corpus ossis pubis, ramus superior ossis pubis, ramus inferior ossis pubis, eminentia
iliopectinea/eminentia iliopubica, facies symphyseos, tuberculum pubicum, pecten ossis pubis, crista
pubica, crista obturatoria anterior dan crista obturatoria postrior.

Os ischium: corpus ossis ischii, ramus superior ossis ischii, ramus inferior ossis ischii, spina
ischiadica, incisura ischiasica mayor, incisura ischiadica minor dan tuber ischiadicum.

Acetabulum: limbus acetabuli, incisura acetabuli, facies lunata dan fossaa acetabuli.

Foramen obturatum: sulcus obturatorius, tuberculum obturatorium anterior dan tuberculum


obturatorium posterior.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Os femur: caput femoris, collum femoris, fovea capitis femoris, trochanter mayor, fossa
trochanterica, trochanter minor, linea intertrochanterica, crista intertrochanterica, corpus femoris,
linea pectinea, labium externum/laterale linea aspera, labium internum/mediale linea aspera,
tuberositas glutea, planum popliteum/facies poplitea, condylus medialis, condylus lateralis,
epicondylus medialis, fossa intercondyloidea/intercondylaris, linea intercondyloidea, facies
patellaris.

Os patella: basis patella, apex patella, facies articularis lateralis, facies articularis medialis dan
facies patella.

Os tibia: condylus medialis tibiae, condylus lateralis tibiae, facies articularis superior condyli
lateralis, facies articularis superior condyli medialis, fossa intercondyloidea anterior, fossa
intercondyloidea posterior, tuberculum intercondylare laterale, tuberculum intercondylare mediale,
margo infraglenoidalis, corpus tibiae, tuberositas tibiae, facies articularis fibularis, facies medialis,
facies lateralis, crista anterior, crista interossea/margo interosseus, margo medialis, malleolus
medialis, linea poplitea/linea M soleus, foramen nutricium, facies posterior, sulcus malleolaris, facies
poplitea, facies articularis inferior, facies articularis malleoli medialis dan incisura fibularis tibiae.

Os fibula: capitulum fibulae, apex capituli fibulae, facies articularis capituli fibulae, collum fibulae,
facies lateralis, facies medialis, facies posterior, crista lateralis, crista interossea, crista medialis,
malleolus lateralis, facies articularis malleoli lateralis, sulcus tendon M peroneus/sulcus malleolaris
lateralis, foramen nutricium.

Ossa tarsi:

1. Os talus: caput tali, corpus tali, collum tali, sulcus tali, processus lateralis talis, processus
posterior tali, trochlea tali, facies superior trochlea tali, facies malleolaris lateralis, facies
malleolaris medialis, facies articularis navicularis pedis, ,facies articularis calcanea anterior,
facies articularis calcanea media, facies articularis calcanea posterior dan sulcus tendinis.
2. Os calcaneus: corpus calcanei, sulcus calcanei, tuber calcanei, sustentaculum tali, facies
articularis cuboidea, facies articularis posterior, processus medialis tuberis calcanei,
processus trochlearis, sulcus tendinis M peronei longi, sulcus tendinis M flexori hallucis longi
dan processus lateralis tuberis calcanei.
3. Os naviculare: tuberositas ossis navicularis pedis, facies articularis talaris ossis navicularis,
facies articularis (pro osse cuneiforme primi) ossis navicularis pedis, facies articularis (pro
osse cuneiforme secundi) ossis navicularis pedis, facies articularis (pro osse cuneiforme
tertii) ossis navicularis pedis dan facies articularis (pro osse cuboidea) ossis navicularis
pedis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

4. Os cuboideum: tuberositas ossis cuboidea, sulcus tendinis M peroneus longi, facies


articularis (pro osse calcanei) ossis cuboidea, facies articularis (pro osse naviculare) ossis
cuboidea, facies articularis (pro osse cuneiforme tertii) ossis cuboidea, facies articularis (pro
osse metatarsale quarti) ossis cuboidea dan facies articularis (pro osse metatarsale quinti)
ossis cuboidea.
5. Ossa cuneiforme: bedakanlah cuneiforme I, II dan III

Ossa metatarsalia: terdapat 5 buah metatarsalia. Setaip metatarsalia memiliki capitulum, caput dan
basis. Metatarsalia ke 5 memiliki tuberositas ossis metatarsalia quinti. Bedakanlah antara os
metatarsalia primi, secundi, tertii, quarti dan quinti.

Ossa phalanges pedis: setiap phalangs memiliki basis, corpus dan trochlea. Phalangs distal
memiliki tuberositas unguicularis. Bedakanlah antara phalangs I, II dan III.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 7 : Articulatio pada Ekstremitas Inferior

BBS1-AO-Pr7

Articulatio pada Extremitas Inferior

Kenalilah sendi:

Articulatio coxae

Articulatio genu

Articulatio talocruralis

Articulatio intertarsali

Articulatio metatarsophalangea

Articulatio interphalangeal.

Pelajarilah gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada setiap persendian.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 8: Otot-otot Kepala dan Wajah

BBS1-AO-Pr8

A. Regiones kepala
Identifikasilah dan sebutkan region-regio yang terdapat di kepala.

B. Otot-otot Wajah
Otot otot wajah menyebar ke kulit wajah dan kepala serta kontraksinya menyebabkan
pergeseran kulit. Otot-otot wajah dapat dibagi atas :
- Otot-otot kulit kepala
- Otot-otot daerah kelopak mata
- Otot-otot daerah hidung
- Otot-otot daerah mulut
1. Otot-otot wajah kulit kepala.
Identifikasilah M. epicranius, galea aponeurotica, M. occipitofrontalis, M. temporoparietalis.

2. Otot-otot wajah pada aderah fissure palpebrae


Identifikasilah M. orbicularis oculi pars palpebralis, pars lacrimalis, M. corrugators supercilli.
Carilah ekspresi bagaimana bila otot tersebut berkontraksi.
3. Otot-otot wajah pada daerah hidung
Identifikasilah M. proserus, M. nasalis pars transversa, pars alaris, M. levator labii superioris
alaequue nasi. Carilah ekspresi bagaimana bila otot tersebut berkontraksi.
4. Otot-otot wajah pada daerah mulut
Identifikasilah M. orbicularis oris, M. buccinators, M. zygomaticus mayor, M. zygomaticus
minor, M. risorius, M. levator labii superioris, M. levator anguli oris, M. depressor anguli oris,
M. transverses menti, M. depressor labii inferioris, M. patysma, M. mentalis
5. Kesemua otot tersebut dipersarafi oleh nervus facialis.

C. Otot-otot Pengunyah
1. Identifikasilah M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus lateralis dan M. pterygoideus
medialis.
2. Identifikasilah saraf yang mempersarafi otot-otot tersebut.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 9: Otot-otot Leher dan Punggung

BBS1-AO-Pr9

A. Otot-otot leher
1. Musculi Infrahyoidei
Identifikasilah M. sternohyoideus, M. omohyoideus venter superior dan venter inferior, M.
sternothyroideus, M. thyrohyoideus.
2. Identifikasilah M. trapezius dan M. sternocleidomastoideus.

B. Fascia leher
Identifikasilah fascia cervicalis superficialis, fascia cervicalis media (lapisan pretrachealis),
carotid sheath, fascia cervicalis profunda (lapisan prevertebralis).

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 10: MID TERM PRAKTIKUM ANATOMI

BBS1-AO-Pr10

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 11: Otot-otot Ekstremitas Superior 1

(Otot-otot Regio Shoulder dan Brachium)

BBS1-AO-Pr11

Daerah bahu dan axilla

Kenalilah letak, bentuk dan besar otot:

a. M. Deltoideus, M. Pectoralis mayor, M. pectoralis minor, M. Subclavius, M. Biceps Brachii


caput longum, M. Biceps Brachii caput brevis, M. Coracobrachialis, M. Latissimus Dorsi, M.
Teres mayor, M. Teres minor, M. Trapezius, M. Supraspinatus, M. Omohyoid, M. Levator
scapulae, M. Infraspinatus, M. Subscapularis, M. Rhomboideus dan M. Serratus anterior
b. Kenalilah bagian tulang: processus coracoideus, acromion, spina scapulae, tuberculi
mayus dan tuberculi minus.

Regio brachium

Kenalilah: M. biceps Brachii, M. Coracobrachialis, M. Brachialis, M. Triceps brachii, N. Medianus,


N. Ulnaris, N musculocutaneus, N. Radialis, A. Brachialis, V basilica dan V. Brachialis.

Regio cubiti

a. Kenalilah: fascia cubiti, aponeurosis flexores, aponeurosus exrtensores, lacertus fibrosum.

b. Kenalilah otot: M. biceps, M. Brachialis, M. Brachioradialis, M. Flexores dan M. Extensores.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 12: Otot-otot Ekstremitas Superior 2

(Otot-otot Regio Ante Brachium dan Manus)

BBS1-AO-Pr12

Regio antebrachium ventral

Kenalilah otot dan fascia: fascia antebrachii, M. Palmaris longus, M. Flexor carpi ulnaris, M. Flexor
carpi radialis, M. Pronator teres, M. Flexor digiti sublimis, M. Flexor digiti profundus, M.
Brachioradialis, M. Flexor pollicis longus, M. Pronator quadratus.

Regio brachium dorsalis

Kenalilah otot: M. Extensor carpi radialis brevis dan longus, M. Extensor carpi ulnaris, M. Abductor
pollicis longus, M. Extensor pollicis brevis, M. Extensor digitorum communis, M. Extensor indicis
proprius, M. Extensor digiti quinti.

Regio carpi volaris

Kenalilah ligamentum dan otot: ligamentum carpi volare dan dorsale, lig. Carpi transversum,
tendon M. Flexor carpi ulnaris, tendon M. Palmaris longus, teandon M. Flexor digitorum profundus,
tendon M. Flexor pollicis longus.

Regio carpi dorsalis

Kenalilah ligamentum, tendon dan otot: ligamentum carpi dorsalis dengan compartemen tendon-
tendon M. Abductor pollicis longus, tendon M. Extensor pollicis brevis, tendon M. Extensor pollicis
longus, tendon M. Extensor carpi radialis longus dan brevis, tendon M. Extensor digitorum
communis, tendon M. Extensor indicis proprius, tendon M. Extensor digiti quinti.

Regio volar manus

Kenalilah: cutis dengan linea palmaris, crista cutis, aponeurosis palamaris, N. Ulnaris superficialis,
N. Digitorum communis, N. Digitorum propii, arcus palmaris superficialis profundus, A. Digitorum
communis, A. Digitalis Proprii, cabang N. Medianus, tendon otot-otot flexor, M. Lumbricales, M.
Interosseus ventralis, Musculi thenar, musculi hypothenar, M. Adductor pollicis, arcus palmaris
profundus dengan A. Metatarsalis.

Regio dorsal manus

Kenalilah: rete volaris manus, N cutaneus ramus radialis/ulnaris

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Regio digiti manus

Kenalilah: lig. Vaginalis, vagina tendinis, tendon M. Lumbricales, tendon M. Interossei, tendon M.
Flexor digitorum sublimis, tendon M. Flexor digitorum profundus, A, N, digitalis proprii, N digitalis
proprii.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 13: Otot-otot Ekstremitas Inferior 1

(Otot-otot Regio Panggul dan Paha)

BBS1-AO-Pr13

Regio Glutea, Bokong

Bokong wanita lebih besar dari pria. Kulit daerah bokong terutama disarafi oleh N. Gluteus
superior dan N. Cutaneus femoris posterior superior. Kenalilah kedua saraf ini.

a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.

b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.

Regio Femoris/Paha/Subinguinale

Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.

Regio Femoris Ventralis

Perhatikan bentuk paha.

Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Regio Femoris Dorsalis

Kenalilah fascia lata. Pelajarilah otot-otot di sini: M semitendinosus, M semimembranosus, M


gracillis, m biceps femoris caput longum dan caput brevis. Kenali juga N tibialis, N peroneus, A
profunda femoris, A perforant prima, secunda dan tertii.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 14: Otot-otot Ekstremitas Inferior 2

(Otot-otot Regio Cruris dan Pedis)

BBS1-AO-Pr14

Regio Genu Ventral

Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.

Regio Genu Dorsal

Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.

Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.

Regio Tibialis

Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.

Regio Gastrocnemius/Betis

Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Regio Malleolaris/Pergelangan Kaki

a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.

b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.

Regio Pedis Dorsalis

Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.

Regio Plantaris

Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 15 : Struktur Vaskularisasi Kepala, Muka dan Leher

BBS1-AO-Pr15

Vaskularisasi Kepala Muka dan Leher


Temukan dan identifikasi pembuluh darah yang ada di kepala dan leher:
(mulai dari A. carotis communis, A. carotis interna, A. carotis externa, A facialis, A. angularis,
A. Mandibularis, A. maksilaris, A. temporalis, A. occipitalis, A. supraorbitalis, dan A
infraorbitalis, dan A. opthalmicus. Cari juga A. vertebralis, A. laryngeus superior dan A.
laryngeus inferior.
Carilah juga Vena jugularis externa, vena jugularis interna, V. facialis, V. angularis, V.
Mandibularis, V. maksilaris, V. temporalis, V. occipitalis, V. supraorbitalis, dan V infraorbitalis
dan V. opthalmicus . Cari juga V. vertebralis, V. laryngeus superior dan V. laryngeus inferior.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 16 : Struktur Inervasi Kepala, Muka dan Leher

BBS1-AO-Pr16

Inervasi Kepala Muka dan Leher

A. Identifikasilah jalannya nervus facialis dan cabang-cabangnya di wajah.


B. Identifikasilah jalannya nervus mandibularis.
C. Identifikasilah jalannya nervus maksilaris.
D. Identifikasilah jalannya nervus opthalmicus dan cabang-cabangnya di wajah.
E. Identifikasilah jalannya nervus supraorbitalis dan cabang-cabangnya di wajah.
F. Identifikasilah jalannya nervus infraorbitalis dan cabang-cabangnya di wajah.
G. Identifikasilah jalannya nervus mentalis .
H. Identifikasilah jalannya nervus temporalis .
I. Identifikasilah jalannya nervus occipitalis .

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 17 : Struktur Vaskularisasi Extremitas Superior

BBS1-AO-Pr17

Daerah bahu dan axilla


a. Kenalilah isi axilla: plexus brachialis, arteri axilaris, vena axillaris, limfonodi axillaris, fatty tissue
dan fascia axillaris.
b. Kenalilah pembuluh darah: A. Supra scapularis, A. Thoracalis anterior, A circumflexa scapularis,
A. Thoracica lateralis, A subscapularis dan A circumflexa humeri anterior dan posterior.

Regio cubiti
Kenalilah pembuluh darah: A. brachialis, V. Basilica , A. Colateralis ulnaris, A. Brachialis
profunda, A. Recurrent ulnaris, A. Recurent radialis, A. Radialis, A. Ulnaris, dan A. Interossea
communis

Regio antebrachium ventral


Kenalilah pembuluh darah: V. antebrachii mediana, V. Basilica, V. Cephalica, V. Mediana
cubiti, A. Radialis, A. Ulnaris, A. Interossea ventralis/dorsalis.

Regio carpi volaris


Kenalilah pembuluh darah: A, V ulnaris, A, V radialis

Regio volar manus


Kenalilah: A. Metatarsalis.

Regio dorsal manus


Kenalilah: rete volaris manus

Regio digiti manus


Kenalilah: A. digitalis proprii

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 18 : Struktur Inervasi Extremitas Superior

BBS1-AO-Pr18

Daerah bahu dan axilla


a. Kenalilah isi axilla: plexus brachialis, arteri axilaris, vena axillaris, limfonodi axillaris, fatty
tissue dan fascia axillaris.
b. Kenalilah saraf : N. Axillaris, N. Radialis, N. Dorsalis scapulae, N. Scapularis, N.
Subscapularis, N. Medianus, N. Musculocutaneus, N ulnaris dan N. Cutaneus antebrachii
medialis

Regio brachium
Kenalilah: N. Cutaneus brachialis lateralis, fascia brachialis, septum inter muscularis medialis
dan lateralis.

Regio antebrachium ventral


Kenalilah N. Cutaneus antebrachii laterali/medialis

Regio carpi volaris


Kenalilah N ulnaris, N. Medianus, N radialis..

Regio dorsal manus


Kenalilah: N cutaneus ramus radialis/ulnaris

Regio digiti manus


Kenalilah: N digitalis proprii.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 19 : Struktur Vaskularisasi Extremitas Inferior

BBS1-AO-Pr19

Regio Glutea, Bokong

a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.

b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.

Regio Femoris/Paha/Subinguinale

Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.

Regio Femoris Ventralis

Perhatikan bentuk paha.

Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.

Regio Femoris Dorsalis

Kenalilah fascia lata. Pelajarilah otot-otot di sini: M semitendinosus, M semimembranosus, M


gracillis, m biceps femoris caput longum dan caput brevis. Kenali juga N tibialis, N peroneus, A
profunda femoris, A perforant prima, secunda dan tertii.

Regio Genu Ventral

Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Regio Genu Dorsal

Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.

Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.

Regio Tibialis

Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.

Regio Gastrocnemius/Betis

Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.

Regio Malleolaris/Pergelangan Kaki

a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.

b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Regio Pedis Dorsalis

Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.

Regio Plantaris

Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 20 : Struktur Inervasi Extremitas Inferior

BBS1-AO-Pr20

Regio Glutea, Bokong

Bokong wanita lebih besar dari pria. Kulit daerah bokong terutama disarafi oleh N. Gluteus
superior dan N. Cutaneus femoris posterior superior. Kenalilah kedua saraf ini.

a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.

b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.

Regio Femoris/Paha/Subinguinale

Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.

Regio Femoris Ventralis

Perhatikan bentuk paha.

Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.

Regio Femoris Dorsalis

Kenalilah fascia lata. Pelajarilah otot-otot di sini: M semitendinosus, M semimembranosus, M


gracillis, m biceps femoris caput longum dan caput brevis. Kenali juga N tibialis, N peroneus, A
profunda femoris, A perforant prima, secunda dan tertii.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Regio Genu Ventral

Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.

Regio Genu Dorsal

Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.

Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.

Regio Tibialis

Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.

Regio Gastrocnemius/Betis

Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.

Regio Malleolaris/Pergelangan Kaki

a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.

Regio Pedis Dorsalis

Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.

Regio Plantaris

Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Praktikum 21 : Capita Selecta/ Practical Test

BBS1-AO-Pr21

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Blok Basic Biomedical Science

Penuntun Praktikum Histologi


dan
Lembar Kerja Mahasiswa

DEPARTEMEN HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Penuntun Praktikum Histologi dan


Lembar Kerja Mahasiswa

Penyusun : Lokot Donna Lubis


Feby Yanti Harahap
Zulham Yamamoto
Esther R.D. Sitorus

Editor : Lokot Donna Lubis

Ó DEPARTEMEN HISTOLOGI FK USU


Jalan dr. T. Mansur No. 5 Kampus USU Medan 20155 Indonesia

e-mail: histologiusutugas@gmail.com

Cetakan Tahun 2020


BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

TATA TERTIB PADA SAAT MENGIKUTI


PRAKTIKUM HISTOLOGI FK USU

1. Aturan Berpakaian :
a. Wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal/papan nama (name tag)
b. Berpenampilan rapi dan sopan. Bagi mahasiswi yang berambut panjang, rambut harus diikat.
c. Menggunakan sepatu dan tidak diperkenankan menggunakan sandal
d. Tidak menggunakan pakaian kaos dan berbahan jeans.

2. Aturan Kehadiran :
a. Diwajibkan untuk hadir tepat waktu dan batas toleransi waktu 15 menit
b. Mengikuti kuis menjadi syarat WAJIB kehadiran praktikum. Kuis akan dimulai di menit ke 15.
Keterlambatan kehadiran >15 menit, maka mahasiwa yang bersangkutan dianggap tidak hadir dan
tidak diperbolehkan mengulang di jadwal praktikum yang lain.
c. Mahasiswa dengan keterlambatan kehadiran >15 menit, dapat mengulang praktikum di blok yang
sama tahun depannya.
d. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% sebagai syarat untuk bisa mengikuti ujian blok yang
bersangkutan.

3. Penggantian Jadwal Praktikum. Penggantian Jadwal hanya diperbolehkan dengan alasan sebagai
berikut:
a. Mahasiswa yang bersangkutan sakit dan diharuskan melengkapi surat keterangan sakit dari dokter
b. Orang tua kandung meninggal dunia diharuskan melengkapi surat keterangan dari wali
c. Kegiatan resmi kemahasiswaan yang disertai dengan surat izin dari Wakil Dekan I FK USU/FKG USU
d. Pengurusan visa bagi mahasiswa asing dan surat permohonan untuk izin pengurusan visa sudah
disampaikan minimal 1 minggu sebelum pengurusan. Yang bersangkutan harus meyertakan berkas-
berkas berupa pengurusan visa, tiket dan boarding pass.
e. Acara adat dan keagamaan dengan menyertakan berkas-berkas yang diperlukan berupa undangan,
tiket dan boarding pass.
f. Bila syarat pada butir a hingga e tidak terpenuhi, maka mahasiswa yang bersangkutan tidak diizinkan
mengganti jadwal dan dianggap tidak hadir untuk praktikum blok tersebut.

4. Bila mengganti jadwal maka mahasiswa yang bersangkutan berkewajiban untuk memberikan aplikasi
praktikum dengan catatan :
a. Aplikasi dipresentasikan di depan ruang praktikum atau sesuai dengan perjanjian dengan dosen
pengampu praktikum
b. Mempersiapkan diri dengan baik untuk presentasi aplikasi praktikum
c. Bahan aplikasi diambil dari textbook, e-book dan bahan lainnya. Tidak diizinkan mengambil dari
bahan kuliah dosen.
d. Jika aplikasi tidak dipresentasikan dengan baik, maka aplikasi harus diulang. Pengulangan maksimal
sebanyak 2x. Jika aplikasi tetap tidak dipresentasikan dengan baik, maka praktikum dianggap batal.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Peralatan yang wajib dibawa saat praktikum :


a. Buku Penuntun Praktikum dan Lembar Kerja Mahaasiswa dan tabel deskripsi lembar kerja sudah diisi
sebelum masuk ke ruang praktikum.
b. Pensil warna
c. Atlas histologi (diFiore’s Atlas of Histology atau yang sejenis)
d. Kain lap bahan flannel

6. Teknis pelaksanaan di ruang praktikum :


a. Menyimpan semua barang bawaan (kecuali yang tercantum pada nomor 5, huruf a hingga d) sebelum
praktikum berlangsung ke dalam lemari penyimpanan yang sudah disediakan
b. Duduk di meja yang sudah ditentukan oleh Bapak Iwan (sesuai dengan urutan daftar hadir)
c. Periksa kelengkapan mikroskop dan slaid histologi di meja masing-masing.
d. Setelah selesai, bersihkan meja dan kembalikan kondisi mikroskop dan slaid seperti kondisi semula.
e. Tidak dibenarkan menggunakan telepon genggam (HP) dan gadget di ruang praktikum. Untuk
memfoto gambaran mikroskopis dari mikroskop boleh dilakukan dengan kamera digital biasa.
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan tidak mengganggu kenyamanan peserta praktikum lainnya.
g. Mengembalikan kunci lemari penyimpanan ke Bapak Iwan.
h. Menghilangkan kunci lemari penyimpanan dapat menyebabkan kehadiran praktikum dibatalkan.

7. Semua mahasiswa peserta praktikum di laboratorium Histologi FK USU wajib melaksanakan dan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam tata tertib ini.

8. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur secara tersendiri. Jika dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam tata tertib ini, akan diadakan perbaikan atau perubahan sebagaimana
mestinya

Medan, November 2020

Ketua Departemen Histologi

Fakultas Kedokteran USU

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM HISTOLOGI FK USU

Saat berada di dalam Laboratorium Histologi FK USU, mahasiswa peserta praktikum dapat
menggunakan mikroskop yang disediakan untuk mengamati slaid yang yang menjadi materi praktikum.
Keterampilan mempergunakan mikroskop dengan efektif merupakan suatu keharusan agar tujuan
pembelajaran di dalam kegiatan praktikum dapat dicapai. Berikut ini merupakan beberapa panduan dalam
mempergunakan mikroskop dan melaksanakan praktikum histologi.

PETUNJUK PENGGUNAAN MIKSROSKOP

1. • Hidupkan mikroskop dengan menekan tombol main


switch (Lihat gambar bagian mikroskop, Kode F) dan
sesuaikan intensitas cahaya.
• Intesitas cahaya dapat disesuaikan dengan
mengatur tombol pengatur intensitas cahaya (G)
dan diafragma pengatur intensitas cahaya (E).

2. • Putar lensa objektif (C ) dengan pembesaran 10x


yang ditandai oleh lingkaran berwarna kuning
sehingga menghadap ke arah meja slaid (D)
• Pastikan saat berhenti memutar lensa objektif
terdengar bunyi “klik”
• Lensa ojektif memiliki beberapa ukuran pembesaran
dan diberi kode warna yang berlaku untuk semua
merek mikroskop
Lensa objektif 4x : lingkaran merah

Lensa objektif 10x : lingkaran kuning

Lensa objektif 40x : lingkaran biru

Lensa objektif100x : lingkaran putih

3. Pasang slaid praktikum di meja slaid (D) dengan


memastikan bagian cover slip (kaca penutup) slaid berada
atas dan menghadap ke lensa objektif.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

4. Arahkan slaid yang berisi jaringan ke arah cahaya di meja


slaid dengan memutar tombol penggerak meja slaid (K)

5. • Putar tombol pengatur fokus kasar (J) dan tombol


pengatur fokus halus (I) sehingga jaringan pada slaid
terlihat dengan jelas
• Saat menggunakan mikroskop, pergunakan kedua
mata. Jangan menutup salah satu mata karena akan
menimbulkan kelelahan dan rasa tidak nyaman

6. • Sesuaikan jarak lensa okuler (A) sesuai dengan jarak


mata (interpupillary distance)dan putar cincin pada
lensa tersebut (B) agar mendapatkan fokus yang
sesuai
• Untuk mahasiswa berkacamata atau menggunakan
lensa kontak dengan lensa minus (-), sebaiknya
melepas kaca mata atau lensa kontak saat
praktikum karena fokus untuk melihat slaid dapat
disesuaikan melalui tombol pengatur fokus (I dan J)
• Untuk mahasiswa dengan gangguan penglihatan
yang cukup berat, kacamata dapat dipakai saat
menggunakan mikroskop

7. • Atur kembali intesitas cahaya dengan mengatur


diafragma pengatur intensitas cahaya (C) agar
pengamatan optimal
• Lakukan pengamatan slaid dengan berbagai
pembesaran dimulai dari pembesaran lemah (lensa
objektif 4x), pembesaran sedang (lensa objektif 10x)
dan pembesaran kuat (lensa objektif 40x)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

8. • Setiap slaid praktikum Histologi FK USU diberi kode


yang disesuaikan dengan jenis praktikum dan jenis
organ atau jaringan.
• Arti kode slaid dapat dilihat pada tabel materi
praktikum yang terdapat pada lembar kerja

9. Saat praktikum sudah selesai, matikan mikroskop dengan terlebih dahulu meminimalkan cahaya dengan
memutar tombol pengatur intensitas cahaya (G)

BAGIAN PADA MIKROSKOP

D
F

E G

6
I

Gambar pada petunjuk penggunaan mikroskop diambil dari lembar instruksi penggunaan mikroskop
Olympus CX31

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 1
HISTOTEKNIK 1: TISSUE PROCESSING

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

Histoteknik :
Metode dalam pembuatan preparat histologi dari jaringan tertentu (yang akan diamati) dengan
melalui suatu proses rangkaian tahapan untuk menjadikan suatu preparat yang siap untuk dianalisis.

TUJUAN PRAKTIKUM:
5. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum bagaimana mempelajari sel (mikroskopis,
biokimia, kultur sel)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan metode yang digunakan untuk mempelajari sel dengan tissue
processing and staining,
7. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis – jenis tissue stainning secara umum dan keunggulannya masing-
masing
8. Mahasiswa mampu menjelaskan istilah yang digunakan dalam pengamatan slide histologi

KEGIATAN

1. SCHEME/ DIAGRAM TISSUE PROCESSING

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

2. FIXATION

Fixation Solution Advantages & Disadvantages

1.

2.

3.

3. DEHYDRATION

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Dehydration Solution Advantages & Disadvantages

1.

2.

3.

4. CLEARING

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Clearing Agent Advantages & Disadvantages

1.

2.

3.

5. INFILTRATION/ EMBEDDING/ IMPREGNATION

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

IMPREGNATION SUBSTANCE Advantages & Disadvantages

1.

2.

3.

6. BLOCKING/ CASTING

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOCKING STEP

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

7. SECTIONING

SECTIONING STEP

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 2
HISTOTEKNIK 2: STAINING DAN MOUNTING

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum metoda pulasan rutin dan khusus terhadap sel dan
jaringan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pulasan terhadap sel dan jaringan

TUGAS DAN LATIHAN


1. Jelaskan jenis pulasan preparat/slaid histologi
A. Pulasan Rutin :

Manfaat dan penggunaannya:

Contoh Pulasan Rutin:

B. Pulasan Khusus :

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Manfaat dan penggunaannya:

Contoh Pulasan Khusus:

2. Sebutkan beberapa zat warna (dye) yang memiliki sifat asam dan basa, akan memwarnai komponen
sel atau jaringan, serta warna yang dihasilkannya
A. Pewarna Asam Jenis:

Mewarnai struktur sel atau jaringan:

Warna pada jaringan atau sel:

B. Pewarna Basa Jenis:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Mewarnai struktur sel atau jaringan:

Warna pada jaringan atau sel:

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tahapan PERSIAPAN pulasan jaringan dengan Hematoksilin dan
Eosin
A. Deparafinisasi :

Bahan/cairan dan alat yang digunakan:

B. Rehidrasi :

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Bahan/cairan dan alat yang digunakan:

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tahapan PULASAN (staining) dengan Hematoksilin dan Eosin
dan jelaskan prosedurnya.
A. Pulasan irisan :
jaringan
(staining)

Bahan/cairan dan alat yang digunakan:

B. Penutupan :
irisan jaringan
dengan kaca
penutup
(mounting)

Bahan/cairan dan alat yang digunakan:

C. Pelabelan :
preparat
(labeling)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambarkan contoh hasil pulasan jaringan dengan Hematosilin dan tunjukkan komponen sel yang
terwarnai dengan pulasan tersebut.

Keterangan Gambar

1. __________________________________ 4. _____________________________________
2. ___________________________________ 5. ____________________________________
3. ____________________________________6. _____________________________________

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 3
ORGANISASI SEL

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur sel secara umum dan pembagiannya
2. Mahasiswa mampu menjelaskan organella sel dan fungsinya
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk sel dan lokasinya pada jaringan dasar

Sediaan jaringan :

No. Sel Jaringan Yang Diamati

1. Pulmo, thyroid, vesica urinaria


Sel penyusun epitelium: sel squamous, sel cuboidal &
sel transitional
2. Sel penyusun jaringan ikat: sel fibroblast & sel Skin
adipose

3. Sel penyusun otot: sel skeletal muscle & sel smooth Tongue (DS2), colon
muscle

4. Sel saraf: sel ganglion & sel purkinje Colon, cerebellum (NS3)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 1

Sel Penyusun Epithelium: Sel squamous dijumpai di alveoli pulmo

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 1

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2

Sel Penyusun Epithelium: Sel cuboidal dijumpai di thyroid follicle

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 2

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 3

Sel Penyusun Epithelium: Sel transtitional dijumpai di vesica urinaria

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 3

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 4

Sel penyusun jaringan ikat: sel fibroblast pada dermis skin

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 4

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 5

Sel penyusun jaringan ikat: sel adipose pada hypodermis skin

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 5

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 6

Sel penyusun otot: sel skeletal muscle pada tongue

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 6

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 7

Sel penyusun otot: sel smooth muscle pada colon

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 7

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 8

Sel saraf : sel ganglion pada colon

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 8

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 9

Sel saraf : sel purkinje pada cerebellum

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________

Penjelasan gambar 9

No. Penjelasan

1. Bentuk sel

2. Bentuk nucleus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 4
JARINGAN DASAR & ORGANISASI JARINGAN DALAM ORGAN

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum organ dalam tubuh manusia dibentuk oleh 4 jaringan
dasar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan epithelium.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan ikat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan syaraf
5. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan otot
6. Mahasiswa mampu menjelaskan posisi 4 jaringan tersebut dalam suatu organ

TUGAS DAN LATIHAN

1. Karakteristik empat jaringan dasar pembentuk organ pada tubuh manusia:


Jaringan Sel Penyusun Jumlah Matrix Fungsi Utama
Ektraselular

A.

B.

C.

D.

2. Karakteristik Jaringan Epithelium:


Karakteristik Penjelasan Contoh lokasinya di dalam
tubuh

A. Jenis epithelium a.
berdasarkan bentuk sel
penyusunnya b.

c.

B. Jenis epithelium a.
berdasarkan jumlah
lapisan selnya b.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

C. Epithelium dengan a.
karakteristik khusus baik
dari jumlah lapisan sel
b.
maupun bentuknya

3. Karakteristik Jaringan Epithelium Kelenjar:


Karakteristik Penjelasan Contoh lokasinya di dalam
tubuh

1. Klasifikasi berdasarkan a.
distribusi hasil sekresi
kelenjar b.

2. Klasifikasi kelenjar a.
eksokrin berdasarkan
percabangan duktusnya b.

3. Tipe sekresi yang a.


digunakan oleh sel
kelenjar eksokrin b.

c.

4. Komponen Jaringan Ikat:


Komponen Jenis Penjelasan dan Fungsi

A. a.

b.

c.

d.

e.

f.

B. a.

b.

c.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

C. a.

b.

c.

5. Klasifikasi Jaringan Ikat:


Jenis Jenis Penjelasan dan Fungsi Contoh lokasinya di
dalam tubuh

A. a.

b.

c.

B. a.

b.

C. a.

b.

c.

d.

e.

f.

6. Komponen Jaringan Saraf:


Komponen Jenis Penjelasan

1.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

2. a.

b.

c.

d.

e.

f.

7. Jenis Jaringan Otot:


Jenis Karakteristik Penjelasan

1. a.

b.

c.

d.

2. a.

b.

c.

d.

3. a.

b.

c.

d.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Organisasi jaringan dalam suatu organ: Tuliskan jaringan penyusunnya

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 4

CELL JUNCTION

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis jenis dan letak cell junction dalam jaringan dan organ.

No. Materi Praktikum

1. Menjelaskan klasifikasi cell junction dan komponen dalam cell junction

2. Menunjukkan letak tight junction dalam beberapa jaringan

3. Menunjukkan letak anchoring Junction dalam beberapa jaringan.

4. Menunjukkan letak gap junction dalam dalam beberapa jaringan.

TABEL I. Komponen Dalam Cell Junction

Komponen Dalam Cell Junction: Penjelasan

1.

2.

3.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

TABEL II. Klasifikasi Cell Junction

Klasifikasi berdasarkan Penjelasan

1.

1.Fungsi 2.

3.

1.
2.Lokasi
2.

1.

2.

3.
3.Tipe
4.

5.

6.

I. Tight Junction

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

II. Gap Junctions

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

III. Adherens Junction

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

IV. Desmosome

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

V. Focal Adhesions

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

VI. Hemidesmosome

Penjelasan

1. Fungsi

2. Lokasi

3. Membrane protein

4. Cytoskeleton Fiber

5. Matrix Protein

6. Contoh pada jaringan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 5
SIKLUS SEL & REPLIKASI DNA
Hari & Tanggal praktikum
Kelompok praktikum
Nama/NIM

Siklus Sel :
Siklus sel atau daur hidup sel: kegiatan yg terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan berikutnya.

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa memahami proses siklus sel
2. Mahasiswa melakukan pengamatan proses siklus sel melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses siklus sel melalui preparat histologi

KEGIATAN

1. Skema/ Diagram Siklus Sel

2. Mitosis (Nucleus-Lymphoid Tissue) 10x40

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Replikasi DNA:
Suatu proses umum dalam sel induk dewasa yang membelah dan menuju proses menjadi sel anak
yang lebih khusus

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa memahami proses Replikasi DNA
2. Mahasiswa melakukan pengamatan proses Replikasi DNA melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses Replikasi DNA melalui preparat histologi

KEGIATAN

1. Skema/ Diagram Makrostruktur DNA

2. Skema/ Diagram Okazaki Fragment

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Nucleus (Lymphoid Tissue) 10x40

4. Nucleolus (Lymphoid Tissue) 10x40

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Chromatin (Lymphoid Tissue) 10x40

6. Saran

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 6
PROLIFERASI DAN DIFERENSIASI

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

Proliferasi :
Menghasilkan perbanyakan sel anakan (daughter cell) yang berasal dari satu sel melalui proses
Mitosis yang berulang

Differensiasi :
Suatu proses umum dalam sel induk dewasa yang membelah dan menuju proses menjadi sel anak
yang lebih khusus

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa melakukan pengamatan sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri pada jaringan
melalui preparat histologi
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri pada jaringan
melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan secara histologi sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri
4. Mahasiswa melakukan pengamatan sel-sel yang terspesialisasi pada jaringan melalui preparat histologi
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sel-sel yang terspesialisasi pada jaringan melalui preparat histologi
6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan secara histologi sel-sel yang terspesialisasi
No. Materi Praktikum Code

1. MRS 1
Testis: proliferasi sel-sel Spermatogonium
2. Ovarium: Folikel-folikel Ovarium FRS 1

3. Kulit Tipis : sel-sel epithel kulit ES 1

- Labile tissue
- diferensiasi dari ectoderm
4. Smooth muscle DS 12

- Quiscent/ stabel tissue


- Diferensiasi dari Mesoderm
5. Gaster DS 9

Diferensiasi dari Endoderm

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

6. Tulang CT11

Bone Marrow : stem cell pluripotent

KEGIATAN

1. Sel-sel Spermatogonium (10x10)

2. el-sel Spermatogonium (10x40)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Folikel Ovarium (10x10)

4. Folikel Ovarium (10x40)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Epitel Kulit Tipis (Ectoderm) 10x40

6. Smooth Muscle Tissue (Mesoderm) 10x40

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

7. Mukosa Gaster (Endoderm) 10x40

8. Bone Marrow (Stem Cell pluripotent) 10x40

9. Saran

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 7
STEM CELL

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi stem cell.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum pembagian stem cell.

KEGIATAN
1. Jelaskan definisi stem cell.
Stem cell adalah:

2. Sebutkan dan jelaskan pembagian stem cell.


Pembagian stem cell:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Buat bagan hematopoetic stem cell.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 8

Apoptosis
Hari & Tanggal praktikum
Kelompok praktikum
Nama/NIM

Apoptosis
Zulham Yamamoto

1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi gambaran sel yang
mengalami apoptosis, mempelajari hasil mikroskopi fase kontras, menyebutkan metode laboratorium
untuk identifikasi apoptosis, menjelaskan peran DNase terhadap DNA dari sel-sel apoptosis, dan
menjelaskan urutan kejadian apoptosis.

2. Landasan Terori
Apoptosis (kematian sel terprogram) ialah proses di mana sel dengan sengaja menghancurkan dirinya
sendiri sebagai respons terhadap sinyal yang diturunkan secara endogen. Apoptosis bertujuan
menghilangkan sel-sel yang tidak diinginkan dari tubuh selama perkembangan organ, pembentukan
kembali jaringan, dan respons imun. Kematian sel terprogram juga berfungsi dalam tahap dewasa dari
banyak organisme, termasuk manusia. Di timus, misalnya, limfosit-T yang belum matang dipilih
berdasarkan kemampuannya untuk mengenali antigen sendiri yang ditampilkan oleh sel dendritik. Limfosit
imatur yang kekurangan reseptor antigen memungkinkan mereka untuk merespons antigen sendiri yang
keluar dari timus, sementara limfosit limfosit yang reaktif sendiri menerima sinyal untuk menjalani
apoptosis. Beberapa juta T-limfosit prekursor memasuki timus setiap hari, dengan hanya 1-2% keluar untuk
menjadi T-limfosit fungsional.

Sel yang sedang mengalami apoptosis melakukan apoptosis dalam satu pola tertentu yang yang
berbeda dari sel yang sekarat/mati karena nekrosis akibat cedera fisik. Apoptosis diinduksi melalui salah
satu dari dua jalur: (1) ekstrinsik, yang dimulai oleh reseptor pengikat ligan kematian ekstraseluler dan (2)
intrinsik, yang dimulai oleh sinyal internal yang sering dimediasi oleh protein tumor suppressor p53. Kedua
jalur tersebut melibatkan transduksi sinyal yang, pada akhirnya, menyebabkan aktivasi enzim proteolitik
khusus (disebut sebagai caspases). Caspase diaktifkan dengan dibelah oleh enzim-enzim caspase lainnya
(misalnya, caspase 9 membelah dan mengaktifkan caspase 3) atau dengan autoproteolisis (ini adalah cara
caspases 8 dan 9 mengaktifkan diri). Caspase yang mengaktifkan diri sendiri umumnya dikenal sebagai
inisiator, sementara caspase seperti caspase 3 adalah efektor. Caspase efektor, setelah diaktifkan, akan
menyebabkan degradasi dari DNA, lamina nukleus, sitoskeleton, dan komponen penting lainnya dari
integritas seluler. Aktivasi caspase efektor (dan, oleh karena itu, program apoptosis) dapat dideteksi

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

dengan memeriksa proteolisis substratnya. Salah satu substrat yang sering diuji adalah poli (ADP-ribosa)
polimerase-1 (PARP-1), enzim perbaikan DNA yang didegradasi oleh caspases 3 dan 7. Selain itu, sinyal
caspase sering mengakibatkan aktivasi nuclease caspase-activated DNase (CAD) spesifik dalam memulai
putusnya untai DNA.

Urutan kejadian dalam program apoptosis adalah (1) aktivasi caspase efektor, (2) kondensasi kromatin,
(3) fragmentasi DNA, dan (4) peningkatan permeabilitas membran terhadap zat warna vital (vital stains1).

3. Metode
Satu flask kultur sel berisi sel-sel Jurkat telah diberi etoposide (penginduksi apoptosis) dan dimethyl
sulphoxide (kontrol). Setelah penambahan etoposide dan dimethyl sulphoxide pada interval waktu 0 jam (0
hr), 2 jam (2 hr), 4 jam (4 hr), dan 8 jam (8 hr), sejumlah sel Jurkat dipanen dan dibagi menjadi 3 tabung:
satu tabung untuk pengamatan mikroskop fase kontras, satu tabung untuk pemeriksaan DNA, dan satu
tabung untuk Western blot.

4. Analisis
Mahasiswa diberikan beberapa gambaran berhubungan dengan apoptosis. Tugas mahasiswa adalah
mengobservasi, mendeskripsikan, dan menganalisis proses yang telah terjadi.

1 Zat warna vital digunakan untuk memantau kelangsungan hidup suspensi sel (dari kultur sel). Zat warna vital
diperkenalkan kepada sel. Jika sel hidup, zat warna akan diserap secara selektif oleh berbagai jaringan atau elemen
seluler.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

4.1. Pemeriksaan Mikroskopi Fase Kontras

Gambar 1. Gambaran sel yang dikultur setelah 6 jam pemberian etoposide. Gambar-gambar diperoleh dari
mikroskopi fase kontras. Perbesaran asli: B, C, E, dan F, 400X; A dan D, 1000X (dengan minyak immersi).

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

4.2. Pemeriksaan DNA

Gambar 2. DNA laddering pada sel yang dikultur dan telah diberi etoposide (VP) dan dimethyl suphoxide (C)
waktu yang ditunjukkan pada bagian atas gambar. Sel-sel telah dilisis dan DNA diekstraksi. DNA dipisahkan
dengan elektroforesis agarose 1,2% dan divisualisasi dengan ethidium bromide. M adalah DNA ladder
sebagai marker ukuran DNA; kb adalah kilobasa.

4.3. Pemeriksaan Western Blot

Gambar 3. Imunodeteksi pembelahan PARP-1 selama induksi apoptosis pada sel-sel Jurkat. Sel yang diberi
etoposide (VP) atau dimethyl sulphoxide (C) telah diinkubasi pada 37°C untuk waktu yang ditentukan (di
bagian atas gambar). Protein diisolasi, dipisahkan dengan SDS-PAGE 8%, dan dipindahkan ke membran
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

nitroselulosa. Setiap jalur berisi total protein seluler dari sekitar 4 × 105 sel. Membran nitroselulosa
diperiksa dengan antibodi primer terhadap PARP-1 dengan pendekatan metode indirek. Pita
divisualisasikan dengan chemiluminescence. Massa molekul yang tampak dari bentuk aktif dan tidak aktif
PARP-1 masing-masing adalah 116 dan 85 kD.

5. Tugas Praktikum
a. Apakah yang dapat kamu amati pada struktur sel dalam gambar 1 di atas? Apakah peran etoposide
terhadap struktur sel dalam gambar?

b. Dari gambar 2, apakah pengaruh dari etoposide dan dimethyl sulphoxide terhadap kultur sel Jurkat?
Apakah peran lama (dalam jam) pemberian terhadap DNA dari sel-sel yang dikultur? Apakah etoposide
berperan langsung dalam aktivitas DNase?

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

c. Pada gambar 3, apakah pengaruh dari etoposide dan dimethyl sulphoxide terhadap PARP-1? Apakah
peran lama (dalam jam) pemberian terhadap PARP-1 aktif dari sel-sel yang dikultur?

d. Apakah jalur apoptosis yang berlangsung dengan pemberian etoposide?

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 9
SISTEM SARAF

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

HISTOLOGI SISTEM SARAF


Zulham Yamamoto

1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu (1) mengidentifikasi bagian-bagian neuron
misalnya Nissl’s bodies, perikaryon, axon, dan dendrit, (2) mengidentifikasi jenis-jenis sel neuron dan
neuroglia, (3) mengidentifikasi struktur mikroskopis dan organ sistem saraf seperti nama lapisan, jenis
ganglion, dan plexus, dan (4) menyebutkan peran fisiologis neuron, struktur, dan organ dalam sistem saraf
misalnya cerebrum, cerebellum, medulla spinalis, dan meningen (piamater, arachnoid, duramater).

2. LANDASAN TEORI
Sistem saraf memiliki peran penting dalam komunikasi antar sel, regulasi (pengaturan), dan reseptor (sensor)
dalam tubuh. Peran ini dijalankan oleh sel saraf (neuron) (Gambar 2.1) melalui transduksi dan transmisi
impuls2 serta menghasilkan hormon. Impuls terjadi dengan cara menerima stimuli dan mengeluarkan
mediator kimia seperti asetilkolin, dopamin, dan gamma amino butyric acid (GABA) atau lainnya. Cara ini
dikenal sebagai transduksi. Mediator-mediator ini mencetuskan sekuens peristiwa depolarisasi dan
repolarisasi yang bersambung dari satu neuron ke neuron/sel efektor lainnya (transmisi). Karenanya, Allah
SWT menciptakan neuron untuk memiliki banyak interkoneksi dengan neuron-neuron dan sel-sel lain.
Interkoneksi yang banyak itu membuat sistem saraf menjadi sistem yang kompleks dan rumit.

2 Impuls saraf berupa sinyal pendek berbentuk listrik yang membawa informasi atau instruksi antara bagian-
bagian sistem saraf.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Gambar 2.1 Neuron


Neuron pada anterior motor horn medulla spinalis merupakan neuron yang berukuran besar. Soma menunjukkan bentuk
permukaan yang cekung (1) karena adanya percabangan dendrit (2) dan juluran axon (3). Sitoplasma soma menunjukkan
karakteristik neuron yang mencolok: vesicular nucleus (4) dan Nissl’s bodies (5) yang banyak. Nissl’s bodies tidak
ditemukan pada muara axon. Pembesaran 400x. Pewarnaan HE.

Untuk mencapai fungsi, sistem saraf dapat dibagi secara anatomi menjadi sistem saraf pusat (CNS)
dan sistem saraf perifer (PNS). CNS terdiri dari otak dan medulla spinalis. PNS terdiri dari saraf kranial, saraf
spinal, dan ganglia.

Secara fungsional, PNS terdiri dari komponen sensori (afferent) dan motorik (efferent). Komponen
sensori menerima dan mentransmisikan impuls ke CNS untuk pemrosesan impuls seperti nyeri, pH, posisi
tubuh, rasa, aroma, suara, bau, cahaya dan sebagainya. Komponen motorik berasal dari CNS dan
mentransmisikan impuls ke organ-organ efektor (misalnya otot dan kelenjar eksokrin) dan membuat otot
berkontraksi atau kelenjar mengeluarkan sekretnya. Satu penghubung (sinaps) antara neuron motorik
dengan otot disebut sebagai neuromuscular junction (myoneural junction). Komponen motorik selanjutnya
dibagi menjadi dua:

1. Sistem somatik: impuls dari CNS ditransmisikan ke otot rangka secara langsung melalui satu neuron.
2. Sistem autonomik: impuls dari CNS ditransmisikan ke ganglion otonom via satu neuron, selanjutnya
neuron kedua berasal dari ganglion otonom mentransmisikan impuls kepada organ-organ efektor
(misalnya otot polos, otot jantung, atau kelenjar-kelenjar).

2.1. Neuron dan Neuroglia


Neuron (Gambar 2.1) adalah sel utama dalam sistem saraf. Selain neuron, sistem saraf didukung oleh
neuroglia. Berbeda dengan neuron, neuroglia (Gambar 2.1) tidak memiliki kemampuan menerima atau
mentransmisikan sinyal. Peran neuroglia adalah mendukung dan melindungi neuron dalam berbagai cara.

Neuron terdiri dari 3 bagian yaitu soma (perikaryon atau badan sel neuron), dendrit yang bercabang-
cabang, dan axon yang tunggal. Bentuk neuron umumnya adalah poligonal dengan permukaan cekung di
antara bagian neuron (Gambar 2.1). Pada sel neuron di ganglion, soma berbentuk bulat (Gambar 2.2) dengan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

juluran dendrit dan axon. Diameter soma neuron bervariasi dari 5 – 150 µm sedangkan panjang axon dapat
mencapai 100 cm.

Gambar 2.2. Ganglion


Sel-sel satelit (1) mengelilingi neuron (2) ganglion. Bentuk soma neuron adalah bulat. Ganglion dikelilingi jaringan ikat
(3). Pembesaran 400x. Pewarnaan HE.

Soma adalah bagian neuron yang paling kentara dan mudah dikenali (Gambar 2.1 dan 2.2). Nukleus
neuron sangat besar dan berbentuk sferis/oval dan terletak di tengah-tengah (centric) soma. Pola kromatin
nukleus yang cukup halus (sering disebut pucat, eukromatin) biasa ditemui pada soma neuron yang besar.
Dengan kedua ciri ini, neuron disebut memiliki vesicular nucleus. Tidak semua neuron berciri seperti ini
karena nuklei neuron yang kecil bisa menunjukkan pola heterokromatin. Nukleolus biasanya tampak cukup
jelas dan besar, kadang-kadang seukuran dengan besar neuroglia/sel lainnya. Sitoplasma soma menunjukkan
gumpalan-gumpalan material basofilik/berwarna biru yang dikenal sebagai Nissl’s bodies. Nissl’s bodies tidak
ditemukan pada muara axon (Gambar 2.1).

Neuroglia dapat ditemukan pada sistem saraf pusat dan perifer. Di sistem saraf pusat dapat
ditemukan astrosit, sel mikroglia, oligodendrosit, dan ependymal cells. Nuklei neuroglia berpola
heterokromatin. Astrosit dan sel mikroglia sukar diidentifikasi dengan sediaan HE dan pengamatan
mikroskop cahaya. Oligodendrosit dapat diidentifikasi bila berada sel-sel ini berada di white matter.
Ependymal cells melapisi plexus choroideus di ventrikel cerebrum dan central canal di medulla spinalis. Di
serabut saraf perifer dapat ditemukan sel Schwann sedangkan sel satelit mengelilingi neuron ganglion
(Gambar 2.2).

2.2. Cerebrum
Cerebrum (Gambar 2.3) merupakan bagian CNS. Seperti struktur umum CNS, cerebrum terdiri substansia
grisea (gray matter (korteks)) dan substansia alba (white matter (medulla)) tanpa jaringan ikat berada di
antara keduanya. Di dalam hemisfer serebri, substansia grisea terdapat pada bagian luar (berbeda terbalik
dengan medulla spinalis) dan di bawahnya terdapat substansia alba. Lebih ke dalam cerebrum terdapat
kumpulan/agregat neuron yang terdapat di luar substansia grisea dan disebut sebagai nukleus. Soma neuron
terdapat di substansia grisea dan nuklei; akson bermielin terdapat di dalam substansia alba.

Korteks cerebrum (gray matter) terdiri dari 6 lapisan:


BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

1. Lapisan molekular terutama terdiri dari serat-serat saraf yang berasal dari neuron-neuron yang terdapat
pada lapisan-lapisan di bawahnya. Lapisan ini mengandung sedikit badan sel saraf yang dikenal sebagai
sel horisontal (Cajal). Sel Cajal berukuran kecil dan berbentuk pipih dengan akson dan dendritnya berjalan
sejajar permukaan.
2. Lapisan granular luar terdiri dari sel piramid dan sel stelata. Sel piramid merupakan sel saraf dengan
badan sel berbentuk segitiga/piramid. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan bercabang-
cabang, sementara aksonnya mengarah ke lapisan di bawahnya. Sel stelata (sel granular) merupakan sel
saraf kecil yang berbentuk poligonal. Aksonnya panjang dan mengarah ke lapisan molekular, sementara
dendritnya pendek dan mengarah ke lapisan di bawahnya.
3. Lapisan piramidal luar terdiri dari sel-sel piramid yang ukurannya makin ke dalam semakin bertambah
besar. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular, sementara aksonnya menuju ke arah substansia alba.
4. Lapisan granular dalam terdiri dari sel stelata (sel granular) halus dan sel-sel piramid berukuran sedang.
5. Lapisan piramidal dalam (lapisan ganglion) terdiri dari sel-sel piramid berukuran besar (Gambar 2.3) yang
dikenal sebagai sel Batz dan sel piramid berukuran sedang. Selain itu, lapisan ini mempunyai sel stelata
dan sel Martinotti. Sel Martinotti merupakan sel saraf multipolar berukuran kecil dengan dendrit yang
pendek mengarah ke lapisan di atasnya, sedangkan aksonnya berjalan ke arah lateral.
6. Lapisan multiform atau polimorf terdiri dari sel-sel dengan bermacam-macam bentuk. Kebanyakan sel
yang terdapat di sini adalah sel fusiform dengan dendritnya yang panjang mengarah ke arah lapisan di
atasnya. Semua lapisan ini juga mengandung neuroglia dan mempunyai batas yang tidak tegas.
Substansia alba cerebrum terdiri dari gabungan serat saraf bermielin yang menyebar ke segala arah.

Gambar 2.3 Cerebrum


A menunjukkan selaput pembungkus otak (meninges) membungkus korteks cerebrum. Satu lapis meninges, disebut
piamater (1) kaya pembuluh darah. Piamater menembus substansia grisea (2) untuk memperdarahi neuron di cerebrum
(3) atau berlanjut hingga ke ventrikel untuk membentuk plexus choroideus. B menunjukkan sel piramid (panah) yang
menjadi ciri khas korteks cerebrum. Pewarnaan HE. Pembesaran A 100x, B 400X.

Empat jenis sel neuroglia pada cerebrum, yaitu astrosit protoplasmatis, astrosit fibrosa,
oligodendroglia, dan mikroglia bisa dipelajari mengggunakan sediaan cerebrum yang dipulas dengan perak.
Neuroglia lainnya, sel ependymal, dengan mudah dikenali berdasarkan keberadaannya pada pleksus
choroideus ventrikel otak dan kanalis sentralis medulla spinalis.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pleksus choroideus (Gambar 2.4) terdiri dari lipatan piameter yang dalam, yang kaya kapiler
bertingkap lebar. Pleksus ini terdapat di atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian ventrikel lateral.
Pleksus choroideus terdiri dari jaringan ikat longgar piamater yang ditutupi oleh epitel selapis kuboid atau
silindris rendah. Sel epitel ini berfungsi menghasilkan cairan serebrospinal.

Gambar 2.4 Pleksus choroideus


Sebagian ventrikel otak (Gambar A) ditutupi oleh plexus choroideus. Plexus choroideus merupakan struktur yang
dibentuk dari piamater yang masuk jauh ke dalam ventrikel. Sel ependymal (1) menutupi plexus choroideus yang kaya
pembuluh darah (2) (Gambar B). Pewarnaan HE. Pembesaran 100x (A) dan 400x (B).

Menutupi otak terdapat lapisan meninges: lapisan duramater, lapisan arachnoid mater, dan lapisan
piamater (Gambar 2.3). Lapisan duramater dan lapisan subarachnoid sangat jarang terdapat pada sediaan
cerebrum karena mereka terikat pada periosteum tulang kepala. Lapisan piamater biasanya bersama sediaan
cerebrum.

2.3. Cerebellum
Cerebellum (Gambar 2.5) terdiri dari korteks (gray matter) yang letaknya di pinggir dan medulla
(white matter)yang letaknya di bagian dalam. Korteks terdiri dari tiga lapisan yang berbeda: lapisan molekular
di sebelah luar, lapisan Purkinje di tengah, dan lapisan granular di sebelah dalam. Medulla cerebellum tampak
berwarna lebih pucat.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2.5 Cerebellum


Gray matter (1) dan white matter (2) membentuk lekukan pada cerebellum (Gambar A). Lapisan molekular (1), lapisan
Purkinje (2), dan Lapisan granular (2) merupakan lapisan gray matter cerebellum (Gambar B). Pembesaran 40x (A) dan
400x (B). Pewarnaan HE.

Lapisan molekular tampak tersusun atas sel-sel saraf berukuran kecil dengan jumlah yang sedikit dan
serat saraf tidak bermielin. Dari sebelah luar, piamater tipis menutupi lapisan molekular.

Lapisan Purkinje disusun oleh sel-sel Purkinje. Sel-sel saraf ini berukuran besar dengan cabang-
cabang yang jelas. Soma sel Purkinje berada di antara lapisan molekular dan lapisan granular. Nuklei sel
tampak besar, bentuknya bulat atau lonjong, dengan nukleolus yang jelas. Cabang-cabang dendrit sangat
khas mirip sebuah pohon dengan satu batang besar yang kemudian bercabang dan beranting (atau mirip
tanduk rusa). Cabang-cabang dendritnya mengarah ke lapisan molekular. Aksonnya tunggal, jarang tampak,
dan masuk ke dalam lapisan granular.

Lapisan granular tampak padat disusun oleh sel-sel saraf berukuran kecil dengan dendrit yang
mengarah ke lapisan molekular. Padatnya nuklei membuat lapisan ini berwarna biru hematoxylin yang kuat.

Medulla cerebelum berisi akson bermyelin. Oligodendrocyte mengelilingi akson.

2.4. Medulla Spinalis


Medulla spinalis (Gambar 2.6) terdiri dari gray matter yang membentuk daerah berbentuk kupu-kupu
(huruf H) dan white matter yang terdapat di sisi luar gray matter. Pada gray matter terdapat banyak
perikaryon, sedangkan substansia alba terdiri dari serat-serat saraf bermielin, oligodendrosit, dan serat
kolagen jaringan ikat. Bagian tengah medulla spinalis mempunyai sebuah lingkaran yang merupakan saluran
liquor serebrospinal (LCS). Saluran ini, central canal, merupakan epitel selapis kolumnar/kuboid yang terdiri
dari neuroglia sel ependimal.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2.6 Medulla spinalis


Irisan melintang medulla spinalis (A) menunjukkan subtansia alba (1) yang lebih pupusa dan substansia grisea (2)
terwarna lebih kuat. Bagian substansia grisea yang paling anterior membentuk kornu anterior (3) dan bagian kanan dan
kiri substansia grisea berhubungan. Di tengah medulla spinalis terdapat central canal (4). Di tepi central canal terdapat
saraf perifer (5) yang keluar dari medulla spinalis. Pewarnaan HE. Pembesaran A 40X, B 100X.

Kornu anterior medulla spinalis tampak seperti “bagian sayap kupu-kupu yang gemuk”, dan
merupakan daerah yang paling banyak mengandung neuron. Neuron yang terletak pada kornu anterior
adalah sel saraf motorik (Gambar 2.1). Sel saraf motorik mempunyai perikaryon berbentuk poligonal, nuklei
sel berukuran besar dan berbentuk bulat atau oval, dan nukleolus yang jelas. Sitoplasmanya bercabang-
cabang terdiri dari satu cabang akson dan beberapa cabang dendrit. Perikaryon dan dendrit mengandung
Nissl’s bodies, sedangkan akson tidak. Nissl’s bodies tampak sebagai bintik-bintik biru kehitaman memberikan
gambaran kulit macan tutul dan karenanya disebut sebagai substansia tigroid. Pangkal akson (axon hillock)
dan axon tidak mengandung Nissl’s bodies.

2.5. Serabut Saraf Perifer


Serat saraf tepi adalah semua serat saraf yang keluar dari otak (12 pasang saraf kranial) dan medulla spinalis
(31 pasang saraf spinal). Berkas saraf ini terdiri dari dendrit dan akson yang secara histologi tidak dapat
dibedakan satu sama lain. Kesemuanya dapat disebut akson, atau sebut saja serat saraf. Jaringan ikat yang
membungkus serat saraf digolongkan kepada epineurium, perineurium, dan endoneurium (Gambar 2.7).

Serat saraf yang terpotong melintang tampak berupa lingkaran-lingkaran kecil yang kosong dengan
bintik di tengahnya (Gambar 2.8). Setiap lingkaran itu sebenarnya sebuah serat saraf dengan selubung
mielinnya. Lingkaran kosong di sebelah luar adalah selubung mielin, sedangkan bintik di tengahnya adalah
akson. Pada selubung mielin ini kadang dapat dilihat nukleus sel Schwann yang terpotong melintang
berbentuk bulat atau seperti ginjal. Sering juga terlihat serat-serat protein yang tersusun mirip jari-jari yang
terentang dari akson ke tepi selubung mielin yang disebut neurokeratin.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2.8 Potongan serat saraf perifer


Jaringan ikat membungkus serabut saraf tepi (1) berupa perineurium (2) dan epineurium (3). Perhatikan bahwa diameter
serabut saraf tepi berbeda-beda menunjukkan percabangan saraf tepi. Pewarnaan HE. Pembesaran 100X.

Saraf tepi yang dipotong memanjang (Gambar 2.8) menunjukkan serat saraf sebagai pita-pita tebal
dengan pita tipis di tengahnya yang biasanya sedikit lebih gelap. Pita tebal dan tipis ini memberikan gambaran
bergelombang yang membedakannya dengan serat kolagen potongan memanjang. Pita yang tebal
merupakan selubung mielin dan pita tipis di tengahnya adalah akson. Di tepian selubung mielin dapat dikenali
nuklei sel Schwann yang sering tidak dapat dibedakan dengan nuklei fibroblas dan sel endotel. Selubung
mielin di beberapa tempat terlihat mempunyai satu titik yang tampak membelah serat saraf yang disebut
nodus Ranvier. Pada nodus ini akson tidak tertutup selubung mielin. Pada sediaan pulasan perak, di tempat
nodus Ranvier dapat dilihat bar of Ranvier.

2.6. Ganglion
Ganglion (Gambar 2.10) adalah kumpulan sel saraf (neuron) yang membesar dan terletak di susunan saraf
perifer. Bentuk dan ukurannya beragam. Ganglia berada dalam (1) dorsal root ganglia medulla spinalis, (2)
cranial nerve root ganglia dari n. trigeminal, n. facialis, n. vestibulokoklearis, n. vagus, dan n. glossofaringeus,
(3) saraf otonom, dan (4) sistem saraf enterik. Setiap ganglion dibungkus oleh kapsul jaringan ikat fibrosa dan
mengandung soma neuron dan prosessus neuron. Beberapa ganglia, khususnya dalam sistem saraf otonom,
juga mengandung serabut-serabut saraf (axon bermyelin) dari sistem saraf perifer dan bisa jadi melalui atau
berhenti dalam ganglia itu.

Gambar 2.10 Ganglion spinal


Ganglion spinal dibungkus oleh kapsul fibrosa (1) (Gambar A). Ganglion ini terdiri dari soma-soma neuron sensorik dan
axon-axon preganglion dari sistem saraf otonom dan saraf sensorik. Neuron ganglion mempunyai ciri nukleus yang besar
dan nukleolus yang jelas (2) dengan neuron oleh dikelilingi sel-sel satelit (3) (Gambar B).

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Ada dua macam ganglion, yaitu ganglion sensori dan ganglion otonom. Ganglia sensori
memungkinkan CNS menerima informasi sensori/indra dan memediasi propriosepsi. Jenis ganglion sensori
yang paling umum adalah dorsal root ganglia dan cranial nerve root ganglia. Sel-sel dorsal root ganglion
adalah neuron pseudounipolar3. Di dalam dorsal root ganglion terdapat soma neuron dan serat saraf. Dorsal
root ganglion ini adalah kumpulan soma neuron dengan dendrit menjadi ujung serat saraf sensorik di organ
seperti kulit atau mukosa usus, dan satu memanjang ke medulla spinalis/CNS. Nukleus bulat kecil dari sel-sel
satelit mengelilingi neuron.

Ganglion otonom berfungsi motorik dan dibagi menjadi dua jenis: yaitu ganglion simpatis (Gambar
2.11) dan parasimpatis (Gambar 2.11). Ganglion simpatis dibungkus oleh selubung jaringan ikat fibrosa yang
dikenal sebagai kapsul. Di dalamnya terdapat sel-sel ganglion yang tersebar merata di seluruh sajian ganglion.
Sel ganglion sebenarnya adalah sebuah sel saraf (neuron) yang umumnya berbentuk poligonal. Percabangan
sitoplasma, sekalipun ada, biasanya tidak terlihat jelas dan hanya terlihat pangkalnya. Nuklei sel berbentuk
bulat atau lonjong dengan nukleolus yang jelas. Kadang-kadang di dalam sitoplasma terlihat pigmen coklat.
Substansi tigroid walaupun tidak tegas, dapat dilihat berupa bintik-bintik besar berwarna biru hitam di sekitar
nukleus. Di sekitar sel ganglion dapat dilihat banyak potongan serat saraf dan sel satelit. Setiap perikaryon
sel ganglion dikelilingi oleh satu lapis sel-sel kecil, berbentuk gepeng atau kuboid yang disebut sebagai sel
satelit atau sel kapsul atau amfisit. Sel-sel satelit ini merupakan modifikasi sel Schwann dan berfungsi
menyokong neuron, serupa dengan peran sel glia (astrosit) di susunan saraf pusat.

Gambar 2.11 Ganglion simpatis

Nukleus perikaryon ganglion simpatis terletak eksentrik. Neuron-neuron ganglia otonom ini berbentuk multipolar,
dengan dendrit memancar keluar di sekitar soma neuron di mana sinapsis neuron spinal cord dibuat.

Ganglion simpatis biasanya berada dekat atau di dalam organ yang dipersarafinya. Fitur ini
membedakan ganglion parasimpatis dari ganglion simpatis secara struktur. Contoh utama ganglion

3 Neuron pseudounipolar memiliki satu process sitoplasma yang segera membelah menjadi menjadi dua cabang
axon.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

parasimpatis adalah Auerbach myenteric plexus. Di antara dua tunika muskularis eksterna usus terdapat
Auerbach myenteric plexus.

Gambar 2.12 Ganglion Auerbach myenteric plexus

Ganglion ini berada di antara dua lapis otot polos dinding usus. Pewarnaan HE. Pembesaran 100X.

2.7. Badan Akhir Saraf


Pasca keluar dari medulla spinalis, serat saraf motorik (berupa saraf perifer) berjalan menuju organ efektor.
Saraf perifer itu pula dapat berupa serat saraf yang berjalan dari badan akhir saraf menuju ganglion
selanjutnya ke medulla spinalis dan otak. Badan akhir saraf dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Badan akhir saraf yang berakhir pada otot dan myoepitel. Contohnya ialah cakram motorik (motor end
plate) dan gelendong otot (muscle spindle). Struktur ini berfungsi motorik.
2. Badan akhir saraf yang tidak berkapsul yaitu ujung saraf bebas (free nerve endings). Struktur ini berfungsi
sensorik.
3. Badan akhir saraf yang berkapsul. Contohnya ialah Paccinian corpuscle, Ruffini corpuscle, Kraus end bulb,
dan Meissner corpuscle. Struktur ini juga berfungsi sensorik.

2.7.1. Paccinian corpuscle

Paccinian corpuscle (Badan Pacini) (Gambar 2.11) merupakan badan khusus bersifat sensorik. Alat
pengindera ini terdiri dari sejumlah lapisan fibroblas dan ruangan berisi cairan jaringan yang tersusun
berlapis-lapis dengan serat saraf tak bermielin di tengahnya sehingga pada salah satu potongannya akan
terlihat berupa sejumlah lingkaran sepusat yang mengelilingi sebuah bintik. Bintik itu sebenarnya bagian
ujung serat saraf tak bermielin yang akan bermielin lagi setelah keluar dari badan tersebut. Pada potongan
yang lain bangunan ini tampak mirip potongan sagital bawang bombai (onion slice). Selain di kulit, badan
akhir saraf sensoris ini dapat pula ditemukan di dalam pankreas.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2.11 Badan Vater Pacini


Sejumlah serat kolagen (1) dari fibroblas (3) mengelilingi serat saraf tak bermielin (2) membentuk Badan Pacini.
Pewarnaan HE.

2.7.2. Meissner corpuscle

Meissner corpuscle (Badan Meissner) (Gambar 2.12) terdapat pada sajian kulit di dalam lapisan papilary
dermis. Lapisan ini berisi jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah (papil vaskular) dan sebagian lainnya
berisi badan akhir saraf sensoris (papil saraf). Badan akhir saraf yang terdapat pada papil saraf adalah badan
Meissner. Badan ini terdiri dari percabangan ujung serat saraf sensoris yang diselubungi sel Schwann yang
tersusun horizontal melingkar ke arah ujungnya. Di luar selubung sel Schwann terdapat lapisan fibroblas dan
serat kolagen kasar yang tersusun berpilin membentuk bangunan bulat seperti telur dan terkadang tampilan
seperti tangga (ladder like appearance).

Gambar 2.12 Badan Meissner


Sistem sensorik pada kulit memiliki papil saraf kulit dan dilaksanakan oleh badan Meissner (1).
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

2.7.3. Cakram Motorik (Motor End Plate)

Motor end plate (Gambar 2.13) merupakan ujung serat saraf perifer dan berhubungan dengan serat otot
rangka atau sel efektor lain seperti myoepitel di kelenjar eksokrin. Membran di ujung akson disebut sebagai
membran prasinaps mengandung mitokondria dan vesikel sinaptik (berisi asetilkolin). Celah sinaps berupa
satu ruang antara membran-membran prasinaps dan pascasinaps.

Gambar 2.13 Motor end plate


Motor end pkate berwarna hitam dalam pewarnaan perak. Satu serat saraf perifer terdiri dari banyak akson dan masing-
masing akson keluar dari serat saraf perifer berpenampilan seperti percabagan serat saraf perifer. Masing-masing axon
akan membentuk motor end plate dengan organ efektornya.

3. ALAT DAN BAHAN


1. Mikroskop
2. Atlas histologi
3. Buku gambar
4. Pensil warna
5. Sediaan histologi
1. Cerebrum/midbrain dan korteks H050093

2. Cerebelum H050150

3. Medulla spinalis H050080

4. Ganglion spinal H050070

5. Ganglion/pleksus Auerbach H090260

6. Serabut saraf perifer H050060

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

7. Meissner corpuscles

8. Paccinian corpuscles

9. Motor end plate

4. CARA PRAKTIKUM
Praktikum menuntut praktikan untuk mengamati dengan teliti. Lihatlah setiap sediaan histologi dengan
pembesaran 40x terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran umum posisi struktur-struktur dalam organ.
Untuk mengamati lebih rinci, gunakan pembesaran 100x/400x.

Amatilah sediaan histologi cerebrum. Amati dari tepi untuk struktur meninges. Perhatikan jaringan
ikat yang menyusun, banyaknya kapiler, dan lapisan yang terdapat dalam sediaan. Jaringan ikat yang terdekat
dengan jaringan saraf adalah piamater. Ikuti arah perkembangan piamater yang masuk jaringan cerebrum
hingga ke tengah cerebrum dengan melapisi rongga ventrikel otak sebagai pleksus choroideus. Perhatikan
jenis epitel pleksus choroideus dan fikirkan proses pembentukan liquor cerebrospinal dari kapiler yang
terdapat di sekitarnya. Selanjutnya amati korteks cerebrum dengan melihat ciri khas cerebrum, sel piramid.
Dengan sedikit bantuan imajinasi, tentukan lapisan molekular, lapisan granular luar, lapisan piramid luar,
lapisan granular dalam, lapisan piramid dalam, lapisan multiform dengan mempertimbangkan populasi sel
piramid dan axon. Amati pula bagian lain cerebrum yang luas seperti substansia grisea termasuk corpus
callosum. Amati lebih ke dalam di sekitar ventrikel cerebrum untuk mendapatkan aggregat neuron (nuklei).

Amatilah sediaan cerebellum dan carilah bagian korteks. Seperti cerebrum, mulailah pengamatan
dengan meninjau bagian luar yang dibentuk oleh piamater yang sangat tipis dan seringkali terpisah dari
cerebellum. Selanjutnya tentukan korteks dan amati lapisan molekular, Purkinje, dan granular yang sangat
indah dengan banyak lekukan seperti daun. Tentukan juga bagian medulla cerebellum yang berwarna cukup
kuat.

Amatilah sediaan medulla spinalis. Perhatikan bentuk kupu-kupu (huruf H) substansia grisea di
bagian dalam medulla spinalis. Dengan pembesaran 400X, pelajari karakter soma, axon, dendrit, dan Nissl’s
bodies terutama pada neuron di anterior horn karena di sini ukuran neuron sangat besar. Di bagian tengah
medulla spinalis, central canal menjadi saluran liquor cerebrospinalis dan dilapisi oleh epitel selapis kuboid
atau kolumnar. Perhatikan bentuk dan letak nukleus sel ependim untuk menentukan jenis epitel. Beralih ke
substansia grisea (di luar struktur berbentuk huruf H), amati lingkaran kecil-kecil yang dibentuk oleh axon
yang terpotong transversal, diselimuti oleh selubung myelin yang sebagian besarnya sudah hilang dan
memberikan warna putih lampu. Myelin berbahan utama lemak sehingga larut pada alkohol yang digunakan
saat membuat sediaan dan meninggalkan rongga. Di bagian tepi medulla spinalis, amati selaput otak yang
meluas hingga ke medullla spinalis. Jika beruntung, kamu dapat mengamati satu serabut saraf perifer atau
satu dorsal root ganglion.

Amatilah sediaan ganglion simpatis medulla spinalis. Amati serabut pada kapsula fibrosa. Amati pula
Nissl’s bodies di sini dan bandingkan dengan Nissl’s bodies neuron medulla spinalis. Amati pula letak nuklei
neuron ganglion simpatis dan bandingkan dengan ganglion lainnya.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Amatilah serat saraf tepi. Dalam satu berkasa saraf, sangat mungkin ada potongan melintang dan
memanjang. Amati pola yang terbentuk oleh axon. Ada lurus memanjang dan berkelok, oblik, atau melintang.
Amati pula akson, selubung mielin, dan node of Ranvier dengan pembesaran 400X.Carilah jaringan ikat
pembungkus saraf tepi yaitu epineurium, perineurium dan endoneurium.

Amatilah sediaan kulit khusunya Badan Pacini. Carilah Badan Pacini di lapisan hipodermis yang di
sekitarnya yang banyak jaringan lemak. Amati susunan lamelar dan aksonnya. Di lapisan papillary dermis.
Perhatikan struktur korpuskel Meissner yang mirip tangga.

Amatilah sediaan motor end plate. Amati dengan pembesaran 100x dan 400x. Lihat percabangan dari
berkas saraf yang besar hingga mengecil dan menjadi ujung saraf (axon) yang membentuk sinaps dengan
efektor (otot)

5. TUGAS PRAKTIKUM
Laporan praktikum berupa gambar-gambar dari semua sediaan yang dipraktikumkan. Gambar-gambar dibuat
dengan pembesaran yang disesuaikan dengan tujuan praktikum. Buatlah:

1. Gambar cerebrum yang memperlihatkan korteks dan medulla. Kemudian buatlah dengan pembesaran
400X, gambaran korteks cerebri dan tampilkan sel piramid.
2. Gambar cerebellum dengan pembesaran 40X dan tunjukkan bagian korteks dan medulla. Pada bagian
korteks, tuliskan 3 lapisan: molekular, Purkinje, dan granular.
3. Gambar medulla spinalis. Dengan pembesaran 40X. Tentukan korteks, medulla, dan canalis sentralis.
Tunjukkanlah pada bagian korteks adanya neuron motorik.
4. Gambar ganglion spinalis dan tunjukkan sel ganglion, sel satelit, dan kapsul ganglion.
5. Gambarlah serabut saraf dalam pembesaran 100X. Tentukan jaringan ikat pembungkus saraf:
epineurium, perineurium, endoneurium. Tunjukkan axon, mielin, dan sel Schwann.
6. Gambar ujung saraf: Korpuskel Meissner dan motor end plate.

Penilaian Gambar

1. Waktu pengumpulan tugas paling lambat 2 hari setelah praktikum.


2. Gambar yang benar ialah gambar dengan struktur-struktur mikroskopis yang harus ditemukan dan
memenuhi tujuan praktikum.

6. LATIHAN
Essay Terbuka

1. Apakah ciri-ciri neuron?


2. Apakah perbedaan antara cerebral gray matter dan cerebral white matter?

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Apakah lapisan sel pada cerebellar gray matter?


4. Apakah organel yang berkembang pada sitoplasma neuron motorik medulla spinalis?
5. Apakah struktur yang bertanggung jawab dalam produksi cerebrospinal fluid?

Essay Tertutup

Cerebrum

No. Perihal Deskripsi

Lapisan korteks 1.

(gray matter) 2.

3.
1.
4.

5.

6.

Lapisan medulla
2.
(white matter)

Jenis neuroglia 1.
3. 2.
3.

Cerebellum

No. Perihal Deskripsi

Lapisan korteks

1. (gray matter)

Molecular layer

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Purkinje cell layer

granular layer

Lapisan medulla
2.
(white matter)

Medulla Spinalis

1.
Struktur gray matter

2. Struktur white matter

3. Dorsal horn

Struktur neuron pada


4.
anterior horn

Struktur dan jenis neuroglia


5. pada central canal

Ganglion

No. Perihal Deskripsi

1.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Kapsul

2. Sel satelit

3.
Neuron

Peripheral Nerves

No. Perihal Deskripsi

Ukuran
1.
kelompok serabut saraf

Jaringan ikat
2.
pada serabut saraf

Susunan axon (serabut saraf)


3.
dalam satu kelompok serabut
saraf

4. Schwann cells

5. Internode (Node of Ranvier)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM 10
SISTEM ENDOKRIN

Hari & Tanggal praktikum


Kelompok praktikum
Nama/NIM

TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan organ endokrin secara umum
2. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur histologi organ endokrin dan sel penyusunnya

Sediaan jaringan :

No. Organ Endokrin Kode Sediaan

1. ES – 1
Hypophysis
2. ES – 2
Thyroid gland
3. ES – 2
Parathyroid gland
4. Langerhans islet DS – 17

5. ES – 3
Adrenal gland

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 1: Hypophysis (ES-1)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. ___________________________________ 4. ____________________________________
2. ___________________________________ 5. ____________________________________
3. ____________________________________6. _____________________________________

Penjelasan gambar 1

No. Penjelasan

1. Daerah neurohipofisis

2. Herring bodies

3.
Daerah adenohipofisis

4. 1.
Jenis sel pada
adenohipofisis 2.

5.
Struktur

pars intermedia

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 2

Thyroid Gland (ES-2)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Penjelasan gambar 2
No. Penjelasan

1. Struktur folikel

2. Jenis sel 1.

2.

3. Struktur sel parafolikular

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 3
Parathyroid Gland (ES-2)

10 x 10 10 x 40

eterangan Gambar

1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Penjelasan gambar 3

No. Penjelasan

1. Struktur kelenjar

2. Struktur sel principal

3 Struktur sel oksifil

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 4

Langerhans Islet (DS – 17)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Penjelasan gambar 4

No. Penjelasan

1. Struktur kelenjar

2. Jenis sel 1.

2.

3.

4.

3. Struktur sel A

4. Struktur sel B

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar 5

Adrenal Gland (ES – 3)

10 x 10 10 x 40

Keterangan Gambar

1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________

Penjelasan gambar 5

No. Penjelasan

1. Struktur kapsul

2. Pembagian lapisan parenkim

3. Zona glomerulosa

4. Zona fasikulata

5. Zona retikularis

6. Struktur medulla

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Referensi

Elmore S. Apoptosis: a review of programmed cell death. Toxicologic pathology. 2007;35(4): 495–
516.
Chiarugi A., Moskowitz M. A. PARP-1—A perpetrator of apoptotic cell
death? Science. 2002;297:200–201.
Hengartner M. O. The biochemistry of apoptosis. Nature. 2000;407:770–776.
Larsen BD, Rampalli S, Burns LE, et al. Caspase 3/caspase-activated DNase promote cell
differentiation by inducing DNA strand breaks. Proceedings of the National Academy of Sciences.
2010:107(9):4230-4235.
Leist M., Jaattela M. Four deaths and a funeral: From caspases to alternative mechanisms. Nature
Rev. 2001;2:589–598.
Mariani A. R., Columbaro M., Zauli G., Zamai L., Luchetti F., Gobbi P., Ghibellini D., Falcieri E.,
Vitale M. Lineage-related susceptibility of human hemopoietic cell lines to apoptosis. Anat
Rec. 1999;254:1–6.
Martins L. M., Kottke T., Mesner P. W., Basi G. S., Sinha S., Frigon N., Jr., Tatar E., Tung J. S.,
Bryant K., Takahashi A., Svingen P. A., Madden B. J., McCormick D. J., Earnshaw W. C.,
Kaufmann S. H. Activation of multiple interleukin-1β converting enzyme homologues in cytosol
and nuclei of HL-60 cells during etoposide-induced apoptosis. J Biol Chem. 1997;272(11):7421–
7430.
Meng X. W., Fraser M. J., Feller J. M., Ziegler J. B. Caspase-3-dependent and caspase-3-independent
pathways leading to chromatin DNA fragmentation in HL-60 cells. Apoptosis. 2000;5:61–67.
Smyth P. G., Berman S. A., Bursztajn S. Markers of apoptosis: Methods for elucidating the
mechanism of apoptotic cell death from the nervous system. BioTechniques. 2002;322:648–665.
Studzinski G. P. Overview of Apoptosis. In: Studzinski G. P., editor. Apoptosis: A Practical
Approach. Oxford University Press; New York: 1999. pp. 1–17.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PERATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM


DI LABORATORIUM FISIOLOGI

A. Peraturan Praktikum
1. Memasuki ruang praktikum dengan sudah mengenakan jas laboratorium dengan rapi dan badge
name sudah terpasang di jas laboratorium.
2. Duduk pada meja dan posisi yang ditetapkan pada awal praktikum.
3. Tas dan barang lain, kecuali buku Panduan, alat tulis & alat praktikum, diletakkan pada lemari/tempat
yang tersedia. Barang berharga tidak diperkenankan dibawa ke laboratorium dan jika hilang di luar
tanggung jawab departemen Fisiologi.
4. Penuntun praktikum yang di download dari website harus disusun seperti layaknya buku teks,
disertai cover dan berisi materi yang lengkap mulai dari peraturan praktikum pertama hingga materi
percobaan terakhir.
B. Persiapan sebelum Praktikum
Adalah hal yang harus disiapkan di rumah sebelum kegiatan praktikum dimulai.
1. Membaca jurnal praktikum dan mengisi kolom ”Hasil Yang Diharapkan / Dasar Teori atau Tugas
sebelum praktikum” pada lembar observasi ataupun mengisi lembar latihan yang harus dikerjakan di
rumah.
2. Mempelajari teori yang terkait dengan praktikum, dengan berpedoman pada Tujuan praktikum.
Bersumber dari buku teks, bahan kuliah maupun pencarian di internet. Hal ini untuk persiapan
menjawab kuis, responsi dan pemahaman materi praktikum.
3. Menyiapkan masing-masing 1 lembar kertas kuis yang pada ujung kanan atasnya dituliskan: nama,
NIM, kelas/group/meja, tanggal dan judul praktikum.
4. Membawa 1 sabun & 2 kain lap/ tisue untuk setiap kelompok meja pada setiap praktikum.
5. Menyiapkan bahan dan preparat sesuai dengan judul percobaan.
C. Kegiatan Praktikum
1. Memasuki ruangan dan duduk pada tempat yang ditentukan
2. Kepala Meja pada tiap-tiap meja mengumpulkan Buku Penuntun dari teman-teman semejanya dan
meletakkan dalam keadaan terbuka pada halaman observasi/tugas sebelum praktikum, di meja
dosen.
3. Dosen menandatangani Buku Penuntun (memeriksa apakah mahasiswa sudah mengisi lembar tugas
atau kolom ”Hasil yang diharapkan/ Dasar Teori”), dan kemudian membacakan soal kuis.
4. Kepala Meja mengumpulkan kertas kuis teman-temannya dan menyerahkan ke dosen, sekaligus
mengambil kembali Buku Penuntun.
5. Dosen melakukan responsi kepada mahasiswa secara acak, mahasiswa harus menjawab dengan
benar.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mampu menjawab, akan diberi kesempatan mencari jawaban di luar
ruangan laboratorium dengan membaca buku teks fisiologi atau bahan yang terkait.
7. Dosen menjelaskan tujuan dan pelaksanaan praktikum, kemudian Kepala Meja diperkenankan
mengambil peralatan yang dibutuhkan pada meja dosen.
8. Mahasiswa melakukan percobaan dan menuliskan hasilnya pada kolom ”Hasil observasi”.
9. Dosen mengarahkan diskusi untuk mengulas hasil praktikum dan teori terkait.
D. Penjelasan Tambahan
1. Keterlambatan masuk lebih dari 15 menit sejak praktikum dimulai harus mendapat izin dari dosen
pembimbing praktikum
2. Sesudah praktikum selesai harus memelihara kebersihan ruang praktikum, peralatan praktikum
dikembalikan dalam kondisi baik. Bila ada alat yang rusak harap melaporkan kepada teknisi
laboratorium.
3. Meninggalkan ruang praktikum sesudah mendapat izin dari dosen, jas lab dibuka di luar ruang lab.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

E. Penilaian dan Sanksi


1. Penilaian Praktikum berdasarkan nilai yang diperoleh dari kuis, responsi dan ujian praktikum.
2. Bagi mahasiswa yang melanggar peraturan dan ketertiban akan dikenakan sanksi berupa mulai dari
teguran lisan hingga dinyatakan kalah praktikum BBS Fisiologi.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

1. Film interaktif animasi sistem saraf : Potensial Aksi

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Page 1. Pendahuluan
• Neuron berkomunikasi dalam jarak jauh dengan menghasilkan dan menghantarkan sinyal
listrik yang disebut impuls saraf atau potensial aksi

Page 2. Tujuan Pembelajaran


• Memahami bagaimana perubahan permeabilitas membran neuron akan menghasilkan
potensial aksi
• Mengenali perubahan permeabilitas membran akibat perubahan kanal ion bergerbang
voltase
• Memahami perpindahan ion natrium dan kalium selama pembentukan potensial aksi
• Menilai periode refrakter
• Mempelajari kecepatan konduksi pada saraf

Page 3. Potensial aksi


• Potensialmaksi adalah perubahan bermakna pada potensial membran, dari saat istirahat
sebesar -70 mV kemudian bertambah dan mencapai puncak +30 mV , dan kembali lagi ke -
70 mV.
• Potensial aksi terjadi akibat perubahan permeabilitas membran yang berlangsung cepat
terhadap ion natrium dan kalium. Perubahan permeabilitas terjadi ketika kanal ion
bergerbang voltase menjadi terbuka dan tertutup
• Perhatikan selanjutnya tahapan yang terjadi sehingga terbentuk potensial aksi dan kemudian
dihantarkan di sepanjang akson.

Page 4. Potensial aksi dimulai di axon hillock


• Potensial aksi di bangkitkan di axon hillock, dimana paling banyak terdapat kanal ion
natrium
• Potensial aksi dimulai bila sinyal dari dendrit dan badan sel mencapai axon hillock dan
menyebabkan perubahan potensial membran menjadi lebih positif, proses yang disebut
depolarisasi
• Sinyal lokal ini berjalan hanya dalam jarak pendek dan sangat berbeda dengan potensial
aksi. Kita akan mempelajarinya pada modul yang terpisah saat membicarakan sinap.

Page 5. Selama depolarisasi, natrium masuk ke neuron


• Ketika axon hillock terdepolarisasi, kanal voltage-gated untuk natrium terbuka lebih cepat,
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran untuk natrium
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

• Natrium berpindah mengikuti gradien elektrokimia, ke dalam sel


• Pada diagram terdapat 6 buah kanal ion, berturut-turut dari atas ke bawah :
o Kanal pasif kalium
o Kanal voltage-gated natrium
o Kanal voltage-gated natrium
o Kanal voltage-gated kalium
o Kanal pasif natrium
o Kanal voltage-gated natrium
• Jelaskan apa yang terjadi pada kanal natrium yang voltage-gated ketika membran
mengalami depolarisasi !

Page 6. Threshold
• Bila stimulus ke axon hillick cukup besar, neuron terdepolarisasi sebesar 15 mV dan
mencapai titik cetus (trigger point) yang disebut ambang (threshold)
• Pada threshold, sebuah potensial aksi dibangkitkan. Stimuli lemah yang tidak mencapai
threshold tidak menghasilkan potensial aksi. Maka potensial aksi adalah peristiwa gagal atau
tuntas (all or none).
• Potensial aksi selalu memiliki amplitudo dan durasi yang sama.
• Pada -55 mV membran terdepolarisasi mencapai ambang, dan potensial aksi dibangkitkan.
• Ambang adalah potensial membran khusus dimana proses depolarisasi semakin bertambah,
yaitu lingkaran umpan balik positif terjadi.
• Gambarkan potensial membran pada kotak di bawah ini :

Page 7. Potensial aksi dibangkitkan ketika lingkaran feedback positif terjadi


• Lingkaran feedback positif hanya terjadi bila neuron mencapai threshold
• Ketika ambang dicapai, depolarisasi menyebabkan kanal natrium voltage-gated terbuka
lebih banyak
• Hal ini menyebabkan natrium semakin banyak masuk ke sel, yang kemudian menyebabkan
sel depolarisasi lebih besar dan membuka lebih banyak kanal ion natrium voltage-gated.
• Lingkaran feedback positif menghasilkan fase naik pada potensial aksi.
• Isilah kotak-kotak kosong pada diagram di bawah dengan keterangan yang sesuai :

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 8. Berhentinya lingkaran feedback positif : kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif
• Fase naik pada sebuah potensial aksi berakhir ketika lingkaran feedback positif dihentikan
• Dua proses yang menghentikan lingkaran :
1. Inaktivasi kanal natrium voltage-gated
2. Terbukanya kanal kalium voltage-gated
• Kanal natrium voltage-gated memiliki 2 gerbang :
1. Sebuah gerbang peka / sensitif voltase terbuka ketika sel depolarisasi
2. Kemudian, gerbang yang time-sensitive akan tertutup setelah terbuka selama
waktu tertentu
• Pada saat istirahat, gerbang sensitif voltase tertutup
• Ketika neuron depolarisasi, gerbang sensitif voltase terbuka
• Setelah waktu tertentu kanal terbuka, gerbang menjadi inaktif
• Pada puncak potensial aksi, kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif. Sehingga aliran ion
natrium berkurang, dan lingkaran feedback positif terhenti.

Page 9. Terhentinya lingkaran feedback positif : kanal kalium voltage-gated terbuka


• Kanal kalium voltage-gated berespon lebih lambat terhadap depolarisasi. Kanal mulai
terbuka ketika potensial aksi mencapai puncaknya
• Kalium keluar dari sel ketika kanal kalium voltage-gated terbuka. Ketika kalium keluar,
depolarisasi berakhir dan lingkaran feedback positif berhenti
• Inaktivasi kanal natrium dan terbukanya kanal kalium menghentikan lingkaran feedback
positif. Ini mengakhiri fase naik pada potensial aksi.

Page 10. Repolarisasi


• Ketika lebih sedikit natrium masuk ke dalam sel, dan banyak kalium keluar sel, potensial
membran menjadi lebih negatif, berubah kembali ke nilai istirahat
• Proses ini disebut repolarisasi

Page 11. Hiperpolarisasi


• Pada banyak neuron, kanal kalium voltage-gated lambat akan tetap terbuka setelah sel
repolarisasi. Kalium terus menerus keluar sel, sehingga potensial membran menjadi lebih
negatif dari saat istirahat
• Proses ini disebut hiperpolarisasi
• Pada akahir hiperpolarisasi, seluruh kanal kalium tertutup

Page 12. Terbuka dan tertutupnya kanal mengubah permeabilitas neuron selama potensial aksi
• Permeabilitas natrium meningkat cepat selama fase naik potensial aksi
• Dan menurun dengan cepat selama repolarisasi
• Permeabilitas kalium paling tinggi selama repolarisasi, berkurang perlahan selama
hiperpolarisasi
• Peningkatan cepat permeabilitas natrium menyebabkan fase naik pada potensial aksi

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 13. Aktivitas kanal ion selama potensial aksi : kesimpulan


• Selama potensial aksi, kanal natrium voltage-gated pertama terbuka cepat, kemudian
inaktivasi, kemudian kembali ke keadaan tertutup. Kanal ion kalium voltage-gated terbuka
dan tertutup lebih lambat.
• Setelah melihat film, isilah kotak-kosong pada gambar di bawah ini dengan nama fase yang
sesuai :

Page 14. Periode refrakter absolut


• Setelah neuron membangkitkan potensial aksi, ia tidak dapat membangkitkan PA lain.
Banyak kanal natrium sedang inaktif dan tidak akan terbuka, meskipun voltase stimulus
berapapun. Sebagian besar kanal kalium terbuka. Periode ini disebut periode refrakter
absolut
• Neuron tidak dapat membangkitkan potensial aksi karena natrium tidak dapat melalui kanal
yang inaktif dan karena kalium masih terus keluar sel.

Page 15. Periode refrakter relatif


• Segera setelah periode refrakter absolut, sel dapat membangkitkan potensial aksi, tapi hanya
bila terdepolarisasi ke nilai yang lebih positif dari ambang normal. Hal ini karena sebagian
kanal natrium masih inaktif dan sebagian kanal kalium masih terbuka. Masa ini disebut
periode refrakter relatif.
• Sel harus terdepolarisasi lebih positif dari ambang normal agar dapat membuka cukup kanal
natrium, sehingga lingkaran feedback positif dapat dimulai
• Seberapa lama periode refrakter absolut dan relatif penting diketahui karena menentukan
seberapa cepat neuron dapat membangkitkan potensial aksi.

Page 16. Potensial aksi dihantarkan di sepanjang akson


• Setelah potensial aksi dibangkitkan di axon hillock, ia dihantarkan di sepanjang akson

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Muatan positif mengalir sepanjang akson, mendepolarisasi area membran yang berdekatan,
yang kemudian mencapai ambang dan membangkitkan potensial aksi. Sehingga potensial
aksi bergerak sepanjang akson seperti gelombang depolarisasi berjalan menjauhi badan sel.

Page 17. Kecepatan hantaran bergantung pada diameter dan myelinasi akson
• Kecepatan hantaran adalah seberapa cepatnya potensial aksi dirambatkan
• Kecepatan hantaran bergantung pada 2 hal :
1. Diameter akson ; semakin besar diameter akson, maka tahanan internal terhadap aliran
muatan akan berkurang, sehingga potensial aksi berjalan lebih cepat
2. Seberapa bagian akson yang diinsulasi oleh myelin; akson bermyelin memiliki area tak
bermyelin pada batang akson yang disebut nodus Ranvier. Pada akson bermyelin, muatan
mengalir melintasi membran hanya pada nodus, sehingga potensial aksi hanya
dibangkitkan pada nodus. Potensial aksi yang terjadi seolah melompat di sepanjang
akson. Jenis rambatan ini disebut konduksi saltatori.

Page 18. Kesimpulan


• Potensial aksi adalah peristiwa all or none (tuntas atau gagal) yang dapat berjalan untuk
jarak jauh karenamerupakan sinyal listrik yang dapat dibangkitkan berulang (regenerative).
• Ketika axon hillock terdepolarisasi mencapai ambang, potensial aksi akan dibangkitkan.
Kanal voltage-gated terbuka, meningkatkan permeabilitas membran terhadap natrium dan
kemudian kalium.
• Natrium berpindah cepat ke dalam neuron, menghasilkan fase naik pada potensial aksi
• Ketika pergerakan masuk natrium berkurang dan perpindahan keluar kalium meningkat,
membran mengalami repolarisasi
• Segera setelah potensial aksi, neuron tidak dapat membangkitkan potensial aksi selanjutnya
selama periode refrakter absolut. Ketika periode refrakter relatif dapat membangkitkan
potensial aksi lain hanya bila stimuli yang lebih kuat mencapai axon hillock
• Diameter dan myelinasi pada akson menentukan kecepatan hantaran.

________________________________________________________________________________

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Lembar Latihan

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa nama lain untuk
potensial aksi ?
2 Potensial aksi terdiri dari
apa saja ?
3 Dimana potensial aksi
dibangkitkan ?
4 Apa yang menyebabkan
potensial aksi terjadi
axon hillock?
5 Apa yang terjadi pada
kanal ion ketika
membran di axon hillock
mengalami depolarisasi?
6 Seberapa besar axon
hillock harus
berdepolarisasi agar
mencapai threshold?
7 Apa yang terjadi ketika
ambang dicapai?
8 Apa yang terjadi apabila
stimuli lemah dan
ambang tidak tercapai (di
axon hillock) ?
9 Apakah potensial aksi
selalu memiliki
amplitudo dan durasi
yang sama?
10 Jelaskan bagaimana
lingkaran feedback
positif mempertahankan
fase naik pada potensial
aksi !
11 Fase naik pada potensial
aski berhenti ketika
lingkaran feedback
positif dihentikan. 2
proses apa yang
menyebabkan nya?
12 Apa nama kedua gerbang
yang dimiliki oleh kanal
natrium voltage-gated?

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

13 Kapan gerbang sensitif


voltase akan terbuka?
14 Apa fungsi inaktivasi
gerbang time-sensitive?
15 Apa yang terjadi pada
kanal natrium voltage-
gated pada saat puncak
potensial aksi?
16 Kapan kanal kalium
voltage-gated terbuka?
17 Apa yang terjadi bila
kanal kalium voltage-
gated terbuka dan kalium
berpindah ke luar sel?
18 Kapan repolarisasi
terjadi? Apa yang terjadi
pada potensial membran?
19 Apa yang dimaksud
dengan hiperpolarisasi?
20 Mengapa dapat terjadi
hiperpolarisasi?

21. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium meningkat cepat ?......
22. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium berkurang cepat ?......
23. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium paling besar?......
24. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium menurun perlahan ?......

Pilihan jawaban untuk pertanyaan nomor 21 -24 :


A. selama repolarisasi
B. selama fase naik potensial aksi
C. selama hiperpolarisasi
D. selama repolarisasi

25. Peningkatan cepat permeabilitas natrium berperan untuk ....


26. Penurunan cepat permeabilitas natrium disertai peningkatan permeabilitas kalium berperan
untuk......

27. Penurunan perlahan permeabilitas kalium berperan untuk .......


Pilihan jawaban untuk pertanyaan nomor 25-27 :
A. Repolarisasi sel
B. Hiperpolariasi
C. Fase naik potensial aksi
No Pertanyaan Jawaban
28 Apa yang dimaksud
dengna periode refrakter
absolut ?
29 Mengapa neuron tidak
dapat membangkitkan
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

potensial aksi selama


periode refrakter
absolut?
30 Apa yag dimaksud denga
periode refrakter relatif?
31 Mengapa lebih sulit bagi
suatu neuron untuk
membagkitkan potensial
aksi berikutnya selama
periode refrakter relatif?
32 Tuliskan pada grafik,
mana yang merupakan
periode refrakter absolut
dan relatif !

33 Bagaimana potensial aksi


di hantarkan sepanjang
akson ?
34 Sebutkan 2 faktor yang
menentukan kecepatan
hantaran ?
35 Mengapa akson yang
bermyelin
menghantarkan potensial
aksi lebih cepat daripada
akson tak bermyelin?

Paraf Penilaian
Pembimbing

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

2. Film interaktif animasi sistem saraf : Transmisi pada Sinap

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Page 1. Pendahuluan
• Transmisi sinaptik meliputi pelepasan neurotransmitter (Nt) dari sel presinap, difusi Nt
melintasi celah sinap, dan perlekatan Nt dengan reseptor pada sel postsinap
• Hal ini berakhir bila Nt berdisosiasi dari reseptor dan dipindahkan dari celah sinap

Page 2. Tujuan Pembelajaran


• Memahami mekanisme secara rinci mengenai pelepasan neurotransmitter (Nt) dari sel
presinap, difusi Nt melintasi celah sinap, dan perlekatan Nt dengan reseptor.
• Memahmi bahwa perubahan yang dihasilkan oleh Nt bergantung pada tipe reseptor di sel
postsinap
• Mereview lokasi dan fungsi Nt.

Page 3. Sel presinaptik: pelepasan neurotransmitter


• Sebuah potensial aksi tiba di terminal akson dan membuka kanal kalsium voltage-gatet
sehingga kalsium masuk ke terminal
• Adanya kalsium menyebabkan vesikel sinaptik berfusi ke membran
• Setiap vesikel melepaskan sejumlah neurotransmitter ke celah sinaptik
• Neurotransmitter berdifusi melintasi celah sinaptik

Page 4. Sel postsinaptik : pengikatan reseptor


• Neurotransmitter berikatan dengan reseptor di neuron postsinaptik, dimana ia dapat bekerja
langsung atau tak langsung
• Kanal ion chemically-gated tetap terbuka selama neurotransmitter masih terikat pada
reseptor, dan tidak sensitif terhadap perubahan potensial membran
• Arus sinaptik, atau perpindahan ion melalui kanal chemically-gated, dapat mendepolarisasi
atau hiperpolarisasi neuron.

Page 5. Penghentian transmisi sinaptik


• Transmisi sinaptik berakhir ketika neurotransmitter berdisosiasi dari reseptor dan
dipindahkan dari celah sinaptik
• Sebagian besar, neurotransmitter dipompa kembali ke terminal presinaptik dan ke sel glial
terdekat
• Contoh yang ditampilkan adalah glutamat yang dipompa kembali ke terminal presinaptik
• Cara lain, adalah neurotransmitter dipecah oleh enzim, dan hasil pemecahan dipompa keluar
• Asetilkolin adalah salah satu contoh untuk proses tersebut

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Apabila hasil pemecahan ditransport ke terminal presinaptik, mereka digunakan untuk


mensintesa kembali neurotransmitter
• Neurotransmitter yang kembali, di simpan dalam vesikel untuk disimpan dan dilepaskan
kemudian
• Bagaimana mekanisme kembalinya neurotransmitter ke terminal adalah spesifik untuk
setiap neurotransmitter dan dapat secara selektif dipengaruhi oleh obat-obatan.

Page 6. Review peristiwa pada transmisi sinaptik


Page 7. Respon pada sel postsinaptik
• Perubahan yang terjadi pada sel postsinaptik bergantung pada neurotransmitter yang
berperan, dan reseptor spesifik yang terdapat pada sel tersebut

Page 8. Asetilkolin dan reseptornya


• Terdapat banyak jenis reseptor untuk setiap neurotransmitter
• Setiap reseptor mengaktifkan kanal ion yang berbeda, menyebabkan efek yang berbeda di
sel postsinaptik
• Terdapat dua grup reseptor yang disebut reseptor kolinergik, yang mengikat asetilkolin
• Grup yang satu juga mengikat bahan kimia nikotin, grup lainnya juga mengikat muskarin
• Reseptor nikotinik kolinergik, atau nACh adalah reseptor yang dijumpai pada
neuromuscular junction (sambungan saraf-otot)
• Pada reseptor ini, asetilkolin bekerja langsung untuk membuka kanal ion menghasilkan
potensial postsinaptik eksitatori cepat
• Asetilkolin bersifat eksitatorik pada reseptor nikotinik
• Menyebabkan otot skelet berkontraksi

• Satu tipe reseptor muskarinik kolinergik, atau mACh terdapat di sistem saraf pusat dan di
sebagian besar organ efektor sistem saraf cabang parasimpatis
• Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor mACh menghasilkan potensial postsinaptik
eksitatori lambat
• Asetilkolin bersifat eksitatori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
membangkitkan potensial aksi, dan otot polos berkontraksi

• Tipe kedua dari reseptor mACh terdapat di sistem saraf pusat, dan jantung
• Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor ini menghasilkan inhibisi lambat pada sel
postsinaptik
• Asetilkolin bersifat inhibitori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
hiperpolarisasi, dan denyut jantung melambat
• Kerja asetilkolin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik

Page 9. Norepinefrin dan reseptornya


• Terdapat 2 famili reseptor untuk neurotransmitter norepinefrin, yaitu alfa dan beta
• Semuanya disebut reseptor adrenergik, dan norepinefrin bekerja tak langsung ketika
berikatan dengannya.
• Reseptor alfa dan beta terdapat di sistem saraf pust, dan yang lebih penting, pada organ
efektor sistem saraf simpatetik
• Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor alfa-1 menghasilkan eksitasi lambat
• Ini menyebabkan otot polos berkontraksi
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

• Reseptor alfa-1 terdapat di pembuluh darah, yang menyuplai kulit, mukosa, dan visera
abdomen
• Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor alfa-1
• Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung menghasilkan
eksitasi lambat
• Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat
• Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor beta-1
• Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, menghasilkan inhibisi lambat
• Ini menyebabkan otot polos berdilatasi
• Reseptor beta-2 juga terdapat di jalan nafas respiratori, pembuluh darah yang menyuplai otot
skelet dan jantung, dan sebagian besar organ efektor sistem saraf simpatetik
• Norepinefrin bersifat inhibitori pada reseptor beta-2
• Kerja norepinefrin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik

Page 10. Pengantar, lokasi dan fungsi neurotransmitter


• Selanjutnya mereview lokasi dan fungsi neurotransmitter di sistem saraf tepi
• Kemudian mempelajari fungsi neurotransmitter di sistem saraf pusat

Page 11. Neurotransmitter di sistem saraf tepi


• Neuron motorik sistem saraf somatik melepaskan asetilkolin. Disebut kolinergik.
• Otot polos memiliki reseptor nACh, maka kerja asetilkolin di otot skelet adalah langsung,
cepat, dan eksitatori.
• Neuron pertama dari dua neuron di rantai simpatetik , neuron preganglionik, adalah
kolinergik. Demikian juga pada rantai parasimpatetik
• Neuron kedua, atau neuron postganglionik, rantai simpatetik dan parasimpatetik, memiliki
reseptor nACh.
• Sehingga kerja asetilkolin di neuron postganglionik adalah langsung, cepat, dan eksitatori.

Page 12. Neurotransmitter eksitatori dan inhibitori di sistem saraf pusat (SSP)
• Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan poten di SSP
• Glutamat bekerja langsung di kanal ion yang melewatkan kalium dan natrium, menghasilkan
potensial postsinaptik eksitatori yang cepat
• Neurotransmitter inhibitori utama di SSP adalah GABA dan glycine
• Sebagaimana GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka
kanal khlorida, menghasilkan potensial postsinaptik inhibitori cepat.

Page 13. Kerja sinaptik lambat dan cepat : neurotransmitter kerja-langsung


• Neurotransmitter kerja-langsung, atau sinyal yang cepat dan terus menerus, sangat penting
untuk koordinasi sensori-motor, komunikasi, dan fungsi luhur lainnya

Page 14. Kerja sinaptik lambat dan cepat : neurotransmitter kerja-tak langsung
• Semua neurotransmitter pada organ efektor dari sistem saraf otonom perifer bekerja tak
langsung
• Norepinefrin, asetilkolin, dan serotonin, neurotransmitter SSP lain, semua menghasilkan
perubahan status SSP. Sebuah contoh penting adalah perubahan dati status tidur, menjadi
bangun/sadar, kemudian kesadaran/konsentrasi penuh.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Teori mengenai belajar dan memori selalu melibatkan peran neurotransmitter tak langsung
untuk menjelaskan perubahan aktivitas sinaptik. Neurotransmitter tak langsung dapat
memodulasi neuron, mengubah total fungsi kanal, dn menghasilkan efek/output baru dan
berbeda

Page 15. Kesimpulan


• Neurotransmitter dilepaskan dari vesikel di sel presinaptik dan berikatan ke reseptor di sel
postsinaptik
• Kerja neurotrasnmitter berakhir ketika didisosiasi dari reseptornya
• Pengaruh neurotransmitter pada sel postsinaptik bergantung pada reseptornya, bukan pada
molekul Nt
• Asetilkolin dan norepinefrin adalah Nt terpenting di saraf perifer
• Glutamat, GABA, dan glycine adalah Nt terpenting di SSP
• Aktivitas sinaptik cepat dan lambat bermanfaat untuk fungsi yang berbeda-beda.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Lembar Latihan

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

1. Urutkan pernyataan di bawah agar sesuai dengan transmisi sinaptik :__ __ __ __ __ __


a. Neurotransmitter (Nt)berdifusi melintasi celah sinaps
b. Adanya kalsium di dalam sel menyebabkan vesikel berfusi dengan membran
c. Seringkali, Nt dipompa kembali ke dalam terminal presinaptik dan ke sel glial terdekat
d. Potensial aksi di terminal akson menyebabkan kanal kalsium voltage-gated terbuka dan kalsium
masuk ke terminal
e. Setiap vesikel melepaskan sejumlah Nt ke celah sinaps
f. Nt berikatan dengan reseptor di neuron postsinaptik dan bekerja.

2. Neurotransmitter berikatan dengan sebuah reseptor pada___________________ dimana ia dapat


bekerja secara langsung atau tak langsung.
a. Neuron postsinaptik b. Neuron presinaptik
3. Kanal ion chemically-gated akan tetap terbuka selama_______________________ berikatan
dengan reseptor, dan tidak sensitif terhadap perubahan potensial membran.
a. Sinap b. Neurotransmitter c. Ion
4. Arus sinaptik, atau perpindahan ion melalui kanal chemically-gated, dapat _______________ atau
_____________ neuron.
a. Merangsang atau menghambat b. Depolarisasi, hiperpolarisasi
5. Transmisi sinaptik berakhir bila ___________________ berdisosiasi dari reseptor dan dipindahkan
dari celah sinaptik.
a. Sinap b. Neurotransmitter c. Ion
6. Salah satu neurotransmitter (Nt) yang dipecahkan oleh enzim, dan hasil pemecahan dipompa
keluar adalah :
a. Asetilkolin b. GABA c. Norepinefrin d. glycine
7. Apabila hasil pemecahan ditransport ke_____________ ____________ , mereka digunakan untuk
resintesis Nt .
a. Terminal presinaptik b. Terminal postsinaptik
8. Terdapat dua grup reseptor kolinergik, yang mengikat asetilkolin. Satu grup juga dapat mengikat
bahan kimia ____________; grup lain juga berikatan dengan bahan kimia _______
a. Nikotin, muskarin b. Reseptor alfa, reseptor beta

9. Reseptor yang terdapat pada neuromuscular junction adalah__________________


a. Muskarinik b. Nikotinik c. Alfa d. Beta
10. Reseptor kolinergik yang banyak didapati di sistem saraf pusat dan sebagian besar organ efektor
cabang parasimpatis sistem saraf adalah _________________
a. Muskarinik b. Nikotinik c. Alfa d. Beta
11. Asetilkollin bekerja tak langsung pada reseptor __________ menghasilkan potensial postsinaptik
eksitatori lambat
a. mACh b. nACh
12. Tipe kedua reseptor mACh terdapat di sistem saraf pusat, dan di ____________
a. Paru b.Ginjal c. Jantung d.Hati
13. Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor ini, menghasilkan_________ ______ di sel
postsinaptik. Di jantung , efeknya adalah ___________ frekuensi denyut jantung.
a. Eksitasi cepat,meningkatkan b. Inhibisi lambat,menurunkan
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

14. Asetilkolin menghambat reseptor muskarinik tersebut menyebabkan neuron ____________ , dan
jantung melambat.
a. Hiperpolarisasi b. Depolarisasi
15. Reseptor bagi Nt norepinefrin disebut reseptor __________________
a. Adrenergik b. Kolinergik
16. Reseptor alfa dan beta adrenergik terdapat di sistem saraf pusat, dan yang lebih penting, pada
organ efektor pada ________________________
a. Sistem saraf simpatis b. Sistem saraf parasimpatis
17. Norepinefrin bekerja yak langsung pada reseptor alfa-1 menghasilkan eksitasi lambat. Ini
menyebabkan otot polos berkontraksi. Reseptor alfa-1 terdapat di _______ _______ , yang
menyuplai kulit, mukosa, dan visera abdomen. Norepinefrin adalaheksitatori pada reseptor alfa-1.
a. Jantung b. Paru c. Pembuluh darah
18. Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung untuk menghasilkan eksitasi
lambat. __________ _______ dan kekuatan kontraksi meningkat. Norepinefrin adalaheksitatori
pada reseptor beta-1.
a. Frekuensi jantung b. Lama kontraksi
19. Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, untuk menghasilkan inhibisi lambat. Ini
menyebabkan __________ otot polos. Reseptor beta-2 terletak di saluran nafas _______,
pembuluh darah yang menyuplai otot ______ dan jantung, dan banyak organ efektor pada sistem
simpatis. Norepinefrin adalah inhibitori pada reseptor beta-2.
a. Konstrik,respiratori,polos b. Dilatasi,respiratori,skeletal
20. Neuron motorik pada sistem saraf somatik melepaskan _______________ . Otot rangka memiliki
reseptor ___________ _______ .
a. Norepinefrin, adrenergik alfa b. Asetilkolin, kolinergik nACh
21. Aksi asetilkolin pada otot skelet adalah secara langsung, cepat, dan _____________.
a. Inhibitori b. Eksitatori
22. Neuron pertama dari dua rantai neuron saraf simpatis, pada neuron preganglion,
adalah__________ .
a. Kolinergik b. Adrenergik
23. Neuron kedua, atau neuron postganglion, para rantai simpatis dan parasimpatis, memiliki reseptor
_________________
a. mACh b.nACh c. Alfa d. Beta
24. Neuron postganglion simpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
25. Neuron postganglion parasimpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
26. Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan paling poten di sistem saraf
pusat. Glutamat bekerja langsung pada kanal ion yang menyebabkan lewatnya _____ dan _____ ,
menghasilkan potensial postsinaptik eksitatori cepat.
a. Natrium,kalium b. khlorida
27. Neurotransmitter inhibitori utama pada sistem saraf pusat adalah GABA dan glycine. Sama seperti
GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka kanal ___, menghasilkan
potensial postsinaptik inhibitori cepat.
a. Natrium,kalium b. Khlorida

Paraf Penilaian
Pembimbing

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Praktikum Perasaan Proprioseptif dan Perasaan Nyeri dan Perasaan-perasaan di kulit

Tujuan Praktikum :
I.1.TIU: Dapat memahami peranan propriosepsi pada manusia.
TIK : 1.Dapat menyebut jenis-jenis receptor yang memegang peranan dalam sensasi posisi.
2.Dapat menyebut “Weber – Fechner’ law”
2.TIU : Dapat memahami peranan terhadap kesetimbangan.
TIK :1. Dapat menyebut 3 bentuk perangsangan kanalis semisirkularis.
2. Dapat menyebut 4 respon yang timbul sebagai akibat perangsangan kanalis semisirkularis.
II. TIU : Dapat mengerti/memahami pengaruh berbagai rangsangan terhadap
proprioseptor pada percobaan ini dalam berbagai keadaan.
TIK : 1. Dapat mendemonstrasikan percobaan “Menunjukkan tempat” dengan 2 cara.
2.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira gerakan” dengan 2 cara.
3.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira beban” (Hk. Weber)
4.Dapat menggambarkan grafik dari hasil percobaan mengira-ngira beban
5.Dapat mendemonstrasikan percobaan nystagmus dengan kepala tegak dan kepada tunduk pada
pemutaran cepat 10 kali.
6.Dapat mencatat perasaan-perasaan subjektif pada bercobaan ad. 5.
7.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Past Pointing” sesudah pemutaran 10 kali.
8.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Optokinetik nystagmus”
III. TIU : Dapat memahami hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil-hasil observasi
pada percobaan ini.
TIK : Dapat menggambarkan grafik Weber- Fechner’s Law dan membandingkannya dengan
hasil observasi

Percobaan 1. Menunjukkan tempat.


a. Seorang praktikan matanya ditutup dan kemudian praktikan yang lain menggerakkan serta
meletakkan salah satu jari dari tangan kiri praktikan yang pertama pada tempat tertentu di sebuah papan.
Setelah tangan kiri dipindahkan, praktikan yang pertama harus mengulangi pekerjaan tangan kiri tadi
dengan tangan kanannya.
b. Jari telunjuk tangan kanan menentukan suatu tempat pada sepotong papan, dan tentukanlah dengan jari
telunjuk kiri tempat yang sama tetapi yang terletak di permukaan sebelahnya (sebaliknya). Apakah persis
tepat? Kalau tidak, tentukan selisih jaraknya. Dalam percobaan ini mata harus ditutup.

Percobaan 2. Mengira-ngira gerakan.


Sebuah skala meter ( 1 meter ) diletakkan dipinggir sebuah meja. Seorang praktikan yang matanya
ditutup, berdiri berhadapan dengan titik yang ke-50 cm (di tengah) dari skala meter tadi. Jari telunjuk kiri dan
kanannya berada pada titik yang ke-50 tersebut. Sebatang pinsil ditaruh pada tempat tertentu pada skala
meter tersebut di sisi sebelah kanan. Kemudia kedua telunjuk tadi bersama-sama digerakkan hingga telunjuk
kanan menyentuh pinsil. Telunjuk kiri ini harus bergerak ke kiri dan berhenti sejauh jarak yang diperkirakan
telah ditempuh telunjuk kanan. Apakah hasilnya akan serupa? Ulangi percobaan ini tetapi dengan jarak yang
berbeda-beda. Kemudian percobaan ini dilakukan pula tetapi dengan kedua telunjuk tidak digerakkan
serentak.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Percobaan 3. Mengira-ngira beban (hukum Weber).


Untuk ini disediakan beban yang masing-masing beratnya 100 g, 200 g, dan beban tambahan yang
masing-masingnya 10 g. Dalam melakukan percobaan ini, mata harus ditutup, dan temannya membantu
mengerjakan.
Gantungkanlah beban 100 g pada buku jari simetris di masing-masing jari telunjuk praktikan yang
ditutup matanya. Kemudian beban tersebut diambil dan pada salah satunya diberikan beban tambahan.
Sekarang letakkan kembali pada masing-masing jari telunjuknya. Apakah praktikan tersebut dapat
membedakan suatu perbedaan berat? Jika tidak maka tambahkan lagi beban tambahan sampai praktikan
tersebut tampak merasakan suatu perubahan berat. Setiap kali menambahkan beban tambahan maka
beban-beban itu harus dilepaskan dahulu dari jari-jari telunjuknya, catatlah penambahan beban tersebut
yakni sampai terasa suatu perbedaan berat.
Kemudian lakukan percobaan tersebut lagi tetapi sebagai beban dipakai 200 g, 300 g.
Nyatakanlah batas perbedaan sebagai persentasi beban.
Buatlah suatu grafik dari hasil yang saudara peroleh pada percobaan-percobaan diatas.

PERANGSANGAN KANALIS SEMISIRKULARIS.


PERHATIAN. Percobaan ini hanya boleh dilakukan dengan pengawasan asisten.
Percobaan 1.
Nystagmus :
Putarlah seorang praktikan dengan cepat 10 kali putaran dan usahakan selama putaran kepalanya
selalu dalam posisi tegak. Perhatikan gerakan matanya selama ia berputar. Gerakan ini terdiri dari gerakan
yang lambat kearah yang berlawanan dengan arah putaran ,dan gerakan yang cepat kearah putaran. Gerakan
mata yang demikian disebut nystagmus. Perhatikanlah pula adanya nystagmus ketika pemutaran berhenti.
Apakah arah gerakan matanya sama seperti selama ia berputar?

Vertigo :
Catatlah segala perasaan-perasaan subjektif yang timbul setelah putaran ini dan terangkan peristiwa
ini berdasarkan perangsangan kanalis semisirkularis. Ulangi kedua percobaan diatas tetapi posisi kepala
ditundukkan kedepan.

Percobaan 2 . Menunjuk lewat (past pointing)


Putarlah praktikan 10 kali putaran dengan mata tertutup. Kemudian (masih dengan mata tertutup),
tariklah telunjuknya pada suatu titik tertentu di atas meja. Kemudian suruh ia menarik tangannya kembali,
dan setelah itu suruh ia menunjuk kembali ke arah titik yang tertentu tadi.
Mungkin terjadi kesalahan oleh adanya perangsangan yang terus menerus pada canalis semisirkularis. Gejala
ini disebut menunjuk lewat (past pointing).
Perhatikan / ingat arah pemutaran, dan kearah mana pula terjadinya menunjuk lewat tadi.

Percobaan 3. Optokinetik
Praktikan duduk dengan tenang. Matanya harus melihat dan mengikuti gerakan dari suatu taris (strip)
vertikal yang terdapat pada suatu drum yang berputar dengan cepat. Perhatikan bola matanya.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Lembar observasi
Laporan Hasil Praktikum

Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

No. Hasil observasi Teori terkait / Hasil yang


diharapkan
1. Pada percobaan menunjukkan tempat (mata tertutup):
a. Tangan kanan diletakkan tepat pada bekas tempat
tangan kiri Ya / tidak
b. Telunjuk kiri menunjukkan titik pada papan yang
bersebelahan dengan titik kanan tepat Ya / tidak
2. Pada percobaan mengira-ngira gerakan :
a. Bila kedua jari telunjuk digerakkan dengan Ya / tidak
serentak dan arahnya bertentangan, maka jarak
yang ditempuh masing-masing sama
b. Bila kedua jari telunjuk digerakkan dengan arah Ya / tidak
yang bertentangan tetapi tidak serentak maka
jarak yang ditempuh masing-masing telunjuk
sama
3. Pada percobaan mengira-ngira beban (Hukum
Weber)
a. Makin berat beban, semakin mudah merasakan Ya / tidak
perbedaan berat antada kiri – kanan.
b. Gambarkan grafik dari hasil-hasil yang diperoleh
dengan beban 100 gr, 200 gr, 300 gr.
Kesalahan pada teknik/alat.
4. Percobaan Nystagmus (kepala tegak):
a. Nystagmus selama berputar : komponen cepat Ya / tidak
searah putaran
b. Nystagmus post rotatory : komponen cepat Ya / tidak
berlawanan arah putaran

c. Perasaan subjektif yang dijumpai adalah:


- pusing Ya / tidak
- mau muntah Ya / tidak
- keringat dingin Ya / tidak
- kollaps Ya / tidak

Ya / tidak

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

d. Nystagmus yang timbul bila kepala ditundukkan


kedepan adalah vertical

5. Pada percobaan past poiting (menujuk lewat):


a. Arah putaran ke kanan maka past pointing ke
kanan Ya / tidak
b. Arah putaran ke kiri maka past pointing ke kiri Ya / tidak

6. Pada percobaan optokinetik nystagmus:


a. komponen cepat berlawanan dengan arah
putaran drum Ya / tidak

Paraf Dosen Penilaian

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PERASAAN SAKIT DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

I. 1.TIU : Dapat memahami faal dari perasaan-perasaan sakit.


TIK : 1. Dapat mendefinisikan superficial dan deep pain.
2.Dapat menerangkan yang dimaksud denga hiperalgesia.
2. TIU : Dapat memahami sifat 3 macam reseptor di kulit.
TIK :1. Dapat menyebut 3 macam sense of modalities dari cutaneus sensation.
2. Dapat mendefinisikan “Law of spesifik nerve energies”.
II. TIU : Dapat mendemonstrasikan berbagai stimulus untuk menimbulkan rasa sakit dan perasaan
kulit.
TIK : 1. Dapat menyusun sirkuit elektris untuk rangsangan-rangsangan faradis.
2.Mendemonstrasikan 4 cara menimbulkan skin pain.
3.Mencatat sensasi yang dirasakan pada ad.2.
4.Dapat mendemonstrasikan adanya hiperalgesia.
5.Mendemonstrasikan 2 cara menimbulkan deep pain.
6.Mendemonstrasikan cara menimbulkan muscle pain dengan mempergunakan
sphygmomanometer.
7.Dapat mendemonstrasikan dan mencatat lokasi reseptor-reseptor perabaan, panas dan dingin.
8.Mendemonstrasikan law of spesific nerve energy.
9.Mendemonstrasikan lokasi touch receptors yang simetris.
10.Mencari dan mencatat area tubuh yang mempunyai jarak 2 point discrimination terkecil.
11.Mendemonstrasikan temperature discrimination.
III. TIU : Dapat membandingkan hasil-hasil observasi dengan hasil yang diharapkan.
TIK : 1. Menuliskan 2 sifat superficial pain.
2. Menuliskan 3 unsur-unsur triple response.
3. Menuliskan hubungan antara dosis kerja dengan waktu timbulnya muscle pain.
4. Menggambarkan peta distribusi reseptors kulit yang normal.
5. Menuliskan sensasi yang timbul sebagai akibat perangsangan elektris pada salah satu
cutaneus reseptors.
5. Menyatakan bagaimana letak reseptor rabaan pada bagian tubuh yang simetris.
6. Mentabulasi jarak-jarak “2 point discrimination” untuk berbagai bagian tubuh.
7. Menuliskan nilai-nilai “optimal range” dari reseptor dingin dan panas.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PERASAAN NYERI DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

Perasaan sakitlah yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pengobatan ke dokter. Oleh
sebab itu penting sekali mengetahui fisiologi (faal) perasaan nyeri ini. Umumnya kita dapat membedakan
dua bentuk perasaan nyeri:
1. Skin pain : ialah perasaan nyeri yang mencucuk atau perasaan sakit yang membakar, dalam waktu yang
singkat ini dan sementara .
2. Deep pain : yaitu nyeri dalam. Sakit ini dapat timbul dari jaringan organ dalam. Skin pain dengan pasti
dapat di tentukan tempatnya tetapi deep pain lokasinya kurang dapat ditentukan dengan
pasti, sebab kadang-kadang perasaan sakit tersebar luas dan diffuse, dan kadang-kadang
dapat dirasai jauh / seolah dari organ yang lain (’referred pain’).

Percobaan 1 : Skin pain


Seorang praktikan diberi rangsangan pada bagian dorsal dari lengan bawahnya, sedang ia sendiri tidak
melihat waktu rangsangan itu diberikan.
Rangsangan ini ialah :
1. tusukan peniti
2. dipicit dengan forceps
3. tabung reaksi yang berisi air panas
4. mencabut rambut dengan arteri forceps
Sifat perasaan sakit ini sama dalam segala hal. Apabila kita mencabut rambut cepat-cepat maka kita merasa
tercucuk, sedangkan kita tarik lambat-lambat terdapatlah rasa terbakar.

Percobaan 2 : Hiperalgesia.
Hiperalgesia ialah bertambah pekanya terhadap perasaan sakit. Apabila kulit dirusakkan dengan
berbagai-bagai cara, secara mekanis, panas, dingin, atau cahaya ultra violet maka akan terjadi hiperalgesia di
daerah itu dan di daerah yang berdekatan dengan daerah tadi. Hiperalgesia tidaklah segera terjadi, akan
tetapi memerlukan waktu kira-kira 1 jam sesudah luka dan akan terus berlangsung beberapa jam atau sehari.
Sebagai contoh yang umum ialah kulit yang terbakar oleh sinar matahari.

Cara kerja : Dengan sebuah peniti , kulit lengan digaruk sehingga terbentuk suatu daerah yang berbentuk
bujur sangkar dengan lebar sisi 2½ cm, dan di dalam bujur sangkar itu dibuat 10 garukan yang vertikal dan
10 garukan yang horizontal. Apabila sakit yang disebabkan garukan tadi telah hilang, perhatikan bahwa
daerah tadi tidak segera bertambah kepekaannya terhadap sakit. Selidikilah hal ini dengan menggoreskan
sebuah peniti melalui bujur sangkar itu. Perhatikan “triple respons”.

Selidikilah hiperalgesia setelah 1 jam atau 2 jam kemudian, dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Goreskanlah perlahan peniti melalui bujur sangkar itu dan kemudian mengenai daerah disekitarnya,
maka akan terbukti bahwa di daerah bujur sangkar itu sudah timbul rasa nyeri, sedang didaerah kulit
yang normal tidak menyebabkan rasa nyeri.
b. Letakkanlah tabung reaksi yang berisi air panas 45 – 500C pada daerah bujur sangkar itu. Perhatikanlah
sifat nyeri yang terjadi yaitu nyeri seperti disengat.
c. Tekan dengan ketat daerah bujur sangkar itu dengan jari.
Perhatikanlah daerah bujur sangkar itu pada malam hari ini dan besok paginya.
Berapa lamakah berlangsungnya kulit yang merah (redness)?
Berapa lamakah berlangsungnya bengkak (swelling)?
Berapa lamakah berlangsungnya hiperalgesia ?
Percobaan 3 : Deep pain.
a. Jepitlah kulit antara jari ke 4 dan jari ke 5 dari tangan kiri saudara dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan
kanan.
b. Tekanlah achillus tendon.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Maka perasaan sakit yang ditimbulkan kedua cara ini adalah sama tetapi berbeda dengan skin pain.

Nyeri didalam otot.


Apabila kita bekerja keras sering terjadi perasaan sakit di dalam otot yang aktif itu (seperti rasa nyeri
kejang). Ini menyatakan batas kesanggupan otot itu, tetapi tidaklah sama halnya dengan lelah (fatique). Jenis
nyeri ini disebabkan terkumpulnya zat yang menyebabkan rasa nyeri yang dibentuk selama gerakan otot itu
. Jika zat penyebab nyeri itu telah terkumpul banyak melebihi batas (threshold), oleh karena aliran darah
tidak cukup baik untuk mengangkut zat itu, maka timbullah rasa sakit. Rasa sakit yang demikian hanya terjadi
pada waktu kerja berat. Pada kerja yang ringan, aliran darah masih sanggup mengangkut zat tersebut,
sehingga zat itu tidak terkumpul, dan perasaan nyeri tidak timbul, meskipun kita bekerja dalam waktu yang
lama.
Apabila kita menghalangi pengaliran darah yaitu dengan sebuah manchet pada lengan atas dan bila
lengan bawah bekerja maka zat-zat penyebab sakit akan terkumpul dengan cepat meskipun pekerjaan itu
ringan.
Percobaan :
Pasanglah manchet pada lengan atas, dengan tekanan 180-200 mmHg pada lengan kiri sedang lengan kanan
tidak diberi tekanan. Praktikan tersebut memegang sebuah barbel pada setiap lengan. Barbel itu kemudian
dilepaskan secara teratur yaitu sekali dalam satu detik.
Catatlah setelah berapa detik terjadi hal yang berikut:
a. merasa sakit untuk pertama kali.
b. tidak dapat menahan rasa sakit itu.
Ulangi percobaan diatas tetapi melepaskan barbel tersebut sekali dalam 2 detik.
Apakah perbedaan keduanya?

Pada beberapa penyakit dapat terjadi pengecilan lumen arteri , sehingga aliran darah berkurang. Oleh
karena itu perasaan sakit dapat timbul dalam waktu yang singkat setelah melakukan pekerjaan ringan,
misalnya setelah berjalan kaki sebentar dan sakit itu hilang jika istirahat. Contohnya adalah Angina pectoris,
yang terjadi akibat bertambah kecilnya lumen arteri koronaria.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PERASAAN-PERASAAN KULIT

Percobaan 1. Menentukan tempat reseptor rabaan.


Gambarlah sebuah bujur sangkar pada bagian dorsal dari tangan seluas 1 cm2, bagian bujur sangkar itu
dibagi menjadi 4 bujur sangkar yang lebih kecil. Buatlah juga pada catatan saudara seperti bujur sangkar
tersebut, tetapi dengan skala yang lebih besar. Perhatikan letak-letak rambut, dan berilah tanda-tanda letak
rambut pada bujut sangkar di catatan. Cukur rambut-rambut yang ada dalam bujur sangkar itu. Ambillah
“Von Frey apparat” dan singgungkan ujung rambutnya pada berbagai bagai tempat pada bujur sangkar di
tangan secara sistematis. Hindarkan menyinggung tempat yang sama dua kali. Praktikan itu harus
mengatakan “ya” apabila ia merasakan rambut itu dan berilah tanda tempat-tempat yang peka itu pada
gambar di catatan. Selama pencatatan ini praktikan itu harus ditutup matanya.

Percobaan 2. Menentukan reseptor untuk panas dan dingin.


Tentukan tempat-tempat yang peka terhadap panas sebagaimana halnya pada percobaan 1, pada
permukaan kulit yang sama, dan catat juga di dalam skema seperti bujur sangkar untuk percobaan 1.
Pergunakan sebatang logam yang telah dipanasi air 500C. Setelah dikeluarkan dari dalam air logam itu harus
segera dikeringkan, dan singgungkanlah logam itu dengan lembut keatas kulit selama 1 detik. Kemudian
masukkan kembali ke dalam air. Sebagaimana percobaan 1, dalam percobaan ini praktikan harus ditutup
matanya dan harus mengatakan “ya” apabila ia merasa panas.
Tentukanlah tempat-tempat yang peka terhadap dingin dengan cara yang sama, dengan memakai logam
yang didinginkan dengan es.
Dengan percobaan-percobaan di atas, tentukanlah banyaknya reseptor-reseptor masing-masing, dan
cara pembagiannya. Apakah saudara jumpai tempat yang peka terhadap rabaan, panas dan dingin pada
tempat yang sama?
Dimanakah reseptor rabaan terkumpul banyak?

Percobaan 3. Law of Specific Nerve Energies.


Rangsangan dengan perangsangan faradis reseptor-reseptor diatas dengan mempergunakan sebuah
indifferent elektroda yang besar dan satu elektroda kecil untuk merangsang kulit. Sebagai Indifferent
elektroda dapat dipakai bantalan kain yang telah dicelupkan kedalam larutan garam yang digenggam
ditangan.
Perasaan yang bagaimanakah yang terjadi?
Sebelum memulai percobaan ini praktikan itu matanya ditutup.

Percobaan 4. Lokalisasi rabaan.


Tentukanlah lokalisasi perasaan rabaan pada praktikan yang matanya ditutup dengan
menyinggungkan sepotong kain wool pada berbagai-bagai tempat ditubuh, dan praktikan itu harus
menunjukkan titik tersebut pada bagian tubuh sebelah lain (simetris).

Percobaan 5. Menentukan jarak terkecil yang masih dapat dirasa terpisah (2 point discrimination).
Praktikan yang matanya tertutup disuruh menentukan jarak yang terkecil yang masih dapat
dirasakannya terpisah yaitu dengan mempergunakan asthesiometer. Tentukan hal itu pada : muka, telapak
tangan, punggung tangan dan kuduk.

Percobaan 6. Membeda-bedakan suhu (temperature discrimination).


Sediakanlah tabung-tabung gelas yang berisi air dengan temperatur: 400, 150C, 300C. Masukkanlah
jari telunjuk kedalah air yang 400C dan jari telunjuk yang sebuah lagi kedalam tabung yang berisi air 150C.
Kemudian masukkanlah kedua jari itu kedalam air yang 300C.
Apakah yang dirasai? Berilah keterangan hal ini.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PERASAAN SAKIT DAN PERASAAN-PERASAAN KULIT

Nama/NIM : ……………………………….
Fakultas : ............................................
Group/Meja : ............................................
Tanggal : ............................................

No. Hasil observasi Teori terkait / Hasil yang


diharapkan
1. Percobaan skin pain dengan 4 macam stimulus :
a. sensasi yang dirasakan serupa. Ya / tidak
Kesalahan pada : teknik/preparat/alat
2. Percobaan hiperalgesia :
a. Triple respons dapat ditunjukkan . Ya / tidak
b. Daerah bujut sangkar lebih dahulu merasa sakit
dari sekitarnya. Ya / tidak
0
c. Temperatur 45 menimbulkan rasa sakit seperti
disengat pada daerah bujur sangkar. Ya / tidak
Kesalahan pada : teknik/preparat/alat
3. Deep pain : menjepit kulit antara jari 4 – 5, rasa sakit
yang timbul tidak tajam dan difuse Ya / tidak

4. Muscle pain :
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Percobaan pada frekuensi lebih lambat:
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Kesimpulan :
5. Perasaan kulit:
a. Gambarkan peta distribusi reseptor sentuh

b. Gambarkan peta distribusi reseptor dingin

c. Gambarkan peta distribusi reseptor panas

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

6. Perangsangan elektris pada salah satu reseptor


menimbulkan sensasi : panas/dingin/sakit/tak terasa
apa-apa
7. Two point discrimination pada :
- punggung tangan . . . . . . . . . . . . . cm
- telapak tangan . . . . . . . . . . . . . cm
- muka . . . . . . . . . . . . . cm
- kuduk . . . . . . . . . . . . . cm
- bibir . . . . . . . . . . . . . cm
- lidah . . . . . . . . . . . . . cm

Koreksi Nilai Tanda tangan

Instruktur I

Instruktur II

Total

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

4. Praktikum Reflek-Reflek pada Manusia

Pemeriksaan refleks memberi gambaran aktivitas susunan saraf pusat. Hilang atau berubahnya
refleks tertentu menunjukkan kerusakan neurologis yang tertentu pula.
Refleks dapat dibagi atas 2 golongan besar :
1. Refleks somatic: terjadi aktivitas otot melalui persarafan motoric somatic.
2. Refleks visceral: terjadi aktivitas otot dan kelenjar melalui persarafan saraf motoric otonom.

1. Refleks somatik, dibagi atas:


a. Superfisial refleks
b. Deep refleks
Superfisial refleks : refleks yang terjadi akibat perangsangan pada reseptor di kulit.
Deep refleks: refleks yang terjadi akibat perangsangan pada reseptor yang terletak di bawah
kulit, misalnya muscle spindle dan golgi tendon organ.

2. Refleks visceral; reseptor dapat berada di permukaan maupun di dalam organ.


Misalnya retina (refleks pupil), mukosa mulut (sekresi saliva), dan dinding organ cerna (refleks
gastrokolik).

Praktikan-praktikan harus melakukan pemeriksaan refleks yang ada pada daftar dibawah ini, dan
perhatikanlah apakah refleks-refleks ini hilang atau bertambah dan bagaimana pula reaksinya.

Daftar Refleks-Refleks dan Cara Menimbulkannya

1. Superficial Refleks.
Nama Cara menimbulkannya Reaksinya Segment yang
bersangkutan
1. Cornea Menyinggung kornea Menutup kelopak mata. Nucleus n.V –n.VII
dengan kapas.

Menutup kelopak mata


2. Conjunctiva Menyinggung conjunctiva
Nucleus n.V –n.VII
dengan kapas

Kontraksi otot-otot
Menyinggung dinding
pharynx.
pharynx.
3. Pharynx
Nucleus n.IX –n.X
Kontraksi otot-otot
Menggaruk dinding perut.
dinding perut.
4. Kulit perut
Menggaruk dari papilla Th9 – Th12
Tertariknya epigastrum.
mamma kearah bawah.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Epigastrium
Menggaruk bagian dalam Th7 – Th9
paha.
Tertariknya testis.

6. Cremaster Benda tajam digoreskan


dari arah tumit menuju
ibu jari telapak tangan. Plantar flexion ibu jari. L1 – L2
Jika terdapat dorsalflexio
7. Babinsky
ibu jari maka disebut
Babinsky (+), dan ini
terlihat pada: S1 – S2
1. bayi-bayi yang normal
2. orang dewasa normal
pada waktu tidur
3. kerusakan traktus
pyramidalis

2. Deep refleks.
Nama Cara menimbulkannya Reaksinya Segment yang
bersangkutan
1. Rahang Mengetuk sisi dagu pada Tertutupnya rahang Nucleus n.V
mulut yang terbuka.

Mengetuk tendon biceps


difosa cubiti. Lengan
2. Biceps
bawah dalam posisi Kontraksi biceps. C5 – C6
fleksio.

Mengetuk tendon triceps.


Posisi lengan seperti
3. Triceps diatas.
Kontraksi triceps. C6 – C7

Mengetuk tendon patella.

4. Lutut Mengetuk tendon achilles


Kontraksi ekstensor. L2 – L4

Tekanlah kaki (dorsal


5. Tumit fleksio) hingga m.
gastrocnemius teregang.
Plantar fleksio kaki. S1 – S2

6. Clonus tumit

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

m. gastrocnemius akan S1 – S2
menunjukkan beberapa
kontraksi klonus (tidak
terjadi pada keadaan
normal.

Tujuan praktikum:

1. Dapat memahami peristiwa-peristiwa refleks pada manusia.


2. Dapat menyebut bagian-bagian dari suatu refleks.
3. Dapat memahami perbedaan dan contoh refleks somatic dan refleks visceral.
4. Dapat mendemonstrasikan pemeriksaan refleks-refleks pada manusia.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Lembar Observasi.

Reflek-Reflek Pada Manusia

Nama/NIM : ……………………………….

Group/Meja : ............................................

Tanggal : ............................................

No. Hasil observasi Teori terkait

1. Superficial reflex

Nama Reaksinya

a. Cornea Menutup kelopak mata. Ya / Tdak

b. Conjunctiva Menutup kelopak mata Ya / Tidak

c. Pharynx Kontraksi otot-otot pharynx. Ya / Tidak

d. Kulit perut Kontraksi otot-otot dinding Ya / Tidak


perut.

e. Epigastrum Tertariknya epigastrum. Ya / Tidak

f. Cremaster Tertariknya testes. Ya / Tidak

g. Babinsky Plantar flexion ibu jari. Ya / Tidak

2. Deep reflex

a. Rahang Tertutupnya rahang Ya / Tidak

b. Biceps Kontraksi biceps. Ya / Tidak

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

c. Triceps Kontraksi triceps. Ya / Tidak

d. Lutut Kontraksi eksensor. Ya / Tidak

e. Tumit Plantar fleksi kaki Ya / Tidak

f. Clonus tumit Clonic contraction m. Ya / Tidak


gastrocnemius.

3. Refleks pupil (Visceral reflex)

a. Cilio spinal Pupil melebar. Ya / Yidak


Cara: memijit kulit leher.

b. Scratch pupil Pupil melebar Ya / Yidak


Cara: menggaruk kulit pipi.

c. Direct light Pupil mengecil. Ya / Yidak

Cara: menyinari mata dengan


cahaya yang terang.

d. Consensual Pupil yang tidak Ya / Yidak


disinari mengecil.
Cara: menyinari satu mata
dengan cahaya sedang mata satu
lagi tidak.

e. Accomodasi Pupil mengecil Ya / Yidak

Cara: mula-mula melihat benda


yang jauh kemudian melihat
benda yang dekat.

Paraf Pembimbing Penilaian

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

5. Film interaktif animasi endokrin : aksis hipotalamus-pituitari & respon terhadap stres

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Tugas, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Tugas, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Bagian Pertama : Aksis Hipotalamus-Hipofise


Page 1. Pendahuluan
• Kelenjar hipotalamus dan pituitari (hipofise) membentuk hubungan yang kompleks antara
sistem saraf dan endokrin
• Otak dapat mempengaruhi aktivitas sel neurosekretori, dan hormon dapat mempengaruhi
pelepasan dari hormon lain

Page 2. Tujuan Pembelajaran


• Memahami anatomi aksis hipotalamus - hipofise
• Memahami sistem portal hipofiseal
• Mengidentifikasi awal sistem kontrol oleh saraf dan endokrin pada aksis hipotalamus –
hipofise

Hal yang sudah diketahui :


• Perbedaan antara neurotransmitter dan hormon
• Perbedaan antara sistem saraf otonom dan somatik
• Peran hipotalamus dalam mengontrol sistem saraf otonom

Page 3. Anatomi Pituitari / Hipofisis


• Terbagi atas : lobus anterior glandular (adenohipofisis) dan lobus posterior neuronal
(neurohipofisis)
• Pituitari terhubung dengan hipotalamus melalui sebuah tangkai yang disebut infundibulum

Anterior Pituitary
The six major anterior pituitary hormones are peptides, they are :
1.Thyroid Stimulating Hormone (TSH or thyrotropin)
2.Follicle Stimulating Hormone (FSH, a gonadotropin)
3.Luteinizing Hormone (LH, a gonadotropin)
4.Adrenocorticotropic Hormone (ACTH, or corticotropin)
5.Growth Hormone (GH)
6.Prolactin (PRL)

Targets and Functions of the Anterior Pituitary Hormones


1.TSH – target thyroid gland and stimulates secretion of thyroid hormone (TH).
2.FSH – targets follicles in the ovaries of females and stimulates growth of follicle
and production of estrogen. In males it targets the testes and stimulates sperm cell
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

production.
3.LH – targets follicle, triggers ovulation and increases secretion of progesterone. In
males it stimulates testosterone production.
4. ACTH – targets the adrenal cortex and causes the secretion of glucocorticoids.
5.GH - targets most bodily tissues and stimulates metabolism and growth of those
tissues.
6.PRL - targets the breasts in females. Stimulates breast development and lactation.

§ Dari keenam hormon pituitari anterior, ada 4 yang secara langsung merangsang kelenjar endokrin
lainnya, dan disebut sebagai hormon tropik.
§ Kelenjar pituitari anterior berhubungan dengan hipotalamus melalui sistem portal hipofiseal.
§ Kapiler di hipotalamus bagian ventral (depan) menerima hormon yang dilepaskan oleh neuron
hipotalamus, dan mentransportnya ke kapiler di pituitarim anterior.

Posterior Pituitary
• Terutama terdiri dari jaringan saraf
• Berhubungan dengan nuklei supraoptik dan paraventrikular hipotalamus melalui akson di
infundibulum
• Menyimpan 2 neurohormon utama yang akan dilepaskan kemudian
1. ADH (vasopressin) : menstimulasi ginjal untuk mereabsorpsi air.
2.Oxytocin : menstimulasi kontraksi persalinan.
• Pelepasan hormon pituitari posterior dan hipotalamus sama seperti pelepasan
neurotransmitter oleh neuron lain
• Molekul yang berfungsi sebagai hormon di aksis hipotalamus-pituitari seringkali merupakan
neurotransmitter, neuromodulator, atau parakrin di berbagai tempat lain

Page 4. Hormon Hipotalamus


• Merupakan hormon pertama yang akan menyebabkan sekresi hormon lain dari kelenjar
endokrin
• Beberapa hormon hipotalamus menstimulasi hormon tropik di pituitari anterior
• Perhatikan gambar untuk melihat secara jelas bagaimana hormon hipotalamus
mempengaruhi regulasi kelenjar endokrin lain
• Untuk tiap seri, lingkaran umpan balik negatif mengontrol kadar hormon yang beredar di
sirkulasi
• Umpan balik negatif dari kelenjar target dapat langsung ke pituitari anterior atau ke
hipotalamus ventral, atau ke keduanya
• Hormon hipotalamus juga berfungsi mempertahankan pituitari anterior dan hormon tropik
mempertahankan kelenjar endokrin targetnya
• Dalam suatiu keadaan, hormon dari suatu seri dapat menyebabkan sekresi hormon dari seri
lain (misalnya, TH menstimulasi sekresi GH)
• Prolaktin merupakan suatu hormon yang unik, karena stimulus utama dari hipotalamus
bersifat inhibitori kecuali setelah melahirkan, saat produksi susu dimulai.

Page 5. Hipotalamus, sistem saraf otonom, dan interaksi neuroendokrin


• Bagian-bagian korteks serebri, sistem limbik, nuklei basal, formasio retikularis, dan retina,
semua berproyeksi ke talamus

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Keadaan emosi, memakan makanan, stimuli nyeri, trauma, infeksi, cuaca panas/dingin, dan
input cahaya dari retina dapat mempengaruhi sistem endokrin melalui sirkuit hipotalamus
§ Berikut ini beberapa contoh bagaimana hipotalamus memediasi respon endokrin :
1. refleks neuroendokrin
§ Isapan bayi atau mendengar tangisan bayi menyebabkan dimulainya pengeluaran susu
è Sensory inputàoxytocinàmammary glandsàmilk letdown.
2. neuron yang sensitif terhadap perubahan kimiawi
§ Osmoreseptor di hipotalamus terstimulasi oleh konsentrasi zat terlarut dalam darah.
§ Ini menyebabkan sintesis dan pelepasan ADH.
§ ADH bekerja di ginjal dan mendorong reabsorpsi air.
3. irama sirkadian
§Beberapa hormon memperlihatkan fluktuasi harian
§Adanya input dari retina ke hipotalamus adalah suatu cara terjadinya fluktuasi hormon
siang/malam
§ Kortisol telah memperlihatkan puncak tertingi dan terendah dalamm satu harian.
___________________________________________________________________________

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Bagian Kedua : Respon terhadap Stres

Page 1. Pendahuluan
• Ketika terjadi ancaman terhadap tubuh, sistem saraf dan endokrin menghasilkan respon yang
terkoordinasi baik dan bersifat umum untuk memastikan individu tetap sehat

Page 2. Tujuan Pembelajaran


• Memahami pengaruh stres terhadap fungsi endokrin
• Memahami bagaimana sistem saraf mengarahkan respon umum yang non spesifik terhadap
stres.
• Mereview epinefrin dan kortisol.

Page 3. Respon Stress


§ Situasi stres menempatkan tubuh dalam resiko dan tubuh merespon dengan :
§ Mekanisme tersendiri untuk mempertahankan homeostasis.
§ Respon umum nonspesifik terkoordinasi yang disebut respon stres
§ Peningkatan kadar epinefrin, norepinefrin, dan kortisol merupakan tanda bahwa tubuh sedang
stres.
§ Stressor adalah berbagai stimuli yang menempatkan tubuh dalam resiko dan merangsang
pelepasan hormon respon stres.
§ Yang termasuk stressor:
§ Terpapar lama pada temperatur ekstrim
§ Olahraga berat
§ Takut
§ Pembedahan
§ Emotional Stress (happy or unhappy)

Page 4. Hipotalamus dan respon stres


§ Hipotalamus mengatur respon stres tubuh.
§ Sistem saraf mengirim input mengenai kondisi stres ke hipotalamus yang kemudian melibatkan
sistem saraf dan endokrin dalam respon stres.
§ Fight or Flight response.

The hypothalamus stimulates the


sympathetic portion of the ANS and the
endocrine system via the adrenal glands
during the fight-or-flight response.

Respon simpatetik meliputi:


§ Peningkatan kardiak output
§ Peningkatan ventilasi
§ Perubahan tekanan darah

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

§ Pengarahan aliran darah ke otot skelet dan pembuluh darah tepi


§ Peningkatan keringat

Respon akibat Epinefrin meliputi :


§ Meningkatkan respon simpatetik yang disebut di atas
§ Memobilisasi simpanan karbohidrat dengan mensintesa glukosa baru dan
pemecahan lemak

Prolonged Response (respon jangka panjang) :


§ Terjadi paling tidak 30 menit setelah terpapar stresor.
§ Terjadinya sekresi kortisol oleh korteks adrenal melalui jalur berikut CRHàACTHàCortisol
§ Effek kortisol meliputi :
§ Mobilisasi energi dengan memecah glikogen, lemak, dan sistesis glukosa oleh hati / hepar.
§ Pelepasan asam amino oleh otot skelet yang dapat digunakan untuk memperbaiki
jaringan.
§ Inhibisi peradangan dan respon imun.

Hormon lain yang terlibat :


§ ADH: membantu mempertahankan vasokontriksi dan dengan demikian tekanan darah
§ Aldosterone : membantu mempertahankan tekanan darah dan volume darah selama respon
stres.

Page 5. Review Epinefrin


§ Perhatikanlah setiap tahapan animasi pada page 5 ini, dan buatlah catatan pada kolom yang
tersedia di bawah

Sekresi

Transport

Mekanisme kerja
seluler
Sintesis

Fungsi

Pemecahan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 6. Epinephrine: Hyposecretion vs. Hypersecretion


§ Hyposecretion
§ There are no known pathologies associated with hyposecretion of the adrenal medulla.
§ This may be due in part to the fact that sympathetic nervous system can replace
activities of the adrenal catecholamines.
§ Hypersecretion
§ In rare cases a tumor called a pheochromacytoma secretes large amounts of
catecholamines and is not under the control of the sympathetic nervous system.
§ Symptoms of hypersecretion include:
o High BP
o Palpitations
o Rapid heart rate
o Excessive sweating
o High Blood Glucose
§ This rare condition is usually treated with surgery and normal adrenal medulla function
resumes.

Page 7. Review Kortisol


§ Perhatikanlah setiap tahapan animasi pada page 7 ini, dan buatlah catatan pada kolom yang
tersedia di bawah

Sekresi

Transport

Mekanisme kerja
seluler
Sintesis

Fungsi

Pemecahan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Lembar Latihan
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :

1. Isilah kotak yang tersedia sesuai istilah anatominya :


Supraoptic nuclei
Paraventricular nuclei
Ventral nuclei
Anterior pituitary
Posterior pituitary
Infundibulum

No Pertanyaan Jawaban
2 Apa nama sistem kapiler
khusus yang
menghubungkan
hipotalamus ventral ke
pituitari anterior ?
3 Apa yang dimaksud
dengan hormon tropik ?
4 Sebutkan 5 bentuk
stresor yang dapat
memicu respon stres!
5 Sebutkan respon stres
segera!
6 Sebutkan bentuk respon
stres jangka panjang !

7. isilah tempat yang tersedia sesuai hormon yang melakukan fungsi tersebut di bawah:
TRH CRH GNRH DA ADH GHRH
__________ a. Inhibits production of prolactin
__________ b. Stimulates secretion of FSH and LH
__________ c. Triggers secretion of TSH
__________d. Stimulates the secretion of GH
__________e. Promotes water reabsorption by the kidneys
__________f. Causes the secretion of ACTH

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

8. untuk setiap target kelenjar/jaringan, isilah hormon pituitari anterior yang sesuai

Paraf Dosen Penilaian

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

6. Film interaktif animasi : Cairan Tubuh

Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Tugas, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Tugas, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.

Page 1. Pendahuluan
• Cairan di dalam tubuh manusia terdiri dari air dan zat terlarut, termasuk elektrolit, yang
sangat penting untuk fungsi tubuh

Page 2. Tujuan Pembelajaran


• Memahami fungsi umum dan pentingnya air dan elektrolit di tubuh manusia
• Mengidentifikasi kompartemen cairan dan konsentrasi relatif elektrolit di dalam masing-
masing ruang.

Page 3. Perpindahan cairan tubuh


1. Absorpsi. Cairan akan diserap ke dalam plasma usus halus
2. Sirkulasi. Cairan bersirkulasi dalam plasma, membasahi sel-sel di dalam tubuh
3. Ekskresi. Ginjal mengeluarkan ion-ion dan air yang berlebihan dari tubuh melalui urin, meskipun air juga
dikeluarkan melalui cara lain.

Page 4. Peranan air dalam regulasi suhu tubuh


Air mempunyai beberapa peranan penting di dalam tubuh.
• Air membantu mempertahankan suhu tubuh. Ketika air menguap dari kulit, juga ikut serta
membuang panas. Proses ini menurunkan suhu tubuh.
• Karena air mempunyai kapasitas panas yang tinggi, air dapat menyerap dan membuang panas
dalam jumlah besar sebelum mengubah suhu tubuh. Karena tubuh kita terdiri dari 50-70% air,
persentase air yang besar menjaga panas di dalam tubuh dan membantu mencegah fluktuasi suhu
tubuh.

Page 5. Peranan air sebagai bantalan dan pelumas


• Air berperan sebagai bantalan pelidung seperti cairan amnion dan cairan otak.
• Air berperan sebagai pelumas seperti cairan serosa, cairan sendi dan cairan saluran cerna.

Page 6. Peranan air sebagai reaktan


• Air sebagai reaktan untuk reaksi hidrolisis yang berlangsung di dalam tubuh.
• Dengan bantuan enzim, molekul air ditambahkan pada ikatan antara unit glukosa dalam pati untuk
menghidrolisa pati menjadi glukosa.
• Air juga dapat dibentuk pada beberapa reaksi kimia di dalam tubuh, seperti reaksi kimia yang
menghasilkan air metabolisme.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 7. Peranan air sebagai pelarut


• Air berperan sebagai pelarut untuk melarutkan molekul-molekul dan ion-ion di dalam tubuh.
• Contoh, jika kita makan makanan yang mengandung garam, air ludah akan melarutkan garam
tersebut.
• Air merupakan molekul polar. Ketika air melarutkan ion-ion negatif dalam oksigen akan menarik ion
positif seperti natrium dan ketika air melarutkan muatan positif dalam hydrogen akan menarik ion
negatif seperti klorida.
• Kecuali deposisi garam di dalam tulang dan gigi, hampir semua ion-ion lain di dalam tubuh
dilarutkan karena kemampuan air sebagai pelarut.
• Air di dalam sel merupakan pelarut yang penting. Mampu melarutkan protein dan zat-zat terlarut
yang lain.

Page 8. Peranan air sebagai transport.


• Sekarang kita lihat di dalam pembuluh darah. Karena kemampuan air untuk melarutkan ion-ion dan
molekul di dalam cairan tubuh, air berfungsi sebagai media untuk mengangkut nutrient dan
memindahkan zat sisa dari sel di dalam plasma.

Page 9. Persentase air di dalam tubuh


• Persentase air di dalam tubuh seseorang tergantung terhadap jumlah jaringan lemak, yang hanya
mengandung 20% air, dibandingkan massa tubuh orang kurus atau massa otot yang mengandung
sekitar 65% air.
• Bayi baru lahir mempunyai persentase air terbesar di dalam tubuhnya.
• Seorang lelaki muda yang sehat yangberotot dan tidak mempuyai banyak lemak di dalam tubuhnya
mengandung air sekitar 65%.
• Seorang perempuan muda yang sehat pada dasarnya mempunyai lebih banyak lemak dan sedikit
otot dibandingkan laki-laki dan mengandung air sekitar 50%.
• Orang yang lebih tua cenderung mempunyai massa tubuh lebih kurus sehingga mengandung air
lebih sedikit.
• Tuliskan persentase air pada individu berikut.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 10. Kompartemen cairan tubuh


• Air, bersama-sama dengan zat terlarutnya, menempati dua kompartemen utama di dalam tubuh
• Cairan intrasel atau CIS adalah cairan di dalam sel. Disebut juga sebagai sitosol
• Cairan ekstrasel atau CES adalah cairan yang berada di luar sel.
• Terdapat dua bentuk utama cairan ekstrasel:
1. cairan interstisial, adalah cairan yang mengelilingi (antar) sel.
2. plasma, adalah komponen cairan di dalam darah.
• Tandai kompartemen cairan dalam diagram ini:

• Jika seorang laki-laki berat badan 70 kg. 60% dari berat badannya sekitar 40 liter, adalah cairan.
• Sekitar 62% cairan tersebut adalah cairan intrasel.
• Sekitar 30% cairan tersebut adalah cairan interstisial.
• Sekitar 8% cairan tersebut adalah plasma darah.

Page 11. Komposisi cairan tubuh


• Tandai komponen diagram berikut sebagai: nonelektrolit, elektrolit, pelarut, koloid, partikel terikat:

• Kata “cairan tubuh” menyatakan air di dalam tubuh dan semua zat-zat yang terlarut di dalamnya,
yang dikenal sebagai zat terlarut. Karena air melarutkan zat-zat terlarut, disebut sebagai pelarut.
• Cairan tubuh dapat mengandung elektrolit, yang dikenal sebagai ion.
• Protein dianggap sebagai koloid ketika tersebar di dalam cairan tubuh. Dibandingkan ke ion
sederhana, protein merupakan molekul yang besar. Karena mempunyai muatan negative,
diangggap sebagai elektrolit.
• Non elektrolit adalah molekul tak bermuatan yang terdapat di dalam cairan tubuh. Glukosa
merupakan contoh non elektrolit.
• Sel-sel darah tidak larut di dalam air.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Page 12. Elektrolit


• Elektrolit merupakan partikel bermuatan (ion) yang terlarut di dalam cairan tubuh.
Elektrolit (ion-ion terlarut)
Ion positif utama: Kation Ion negative utama: Anion
Sodium ion, Na+ Chloride ion, Cl-
Potassium ion, K+ Bicarbonate ion, HCO3-
Calcium ion, Ca2+ Phosphate ions, H2PO4- & HPO42-
Magnesium ion, Mg2+ Sulfate, SO42-
Organic Acids
Proteins

Page 13. Elektrolit muatan positif di dalam cairan tubuh


• Tiap kompartemen cairan membutuhkan bentuk dan besar elektrolit yang tepat agar dapat
berfungsi baik sel-sel saraf, otot dan sel-sel lain di dalam tubuh.
• Komposisi elektrolit cairan ekstrasel dan intrasel mempunyai perbedaan yang nyata.
• Isi grafik berikut untuk menggambarkan perbedaannya.
• Natrium merupakan ion positif utama cairan ekstrasel
• Cairan ekstrasel juga mengandung ion positif lain: kalium, kalsium dan magnesium.
• Kalium merupakan ion positif utama cairan intrasel
• Cairan intrasel juga mengandung ion positif lain: natrium dan magnesium
• Isi diagram ini:

Page 14. Elektrolit negatif di dalam cairan tubuh


• Klorida merupakan ion negatif ektrasel utama
• Elektrolit negatif lain dijumpai di cairan ekstrasel adalah protein, bikarbonat dan sulfat.
• Tandai dua ion negatif intrasel utama lain pada tempatnya dalam diagram berikut
• Ion negatif lain yang dijumpai di dalam cairan intrasel adalah bikarbonat, klorida, asam organic dan
sulfat.
• Komposisi cairan interstisial hampir sama dengan plasma darah kecuali protein.
• Kesimpulan, ion positif utama cairan ekstrasel natrium dan ion negatif utama klorida, ion positif
utama cairan intrasel kalium dan ion negative utama adalah protein dan posfat.

Page 15. Keseimbangan muatan


• Hitung jumlah ion (partikel) positif dan negatif di dalam sampel cairan intrasel ini. Apakah jumlah
ion positif sama dengan ion negatifnya?
• Terdapat 6 ion negatif dan 9 ion positif, apakah jumlah ion sama?
• Sekarang hitung jumlah muatan positif dan negative cairan intrasel sampel ini. Apakah jumlah
muatan positif sama dengan muatan negative?
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

• Ya, hukum kimia menyatakan bahwa di dalam kompartemen cairan, jumlah ion positif harus sama
dengan jumlah ion negatif.
• Meskipun terdapat 6 ion negatif dan 9 ion positif , muatan seimbang.
• Karena ion-ion individu tersebut mempunya muatan yang bda, maka jumlah ion positif dan
negative di dalam kompartemen tidak sama, tapi muatan selalu seimbang.
• Isi diagram ini

Page 16. Elektrolit sebagai kofaktor


• Sekarang mari kita lihat beberapa fungsi penting elektrolit yang berperan di dalam tubuh.
1. Cofaktor
• Elektrolit berperan sebagai kofaktor enzim
• Rekasi yang sangat penting di dalam tubuh terjadi ketika karbon dioksida dan air membentuk asam
karbonat. Kita dapat mempercepat reaksi ini dengan enzim karbonik anhidrase.
• Kofaktor adalah zat non protein yang bekerja bersama enzim, untuk mempercepat reaksi di dalam
tuubh. Kalsium, magnesium dan kation lain seperti zin dapat berperan sebagai kofaktor enzim.
• Zinc merupkan kofaktor enzim.
• Beberapa enzim-enzim lain di dalam tubuh membutuhkan ion positif sebagai kofaktor untuk
berfungsi.

Page 17. Elektrolit di dalam fungsi saraf dan otot


2. Potensial aksi di dalam sel saraf dan otot.
• Elektrolit dalam bentuk ion natrium dan kalium juga berperan dan potensial membrane semua del
dan bertanggung jawab terhadap potensial aksi sel saraf dan sel otot.
3. Sekresi dan kerja hormon dan neurotransmitter
• Ion kalsium merupakan elektrolit penting karena terlibat di dalam sekresi dan kerja hormon dan
neurotransmitter
4. Kontraksi otot
• Kalsium juga terlibat di dalam kontraksi otot, termasuk jantung.

Page 18. Elektrolit di dalam Keseimbangan Asam/Transport/Osmosis


5. Keseimbangan Asam/basa
• Beberapa elektrolit seperti bikarbonat, fosfat dan protein membantu keseimbangan asam basa
6. Transpor aktif sekunder
• Dengan memompakan natrium ke luar sel, pompa natrium kalium membutuhkan ATP untuk
mempertahankan konsentrasi natrium rendah di dalam sel.
• Selama transport aktif sekunder, beberapa protein transport akan membebaskan natrium untuk
berdifusi dari konsentrasi tinggi ke rendah dan mengikutsertakan molekul atau ion lain seperti
glukosa. Glukosa memasuki sel tubulus proksimal dari tubulus ginjal dan usus halus melalui
transport aktif sekunder.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

7. Osmosis. Perpindahan air antara kompartemen tubuh. Elektrolit, termasuk protein juga mempunyai
peranan peting dalam memulai perpindahan air antara kompartemen tubuh atau osmosis.

Page 19. Osmosis


• Osmosis adalah perpindahan air melewati membrane dari sisi yang banyak air, dan berarti lebih
sedikit zat terlarut, ke sisi yang lebih sedikit air dan berarti lebih banyak zat terlarut.
• Ketika jumlah partikel air sama antara kedua sisi membrane, air dapat pindah secara bebas dan
melewati membrane kedua arah dengan kecepatan yang sama. Sehingga kedua larutan tersebut
disebut isotonis yang berarti mempunyai jumlah konsentrasi partikel terlarut yang sama.
• Apa yang terjadi jika lebih banyak partikel zat terlarut ditambahkan pada bagian sisi kiri tabung.
• Sekarang lebih banyak zat terlarut terdapat di sisi kiri dan sisi tersebut lebih hipertonis
dibandingkan sisi kanan. Karena lebih sedikit zat terlarut yang ada pada sisi kanan maka sisi kanan
merupakan larutan hipotonis dibandingkan sisi kiri.
• Catat bahwa jika kita menambah konsentrasi zat terlarut berarti kita menurunkan konsentrasi air.
Air akan pindah secara bebas melewati membrane pada kedua arah. Lebih sedikit air akan pindah
dari sisi kiri ke kanan karena konsentrasi air pada sisi kanan yang lebih besar menciptakan
kesempatan yang lebih besar untuk tabrakan antara molekul air dan saluran pada sisi kanan.
Hasilnya lebih banyak air akan pindah dari sisi kanan ke sisi kiri tabung.

Page 20. Tonisitas


• Catat bahwa tingkat cairan meningkat pada sisi kiri tabung pada percobaan ini.
• Di dalam larutan hipotonis, air pindah ke dalam sel dan sel membesar.
• Di dalam larutan hipertonis, air keluar dari sel dan sel mengkerut

Page 21. Tekanan osmotic


• Kita mengukur kemampuan larutan untuk menyebabkan osmosis akibat adanya tekanan osmotic,
yang dinyatakan dalam mmHg, satuan tekanan.
• Secara teknis definisi tekanan osmotik adalah tekanan eksternal yang berada pada bagian atas
cairan untuk mencegah terjadinya osmosis. Untuk tujuan diskusi ini kita perlu mengingat semakin
besar jumlah zat terlarut dalam suatu larutan semakin besar tekanan osmotiknya.

Page 22. Osmosis dan cairan intravena


• Ada pasien yang siap menerima cairan intra vena. Normalnya pasien diberi cairan intra vena yang
isotonis. Pada pasien ini cairan intravena hipotonis dan hipertonis merupakan kontraindikasi. Mari
kita lihat apa yang terjadi pada sel darah jika pasien tersebut diberi cairan intravena.
• Jika kita letakkan sel darah di dalam cairan isotonis, apa yang terjadi?
____ sel mengkerut
____ sel membesar
____ volume sel tetap
• Volume akan tetap konstan karena konsentrasi zat terlarut sama pada kedua sisi membrane
• Jika kita letakkan sel darah di dalam cairan hipertonis, apa yang terjadi?
____ sel mengkerut
____ sel membesar
____ volume sel tetap
• Sel akan mengkerut. Akan ada perpindahan air keluar dari sel da menyebabkan sel mengkerut. Ini
sebabnya kenapa cairan iv hipertonis digunakan pada situasi klinis tertentu.
• Jika kita letakkan sel darah di dalam cairan hipotonis, apa yang terjadi?
____ sel mengkerut
____ sel membesar
____ volume sel tetap

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Sel akan membesar. Jika terlalu banyak air memasuki sel, sel dapat hemolisis atau pecah. Ini
sebabnya kenapa larutan iv hipotonis hanya digunakan pada situasi klinis tertentu.

Page 23. Kesimpulan


• Cairan tubuh terdiri dari air dan semua zat terlarut didalamnya.
• Cairan di dalam tubuh berada dalam tiga kompartemen utama: intrasel, plasma dan interstisial.
Interstisial dan plasma bagian dari cairan ekstrasel.
• Di dalam larutan, muatan positif dan negative harus seimbang.
• Konsentrasi ion terlarut atau elektrolit di intrasel berbeda dibandingkan ekstrasel.
• Kedua air dan elektrolit mempunyai fungsi yang penting dalam tubuh
• Osmosis adalah perpindahan air melewati membrane dari sisi banyak air ke sisi sedikit air.

Paraf Dosen Penilaian

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI


BLOK BASIC BIOLOGY OF SCIENCES (BBS)
BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
USU

Penulis :

dr. Tri Widyawati, M.Si,


Ph.D dr. Siti Syarifah,
M.Biomed Prof.dr.Aznan
Lelo, Ph.D, Sp.FK
Dr.rer.medic,dr.M.Ichwan,
M.Sc dr.Sake Juli Martina,
Sp.FK Dr.dr.Yunita Sari
Pane, M.Si dr.Zulkarnain
Rangkuti, M.Si
Drs.Admarjas, Apt.,M.c

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN TERAPEUTIK FAKULTAS


KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN, 2020

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan karunia-Nya,
penulisan dan penyusunan modul penuntun praktikum Dept. Farmakologi & Terapeutik FK USU
yang diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Blok Basic Biology of Sciences
(BBS) dapat diselesaikan dengan baik.

Ilmu Farmakologi merupakan suatu ilmu dasar yang mempelajari tentang obat yang harus
dikuasai oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran. Modul penuntun praktikum ini terdiri dari berbagai
praktikum yang dilakukan di Laboratorium Departemen Farmakologi FK USU dengan topik-topik
farmakologi terkini yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia ( SKDI)
Tahun 2012 yang diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam
melakukan keterampilan laboratorium. Dengan adanya modul penuntun praktikum ini, diharapkan
dapat menjadi panduan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk dapat melakukan berbagai
prosedur praktikum dengan baik dan benar.

Penyusun masih menyadari bahwa penulisan dan penyusunan modul penuntun praktikum
ini masih dijumpai kekurangan, oleh karenanya diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak.

Medan, Oktober 2020


Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik

dr. Tri Widyawati, M.Si, Ph.D

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

PERSIAPAN SEBELUM PRAKTIKUM

1. Wajib mengenakan busana dan baju praktikum sesuai dengan peraturan Fakultas
Kedokteran USU dan tidak mengenakan busana yang tidak diperbolehkan, diantaranya
baju berbahan kaos dan jins, celana/rok yang berbahan kaos/jeans, baju/celana ketat, rok
di atas lutut (bagi mahasiswi).
2. Mengenakan jas laboratorium dan badge nama dengan rapi.
3. Membaca buku panduan praktikum sebelum praktikum dimulai.
4. Membawa minimal satu buku teks Farmakologi /ISO/MIMS/IIMS/FORNAS/DOEN
5. Hanya diperbolehkan terlambat memasuki ruang praktikum maksimal 15 menit setelah
waktu praktikum dimulai. Bila mahasiswa terlambat datang melebihi 15 menit, dianggap
tidak mengikuti praktikum.
6. Ketua kelas segera melapor kepada bagian administrasi Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK USU dan kordinator praktikum apabila dosen pembimbing praktikum
belum hadir hingga menit ke-15.
7. Memperhatikan dan mendata kebutuhan praktikum sesuai topik yang akan dikerjakan.

SAAT PRAKTIKUM
8. Mengerjakan prosedur kegiatan praktikum sesuai buku panduan dengan tertib dan rapi.
9. Memelihara kebersihan ruang praktikum.
10. Melaporkan kepada laboran apabila ada alat untuk kegiatan praktikum yang tidak
berfungsi/rusak/pecah.

SELESAI PRAKTIKUM
11. Mengumpulkan lembar kerja masing-masing (per orang)
12. Membersihkan dan merapikan meja, bangku dan alat praktikum seperti semula.
13. Meninggalkan ruangan praktikum sesudah mendapat izin dari dosen, baju praktikum
dibuka di luar ruang laboratorium.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr1
PRAKTIKUM 1: DASAR-DASAR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Latar Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap fungsi
belakang suatu sistem hidup. Obat ialah zat/bahan yang digunakan untuk diagnosis dan
pengobatan dengan tujuan meringankan, menyembuhkan atau mencegah
penyakit pada manusia dan hewan.

Kegiatan praktikum farmakologi, merupakan pendukung untuk mata kuliah teori


farmakologi. Mata kuliah ini terdiri dari beberapa topik, mulai dari pengenalan hewan
uji, analisis efek farmakokinetik suatu obat dan efek farmakodinamik obat yang
meliputi efek analgetik dan antipiretik, efek anti diare, efek hipnotik dan efek toksik
yang semuanya diamati pada hewan uji.

Melalui matakuliah ini anda mampu mengamati efek-efak farmakokinetik dan


farmakodinamik obat melalui hewan uji, mengambangkan keterampilan
bereksperimen, keterampilan berpikir dan bekerja secara ilmiah, selain itu melalui
matakuliah ini anda dapat memperoleh ide-ide yang dapat dikembangkan menjadi tema
dalam menyusun suatu penelitian terkait dengan obat-obatan.

Tujuan Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar praktikum farmakologi.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan persiapan praktikum bentuk sediaan obat
2. Mahasiswa dapat menjelaskan yang perlu diketahui terkait praktikum cara
pemberian obat
3. Mahasiswa dapat menjelaskan yang perlu diketahu terkait praktikum dosis.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan yang perlu diketahui terkait praktikum
pengamatan farmakodinamik obat.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan yang perlu diketahui terkait praktikum pada
hewan coba

Bahan Bahan:
dan Alat -Video pembelajaran

Alat:
-Laptop
-LCD
Prosedur 1. Pelaksanaan
Praktikum Pembimbing menjelaskan latar belakang dan materi praktikum
Kurikulum 2020

Diskusi kelompok terkait isi materi

2. Pengamatan
Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
Mahasiwa merangkum hasil diskusi
3. Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy. Laporan dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.
Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr2 PRAKTIKUM 2:

BENTUK SEDIAAN OBAT

Latar Kegagalan terapi dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam memilih bentuk
belakang sediaan obat yang sesuai dengan kondisi klinis penderita dan farmakokinetik
obat yang diresepkan. Contoh: obat dengan kandungan yang sama (misalnya
kanamycin):
1= tersedia dalam bentuk sediaan injeksi yang akan diberikan per-oral.
2= sediaan tetes kuping akan digunakan sebagai obat tetes mata
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai bentuk sediaan obat.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai bentuk sediaan obat menurut
kepadatannya.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai bentuk sediaan obat menurut
penggunaannya.
3. Mahasiswa dapat mengkaji perbedaan kecepatan melarut obat
berdasarkan bentuk sediaan.

Teori Bentuk sediaan obat dapat dibagi menurut kepadatannya dan menurut
penggunaannya. Pembagian berbagai bentuk sediaan obat menurut
kepadatannya dapat dibagi menjadi bentuk padat, setengah padat, cair,cair yang
mudah menguap
1. Padat
Bentuk Contoh bentuk sediaan Keterangan
sediaan
Padat
1.Pulvis Puyer Cap 16 Bintang Bentuk bubuk tunggal
Toejoe,
isinya
Asetosal,Parasetamol dan
Caffein
2.Pulveres Bubuk terbagi-bagi: racikan
beberapa bahan aktif dan
dibagi-bagi atas beberapa
bungkus
3.Pil Pil Kalium Iodida (Kimia Bentuknya bulat-bulat kecil
Farma)
4.Padat yang Inhaler Vicks Bahan aktif yang mudah
menguap menguap (camphor,
menthol) dihisap melalui
Kurikulum 2020

hidung dari bentuk sediaan


padat
5. Tablet :
a. Tablet biasa a.Tablet a.Parasetamol merupakan
Parasetamol,isinya nama generik.
Parasetamol.

b. Tablet salut b.Tablet b. Melindungi terhadap


gula (dragee ) Neorobion,isinya Vit pengaruh luar,menutupi rasa
B1,Vit B6 dan B12. yang tidak enak,menutupi
bau yang tidak enak dan
supaya tablet kelihatan lebih
menarik
c. Tablet salut c. Tablet Ponstan salut c. Zat berkhasiat terurai oleh
Film film,isinya asam asam lambung,zat
mefenamat berkhasiat mengiritasi
mukosa lambung

d. Tablet salut d. Dulcolax tablet salut tablet tidak boleh pecah di


enterik enteric, isinya Bisacodil lambung tapi harus pecah di
usus

6.Kaplet Kaplet Combantrin,isinya Tablet berbentuk kapsul


Pirantel pamoat
7. Kapsul :
a. Kapsul keras a.Kapsul Amoxicylin a.Untuk umur 6 tahun
b. Kapsul lunak b.Kapsul Scot Emulsion, keatas
isinya Vit A dan Vit D b. Untuk umur mulai 2
dalam minyak ikan. tahun.

2. Setengah padat
Bentuk Sediaan Contoh Bentuk Sediaan Keterangan
a.Pasta a.Pasta lasari,isinya asam salisilat,seng Obat standart
oksida.
b.Salep (Unguenta) b.Salep Kenakomb,isinya Triamcinolone Obat nama
acetonide,Neomycin,Gramicidin,Nystatin dagang
c.Cream
c. Cream Betason-N,isinya Obat nama
d.Linimenta Betametason,Neomicyn dagang
(obat gosok) Liniment Methoneurin,isinya
Monosaliycylic Glycoester,Nicotinic Obat nama
e.Jelly Acid Benzyl-Amol Methyester dagang
(Gelatinous) e. Jelly Bioplacenton,isinya Placenta Obat nama
extrac,Neomycin sulfate dagang
Kurikulum 2020

3. Cair
Bentuk Sediaan Contoh Bentuk Sediaan Keterangan
a.Solutiones (larutan) a.Potio nigra contra Obat standart
tussim (obat batuk hitam)
b.Suspensiones
(Suspensi) :
1.Suspensi Basah 1.Mylanta Obat nama dagang
2.Supensi Kering 2.Kenthrosin Obat nama dagang
c.Sirup (sirup):
1.Sirup Basah 1. Sirup Codipront Obat nama dagang
2.Sirup Kering 2. Kalthrocin Obat nama dagang

d.Emulsa (emulsi) Olei Jecoris Aselli Obat standart


compositus (Scotts
Emulsion)
e.Elixira (eliksir) Batugin Obat nama dagang

4. Cair yang mudah menguap

Bentuk Sediaan Contoh Bentuk Keterangan


Sediaan
a.Aerosol a.Alupent Oxyprenalin dalam bentuk cair
yang kalau diberi tekanan
dia akan menguap
b.Anestesi local b.Chlorethyl Sediaan anestesi lokal yang
apabila diberi tekanan akan
menyemprot keluar sebagai gas

Menurut penggunaannya

Rute Pemberian Bentuk Sediaan Obat (BSO) Tujuan


Pemberian
1. Per oral 1. Pulvis, pulveres, tablet, kaplet, kapsul, 1. Sistemik
solution, liquid, sirup, suspensi, emulsi,
tetes.
2. Bukal / 2. Tablet 2. Sistemik
sublingual 3.Lokal
3.Mukosa mulut 3. Collutoria(obat cuci mulut/ collutorium/
dan tenggorokan collutio oris), gargarisma (gargle = obat
kumur), trochisi(lozenges = tablet hisap) 4. Sistemik
4. Parenteral 4.Larutan,emulsi,suspensi
(injectionem) 5. Lokal /
5. Rectum 5.Suppositoria,enema,clisma sistemik
6.Vaginal 6.Ovula,tablet,salep,cream,solutio 6.Lokal
7.Oral inhalasi 7.Aerosol 7.Lokal
Kurikulum 2020

8. Intra ocular 8.Guttae ophtalmicae(tetes mata),oculenta 8. Lokal


(salap mata),collyrium(cuci mata)
9. Intra aural 9.Guttae auriculares(tetes telinga)
10.Intra nasal 10.Guttae nasales (tetes hidung),nasal 9. Lokal
spray 10.Lokal
11.Topikal 11.Salep,pasta,cream,liniment,jelly,epitema
12.Intra dermal 12.Plaster 11.Lokal
13.Implantasi 13.Pellet,susuk 12.Lokal /
sistemik
13.Lokal/sist
emik

Bahan Bahan: 1. Tablet biasa


dan Alat 2. Tablet salut enterik
3. Tablet effervescent
4. Kapsul
5. Larutan asam (HCl pH 3,0)
6. Larutan netral (H2O pH 7,0)
7. Larutan alkali (NaHCO3 pH 8,0)

Alat: 1. Kertas PH
2. Gelas Ukur
3. Bejana erlenmeyer

Prosedur 1. Pelaksanaan
Praktikum Langkah kerja untuk praktikum adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 3 buah bejana gelas. Beri label masing-masing dan isi dengan cairan
dengan ph netral, asam, dan basa
2. Masukkan setiap obat dalam bentuk tablet biasa, tablet salut enterik, tablet
effervescent dan kapsul ke dalam masing-masing bejana, dimulai dari obat
dalam bentuk tablet biasa.
3. Amati dan catat waktu yang diperlukan (menit) untuk terjadinya awal
pecahnya obat (disintegrasi) obat dan waktu sehingga obat terlarut
seluruhnya (disolusi)
Bersihkan bejana, ulangi percobaan dengan menguji tablet salut enterik.
Amati juga bagaimana kelarutannya.
2. Pengamatan
Tiap praktikan mengamati kecepatan kelarutan dari bentuk sediaan:
a. tablet biasa
b. tablet salut enterik
c. Tablet effervescent
d. Kapsul
Kurikulum 2020

pada berbagai jenis larutan seperti yang ada di saluran


cerna:

1. larutan asam (HCl pH 3,0)


2. larutan netral (H2O pH 7,0)
3. larutan alkali (NaHCO3 pH 8,0)
Catat waktu (dalam menit) saat obat
tersebut:

3. Pelaporan:

Laporan 1: Lembar Kerja per orang dikumpul selesai praktikum setelah diparaf
asisten praktikum dan tanda tangan pembimbing praktikum.

Laporan 2: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Cover CD warna merah dengan format yang telah
ditetapkan. Laporan 2 dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum
Kurikulum 2020
LAPORAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 2 : BENTUK SEDIAAN OBAT
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
No. Nama Obat Larutan HCL Larutan NaHCO3 Larutan H20
Disintegrasi Dissolusi Disintegrasi Dissolusi Disintegrasi Dissolusi
1.
2.
3.
4.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Pertanyaan:
1. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan HCL?.................................................................................
2. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan HCL?........................................................................................
3. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan NaHCO3?...........................................................................
4. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan NaHCO3?..................................................................................
5. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan H20?....................................................................................
6. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan H20?.........................................................................................
7. Tuliskan kesimpulan anda pada praktikum ini!
Kesimpulan:………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………
Asisten Praktikum Pembimbing Praktikum
(…………………..) (………………………)
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr3

PRAKTIKUM 3 : CARA PEMBERIAN OBAT SECARA ENTERAL

Latar Cara atau rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat serta bentuk sediaan obat sehingga dapat menghasilkan efek terapi
belakang
yang tepat. Terdapat 2 cara pemberian obat yang utama, yaitu enteral dan parenteral.
Masing-masing menghasilkan besar bioavailabilitas yang berbeda.

Tujuan Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa dapat menjelaskan tentang cara pembagian obat enteral
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian cara pemberian obat secara enteral
2. Mahasiswa dapat menjelaskan kebaikan dan kelemahan cara pemberian obat
secara enteral
3. Mahasiswa dapat mempraktekkan cara pemberian obat secara enteral dengan
benar

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Teori

Pengertian
Pemberian obat secara enteral adalah pemberian obat melalui saluran cerna
(gastrointestinal) mulai dari cavum oris (mulut) sampai rektum.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

1. Pemberian Obat Per Oral


Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai. Berbagai
bentuk sediaan obat yang dapat diberikan secara oral baik diantaranya tablet, sirup,
kapsul atau puyer. Cara pemberian ini umumnya bersamaan denga air minum.
Cara per oral merupakan cara pemberian obat yang paling mudah, murah, aman, dan
nyaman bagi pasien. Kelemahannya, mula kerjanya lambat sehingga cara ini tidak dapat
di pakai pada keadaan gawat, mual-mual, muntah, koma, dan adanya gangguan menelan.
2. Pemberian Secara Sublingual
Pemberian obat secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan obat di bawah lidah. Air
liur akan membantu untuk menghancurkannya. Setelah hancur di bawah lidah maka
obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah, sehingga efek obat menjadi
lebih cepat.
Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Contoh obat yang
diberikan melalui cara ini yaitu obat yang diberikan pada pada pasien yang mengalami
nyeri dada akibat angina pectoris , misalnya golongan nitrat.
3. Pemberian Obat Secara Bukal
Pemberian obat secara bukal yaitu dengan meletakkan obat antara gigi dengan
selaput lendir pada pipi bagian dalam. Melalui cara ini, pasien diinformasikan untuk
membiarkan obat pada selaput lendir pipi bagian dalam sampai obat hancur dan
diabsorbsi.
Cara pemberian ini jarang dilakukan dan pada saat ini hanya jenis preparat hormone
dan enzim yang menggunakan metode ini misalnya hormone polipeptida oksitosin pada
kasus obstetric.
4. Pemberian Obat Per Rektal
Pemberian obat secara rektal adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus.
Melalui cara ini biotransformasi obat oleh hati dikurangi karena hamper 50% aliran darah
dari bagian rektum memintas sirkulasi portal. Selain itu, penghancuran obat oleh enzim
usus atau pH yang rendah di dalam lambung juga dapat dicegah.
Rute pemberian obat melalui rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah
ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk sediaan obat
untuk pemberian rektal umumnva adalah suppositoria dan ovula.

Bahan Bahan:
dan Alat 1. Obat dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, sirup, suppositoria
2. Gelas
3. Air minum

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

4. Sendok takar

Alat – alat:
• Laptop
• Slide proyektor
• Alat tulis

Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum
Persiapan:
- Pembimbing menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, teori dan bahan-alat
yang dibutuhkan
- Pembimbing menunjukkan video cara pemberian obat secara enteral
- Penugasan kepada mahasiswa membuat video cara pemberian obat secara
enteral yang benar (keuntungan, kelemahan dan hal hal yang perlu
diperhatikan)
- Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing menyiapkan presentasi
tentang cara pemberian obat secara per oral, sublingual, bukal dan per rektal
dalam bentuk power point disertai video praktek yang benar.
Pengamatan:
- Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
- Mahasiswa mempresentasikan video pembelajaran cara pemberian obat secara
enteral yang benar

Catatan:
Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy. Laporan dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr4

PRAKTIKUM 4 : CARA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL

Latar belakang Cara atau rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan
dari penggunaan obat serta bentuk sediaan obat sehingga dapat
menghasilkan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 cara pemberian obat yang
utama, yaitu enteral dan parenteral. Masing-masing menghasilkan besar
bioavailabilitas yang berbeda.

Tujuan Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa dapat menjelaskan tentang cara pembagian obat parenteral
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian cara pemberian obat
secara parenteral
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan dan teknik cara
pemberian obat secara parenteral
3. Mahasiswa dapat mempraktekkan cara pemberian obat secara
parenteral dengan benar
Teori Pengertian
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat yang
dilakukan dengan menyuntikkan obat ke jaringan tubuh atau pembuluh
darah melalui injeksi atau infus.
Cara ini digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna,
tidak stabil dalam saluran cerna, pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang
memerlukan mula kerja obat (onset of action) yang cepat.
1. Intravena (IV)
Suntikan intravena adalah cara pemberian obat dengan cara menyuntikkan obat
langsung ke pembuluh darah vena. Melalui rute ini, obat terhindar dari
pengrusakan di saluran cerna dan metabolism lintas pertama (first pass effect)
oleh hati.

Suntikan intravena memiliki resiko kontaminasi, reaksi yang tidak diinginkan


karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan dan reaksi alergi.

2. Intramuskular (IM)

Cara pemberian obat secara intramuskular artinya obat disuntikkan ke dalam


bagian otot tubuh. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa
larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berupa suspensi obat dalam
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat
sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat.

3. Subkutan

Cara pemberian obat secara subkutan artinya menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang
berada dibawah lapisan dermis. Cara ini mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-
kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya.
Misal: obat anastesi lokal yang mengandung epinefrin. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari
tempat pemberian sehingga masa kerja obat menjadi lebih lama.

3. Intradermal

Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyiapkan obat:

a. Lakukan pemeriksaan ulang.


b. Jangan membuka bungkus obat jika dosis obat belum pasti.
c. Periksa label untuk memastikan isinya sesuai.
d. Tuangkan obat pada tutupnya kemudian letakkan pada tempat obat.
e. Tuangkan obat cair tidak pada bagian labelnya. Baca jumlah obat yang
dituang.
f. Periksa tanggal kadaluarsa obat saat menyiapkannya.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Bahan dan Alat Bahan:


1. Spons
2. Akuades
3. Obat dalam bentuk sediaan injeksi
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Kassa steril

Alat – alat:
1. Spuit 1 ml, 3 ml
2. Tourniquet
Prosedur Persiapan:
Praktikum - Pembimbing menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, teori dan
bahan-alat yang dibutuhkan
- Pembimbing menunjukkan video cara pemberian obat secara
perenteral
- Penugasan kepada mahasiswa membuat video cara pemberian obat
secara parenteral yang benar
- Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing menyiapkan
presentasi tentang cara pemberian obat secara intra vena, intra
muskular, subkutan dan intradermal bentuk power point disertai video
praktek yang benar.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Injeksi Intravena

Injeksi Intramuskular
Bebaskan pakaian dari tempat penusukan
Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol
Buka tutup jarum
Regangkan kulit di tempat penusukan dengan cara: Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan
non dominan di atas tempat penusukan(hati-hati jangan sampai mengenai daerah yang telah
dibersihkan) hingga membentuk V
Regangkan ibu jari dan jari telunjuk dengan arah berlawanan, memisahkan jari sepanjang 3 inci
Cepat masukkan jarum dengan sudut 90o dengan tangan yang dominan
Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kulit untuk mendukung barrel spuit,
jari sebaiknya ditempatkan pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat barel
dengan jelas
Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan, berikan tekanan pada tempat tusukan dan ulangi. Jika
tidak ada darah, dorong plunger dengan perlahan, ajak klien berbicara*
Tarik jarum dengan sudut yang sarna saat penusukan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain (Jika kontra indikasi untuk
obat, berikan penekanan yang lambat saja)

Injeksi Subkutan
Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen. Jika kedua tempat tersebut tidak
memungkinkan pilih tempat altematif lainnya. Rotasikan tempat penusukan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pengamatan:
- Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
- Mahasiswa mempresentasikan video pembelajaran cara pemberian
obat secara parenteral yang benar
Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Laporan dikumpul paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr5

PRAKTIKUM 5 : CARA PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN COBA

Latar belakang Cara pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
mula kerja obat (onset of action). Cara pemberian obat melalui berbagai
jalur yang berbeda akan dapat menyebabkan mula kerja yang berbeda
pula. Pengetahuan mengenai cara pemberian obat yang baik dan benar
perlu diketahui mahasiswa kedokteran sebagai bagian pengobatan yang
rasional.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum: Setelah mengikuti praktikum ini,
mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan cara pemberian obat akan
menghasilkan mula kerja obat yang berbeda pula pada model hewan coba
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menentukan perbedaan frekuensi pernafasan hewan
coba pada pemberian parenteral dan enteral
2. Mahasiswa dapat menentukan denyut jantung hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral
3. Mahasiswa dapat menentukan refleks kornea pada hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral
4. Mahasiswa dapat menentukan perbedaan sensasi nyeri hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Teori Obat dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai jalan. Secara umum
ada dua jalur pemberian obat, yaitu jalur parenteral dan jalur enteral.
Jalur enteral : pemberian obat melalui saluran pencernaan, yaitu per oral,
sublingual, bukal, dan rektal. Pemberian melalui oral merupakan jalur
pemberian obat paling banyak. Keuntungan cara pemberian murah,
mudah, aman dan nyaman bagi pasien. Kerugian secara enternal
diantaranya absorpsi lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak
sadar atau tidak dapat menelan.

Jalur Parenteral : Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat


yang dilakukan selain secara enteral atau dengan menyuntikkan obat

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

tersebut ke jaringan tubuh. Yang termasuk rute parenteral diantaranya


adalah transdermal (topikal), injeksi, endotrakeal (pemberian obat ke
dalam trakea menggunakan endotrakeal tube), inhalasi dan intraperitonela.
Pemberian obat melalui jalur ini dapat menimbulkan efek sistemik atau
lokal.

Bahan dan Alat Bahan:


1. Hewan coba: marmut (Cavia guinea pig)
2. Obat :
2.1. Obat penekan SSP (Golongan Barbiturat, Pentotal ), larutan 1%
yang steril dan tidak steril.
2.2. Obat perangsang SSP (Caffein), larutan 1 % steril.

Alat – alat:
• Timbangan
• Jam
• Stetoskop
• Termometer
• Oral sonde
• Jepitan (alligator klem)
• Pinset
• Spuit 3 ml dan 1 ml
• Kapas
• Lampu pemanas
• Alkohol
• Parafinum liquidum
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap group meja
praktikum.
- Marmut I : diberikan obat secara per-oral
- Marmut II : diberikan obat secara intraperitoneal
Persiapan:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

1. Praktikan menimbang berat badan hewan coba


2. Dosis obat dihitung
Pengamatan:
1. Observasi awal (15 menit sebelum pemberian Pentotal), terdiri dari:
a. Frekwensi pernafasan per menit (melalui cuping hidung ataupun
gerakan abdomen)
b. Denyut jantung per menit (menggunakan stetoskop)
c. Aktivitas atau gerakan
d. Refleks kornea (menggunakan kapas)
e. Sensasi terhadap rasa nyeri (menggunakan aligator klem)
f. Temperatur rektal (termometer dibasahi dengan parafinum
liquidum atau gliserin)
2. Beri larutan Pentotal 1% ( dosis 50 mg/kgBB)
Marmut I : per oral
Marmut II: intraperitoneal
3. Lakukanlah observasi 6 kali dengan jarak 15 menit dan dicatat pada
lembar pengamatan.
Catatan:
1. Apabila pada percobaan didapati penurunan temperatur rektal melebihi
dari 2 (dua) derajat Celcius, segera lakukan pemanasan dengan
menggunakan lampu pemanas.
2. Apabila terjadi depresi pernafasan, segera berikan suntikan larutan
Cafein 1 % secara intraperitoneal (dosis 5 mg/kg BB)
4. Buatlah grafik yang menggambarkan hubungan frekuensi
pernafasan per menit, denyut jantung per menit dengan waktu, akibat
pemberian obat Pentotal secara per oral ataupun intraperitoneal.
Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy.. Laporan
dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 5 : CARA PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN COBA

Nama :

NIM :

Hari/ Tanggal :

Meja/Grup :

Parameter 15 menit sebelum 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit


perlakuan sesudah
perlakuan
Oral IP Oral IP Oral IP Oral IP Oral IP
Frekuensi nafas
per menit

Denyut jantung
per
Menit

Aktivitas*

Refleks
Kornea**

Sensasi
nyeri***

Temperatur
Rektal

*Isi dengan -> 3: sangat aktif, 2: aktif, 1: kurang aktif, 0: tidak ada aktivitas
**Isi dengan ->: (+): ada reflex, (-): tidak ada reflex
***Isi dengan ->: (+): ada nyeri, (-): tidak ada sensasi nyeri

Caffein diberikan pada pengamatan ke… (jika ada diisi)


BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Grafik 1. Efek Pentotal secara Per oral dan Intraperitoneal


terhadap Frekuensi Pernafasan

Grafik 2. Efek Pentotal secara Per oral dan Intraperitoneal terhadap Denyut Jantung

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Grafik 3. Efek Pentotal secara Per oral dan Intraperitoneal terhadap Suhu Tubuh

Asisten Praktikum Pembimbing Praktikum

(…………………..) (………………………..)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr6

PRAKTIKUM 6 : PERHITUNGAN DOSIS OBAT

Latar belakang Efektivitas suatu obat tergantung pada dosis dan kepekaan tubuh. Dosis obat
adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit. Pemberian dosis obat haruslah tepat karena jika
dosis terlalu rendah, maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih,
bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan kematian.

Tujuan Tujuan Instruksional Umum:


Mahasiswa mengetahui perhitungan dosis obat
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa mengetahui cara perhitungan dosis pada pre klinik
2. Mahasiswa dapat menghitung dosis berdasarkan tabel konversi
perhitungan dosis antar spesies
3. Mahasiswa dapat menghitung dosis dalam sediaan larutan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pertimbangan perhitungan dosis
pada anak, lansia, keadaan adana penyakit penyerta

Teori Dosis Obat :


Jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dlam satuan
berat, isi atau unit. Kecuali bila dinyatakan lain, yang dimaksud dengan
dosis ialah jumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien
dewasa.

Macam-macam Dosis :
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
farmakologi obat. Untuk mendapatkan efek yang diinginkan
pemberian obat tersebut harus tepat, aman dan rasional. Kriteria
sebagai berikut : tepat indikaasi, tepat penderita (pasien), tepat obat dan
BSO, tepat dosis dan perhitungan dosis, tepat cara pemberian, interval
waktu dan lamanya pemberian, waspada terhadap efek samping obat.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

1. Dosis minimal : dosis yang paling kecil yang masih memberikan

efek terapeutik.

2. Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan

tanpa efek toksis.

3. Dosis permulaan : dosis yang diberikan pada permulaan

menggunakan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah,

misalnya pemberian antibiotika.

4. Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak

kambuh lagi. Hanya untuk penyakit tertentu, misalnya asthma,

alergi, jantung dll.

5. Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal

yang paling baik.

6. Dosis toksik : penggunaan obat melebihi dosis maksimal.

7. Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian.

8. Dosis Letal 50 : artinya dosis yang membunuh 50% dari binatang

percobaan.

9. Interval waktu : masa / waktu yang diperlukan antara pemberian

suatu dosis dengan dosis berikutnya disebut juga dosage interval.

10. Regimen dose : pengaturan dosis serta jarak antar dosis untuk

terapi dengan obat, memberikan efek secara klinik,

mempertahankan konsentrasi terapeutik obat dalam tubuh.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

11. Dosis ganda : pemberian dosis tunggal, disebut juga Multiple dose

administration, yang mengakibatkan akumulasi obat dalam

tubuh, supaya MEC tercapai.

Dosis terapeutik terletak antara dosis maksimal dengan dosis minimal

Dosis orang tua / lanjut usia

Orang tua dosis obatnya dianjurkan sbb :

Umur 65 – 74 tahun : dosis lazim - 10%

Umur 75 – 84 tahun : dosis lazim - 20%

Umur diatas 85 tahun : dosis lazim - 30%

Bahan dan Alat Bahan:


1. Video pembelajaran
2. Buku teks/rujukan farmakologi, farmasi, daftar dosis

Alat – alat:
• Laptop
• LCD
• ALat tulis

Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Persiapan:
Pembimbing menyajikan materi praktikum
Pembimbing memberikan tugas perhitungan dosis
Pengamatan:
Mahasiswa mengamati dan menjawab tugas yang diberikan
Mahasiswa mempresentasikan dan mendiskusikan tugas perhitungan dosis
Catatan:
Pelaporan:
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Laporan 1: Lembar Kerja per orang dikumpul selesai praktikum setelah


diparaf asisten praktikum dan tanda tangan pembimbing praktikum
Laporan 2: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1
(satu) CD untuk tiap grup. Cover CD warna merah dengan format yang
telah ditetapkan. Laporan 2 dikumpul paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr7

PRAKTIKUM 7 : PERHITUNGAN DOSIS OBAT PADA PEDIATRIK

Latar belakang
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Tujuan Instruksional Khusus:
1.
Teori Bahan obat yang diberikan kepada anak-anak umumnya sama dengan

bahan obat yang diberikan kepada orang dewasa, hanya dosis atau

takarannya berbeda. Untuk menentukan dosis ini, dapat diperhitungkan

dari dosis orang dewasa dengan mempergunakan rumus.

Perhitungan dosis obat untuk anak-anak dapat dilakukan menurut :

1. Luas permukaan badan dari anak :

Cara ini sebetulnya paling tepat, tetapi kurang praktis.

2. Berat badan dari anak :

Clark : W / 70 x Dosis dewasa ( = berat dalam kg)

Untuk praktek sehari-hari rumus ini sering dipakai

3. Umur anak : dipakai beberapa rumus, a.l. :

a. Young : n / ½ + 12 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)

Rumus ini tidak berlaku untuk anak diatas 12 tahun.

b. Dilling : n / 20 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)

c. Cowling : n + 1 / 24 x dosis dewasa (n = umur dalam tahun)

Di Indonesia rumus ini tidak banyak dipergunakan

d. Fried : m / 150 x dosis dewasa (m = umur dalam bulan)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Rumus ini dipakai untuk bayi 1 tahun kebawah.

12
Ada beberapa golongan obat, dimana dosis untuk anak tidak dapat

diperhitungkan dari dosis orang dewasa (dengan mempergunakan

salah satu rumus yang diatas) antara lain :

1. Antibiotika dan preparat sulfa atau khemoterapeutika lainnya, ada

dosis tersendiri untuk anak-anak.

2. Anak-anak sensitif sekali :

a. Terhadap morfin dan obat bius lainnya.

b. Terhadap laxant yang kuat atau bahan yang berswifat

laxant.

Dosis obat ini harus lebih rendah daripada kalau dihitung

dengan salah satu rumus di atas

3. Sebaliknya anak-anak lebih tahan terhadap obat tidur,

seperti :

a. Phenobarbital dan barbiturat lainnya.

b. Diazepam dan derivatnya.

c. Chloralhidrat

d. Belladonna, atropin dan derivatnya.

Dosis obat ini dapat lebih tinggi daripada kalau dihitung

dengan salah satu rumus

di atas.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Untuk terapi dibuku maupun di brosur atau (leaflet) obat

sering dilampirkan daftar

obat-obatan bayi dan anak-anak, seperti :Farmakope

Indonesia

- Martindale

- Obat-obat penting

- Brosur disetiap obat yang dipasarkan menyangkut

untuk anak-anak.

Dosis Maximalis :

Dosis bahan obat yang diperhitungkan dari dosis

maksimal orang dewasa dengan menggunakan rumus

Young :

13

n / 1 + 12 x dosis maksimal (n = umur anak dalam tahun)

untuk obat yang pemakainya setiap jam dan seterusnya,

dapat dihitung interval waktunya sebagai berikut, dengan

rumus :

n / 16 + 1 (n = umur dalam tahun) à untuk mendapatkan

interval waktu pemakaian.

Angka 16 dianggap waktu bangun (24 jam – 8 jam = 16

jam

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Faktor-faktor yang mempengaruhi dosis obat :

1. Zat aktif obat.

- Sifat Fisika Kimia obat dan Toksisitas

2. Cara / rute pemberian

a. Per-oral

b. Parenteral

c. Rektal, vaginal, urethral

d. Topikal

e. Inhalasi, dll.

3. Kondisi pasien

a. Umur
b. Berat badan
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Toleransi
f. Obesitas
g. Sensitifitas

4. Patofisiologi tubuh

a. Keadaan organ tubuh

b. Efek non terapi

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Bahan dan Alat Bahan:


1. Video pembelajaran
2. Buku teks/rujukan farmakologi, farmasi, daftar dosis

Alat – alat:
1. Laptop
2. LCD
3. 3. Alat tulis
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Persiapan:
Pembimbing menyajikan materi praktikum
Pembimbing memberikan tugas perhitungan dosis pada anak Pengamatan:
Mahasiswa mengamati dan menjawab tugas yang diberikan
Mahasiswa mempresentasikan dan mendiskusikan tugas perhitungan dosis
pada anak
Catatan:
Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Laporan dikumpul paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-Ft-Pr8 PRAKTIKUM 8:

PENULISAN RESEP JADI

Latar Penulisan resep merupakan bagian penting dalam medical care. Penulisan yang
belakang baik dan benar akan menurunkan angka terjadinya kesalahan dalam pengobatan
(medication error). Salah satu pembelajaran yang harus dicapai oleh mahasiswa
dalam pembelajaran kedokteran adalah pemberian terapi yang sesuai dengan
kasus dan dapat menuliskannya dalam format resep yang benar.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar.
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep, tujuan penulisan
resep, dan jenis-jenis resep.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam penulisan
resep
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan
penulisan resep.
4. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep yang lengkap.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Teori Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,atau dokter hewan
yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang--undangan yang berlaku
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi
penderita. Menurut undang-undang, yang dibolehkan menulis resep adalah dokter
umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan
dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan
kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan resep berupa jenis obat
yang berhubungan dengan penyakit gigi, sedangkan dokter hewan pembatasan
bukan pada jenis obatnya melainkan pada penderitanya. Dokter hewan hanya
boleh menuliskan untuk keperluan hewan semata-mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker,
maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan resep yaitu kejelasan
informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh apoteker.
Berdasarkan cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula magistralis dan
officinalis. Resep formula magistralis atau dikenal juga sebagai resep racikan,
disusun sendiri oleh dokter. Pada resep formula officinalis, dokter meresepkan
obat standar sesuai buku pedoman obat.
Komponen resep yang lengkap mengandung informasi seperti di bawah ini:
1. Inscriptio: nama dokter, no.sip., alamat/tlp/hp/kota/tempat, tanggal menulis
resep.
2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya berikanlah.
3. Prescriptio/ ordonantio: yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura: tanda cara pakai, dosis pemberian, interval waktu pemberian,
sebagai keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subcriptio: tandatangan/ paraf dokter penulis resep sebagai legalitas resep
tersebut.
6. Pro: bagian ini terdiri dari nama pasien, umur dan alamat bila perlu.
Terdapat dua kaedah dalam penulisan resep di bagian Prescriptio / ordonantia
yaitu:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

1.

2. Kaedah kedua penulisan di bagian prescription

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Beberapa singkatan latin yang biasa digunakan di dalam penulisan resep, yaitu:

Singkatan Latin yang Latin Bahasa Indonesia


biasa digunakan
M.f Misce fac Buatlah
Pulv Pulvis Serbuk
Dtd Da tales dosis Sesuai dosis
Da in caps Da in capsule Masukkan dalam
kapsul
S.i.m.m Signa in manus medici Kembalikan ke tangan
dokter
S.u.e Signa usus externus Untuk pemakaian luar
Iter Iterature Bisa diulang
Garg Gargline Kumur
V esp Vespere Malam hari
S Signatura Ambil
ac Ante coenam Sebelum makan
pc Post coenam Sesudah makan
C Cochlear Sendok makan, 15 ml
cth Cochlear these Sendok teh
Bahan dan Bahan:
- Buku Rujukan/Buku Teks Farmakologi
Alat
- Formularium Nasional
- Daftar Obat Esensial Nasional
- Kasus

Alat:
-Laptop
-Lembar kerja
Prosedur Pelaksanaan: Pembimbing praktikum memberikan penjelasan dan penyajian
Praktikum kasus.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Kasus I
Seorang wanita, 25 tahun, datang dengan keluhan gigi berlubang dan demam (+).
Dokter meresepkan Amoxycillin 500 mg, Natrium diclofenac 50 mg untuk
pemberian selama 3 hari.

Kasus II
Seorang wanita, 30 tahun, datang ke dokter umum dengan keluhan demam dan
nyeri menelan. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaaan fisik, dokter
mendiagnosa pasien tersebut menderita tonsillitis dan diberikan resep sesuai di
bawah ini:

-Kapsul Clindamycin 300 mg, frek pemberian: 3-4x /hari


-Tablet paracetamol 500 mg, frek pemberian: 3-6x/hari
Diresepkan selama 5 hari, buatlah penulisan resep sesuai dengan kasus diatas

Kasus III
Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang dengan rencana operasi mulut. Dokter
gigi meresepkan obat untuk persiapan operasi yang direncanakan 3 hari lagi yaitu:

• Lidocaine 1 ampul
• Spuit 3 cc 1
• Bactidol obat kumur , kumur 2 x sehari (pagi dan malam)

Pengam
atan
Kasus I
Buatlah resep sesuai dengan kasus yang tertera selama 3 hari

Kasus II
Buatlah resep sesuai kasus di atas untuk pemakaian selama 5 hari

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Kasus III
Buatlah resep sesuai kasus di atas (resep untuk persiapan operasi)

Pelaporan:

Laporan: Laporan Kerja per grup bentuk soft copy. Laporan 2 dikumpul paling
lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 8 : PENULISAN RESEP JADI

Nama :

NIM :

Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :

Penulisan Resep Kasus 1:

Penulisan Resep Kasus 2:

Penulisan Resep Kasus 3:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-Ft-Pr9

PRAKTIKUM 9: PENULISAN RESEP RACIKAN

Latar Penulisan resep merupakan bagian penting dalam medical care. Penulisan
belakang yang baik dan benar akan menurunkan angka terjadinya kesalahan dalam
pengobatan (medication error). Salah satu pembelajaran yang harus dicapai
oleh mahasiswa dalam pembelajaran kedokteran adalah pemberian terapi yang
sesuai dengan kasus dan dapat menuliskannya dalam format resep yang benar.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar.
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep racikan dan tujuan
penulisan
Resep racikan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam
penulisan resep racikan
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen resep dan penulisan
resep racikan.
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan
penulisan resep racikan.
5. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep racikan yang baik
Teori Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,atau dokter
hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang--undangan yang
berlaku kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan
bagi penderita. Menurut undang-undang, yang dibolehkan menulis resep
adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi
dokter umum dan dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat
yang boleh diberikan kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan
resep berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi, sedangkan
dokter hewan pembatasan bukan pada jenis obatnya melainkan pada
penderitanya. Dokter hewan hanya boleh menuliskan untuk keperluan hewan
semata-mata.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker,
maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan resep yaitu kejelasan
informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh apoteker.
Berdasarkan cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula magistralis
dan officinalis. Resep formula magistralis atau dikenal juga sebagai resep
racikan, disusun sendiri oleh dokter. Pada resep formula officinalis, dokter
meresepkan obat standar sesuai buku pedoman obat.
Komponen resep yang lengkap mengandung informasi seperti di bawah ini:
1. Inscriptio: nama dokter, no.sip., alamat/tlp/hp/kota/tempat, tanggal
menulis resep.
2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya berikanlah.
3. Prescriptio/ ordonantio: yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura: tanda cara pakai, dosis pemberian, interval waktu pemberian,
sebagai keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subcriptio: tandatangan/ paraf dokter penulis resep sebagai legalitas resep
tersebut.
6. Pro: bagian ini terdiri dari nama pasien, umur dan alamat bila perlu.
Pada penulisan resep racikan, terdapat perbedaan di bagian prescription,
signature bila dibandingkan dengan penulisan resep sediaan jadi (formula
officinalis).
Contoh: Seorang dokter ingin membuat resep racikan yang terdiri atas
komposisi di bawah ini
1. Tablet amoxicillin sebanyak 125 mg
2. Tablet Paracetamol sebanyak 175 mg
Dibuat untuk dikonsumsi sebanyak 3 kali dalam sehari, selama 3 hari

Maka, penulisan resep dimulai dari bagian Invocatio dapat dibuat seperti di
bawah ini:
R/ Amoxicillin mg 125
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd no. X
S 3 dd pulv I
Atau

R/ Tab. Amoxicillin ½
Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd no.X
S 3 dd pulv I

Atau
R/ Tab. Amoxicillin ½
Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd No.X
Da in caps
S 3 dd cap I

Beberapa singkatan latin yang biasa digunakan di dalam penulisan resep


racikan yaitu:
Singkatan Latin yang Latin Bahasa Indonesia
biasa digunakan
M.f Misce fac Buatlah
Pulv Pulvis Serbuk
Dtd Da tales dosis Sesuai dosis
Da in caps Da in capsule Masukkan dalam
kapsul
Iter Iterature Bisa diulang

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Bahan dan Bahan:


- Buku Rujukan/Buku Teks Farmakologi
Alat
- Formularium Nasional
- Daftar Obat Esensial Nasional
- Kasus

Alat:
-Alat tulis
-Laptop
-Lembar kerja

Prosedur Pelaksanaan: Pembimbing praktikum memberikan penjelasan dan penyajian


Praktikum kasus.
Kasus I
Seorang anak, 2 tahun, BB: 20 kg, dibawa ibunya dengan keluhan batuk pilek
disertai demam. Dokter meresepkan obat racikan sebanyak 10 bungkus dengan
komposisi:
• Amoxycillin 225 mg
• Paracetamol 1/5tab
• Sanaflu 1/5 tab
• Pronicy 1/10 tab

Kasus II
Seorang wanita, berusia 70 tahun, BB 55 kg dibawa anaknya ke dokter umum
dengan keluhan demam dan sakit menelan. Berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, dokter berencama membuat resep racikan karena pasien
mengeluh tidak bisa menelan tablet/kapsul, dengan komposisi seperti di bawah
ini:
Tab. Amoxicillin 500 mg
Tab.Paracetamol 500 mg
Tab. Becom-C 1 tab

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pengamatan
Kasus I
Buatlah resep sesuai dengan kasus yang tertera selama 3 hari dengan frekuensi
pemberian 3 kali sehari

Kasus II
Buatlah resep sesuai kasus di atas untuk pemakaian selama 5 hari dengan
frekuensi pemberian 5 kali sehari

Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft copy. Laporan 2
dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 9 : PENULISAN RESEP RACIKAN

Nama :

NIM :

Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :

Penulisan Resep Kasus I:

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Penulisan Resep Kasus II:

Pembimbing Praktikum

(………………………….)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr10

PRAKTIKUM 10: EFEK ANTIPIRETIK DAN TERMOREGULASI PADA BINATANG


PERCOBAAN

Latar belakang Sekali suatu obat terserap dan masuk ke dalam aliran darah sitemik, obat
tersebut akan didistribusikan keseluruh tubuh, termasuk ketempat kerja obat.
Pengaturan suhu tubuh berlangsung di otak, thermo regulatory centre (TRC).
Perembesan obat ke otak dihalangi oleh sawar darah otak, sehingga ada obat
yang tidak mampu menembusnya.
Tujuan Memperlihatkan perbedaan efek farmakologi dua sediaan yang berbeda dari
kelas terapi yang sama (dalam hal ini kelas terapi analgetika antipiretika) pada
binatang percobaan yang sama akibat adanya perbedaan farmakokinetik
(distribusi masing-masing obat yang diberikan)
Materi Obat yang dapat digunakan untuk menurunkan demam umumnya berasal dari
golongan obat analgetik, maka obat penurun demam dapat disebut sebagai obat
analgetik antipiretik. Terdapat beberapa macam obat analgetik antipiretik yaitu
yang berasal dari golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang
bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin. Prostaglandin
merupakan mediator yang berperan dalam meningkatkan setting
thermoregulatory point di hipotalamas, secara indirek, prostaglandin
menyebabkan demam dengan menstimulasi pelepasan interleukin-1 (IL-1).
Obat yang termasuk dalam OAINS diantaranya adalah ibuprofen, asam
mefenamat dll. OAINS yang memiliki efek antipiretik adalah ibuprofen.
Obat golongan lain yang memiliki efek analgetik antipiretik adalah
parasetamol, obat ini diketahui memiliki mekanisme kerja pada penghambatan
prostaglandin di otak melalui penghambatan enzim siklooksigenase-3 (COX-
3) yang diketahui berada di sistem syaraf pusat (SSP)
Hewan coba Tikus putih
Bahan kimia Larutan 2.4 dinitrofenol 0.5% dosis 7 mg/kgBB
Larutan Ibuprofen 1% (7 mg/kgBB)
Larutan Paracetamol 1% (10 mg/kgBB)
Alkohol 70%
Larutan NaCl fisiologis
Ragi
Peralatan Termometer
Stopwatch
Timbangan
2 Spuit 1 ml (tuberculin test)
1 Spuit 5 ml
Pelaksanaan Mahasiswa akan menyaksikan video terkait praktikum
1. Sebelum percobaan masing-masing dari kedua tikus putih ditimbang.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

2. Dihitung dosis 2.4 dinitrofenol 0.5% (7 mg/kgBB) dan Ibuprofen 1% (7


mg/kgBB) serta parasetamol 1% ( 10 mg/kgBB) untuk masing-masing tikus
putih.
3. Bulu tikus putih pada bagian leher belakang dicukur 2 x 2 cm. Bagian yang
satu sebagai tempat penyuntikan 2.4 dinitrofenol 0.5% bagian yang lain untuk
tempat pengamatan keringat.
4. Dilakukan observasi pada kedua tikus tersebut:
A. Suhu Rektal
- diukur dengan menggunakan thermometer yang dimasukkan ke rectal sampai
batas merah dengan menggunakan thermometer dipegang pada bagian
ujungnya agar suhu badan pemeriksa tidak mempengaruhi hasil pengukuran-
pengukuran dapat dilakukan bergantian karena thermometer yang digunakan
adalah sama.
B. Tubuh berkeringat atau tidak.
-Banyaknya keringat sebanding dengan meningkatnya suhu tubuh.
-Keringat dapat diperiksa dengan menggunakan tissue atau kertas ubi dengan
diameter 1 cm. Untuk pengamatan 10 kali maka diperlukan sebanyak 10 tisssue
atau kertas ubi untuk masing-masing tikus putih.
-Salah satu sudut tissue/kertas ubi diletakkan diatas daerah tempat pengukuran
selama 10 detik. Diamati apakah tissue /kertas ubi basah atau tidak. Jika basah
dapat diketahui tingkat kebasahan keringat dengan menggunakan rumus
segitiga , lalu tempat tersebut dikeringkan.
-Pengamatan selanjutnya dilakukan dengan interval waktu -10 menit dengan
cara yang sama.
Percobaan: 1. Daerah penyuntikan pada bagian leher belakang dibersihkan dengan
alcohol 70%.
2. Tubuh hewan percobaan terlebih dahulu didemamkan dengan
penyuntikan 2.4 dinitrofenol 0.5% secara sub-kutan di daerah
penyuntikan.
3. Setiap 10 menit diadakan pengamatan terhadap suhu rectal, tubuh
berkeringat atau tidak dan dicatat.
4. Duapuluh menit setelah penyuntikan larutan 2.4 dinitrofenol 0.5%
kemudian bianatang percobaan diberi larutan ibuprofen 1% secara
oral, kelompok binatang percobaan yang lain diberikan larutan
paracetamol 1%
5. Selanjutnya setiap 10 menit dilakukan pengamatan suhu rectal, apakah
tubuh berkeringat atau tidak dan dicatat. Pengamatan ini dilakukan
selama 60 menit.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Catatan: Jika 20 menit setelah penyuntikan larutan 2.4 dinitrofenol 0.5% tidak terjadi
kenaikan temperature tubuh, maka dosis 2.4 dinitrofenol 0.5% dapat
ditambahkan 2 mg/kgBB.
Pelaporan: Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap
bentuk sediaan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan untuk
tiap pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba, seperti aturan pembuatan
makalah (lihat tata tertib praktikum)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 10 : EFEK ANTIPIRETIK DAN TERMOREGULASI

PADA BINATANG PERCOBAAN

Tanggal :
Binatang
percobaan:……………………………………………………………………………

Berat binatang percobaan:


1.………………………………………………………………………………………

2………………………………………………………………………………………

Obat yang digunakan


:1……………………………………………………………….. Dosis…………………

2……………………………………………………………….. Dosis…………………

3…………………………………………………………………Dosis………………

Nama Mahasiswa
:…………………………………………………………………………………………
Nomor meja :………………………………………
…………………………………………………
Kelompok
:…………………………………………………………………………………………

WAKTU OBAT SUHU BERKERINGAT KETERANGAN


Sebelum
pemberian 2.4
dinitrofenol
0.5%

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

0’ Pemberian 2.4
dinitrofenol
0.5% i.m
15’
30’
45’
60’
75’
90’

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

WAKTU OBAT SUHU BERKERINGAT KETERANGAN


Sebelum
pemberian 2.4
dinitrofenol
0.5%
0’ Pemberian 2.4
dinitrofenol
0.5% i.m
15’
30’
45’
60’
75’
90’

Pembimbing Praktikum

(………………………..)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

BLOK BBS-FT-Pr11

PRAKTIKUM 11: EFEK NON TERAPI KAFEIN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR

Latar belakang Kopi adalah minuman yang mengandung gugus metilxantin yakni kafein.
Kafeine memiliki beberapa mekanisme kerja yaitu bersifat merangsang jantung
(cardiac stimulation) melalui penghambatan secara kompetitif reseptor
adenosine di presynaptic noradrenergic neuron sehingga terjadi penglepasan
noradrenalin, dan ini yang menyebabkan efek stimulan dari kafein ini,
penghambatan kerja Phosphodiesterase (PDE) dan merangsang produksi NO
pada otot polos pembuluh darah. Berbagai mekanisme kerja yang dimiliki oleh
kafein tentu menyebabkan efek pada sistem kardiovaskular.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat menjelaskan efek minum
kopi yang mengandung kafein terhadap sistem kardiovaskuler.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa dapat menghitung Tekanan darah (TD) subyek yang
mendapatkan kopi berdasarkan waktu.
2. Mahasiswa dapat menghitung denyut nadi subyek yang mendapatkan
kopi berdasarkan waktu.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan hasil TD dan denyut nadi
antara subyek yang minum kopi mengandung kafein tinggi dan tidak
minum kopi mengandung kafein tinggi.
Teori Kopi merupakan minuman yang mengandung gugus methylxanhin yakni kafein.
Kafein diyakini memiliki efek terhadap sistem kardiovaskular berupa stimulasi
jantung (cardiac stimulation) dan penyempitan pembuluh darah (
vasokonstriksi) sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Saat ini,
kafein diyakini memiliki farmakodinamika bervariasi, artinya tidak terikat
hanya pada satu reseptor. Kafein dapat berikatan dengan reseptor adenosine dan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

bersifat antagonis adenosine, berikatan dengan fosfodiesterase dengan cara


menghambat enzim tersebut sehingga tidak terjadi konversi siklik AMP (cAMP)
menjadi siklik GMP (cGMP) dan bekerja menstimulasi produksi nitric oksida
(NO).
Adanya target kerja yang bervariasi pada pemberian kafein, tentu saja dapat
menimbulkan efek bervariasi terhadap sistem kardiovaskular.
Bahan dan Alat Bahan Kimia
1. Larutan kopi tinggi kafein 1 sendok teh pada 200 cc air panas
2. Larutan kopi rendah kafein (decaffeinated)

Alat :
1. Jam
2. Spigmomanometer /tensimeter raksa
3. Stetoskop
Prosedur 1. Pelaksanaan
praktikum
Praktikum akan dibuat dalam bentuk penayangan video sesuai prosedur di
bawah ini:
Praktikan yang bekerja dibagi sesuai di bawah ini
Praktikan 1 : Kopi (kandungan kafein disamarkan)
Praktikan 2 : Kopi ( kandungan kafein disamarkan)

Untuk pemilihan praktikan yang meminum kopi, dipilih berdasarkan kriteria


inklusi dan eksklusi di bawah ini
1. Kriteria inklusi: berbadan sehat, tidak menderita penyakit jantung
dan pembuluh darah
2. Kriteria eksklusi: minum obat flu yang mengandung simpatomimetik
2 jam sebelum praktikum, minum minuman bersoda 2 jam sebelum
praktikum

2. Pengamatan
Bagi praktikan yang meminum kopi melakukan prosedur seperti di bawah
ini:
• Sebelum minum kopi, tekanan darah (TD) dan Denyut Nadi (DN)
diukur 1 kali, yaitu 15 menit sebelum dilakukan percobaan
• Meminum minuman yang disediakan sebanyak 200 ml
• Setelah itu mulut dibilas dengan 50 ml air sehingga semua tertelan
• Setelah minum kopi, dilakukan pengambilan data TD dan DN kembali
setiap 15 menit selama 1 jam.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

3. Pelaporan
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft co. Laporan 2 dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan. Dalam laporan berisi
uraian farmakokinetik dan farmakodinamik kafein, penjelasan perbedaan
hasil antara praktikan yang minum kopi tinggi kafein dan minum kopi rendah
kafein berdasarkan teori/ referensi.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 11 : EFEK NON TERAPI KAFEIN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR

Nama :

NIM :

Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :

Hal Tekanan Darah Denyut nadi / menit


A. Sebelum minum .……………………mmHg ………………………
……
I 15 Menit setelah minum …………………… mmHg ………………………
……
II 30 Menit setelah minum …………………… mmHg ………………………
……
III 45 Menit setelah minum …………………… mmHg ………………………
……
IV 60 Menit setelah minum …………………… mmHg ………………………
……
V 75 Menit setelah minum …………………… mmHg ………………………
……

Pembimbing Praktikum

(………………………..)
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020

Blok BBS-FT-Pr12

PRAKTIKUM 12: INTERAKSI OBAT TIDAK TERCAMPURKAN

Latar belakang Interaksi obat tidak tercampurkan (inkompabilitas obat) merupakan suatu
kejadian obat yang tidak tercampurkan baik secara fisika maupun kimia
sehingga menimbulkan hilangnya potensi salah satu obat, meningkatnya efek
samping atau meningkatkan toksisitas obat. Inkompabilitas obat dapat terjadi
karena adanya interaksi secara farmaseutik, timbulnya reaksi fisika/kimia saat
obat dicampurkan atau timbul reaksi akibat interaksi dengan pelarut dan alat-
alat yang digunakan.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menguraikan tentang interakis obat yang tidak
tercampurkan.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi interaksi obat yang
tidak tercampurkan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kejadian interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahannya
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kriteria obat yang dapat
menghasilkan interaksi obat tidak tercampurkan
Teori Interaksi obat tidak tercampurkan (inkompabilitas obat) merupakan suatu
kejadian obat yang tidak tercampurkan baik secara fisika maupun kimia
sehingga menimbulkan hilangnya potensi salah satu obat, meningkatnya efek
samping atau meningkatkan toksisitas obat. Inkompabilitas obat dapat terjadi
karena adanya interaksi secara farmaseutik, timbulnya reaksi fisika/kimia saat
obat dicampurkan atau timbul reaksi akibat interaksi dengan pelarut dan alat-
alat yang digunakan. Berdasarkan tentang kejadian interaksi obat berdasarkan
tingkat keparahannya, interaksi obat dapat dibagi menjadi tiga yakni interaksi
mayor, minor dan moderat. Interaksi mayor adalah interaksi antara dua obat /
lebih yang dapat menyebabkan kematian, interaksi moderat adalah interaksi
antara dua obat/lebih yang dapat berakibat pada kerusakan organ (efek sedang)

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

dan interaksi minor adalah interaksi antara dua obat/lebih yang mengakibatkan
efek samping ringan.
Interaksi obat tidak tercampurkan biasanya timbul pada saat dokter meresepkan
resep racikan, resep racikan dapat dibuat dalam racikan serbuk (berasal dari
sediaan padat) dan racikan larutan (berasal dari sediaan injeksi). Inkompabilitas
obat bisa timbul pada peracikan bentuk sediaan padat dalam bentuk tablet salut
film. Salut film berfungsi untuk menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak, serta
menjaga stabilitas obat dari pengaruh kelembaban dan cahaya. Kegiatan memotong
atau menghancurkan tablet salut film dapat menurunkan stabilitas obat (Royal
Pharmaceutical Society, 2011), dalam hal ini menyebabkan ketiga obat tersebut
terpapar oleh udara dan lembab. (Gaur et al., 2014; Gracia-Vásquez et al., 2017).
Bahan dan Alat Bahan Kimia
-Tablet Neurobion
-Tablet Paracetamol
-Kapsul Clindamycin
-Tablet rifampisin

Alat :
-Lumpang
-Sendok pengaduk

Prosedur 1. Pelaksanaan
praktikum
Mahasiswa menyaksikan video tentang praktikum terkait prosedur di
bawah ini:
A. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan paracetamol, giling
hingga halus
B. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan kapsul Clindamycin,
giling hingga halus
C. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan rifampisin, giling
hingga halus.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

2. Pengamatan
Amati kejadian A dan tuliskan pengamatan anda pada laporan
Amati kejadian B dan tuliskan pengamatan anda pada laporan
Amati kejadian C dan tuliskan pengamatan anda pada laporan

3. Pelaporan
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft copy.

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

LAPORAN

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 12 : INTERAKSI OBAT TIDAK TERCAMPURKAN

Nama :

NIM :

Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :

NO Obat A Obat B Inkompabilitas (Ya/Tidak Penjelasan

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

DAFTAR PUSTAKA

1. Bertram G.Katzung Basic and Clinical Pharmacology, , Lange-McGraw Hill, 2010.


2. Golan David, E, et al, Principle of Pharmacology: The Pathophysiology Basic of drug
therapy, Lippincot Williams & Wilkins,2015.
3. Trevor AJ, Katzung BG, Katzung & Trevor Pharmacology, Examination and Board Review.
Lange-McGraw Hill, 2013.
4. Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Farmakologi dan Terapi. FK UI. 2017.
5. Jas, Admar. 2008. Perihal resep dan dosis serta latihan menulis resep, Cetakan Kedua.
Medan: USU Press
6. Gaur, P.K., Mishra,S., Gautam, R., Singh, A.P. and Yasir, M. (2014). “Film Coating
Technology: Past, Present and Future.” Journal of Pharmaceutical Sciences and
Pharmacology, 1(1), pp. 57–67.
7. Gracia-Vásquez, S.L., González-Barranco, P., Camacho-Mora, I.A., González-Santiago O.,
Vázquez-Rodríguez. S.A. (2017). “Medications That Should Not Be Crushed.” Medicina
Universitaria, 19(75), 50–63
8. Royal Pharmaceutical Society. (2011). “Pharmaceutical Issues When Crushing, Opening
or Splitting Oral Dosage Forms.”
https://www.rpharms.com/Portals/0/RPS%20document%20library/Open%20access/Su
pport/toolkit/pharmaceuticalissuesdosageforms-%282%29.pdf. diakses tanggal 20
Agustus 2019

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PENUNTUN PRAKTIKUM

BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES-1


- PARASITOLOGI -

PENYUSUN

Prof. A.A. Depari, DTM&H, SpParK


dr. Endang H. Ganie, DTM&H, SpParK
Dr. dr. Lambok Siahaan, MKT
Dra. Merina Panggabean, M.Sc
dr. Nurfida K. Arrasyid, MKes
dr. Hemma Yulfi, DAP&E, MMed.Ed
dr. Dewi Masyithah Darlan, DAP&E, MPH, SpParK
dr. Yoan Carolina Panggabean, MKT
dr. Yunilda Andriyani, MKT, SpParK
dr. Adelina H. Sinambela, MKT
dr. Irma S. Sari Siregar, MKT
dr. Sunna Vyatra Hutagalung, MS
dr. Dewi Saputri, MKT

DEPARTEMEN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Peraturan dan Tata Cara Praktikum Parasitologi

Mahasiswa yang mengikuti Praktikum Parasitologi Blok Basic Biomedical Science (BBS),
diwajibkan untuk :

1. Mematuhi tata cara berpakaian sopan sesuai peraturan di Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara.

2. Memakai baju praktikum dan atribut mengikuti peraturan yang berlaku di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Hadir tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan.

4. Membawa buku penuntun praktikum yang telah dicetak dari Praktikum I s.d. XII dan
dijilid senyawa dengan kertas jilid bewarna merah tua.

5. Menggambar setiap preparat yang dipraktikumkan dengan menggunakan pensil warna.


Tidak diperbolehkan menggambar dengan bolpoin/pulpen.

6. Meminta tanda tangan dosen pembimbing setelah selesai praktikum, dan menjadi syarat
untuk mengikuti praktikum selanjutnya.

7. Buku Penuntun Praktikum yang telah lengkap digambar dan telah ditandatangani dosen
pembimbing dari Praktikum I s.d. XII, merupakan syarat untuk mengikuti remedial
semester berikutnya bagi mahasiswa yang tidak lulus BBS-Parasitologi.

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Penuntun Praktikum Parasitologi (BBS1-PR-Pr1)

Mengenal Bentuk Nematoda pada Manusia I

1. Tujuan umum:
memilih, melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
laboratorium dan diagnostik rutin

2. Tujuan Khusus:
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum dari
interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan S. stercoralis.

3. Pelaksanaan:
a. Perhatikan petunjuk yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya
b. Gambarlah apa yang dilihat dengan pensil jangan menggunakan pulpen
c. Berikan keterangan pada bagian-bagian yang merupakan ciri khas dari masing- masing
preparat
d. Pada akhir praktikum periksakan hasil kerja saudara kepada dosen yang menjadi
pembimbing di ruangan praktikum

Keterangan Gambar
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Ascaris
Ascaris lumbricoides
A. Cacing Dewasa Gunakan Loupe
bentuk bulat panjang (silindris)
panjang:
Ø cacing jantan 15-31 cm
Ø cacing betina 20-35 cm
ekor:
Ø cacing jantan melingkar,
mempunyai spikulum
Ø cacing betina lurus runcing

B. Kepala cacing dewasa: Pembesaran 10 x 10


mempunyai 3 bibir

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

C. Telur: Pembesaran 10 x 40

v fertilized corticated
Ø bentuk : lonjong
Ø dinding : tebal terdiri atas 3 lapis;
olapisan luar albuminoid
olapisan tengah hialin
olapisan dalam lipoid isi :
sel ovum

Pembesaran 10 x 40
v fertilized decorticated
- dinding : hanya terdiri lapisan hialin
dan lipoid

v unfertilized corticated Pembesaran 10 x 40


- bentuk : lonjong, lebih panjang
- dinding : terdiri dari 2 lapis;
o lapisan luar albumin
o lapisan dalam hialin
- isi : granula albumin

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

v unfertilized decorticated Pembesaran 10 x 40


- dinding terdiri dari 1 lapis : hyaline

v infectious corticated
Perhatikan:
- Dinding : terdiri dari 3
lapisan ( albumin,
hialin, lipoid)
- Isi : larva
- Bentuk infektif

Pembesaran 10 x 40

v infectious decorticated
Perhatikan:
- Dinding : terdiri dari 2 lapisan
(hialin dan lipoid)

- Isi : larva
- Bentuk infektif

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pembesaran 10 x 40

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Necator americanus
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Necator

A. Cacing dewasa: Pembesaran 10 x 40


- bentuk : bulat lonjong, silindris
kecil.
- Badan : melengkung membentuk
huruf S
- Panjang:: ± 1 cm
- Cacing ♀ > cacing .♂
- Ekor :
o cacing betina runcing
o cacing jantan mempunyai bursa
kopulatriks
B. Kepala Cacing Dewasa: Pembesaran 10 x 40
Mempunyai 2 pasang lempeng chitine

Ancylostoma duodenale
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Ancylostoma

A. Cacing Dewasa Menggunakan Loupe


Perhatikan:
- bentuk : silindris kecil
- badan : melengkung membentuk
huruf C
- panjang : ± 1 cm
- ekor :
o cacing betina runcing
o cacing jantan mempunyai bursa
kopultriks

B. Kepala Cacing Dewasa Pembesaran 10 x 40


mempunyai 2 pasang gigi sama besar

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

C. Telur Hookworm / cacingtambang Pembesaran 10 x 40


(N.americanus & A.duodenale)
- bentuk : lonjong
- dinding : tipis, jernih (transparan)
- isi : 4-8 sel

D. Bursa kopulatriks cacing tambang Menggunakan Loupe


(Ancylostoma duodenale & Necator
americanus)

E. Larva rhabditiform cacing tambang: Pembesaran 10 x 40

v esofagus : ⅓ panjang badan


v mulut terbuka

F. Larva filariform A. duodenale : Pembesaran 10 x 40


- bentuk : halus panjang
- esofagus : ± 1/3 panjang badan
- mulut tertutup
- memiliki sarung (sheat)
- ekor lancip (runcing)

G. Larva filariform N.americanus :


- bentuk : halus panjang
- esofagus : ± 1/3 panjang badan
- mulut tertutup
- memiliki sarung (sheat)
- ekor lancip (runcing
- terdapat striae pada tubuh

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Strongyloides stercoralis
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Larva Rhabditiform:
mirip dengan larva cacing tambang

Larva Filariform:
- Ukuran : 0,5 - 0,6 mm
- Mulut tertutup
- Esofagus memanjang hingga 40% panjang
tubuh
- Tidak bersarung (unsheated)
- Ekor terbelah (forked-tail) / tumpul

Cacing dewasa :

• Bentuk free-living, terdiri dari jantan dan


betina
• Bentuk parasiter : hanya betina, p = 2 mm,
silindris

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

NAMA

NIM

GRUP PRAKTIKUM

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS-Pr.2)


Mengenal Bentuk Nematoda pada Manusia II

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus.

3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.

Keterangan Gambar
Class : Phasmidia
Ordo : Oxyurida
Famili : Oxyuridae
Genus : Oxyuris

Oxyuris (Enterobius) vermicularis


A. Cacing dewasa:
v Bentuk: silindris, warna putih susu
o Bulbus esofagus kelihatan
lebih jelas
v Panjang:
♀: 8-13 mm x 0,4 mm
♂: 2-5 mm
v Ekor :
panjang dan sangat runcing dan
kosong
♂: bursa kopulatriks
v Pada kepala:
alae (+) kutikulum seperti sayap

B. Telur:
v Bentuk : lonjong dan asimetrik
v Dinding telur bening dan agak lebih
tebal dari dinding telur cacing tambang

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Trichuris trichiura
Class : Phasmidia
Ordo : Spiruidia
Famili : Trichinellidae
Genus : Trichuris

A. Cacing Dewasa Menggunakan Loupe


- bentuk : seperti cambuk;
kepala < ekor
- panjang:
o cacing betina ± 5 cm
o cacing jantan ± 4 cm
- ekor:
o cacing betina ekor lurus runcing
o cacing jantan ekor melengkung,
mempunyai spikulum

B. Telur Trichuris trichiura Pembesaran 10 x 40

v fertilised
Perhatikan:
- bentuk: seperti tempayan,
mempunyai 2 knob
- warna; kuning tengguli dengan
kedua ujung jernih
- isi : sel telur (dalam tinja segar)

v infeksius
- Isi : larva

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Filum : Nematoda
Kelas : Phasmidia
Ordo : Spirurida
Famili : Acanthocheilonematidae
Genus : Wuchereria
Wuchereria bancrofti
Mikrofilaria: Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Bentuk : silindris, besarnya
260x8µm dan bersarung
• Lekuk tubuh : hafas (smooth)
• Perbandingan cephalic space: panjang =
lebar
• Susunan inti tubuh : teratur
Ujung ekor : runcing dan tidak berisi inti

Ordo : Spirurida
Famili : Acanthocheilonematidae
Genus : Brugia

Brugia malayi
Mikrofilaria : Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Bentuk :
silindris, besarnya 150-230x5µm dan
bersarung
• Lekuk tubuh : hafas (smooth)
• Perbandingan cephalic space: panjang = 2
kali lebar
• Susunan inti tubuh : kasar, tidak teratur dan
overlaping
• Ujung ekor : runcing dan berisi 2 buah inti
yang susunannya tandem

Brugia timori

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Mikrofilaria :
• Bentuk : mirip seperti Brugia malayi tetapi
lebih besar daripada Brugia malayi
• Perbandingan cephalic space: panjang = 3
kali lebar
• Ujung ekor : runcing dan berisi 2 buah inti
yang susunannya tandem

Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Onchocerca volvulus

Mikrofilaria
- Umumnya di kulit dan jaringan limfatik
jaringan ikat, pada infeksi berat bisa
dijumpai di darah, urine dan sputum
- Mikrofilaria unsheated
- Ukuran : 300-315 µm
- Ujung runcing

Dewasa
- Dijumpai di nodul jaringan subkutan
- Ukuran jantan 15-45 mm, betina 30-50
cm

]
NAMA

NIM

GRUP PRAKTIKUM

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS-Pr.3)

Mengenal Bentuk Nematoda Zoonotik

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Toxocara cani, Toxocara cati, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma
ceylanicum, Ancylostoma caninum, Capillaria philipinensis, Trichinella spiralis dan
Gnathostoma spinigerum.

3. Pelaksanaan :
a) Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b) Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c) Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d) Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.

Keterangan Gambar
Toxocara cani
Filum : Nematoda
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Ascarididae
Genus : Toxocara

Cacing dewasa: Gunakan loupe dan mikroskop


• Bentuk bulat panjang (silindris) pembesaran 10x40
• Panjang :
- Jantan : 5-8 cm
- Betina : 8-13 cm
• Kepala : cephalic alae bentuk mata
tombak
• Ekor :
- Betina : runcing
- Jantan : melengkung

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Telur (bentuk infektif) corticated infectious


• Bentuk : lonjong
• Besar : ± 75 µm
• Dinding : tebal, 3 lapis (albumin, hyalin dan lipoid).
Gelombang albumin halus dan teratur.
• Isi :
- larva (infeksius)
- ovum (fertilized)

Toxocara cati
Cacing dewasa:
• Bentuk bulat panjang (silindris)
• Panjang :
- Jantan : ± 5-8 cm
- Betina : ± 8-13 cm
• Kepala : cephalic alae bentuk mata panah
• Ekor :
- Betina : runcing
- Jantan : melengkung

Telur
Telur mirip dengan telur T. cani (sulit dibedakan)

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Ancylostomatidae
Filum : Nematoda
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
Ancylostoma braziliense
Cacing dewasa:
Mulut (bibir) : 2 (dua) pasang gigi tidak sama
besar

Ancylostoma ceylanicum

Cacing dewasa : Gunakan mikroskop pembesaran 10x40


Mulut (bibir) : 2 (dua) pasang gigi tidak sama
besar

Ancylostoma caninum
Cacing dewasa: Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
Mulut (bibir) : 3 (tiga) pasang gigi sama besar

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Trichinella spiralis
Class : Aphasmedia
Ordo : Enoplida
Famili : Trichinellidae
Genus : Trichinella

Cacing dewasa ;
o Bentuk halus seperti rambut
o Cacing betina :
§ Ukuran 2-4 mm
§ Vulva pada 1/3 anterior tubuh
§ Uterus berisi larva
o Cacing jantan :
§ Ukuran 1,5 mm
§ Terdapat 2 papil pada ekor

Larva
dalam otot yang melingkar terdapat di dalam kista.
• Perhatikan :
o Ukuran 0,8-1 mm
o Reaksi jaringan hospes sekitar dinding
kista

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Capillaria phillipinensis

Ordo : Enoplida
Family : Capillariidae
Genus : Capillaria

Cacing dewasa :

Hidup di usus halus.


Zoonotic

• Morfologi seperti T.trichiura tetapi lebih kecil.


• Cacing betina ukuran : 2,5 – 4,3 mm
• Cacing jantan ukuran : 2,3 – 3,2 mm

Telur

Berbentuk seperti kacang dengan lapisan telur


yang berlapis, dengan knob datar di kedua
ujungnya.

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gnathostoma spinigerum

Ordo : Spirurida
Family : Gnathostomatidae
Genus : Gnathostoma
Dewasa :
- Ukuran betina 11-15 mm x 1-2,5 mm;
jantan 10-25 mm x 1-2 mm
- Kepala meonjol (bulbous head) dengan
beberapa baris cuticular spines
- Tubuh ditutupi duri (spines) yang
melingkari tubuh

https://bioinfo.bisr.res.in/project/foodpath/images/helminths/Gnathostoma%20spinigerum.jpg

Telur
- Bentuk oval, dengan penonjolan di salah satu
kutub
- Ukuran 40µm x 70µm

Zoonotic nematode
Manusia : incidental host

NAMA

NIM

GRUP PRAKTIKUM

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.4)

I. Mengenal Bentuk Trematoda pada Manusia I


1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium
dan diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :

Trematoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Schistosoma japonicum, S.haematobium, dan S.mansoni serta Hospes
Perantaranya.

3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum

Gambar Keterangan
Schistosoma japonicum
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 26 mm
• Lebar : 0,3 mm
• Ovarium terletak di tengah
• Vitellaria terdapat di lateral pd ¼ bagian
posterior

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
yang melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 12-20 mm
• Lebar : 0,5-0,55 mm
• Kulit (papilla tegumental): licin/halus
• Testis : 6-8 buah (umumnya 7 buah

Telur
• Bentuk : oval hampir bulat
• Ukuran : 70-150 x 50-80 µ
• Mempunyai lateral knob
• Isi : mirasidium

Cercaria (Schistosomatidae)
• Bentuk : badan memanjang
• Ekor : bercabang dua

Schistosoma haematobium
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 20 mm
• Lebar : 0,25 mm
• Ovarium terletak di pertengahan tubuh
• Vitellaria terdapat di bagian posterior ovarium

Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
yang melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 10-15 mm
• Lebar : 0,8-1,0 mm
• Kulit (Papilla tegumental): Tuberkel kecil-kecil
• Testis : 4-5 buah

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Telur
• Bentuk : oval
• Ukuran : 112-170 µm x 40-70 µm
• Mempunyai terminal spine
• Isi : miracidium

Schistosoma mansoni
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing Dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 20 mm
• Lebar : 0,25 mm
• Ovarium terletak di pertengahan anterior
tubuh
• Vitellaria terdapat di bagian posterior ovarium

Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 10-15 mm
• Lebar : 0,8-1,0 mm
• Kulit (Papilla tegumental): Tuberkel besar-
besar dengan duri-duri
• Testis : 6-9 buah

Telur
• Bentuk : oval
• Ukuran : 114-175 µm x 45-70 µm
• Memiliki lateral spine
• Isi : miracidium

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambarkan dan tuliskanlah Hospes Perantara dari Trematoda di atas.

Gambar dan nama Hospes Perantara Nama Trematoda

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

NAMA

NIM

GRUP PRAKTIKUM

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.5)

Mengenal Bentuk Trematoda pada Manusia II


1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium
dan diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :

Trematoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Fasciolopsis buski, Fasciola hepatica, F.gigantica, Opisthorchis viverrini,
Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani dan Hospes Perantaranya.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.

Fasciola hepatica

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gunakan kaca pembesar (Loupe) Cacing dewasa


• Bentuk pipih seperti daun, agak melebar dgn
bahu yang jelas karena tonjolan chepalic cone
yang menyolok. Bagian posterior mengecil
secara curam.
• Warna : coklat seperti daging hati
• Ukuran : panjang 20 - 30 mm, lebar 3 -13
mm
• Kutikula : licin/ tidak berduri
• Sucker : 2 buah, oral dan ventral letaknya
berdekatan dan sama besar.
• Organ pencernaan : sepasang caecum yang
bercabang sampai posterior
• Organ reproduksi : hermaprodit.
• Testis : 2 buah bercabang banyak memenuhi
½ badan hingga posterior dengan susunan
tandem
• Ovarium: berlobus, letak di lateral pada
bagian bawah.
• Uterus: pendek,bergulung (coiled)
• Vitellaria: bercabang-cabang, rata, penuhi di
lateral kiri-kanan dari bahu sampai ujung
posterior.

Fasciola gigantica

Gunakan kaca pembesar Cacing dewasa


• Mirip seperti Fasciola hepatica, tetapi lebih
panjang dan ramping
• Sucker : 2 buah, oral dan ventral. Ventral
sucker lebih besar dari oral sucker.
• Caecum bercabang-cabang
• Organ reproduksi : hermaprodit.
• Testis : 2 buah, bercabang-cabang, dan
bersusun tandem
• Ovarium: berlobus
• Vitellaria : bercabang-cabang, rata, penuhi di
lateral kiri-kanan dari bahu sampai ujung
posterior.

Fasciolopsis buski

Gunakan kaca pembesar Cacing dewasa

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

• Trematoda usus yang terbesar


• Tidak memiliki cephalic cone
• Ventral sucker 4-6x lebih besar dari oral
sucker
• Ukuran : panjang 20-75 mm, lebar 20 mm
• Caecum tidak bercabang
• Organ reproduksi : hermaprodit.
• Testis : 2 buah dan bercabang di setengah
posterior tubuh
• Ovarium: berlobus yang terletak di bagian
anterior testis (di pertengahan tubuh)
• Uterus: pendek
• Vitellaria memenuhi lateral kiri dan kanan
tubuh

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gunakan kaca pembesar Telur (Fasciolidae)


• Bentuk : oval dan punya operculum
• Ukuran : 130-150 x 63-90 µ
• Kulit : tipis dan licin
• Isi : sel ovum dan yolk cell

Redia (Fasciolidae)
• Bentuk seperti sandsack
• Mempunyai mulut
• Isi : cercaria

Cercaria (Fasciolidae)
• Bentuk : badan agak bulat
• Ekor : sederhana

Metacercaria (Fasciolidae)
• Bentuk : bulat
• Dinding : tebal berlapis dua

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Clonorchis sinensis

Gunakan mikroskop pembesaran 10x4 • Oral sucker sedikit lebih besar dari ventral
sucker
• Panjang 8-25 mm, lebar 1,5-5 mm
• Permukaan tubuh sedikit kasar.
• Hermaphrodite
• Testis : 2 buah dan bercabang yang terletak
di posterior tubuh dan bersusun tandem
• Ovarium berukuran cukup kecil berlobus
• Vitellaria terletak memenuhi 1/3 lateral
(bagian tengah) kiri dan kanan

Opisthorchis viverrini

Gunakan mikroskop pembesaran 10x4 • Oral sucker sedikit lebih besar dari ventral
sucker
• Panjang 8-25 mm, lebar 1,5-5 mm
• Hermaphrodite
• Testis : 2 buah dan berlobus yang tersusun
tandem serong di bagian posterior.
• Ovarium berlobus
• Vitellaria terletak memenuhi 1/3 lateral
(bagian tengah) kiri dan kanan

Gunakan mikroskop pembesaran 10x40


Telur Opisthorchiidae
Telur C. sinensis mirip dengan O. viverrini
• Ukuran 16µm x 29µm
• Mempunyai operkulum
• Terdapat benjolan pada kutub yang
berlawanan dengan operkulum
• Isi : miracidium

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Paragonimus westermani

Gunakan mikroskop pembesaran 10x4 Dewasa

• Berbentuk seperti biji kopi, dan berkulit tebal


(3,5- 5mm)
• Permukaan tubuhnya terdapat duri-duri kecil
• Oral sucker dan ventral sucker sama besar
• Panjang 7,5-12 mm dan lebar 4-6 mm
• Hermaphrodite
• Testis : 2 buah, berbentuk lobus yang terletak
berhadapan
• Ovarium berlobus, terletak berhadapan
dengan uterus yang tersusun bergulung
• Vitellaria memenuhi lateral kiri dan kanan
tubuh.

Telur

• Mempunyai operkulum
• Dinding tidak sama tebal
• Isi : ovum

Gunakan mikroskop pembesaran 10x40

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambarkan dan Tuliskanlah Nama Hospes Perantara dari masing-masing Trematoda di atas

Hospes Perantara I Hospes Perantara II Parasit

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Hospes Perantara I Hospes Perantara II Parasit

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

NAMA

NIM

GRUP PRAKTIKUM

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.6)

Mengenal Bentuk Cestoda pada Manusia I


1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium
dan diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :

Cestoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Taenia saginta, Taenia solium, dan Echinococcus granulosus.

3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Filum : Plathyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidae
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Taenia saginata
Cacing dewasa
Scolex (Kepala) :
• Bentuk Pyriform
• Ukuran
• Empat buah batil isap yang menonjol

Strobila (Badan) : Immature Proglotid


Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya

Strobila (Badan) : Mature Proglotid


• Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya)
• Genital pore, jumlah dan letak dalam satu
segmen serta susunannya pada segmen
berikutnya

Strobila (Badan) : Gravid Propglotid


• Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya)
• Genital pore, jumlah dan letak dalam satu
segmen serta susunannya pada segmen
berikutnya
• Jumlah percabangan uterus pada tiap
segmen

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Larva (Cysticercus bovis)


• Bentuk seperti gelembung (capsule) dan
berisi cairan
• Leher dan scolex yang keluar dari
gelembung (evaginasi)
• Leher dan scolex yang masih di dalam
gelembung (invaginasi)
• Bentuk scolex pyriform dan mempunyai
empat buah batil isap yang menonjol

Telur
• Bentuk telur bulat
• Warna kuning coklat
• Dinding yang tebal dan bergaris-garis
radier
• Ada tidaknya hexacanth embrio di dalam
telur

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Taenia solium
Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Bentuk pyriform
• Ukuran
• Empat buah batil isap
• Rostellum agak mendatar dan dua baris kait-
kait

Strobila (Badan) : Immature Proglotid


• Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya)

Strobila (Badan) : Mature Proglotid


• Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya)
• Genital pore, jumlah dan letak dalam satu
segmen serta susunannya pada segmen
berikutnya

Strobila (Badan) : Gravid Proglotid


• Proporsi panjang dan lebar segmennya
(bandingkan dengan proglotid lainnya)
• Genital pore, jumlah dan letak dalam satu
segmen serta susunannya pada segmen
berikutnya
• Jumlah percabangan uterus pada tiap
segmen

Larva (Cysticercus cellulosae)


• Bentuk seperti gelembung (capsule) dan
berisi cairan
• Leher dan scolex yang keluar dari
gelembung (evaginasi)
• Leher dan scolex yang masih di dalam
gelembung (invaginasi)
• Bentuk scolex pyriform dan mempunyai
empat buah batil isap, rostelllum yang
mendatar dan dua baris kait-kait

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Telur
• Bentuk telur bulat
• Warna kuning coklat
• Dinding yang tebal dan bergaris-garis radier
• Ada tidaknya hexacanth embryo di dalam
telur

Echinococcus granulosus
Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Ukuran 2-7 mm
• Bentuk bulat
• Empat buah batil isap yang menonjol
• Rostellum yang menonjol dan dua baris kait-
kait

Strobila terdiri dari 3 segmen yaitu immature,


mature, dan gravid, yang masing-masing
hanya 1 proglotid.

Larva (Kista Hydatid)


• Bentuk bulat seperti gelembung
• Ada tiga lapisan dinding larva :
luar (lipoid layer), tengah (cuticular layer) dan
dalam (germinal layer)
• Isi : cairan, brood capsule, hydatid sand,
protoscolex

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.7)

Mengenal Bentuk Cestoda pada Manusia II

1. Tujuan umum :

melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium
dan diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :

Cestoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan Diphyllobotrium sp.

3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Gambar Keterangan
Filum : Plathyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidae

Family : Hymenolepididae

Genus : Hymenolepis

Hymenolepis nana

Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Ukuran 15-40 mm x 1 mm
• Empat buah batil isap yang menonjol
• Rostellum pendek dan refraktil
• Satu baris kait-kait

Strobila terdiri dari proglotid immature,


mature, dan gravid.

Proglotid matur mempunyai genital pore di


lateral, dan letaknya sama pada segmen
berikutnya.

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Scolex dengan 4 buah batil isap dan


rostellum yang menonjol.

Telur
• Ukuran 30x50 µm
• Bentuk telur oval
• Warna putih bening
• Pada dinding dalam terdapat 2 polar
dengan 4-6 filamen
• Oncosphere memiliki 6 kait-kait
(hexacanth embryo)

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Hymenolepis diminuta
Dewasa :
- Ukuran : panjang 30-60 cm, lebar 0,3-0,5cm
- Scolex :
• Tanpa rostellum dan kait-kait
• Batil isap tidak ada

Proglotid matur berbentuk seperti trapezium, genital


pore di lateral tiap segmen (unilateral)

Telur
• Ukuran 70-87 µm x 50-60 µm
• Dinding luar tebal
• Dinding dalam terdapat penebalan (polar)
tanpa filament
• Terdapat hexacanth embryo

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Diphyllobothrium sp.

Dewasa:
- Ukuran bisa mencapai 9 m
- Scolex : memanjang, terdapat
alur/potongan memanjang disebut bothria
sebagai pengganti batil isap.
- Strobila : terdiri dari proglotid immature,
mature, dan gravid.
- Pada proglotod matur terdapat genital
pore di bagian tengah proglotid

Telur :
- Ukuran : 58-76 µm x 40-51 µm
- Bentuk ovoid
- Terdapat operkulum di ujung yang satu,
dan knob kecil di ujung lainnya

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.8)

Mengenal Bentuk Protozoa pada Manusia I

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Entamoeba histolytica, E. coli, E. gingivalis, Endolimax nana,
Iodamoeba butschlii, Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora
cayetanensis, dan Blastocystis hominis.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum
Gambar Keterangan
AMOEBA
Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Entamoebidae
Genus : Entamoeba
Entamoeba histolytica
Trofozoit
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 • Ukuran : 10-60 µm
• Bentuk : amoeboid, memiliki
pseudopodia yang lebar
• Sitoplasma : bergranular dan
mengandung eritrosit
• Inti : 1 buah, karyosom padat, kromatin
tersebar di pinggir inti

Kista
• Ukuran : 10-20 µm
• Bentuk : memadat mendekati bulat
• Sitoplasma : tidak dijumpai lagi eritrosit
• Kista matang (cyst) : memiliki 4 buah inti
entamoeba
• Pre-cyst : chromatoidal bodies (+), mirip
dengan bentuk trofozoit E. coli

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Entamoeba coli

Trofozoit
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Ukuran : ± 15-50 µm
• Bentuk : amoeboid, memiliki
pseudopodia
• Sitoplasma : terdapat vakuola, tanpa eritrosit
• Inti : 1 buah, karyosom sentral, kromatin
mengelilingi pinggirannya

Kista
• Ukuran : ± 10-35 µm
• Bentuk : membulat
• Sitoplasma : dijumpai chromatoidal
bodies seperti jarum
• Inti : berjumlah 8 – 16

Entamoeba gingivalis
Trofozoit
• Ukuran : 10-20 µm
• Bentuk amoeboid dan transparan, dengan
pseudopodia yang tumpul.

Kista tidak dibentuk.

https://www.researchgate.net/profile/Mark_Bonner2/publication/273419265/figure/fig4/AS:294949460430848@1
447332839047/E-gingivalis-in-intimate-contact-with-large-bacterial-filaments-forming-palisade.png

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Endolimax nana

Trofozoit

• Ukuran 6-10 µm
• Pseudopodia pendek dan tumpul
dan bergerak sangat lambat.
• Inti memiliki karyosome besar dan
lapisan tipis granula kromatin
• Vakuola glikogen yang besar

Kista

Mirip dengan kista E.coli atau E.histolytica


dengan 4 inti

https://i.pinimg.com/originals/1c/b5/61/1cb561874de42f6bdb7744346172e941.jpg

Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Entamoebidae
Genus : Iodamoeba
Iodamoeba butschlii

Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit


• Ukuran : ± 8-20 µm
• Bentuk : memiliki pseudopodia yang kurang
lebar
• Sitoplasma : memiliki banyak vakuola
• Inti : 1 buah inti iodamoeba, karyosom sentral
yang besar, granula kromatin menyebar dari
karyosom (basket nucleus)

Kista
v Ukuran : ± 5-20 µm
v Bentuk : bulat
v Sitoplasma : dijumpai vakuola glikogen yang
besar (dengan pewarnaan iodin akan
bewarna coklat kemerahan), tanpa
chromatoidal bodies
v Inti : 1 buah inti iodamoeba

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Ordo : Eucoccidiorida

Famili : Cryptosporridae

Genus: Cryptosporidium

Cryptosporidium parvum

Stadium diagnostik: sporulated oocyst


dari feses atau sputum.
Ookista :
• Ukuran 4-5µm
• Granula gelap
• Vakuola besar

Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Eimiriidae
Isospora belli
Stadium diagnostik: unsporulated
(immature) oocyst dari feses.
• Bentuk oval
• Dinding tipis
• Isi: sporoblast

Cyclospora cayetanensis
Ookista :
- Ukuran 8-10 µm
- Ookista matang mengandung 2
sporokista berukuran sekitar 4 µm

https://media.springernature.com/lw685/springer-static/image/art%3A10.1186%2Fs13071-015-
1026-8/MediaObjects/13071_2015_1026_Fig1_HTML.gif

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Blastocystis hominis

• Bentuk cyst-like
• Ukuran 5-10 µm
• Vakuola dikelilingi oleh lingkaran tipis
sitoplasma dengan inti yang bisa
mencapai 6 buah inti sel.

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.9)

Mengenal Bentuk Protozoa pada Manusia II

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Balantidium coli, Giardia lamblia, Trichomonas vaginalis, Chilomastix
mesnili, Microsporidia, dan Pneumocytis carinii.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum

GAMBAR KETERANGAN
CILIATA
Class : Litostomatea
Ordo : Vestibuliferida
Familia : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Balantidium coli
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : panjang 30-100 µm, lebar 30-
80 µm
• Bentuk : oval, seluruh permukaan
tubuh diliputi cilia
• Memiliki cytostome dan cytopyge
• Sitoplasma : terdapat vakuola kontraktil
• Inti : 2 buah inti, makronukleus dan
mikronukleus

Kista
• Ukuran : 45-65 µm
• Bentuk : bulat atau elips
• Dinding 2 lapis, dan diantara dinding
terdapat cilia
• Sitoplasma : vakuola (+)
• Inti : 2 buah inti, makronukleus dan
mikronukleus

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

FLAGELATA
Class : Diplomonadea
Ordo : Diplomonadida
Familia : Hexamitidae
Genus : Giardia
Giardia lamblia
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : panjang 9-20 µm, lebar 5-15 µm
• Bentuk : pear shaped, bagian anterior lebar
(sucking disc) pada tampak samping
• Memiliki 8 buah flagella; 2 di ventral, 2 di
kaudal, dan 4 di ventral
• Terdapat axostyle dan benda parabasal
(parabasal body)
• Inti : 2 buah, terletak simetris, karyosom
sentral yang besar tanpa kromatin

Kista
• Ukuran : panjang 8-18 µm, lebar 7-10 µm
• Bentuk : oval
• Axostyle dan benda parabasal (+)
• Inti : 4 buah inti

Class : Trichomonada
Ordo : Trichomonadida
Familia : Trichomonadidae
Genus : Trichomonas
Trichomonas vaginalis

Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit


• Ukuran : panjang 7-32 µm, lebar 5-12 µm
• Memiliki 4 buah flagela di anterior, dan 1 buah
flagela yang menjuntai ke posterior
• Memiliki axostyle
• Memiliki undulating membrane yang
panjangnya ½ panjang tubuh
• Benda parabasal di dekat inti
• Inti : 1 buah inti

Tidak Memiliki Bentuk Kista

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Class : Retortamonadea
Ordo : Retortamonadida
Famili : Retortamonidae
Genus : Chilomastix
Chilosmatix mesnili
Trofozoit
- Pyriform, bagian posterior memanjang
dengan ujung yang tumpul
- Ukuran : 6-24 µm x 3-10 µm
- Memiliki 4 flagella di anterior, yang satu
berukuran lebih panjang dari lainnya.
- 1 flagella yang sangat pendek
melengkung di bagian belakang
cytostome
- Inti 1 buah yang sangat besar di bagian
anterior

Kista
- Berdinding tebal, berbentuk seperti
https://i.pinimg.com/236x/c5/77/ea/c577eacb32a4ec1b5c8c6591220a5bc7--medical-laboratory-bio.jpg
lemon
- Ukuran 6,5-10 µm

https://i.pinimg.com/originals/64/da/6d/64da6dcd3d57e74edd94e0618c0cc468.jpg

MICROSPORIDA
- Merupakan filum dari parasit yang memiliki
polar filament/tube.

- Memiliki spora dengan ukuran bervariasi


(dijadikan sebagai pembeda antar genus),
sekitar 1-20 x 1-6 µm

https://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2006/Microsporidiosis/microsporidia1_files/image004.jpg

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Pneumocystis carinii
Secara taksonomi dan karakteristik lebih
mengarah pada jamur, tetapi sensitif terhadap anti-
protozoa.

Memiliki bentuk trofozoit, prekista, dan kista.

Kista matang berbentuk bulat, memiliki mebran


kitin yang tebal, dan terdiri dari 8 ‘intracyctic
bodies’.

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.10)

Mengenal Bentuk Protozoa pada Manusia III

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum dari
interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Acanthamoeba sp., Naegleria fowleri, Toxoplasma gondii, Trypanosoma
sp., dan Leishmania sp.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.

Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Acanthamoebidae
Genus : Achantamoeba
Achantamoeba sp.
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : ± 10-45 µm
• Bentuk : pseudopodia lancip
(acanthopodia)
• Inti : 1 buah, karyosom sentral yang besar,
tanpa kromatin perifer.

Kista
• Ukuran : ± 10-20 µm
• Bentuk : bulat, dinding 2 lapis, lapisan terluar
bergerigi dan tidak teratur
• Inti : 1 buah

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Vahlkampfiidae
Genus : Naegleria
Naegleria fowleri
Trofozoit
• Ukuran : ± 7-20 µm
• Bentuk : pseudopodia lebar dan aktif
bergerak
• Sitoplasma : bergranul, terdapat vakuola
• Inti : 1 buah, karyosom sentral yang
dikelilingi halo, tanpa kromatin perifer.

Kista
• Bentuk : bulat
• Inti : 1 buah

Amoeboidflagella
• Terdapat di air
• Memiliki 2 buah flagella

APICOMPLEXA
Subclass : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Toxoplasma gondii
Stadium takizoit
• Dapat dijumpai pada semua sel tubuh
manusia, kecuali eritrosit
• Berbentuk sabit (crescent)
• Ukuran 7-12µm

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan

Trypanosoma sp.

• Hemoflagellata
• Bentuk infeksius : Trypomastigote dan
dijumpai pada darah pejamu (host)

Trypomastigot

• Ukuran : 14 – 33 µm
• Kinetoplast kecil di ujung posterior
• Inti sel di tengah
• Undulating membrane
• Flagella menjuntai di sepanjang
undulating membrane

Leishmania sp.

Promastigot

• Bentuk infeksius
• Segera berubah menjadi amastigot di
makrofag pejamu (host).
• Terdapat di tubuh vektor.
• Bentuk bulat memanjang dengan
flagella di bagian posterior.

Amastigot

• Bentuk bulat hingga lonjong


• Ukuran : 1-5 µm x 1-2 µm
• Inti sel besar
• Kinetoplast menonjol
• Axonema pendek
• Terdapat di makrofag dan di jaringan
tubuh

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.11)

Mengenal Bentuk Plasmodium spp.

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
laboratorium dan diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae.

3. Pelaksanaan :
a. Perhatikan petunjuk yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya
b. Gambarlah apa yang dilihat dengan pensil warna (merah untuk kromatin dan biru
untuk sitoplasma)
c. Berikan keterangan pada bagian-bagian yang merupakan ciri khas dari masing-
masing preparat
d. Pada akhir praktikum periksakan hasil kerja saudara kepada dosen yang menjadi
pembimbing di ruangan praktikum

Gambar Keterangan
Plasmodium sp.
Filum: Apicomplexa
Subfilum: Sporozoa
Klas: Telopsorea
Subklas: Haemosporina
Famili: Plasmodidae
Genus: Plasmodium
Plasmodium falciparum

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Plasmodium falciparum
Stadium cincin muda pada sediaan apus
Perhatikan dan beri tanda pada gambar:
• Bentuk single chromatin
• Bentuk double chromatin
• Bentuk blister
• Bentuk marginal
• Dan lain-lain

Stadium trofozoit, akan jarang diumpai di dalam


sediaan darah tepi bila semakin matang.
Perhatikan dan beri tanda pada gambar trofozoit
muda:
• Ukuran eritrosit terinfeksi sama dengan
eritrosit normal
• Sitoplasma semakin menebal
• Dijumpai bintik-bintik jarang dan kasar di
dalam sitoplasma (Maurer’s dots)

Skizon, sangat jarang dijumpai di dalam sediaan


darah tepi, kecuali pada infeksi berat.
• Eritrosit terinfeksi tidak membesar
• Mengandung 8-26 merozoit, biasanya 12-18

Mikrogametosit
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Berbentuk seperti pisang
• Kromatin difus
• Pigmen

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Makrogametosit
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Berbentuk seperti pisang
• Kromatin kompak
• Pigmen

Plasmodium vivax

Stadium cincin muda (early ring form)


Perhatikan gambaran cincin dengan satu inti pada
sediaan apus darah dan sediaan darah tebal.
Pada stadium ini sulit dibedakan antara
P vivax, P ovale, dan P malariae.

Stadium cincin lanjut pada sediaan apus


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit mulai membesar
• Sitoplasma parasit mulai menebal
• Dapat dijumpai stippling, yakni bintik-
bintik Schuffner yang halus tersebar di
dalam eritrosit

Stadium trofozoit pada sediaan apus Perhatikan


dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit membesar hingga seukuran lekosit
• Sitoplasma semakin menebal, semakin
ameboid pada trofozoit matang
• Dapat dijumpai pigmen halus bewarna
Kecoklatan

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Stadium skizon muda pada sediaan apus
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit membesar
• Terdapat lebih dari satu inti di dalam
sitoplasma
• Sitoplasma menyatu (presegmenting
stadium)

Stadium skizon matang pada sediaan apus


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit membesar
• Terdapat 8-24 merozoit di dalam
sitoplasma, biasanya12-18

Makrogametosit (gametosit betina)


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Eritrosit membesar pada sediaan apus
• Sitoplasma bewarna biru
• Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada
mikrogametosit, terletak di pinggir sitoplasma
• Kromatin padat dan terletak meminggir

Mikrogametosit (gametosit jantan)


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Eritrosit membesar pada sediaan apus
• Sitoplasma bewarna merah jambu
• Inti relatif lebih besar dibandingkan pada
makrogametosit, terletak di dalam sitoplasma
• Kromatin padat dan menyebar di dalam
Sitoplasma

*coret salah satu, atau gambar keduanya bila preparat tersedia

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Plasmodium ovale

Stadium cincin lanjut pada sediaan apus


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit bisa berbentuk komet
• Sitoplasma parasit mulai menebal
• Dapat dijumpai stippling, yakni bintik- bintik
James yang halus tersebar di dalam eritrosit

Stadium trofozoit pada sediaan apus


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit sedikit membesar dengan fimbria,
berbentuk seperti komet
• Sitoplasma semakin menebal dan ameboid,
terutama pada trofozoit matang
• Dapat dijumpai pigmen halus bewarna
kecoklatan

Stadium skizon pada sediaan apus


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit berfimbria
• Terdapat lebih dari satu inti di dalam
sitoplasma
• Skizon matang mengandung 6-12
merozoit, biasanya 8
• Pigmen kecoklatan

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Plasmodium malariae

Stadium trofozoit
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit terinfeksi tidak membesar,
terkadang cenderung mengecil
• Pigmen kuning atau kecoklatan
• Sitoplasma cenderung tertarik ke arah
dua kutub membentuk pita (band form)
• Inti meminggir

Stadium skizon:
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit tidak membesar
• Skizon matang memiliki 6-12 merozoit,
biasanya 8, tersusun seperti kelopak bunga

*coret salah satu, atau gambar keduanya bila preparat tersedia

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (BBS1-PR-Pr.12)

Mengenal Bentuk Arthropoda

1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin

2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Decapoda, Copepoda, Scorpionidae, Aranea, Sarcoptes scabiei, Pediculus
humanus, Phthirus pubis, Dermatophagoides, Dermacentor spp., Argasidae,
Triatoma infestans, Leptotrombidium deliens, Demodex spp., Diplopoda, Chilopoda,
Anopheles spp, Aedes spp, Mansonia uniformis , dan Culex fatigans.

3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.

Gambar Keterangan
Decapoda
• Cephalothorax
• Abdomen
• 2 pasang antena
• 5 pasang kaki
• Crab dan crayfish

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Copepoda
• Cephalothorax
• Abdomen
• 2 pasang antena
• 5 pasang kaki
• Cyclops: 0.2-0.5mm
• Betina memiliki kantong telur bilateral

Scorpionidae
• Cephalothorax
• 4 pasang kaki (octopod)
• Pedipalpi untuk memegang makanan
• Kantong racun dan alat sengat di ujung
abdomen

Araneae
• Sub ordo : Araneida (laba-laba)
• Cephalothorax
• 4 pasang kaki (octopod)
• Pedipalpi untuk memegang makanan
• Di ujung abdomen terdapat kelenjar untuk
memproduksi benang

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Sarcoptes scabei
Ukuran : ♀ 0,35 mm; ♂ 0,20 mm
o Bagian badan :
o Kapitulum dan badan berupa kantong
o Tanda :
o 4 pasang kaki, pendek, (2 psg depan;
2 psg belakang)
o Ambulacra

Pediculus humanus
Ciri ♀
o ukuran : 3 mm ;
o lubang genitalia berbentuk huruf V yang
terbalik

Ciri ♂
o Ukuran 2 mm ;
alat kelamin menyerupai ujung tombak mata
letaknya lateral dekat antenna, spiracle terdapat
pada thorax dan abdomen

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Phthirus pubis
• Bentuk menyerupai ketam
• Ukuran : 1,5 - 2,0 mm

Dermacentor andersoni (Ixodidae, Acari)


o Hard tick
o Badan terdiri atas : capitulum
(gnathosoma) & Idiosoma
o Capitulum tampak dorsal
o Scutum :
o Pada jantan scutum menutupi
seluruh punggung
o Pada betina scutum hanya
menutupi bagian anterior

Dermatophagoides pteronyssinus (Pyroglyphidae, ordo Acari)


o Ukuran : - 0,34 mm (betina)
- 0,28 mm (jantan)
o Bagian badan: kapitupulum dan badan
berupa kantong
o Tanda:
4 (empat) pasang kaki, panjang, 2 ke
depan dan 2 ke belakang

Argasidae
• Soft tick
• Scutum tidak selebar ixodidae
• Terlihat lebih datar
• Bentuk bulat
• Gnathostoma dan idiosoma tertutupi
tubuh (tidak tampak jelas dari dorsal)

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Triatoma infestans
o Warna tubuh : coklat – hitam
o Bentuk kepala: pendek langsing
o Antena : 1 pasang

Leptotrombidium deliense (Trombiculidae, Acari)


o Ukuran : < 1,25 mm
o Dewasa mempunyai 4 pasang kaki : 2
pasang pada cephalothoraks dan 2
pasang pada abdomen
o Larvanya mempunyai 3 pasang kaki

Demodex spp.

• Ukuran : 0,2 -1,2 mm (tergantung


spesies)
• Dewasa memiliki 4 pasang kaki
• Semi-transparant
• Betina lebih pendek dan lebih bulat dari
jantan
• Tubuh ditutupi sisik
• Terdapat bagian seperti jarum di bagian
mulut

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Gambar Keterangan
Diplopoda

Millipedes
• Dua pasang kaki pada tiap segmen tubuh
• Kaki terletak di bagian bawah tubuh
• Memiliki sepasang antena
• Terdapat mandibular dan bibir rahang
• Segmen tubuh > 20 segmen
• Bergerak lambat
• Ujung segmen terakhir dijumpai telson

Chilopoda

Centipedes
• Satu pasang kaki pada tiap segmen tubuh
• Kaki terletak di samping segmen tubuh
• Memiliki sepasang antenna
• Pada segmen I tubuh terdapat sepasang
cakar beracun
• Segmen tubuh ± 15 segmen
• Bergerak cepat
• Ujung segmen terakhir dijumpai telson

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Nyamuk Anopheline dan Culicine

Aedes spp.

Aedes sp.
Kingdom:Animalia
Filum:Arthropoda
Klas: Insecta
Ordo: Diptera
Superfamili: Culicoidea
Famili: Culicidae
Subfamili: Culicinae
Genus: Aedes
Larva Aedes aegypti
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Bentuk sifon
• Comb scales pada segmen ke-8
abdomen
• Pecten teeth pada sifon
• Anal gills
Nyamuk dewasa Aedes aegypti
betina Perhatikan dan buat
keterangan pada gambar:
• Tubuh terdiri dari kepala, toraks dan
abdomen
• Proboscis lebih panjang dibandingkan
palpi
• Keseluruhan proboscis bewarna
hitam
• Ujung palpi bewarna putih
• Tiga pasang kaki pada toraks,
memiliki cincin-cincin putih
• Sepasang sayap dengan sebaran
sisik-sisik hitam (dark scales)
• Dorsal scutum (toraks) memiliki
gambaran seperti lyre, dengan sisik-
sisik putih membentuk dua garis
linear di tengah diapit dua kurva di
pinggir

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Larva aedes albopictus


Perhatikan dan buat keterangan
pada gambar:
• Bentuk sifon
• Comb scales pada segmen ke-8
abdomen
• Pecten teeth pada sifon
• Anal gills

Nyamuk dewasa Aedes albopictus


betina. Perhatikan dan buat
keterangan pada gambar:
• Yang sangat membedakan A
albopictus dengan A aegypti adalah
gambaran garis linear yang
memanjang di pertengahan dorsal
Scutum

Mansonia spp.

Gambarkan Nyamuk dewasa, Larva, dan Telur

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Culex spp.

Gambarkan Nyamuk dewasa, Larva, dan Telur

Anopheles spp.

Anophelinae
Genus: Anopheles

Larva Anopheles sp.


Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Tubuh terdiri dari kepala, toraks dan
abdomen
• Tidak memiliki sifon
• Memiliki spirakel (spiracles) pada
segmen ke-8 abdomen sebagai alat
pernapasan

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum 2020

Nyamuk dewasa Anopheles sp.


Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Posisi istirahat (resting position)
• Bentuk tubuh ramping (slender)
• Tubuh terdiri dari kepala, toraks dan
abdomen
• Palpi sama panjang dengan proboscis
• Tiga pasang kaki pada toraks
• Sepasang sayap dengan sebaran
sisik-sisik (scales) hitam dan putih

Nama

NIM

Tanggal Praktikum

Grup Praktikum

T.Tangan pembimbing

Penuntun praktikum Departemen Parasitologi BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum FK USU 2020

REKAPITULASI NILAI PRAKTIKUM BBS-PARASITOLOGI

NAMA MAHASISWA :

NIM :

TGL. PRAKTIKUM : ……………………………… s.d……………………………..

PRAKTIKUM TES CICILAN (PTC)

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII TOTAL

NILAI

*DIKETAHUI OLEH : ………………………………………

TANDA TANGAN :

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1


Kurikulum FK USU 2020

GENERAL PRAKTIKUM TES (GPT)

NILAI :

TANGGAL :

*DIKETAHUI OLEH :………………………………………

TANDA TANGAN :

REMEDIAL

NILAI :

TANGGAL :

*DIKETAHUI OLEH :………………………………………

TANDA TANGAN :

*Staf Pengajar Dep. Parasitologi

BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1

Anda mungkin juga menyukai