TATA TERTIB
1. Setiap mahasiswa wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal, berpenampilan rapi
dan sopan, serta menggunakan sepatu.
2. Hadir tepat waktu dan pulang tepat waktu.
3. Menyimpan semua perlengkapan termasuk tas dan gadget di locker yang telah disediakan
di laboratorium Anatomi dan hanya membawa Atlas Anatomi, buku catatan dan alat tulis
yang diperlukan saja.
4. Wajib membawa Atlas Anatomi.
5. Sebelum masuk praktikum, mahasiswa wajib mempelajari topik yang akan dibicarakan.
Responsi akan dilakukan sebelum memasuki ruang lab.
6. Selama praktikum berlangsung diwajibkan menjaga ketertiban dan ketentraman.
7. Bagi yang tidak memenuhi aturan di atas akan diberikan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku di Departemen Anatomi FK USU.
BBS1-AO-Pr1
Pendahuluan
Pengenalan Laboratorium Anatomi: ruang laboratorium kering dan basah, etika terhadap
preparat laboratorium dan kadaver.
Mempelajari Istilah Umum Anatomi, Bagian Tubuh Manusia Posisi Anatomis Tubuh Manusia,
Garis Khayal dan Bidang Imaginer.
Tulang
Tulang merupakan jaringan penunjang tubuh, yang juga berfungsi sebagai pelindung bagian
dalam tubuh seperti otak, sumsum tulang belakang, jantung dan alat-alat dalam panggul dan dada,
serta sebagai sarana penggerak bagian anggota tubuh.
Selain tulang, juga terdapat tulang rawan pada ujung-ujung tulang, bagian pertumbuhan
tulang, telinga, larynx, trachea, dan hidung.
Perhatikanlah jenis-jenis tulang pada preparat: tulang panjang, tulang pendek, tulang pipih, tulang
tidak beraturan dan tulang sesamoid.
Pelajari jenis tulang rawan (tulang rawan elastis, tulang rawan hyalin) dan juga tempat tulang rawan.
1. periosteum
2. endosteum
3. substantia compacta
4. substantia spongiosa
5. medulla ossium
6. diaphyse
7. epiphyse
8. metaphyse
Pada medulla ossium kita jumpai sumsum tulang yang disebut medulla ossium, yang terdiri
dari medulla ossium flava dan medulla ossium rubra. Pada medulla ossium flava ditemukan banyak
lemak yang berwarna kuning dan pada medulla ossium rubra ditemukan banyak unsur-unsur muda
butir-butir darah merah.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Substansi tulang terdiri dari: air mineral (anorganik), kalsium dan protein (zat organik).
Pelajarilah teori sistem reabsorbtion dan remodelling dalam pertumbuhan dan bertahannya tulang.
Persendian
Persendian merupakan pertemuan dua tulang atau lebih untuk dapat memungkinkan kedua
bagian tulang itu bergerak.
Pelajarilah sendi:
- synostosis
- synchondrosis
- syndesmosis
- amphi arthrosis
- diarthrosis/articulatio
Pada diarthrosis kita mengenal sendi engsel (satu sumbu), sendi plana (dua sumbu), dan
sendi peluru (tiga sumbu atau lebih). Kita juga mengenal sendi berpadu dimana beberapa sendi
membentuk satu sendi, sehingga memungkinkan gerak pada sendi ini menjadi amat luas, misalnya
sendi pergelangan bahu.
Pada pertemuan dua buah tulang, kita mengenal bagian bongkol sendi, mangkok sendi,
simpai sendi (kapsul) dan diskus sendi. Selain itu, kita juga menemukan rongga sendi, permukaan
sendi, cairan sendi dan tulang rawan sendi.
Pembuluh darah sendi biasanya hanya ada pada tulang, sedangkan pada tulang rawan tidak
ditemukan pembuluh darah. Saraf sensoris ditemukan pada periosteum tulang dan juga pada tulang
rawan sendi, demikian juga halnya dengan limfe.
Otot
Otot manusia terdiri dari otot volunter bergaris, otot involunter bergaris dan otot involunter
polos. Otot involunter polos ditemukan pada dinding organ tubuh yang berlubang, seperti dinding
pembuluh darah, dinding vena besar, dinding usus dan saluran kelenjar. Otot involunter bergaris
kita temukan pada dinding jantung. Otot volunter bergaris kita temukan pada otot-otot tulang dan
otot kulit pada muka. Otot volunter bergaris ini terdiri dari 90% otot berserabut merah dan 10% otot
berserabut putih. Otot berserabut merah ini biasanya tahan lama bekerja, tapi tenaganya tidak kuat,
sedangkan serabut putih memiliki tenaga yang kuat sekali tapi tidak tahan lama. Ujung origo otot
berupa tendon/aponeurosis/ligamen. Ujung insertio berupa tendon/aponeurosis.
BBS1-AO-Pr2
Tulang tengkorak:
A. Tengkorak terdiri dari dua bagian, neurocranim untuk otak dan viscerocranium atau
spanchnocranium untuk wajah. Kenalilah tulang-tulang yang membentuk neurocranium (os
occipital, os sphenoidale pars squamosa, pars mastoidea , pars petrosa, os temporal, os
parietale dan os frontale) dan tulang-tulang yang membentuk viscerocranium (os ethmoidale,
os lacrimale, os nasale, os vomer, os maxilla, pars tympanica dan processus styliodeus os
temporal, os mandibula dan os hyoideum).
B. Calvaria. Calvaria atau kubah cranium terdiri dari os frontale, os parietale, os temporal dan
os occipital.Pada persambungan tiap tulang tersebut ditemukan persendian (sutura).
Identifikasilah sutura coronalis, sutura sagittalis, sutura lambdoidea, vertex dan bregma.
Perhatikanlah dan kenalilah bagian dalam calvaria, akan terlihat sulcus sinus sagittalis
superior, sulcus arteriae meningiae mediae, crista frontalis, foveolae granularis.
lacerum, spina ossis sphenoidalis, foramen spinosum, foramen ovale, sulcus tubae
auditoriae, pars tympanica ossis temporalis, processus styloideus, foramen stylomastoidea,
incisura mastoidea, tuberculum articulare, pars basilaris ossis occipitalis, fossa jugularis,
foramen jugulare, foramen magnum, condylus occipitalis, canalis condylaris, dan crista
occipitalis externa.
I. Persendian Temporomandibularis.
Identifikasilah bagian-bagian tulang mandibula dan temporalis yang membentuk persendian
temporomandibularis, beserta struktur-struktur yang memperkuat persendian tersebut
(seperti ligamentum).
J. Tulang-tulang yang membentuk Leher (saluran makanan dan saluran nafas)
Identifikasilah tulang tulanbg yang membentuk larynx dan trachea (Cartilago hypidea,
cartilage epiglotica, cartilage thyroidea, cartilage cricoidea, cartilage arythenoidea, cartilage
triticeae, cartilage corniculata, dan cartilage trachea.
BBS1-AO-Pr3
Truncus
Kerangka batang tubuh/kolumna vertebralis terdiri dari susunan ruas-ruas tulang belakang
(vertebra), yaitu vertebra cervicalis, thoracalis, lumbalis, sacralis dan coccigeus.
Setiap vertebra terdiri dari beberapa bagian, yaitu corpus vertebralis, arcus vertebralis, dan foramen
vertebralis. Arcus vertebralis terdiri dari 2 bagian, yaitu pedikulus yang menghubungkan processus
transversus dengan corpus dan lamina yang menghubungkan processus tranversus dengan
processus spinosus. Kedua arcus vertebra kanan dan kiri bertemu, membentuk processus spinosus.
Arcus vertebra disebelah depan dekat corpus vertebra memiliki lekuk di atas dan di bawah, yang
disebut incisura vertebralis superior dan incisura vertebralis inferior. Gabungan incisura vertebralis
superior dan inferior membentuk sebuah lubang, yaitu foramen intervertebralis sebagai tempat lewat
nervus spinalis. Di belakang incisura vertebralis superior dan inferior, didapati sepasang taju yang
menuju ke atas dan ke bawah, yang disebut processus articularis superior dan processus articularis
inferior. Setiap processus articularis memiliki permukaan persendian, yang disebut facies articularis.
d. Bagian belakang massa lateralis disebut arcus posterior, disini terdapat tuberkulum
posterior, sebagai pengganti processus spinosus dan sulcus arteri vertebralis,
sebagai tempat lewatnya arteri vertebralis dan Nervus cervicalis I.
e. Processus transversus tidak memiliki tonjolan (tuberkulum), tidak memiliki sulcus
nervi spinalis dan memiliki foramen transversarium.
f. Processus spinosus tidak ada, sebagai gantinya terdapat tuberculum posterior
atlantis.
3. Vertebra cervikalis VI
Tuberkulum anterior dari processus transversusnya agak besar dan permukaan depannya
agak melekuk, yang dilalui arteri carotis communis, yang disebut tuberculum caroticum.
B. Vertebra Thoracalis
Ciri-cirinya:
1. Corpus berbentuk jantung, dengan pinggir belakangnya lebih tebal dari pinggir depan dan
pada sisi lateralnya terdapat fovea costalis.
2. Foramen vertebralisnya panjang dan runcing ke bawah
3. Processus transversusnya memiliki fovea costalis transversalis
4. Processus articularisnya, yang superior frontalis ke belakang dan inferior frontalis ke depan
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
C. Vertebra lumbalis
Ciri-cirinya:
D. Vertebra sacralis
Ciri-cirinya:
1. Bentuk seperti segitiga sama sisi, dengan alasnya basis ossis sacri terletak disebelah atas
dan puncaknya ossis sacri di bawah
2. pada Permukaan belakang terdapat tiga buah tonjolan yang letaknya memanjang, crista
sacralis media, crista sacralis lateralis dan crista sacralis intermedia.
3. Diantara crista sacralis intermedia dan crista sacralis lateralis terdapat foramina sacralis
dorsalis, tempat keluarnya ramus posterior nervi sacralis.
4. Diantara ujung bawah cristra sacralis media dan kedua cornu sacralis terdapat lubang hyatus
sacralis.
5. Pada pars lateralis terdapat tuberositas sacralis dan facies auricularis ossis sacri.
6. Tepi superior dari corpus ossis sacri I menonjol disebut promontorium ossis sacri.
E. Vertebra coccygealis
Ciri-cirinya:
1. Memiliki bagian atas yang lebar disebut basis, dan ujung bawahnya disebut apex
2. Memiliki processus transversus
3. Memiliki cornus cocygeum
BBS1-AO-Pr4
Pada extremitas superior terdapat tulang/os: scapula, clavicula, humerus, radius, ulna, carpalia,
metacarpalia, dan phalanges.
Identifikasilah masing-masing tulang, dan carilah nama bagian-bagian tulang yang disebut dibawah
ini.
Os scapula: margo (superior, medial dan lateral), angulus (superior, inferior dan lateral), processus
coracoideus, collum scapula, tuberositas infraglenoidalis, tuberositas supraglenoidalis, acromion,
facies articularis acromii, facies costalis, incisura scapulae, fossa subscapularis, spina scapulae,
fossa supraspinatus, fossa infraspinatus, trigonum spinae scapulae dan cavitas glenoidalis.
Os clavicula: pars sternalis, pars acromialis, facies superior, facies inferior, tuberositas costalis dan
tuberositas coracoideus.
Os humerus: caput humeri, collum anatomicum, collum chirurgicum, tuberculum mayus, tuberculum
minus, crista tuberculi mayus, crista tuberculi minus, sulcus intertubercularis, tuberositas deltoidea,
sulcus nervus radialis/sulcus spiralis, foramen nutricium, fossa coronoidea, fossa olecrani,
epicondylus medialis, condylus medialis, epicondylus lateralis, epicondylus lateralis, capitulum
humeri, fossa radialis, sulcus nervus ulnaris dan trochlea humeri.
Ulna: olecranon, processus coronoideus, incisura semilunaris, tuberositas ulna, facies volaris,
foramen nutricium, crista interossea, circumferensia articularis dan processus styloideus ulna.
Radius: circumferensia articularis, tuberositas radii, facies anterior, facies posterior dan processus
styloideus radii.
Ossa metacarpalia: terdiri dari 5 buah tulang. Setiap tulang terdiri dari capitulum, corpus dan basis.
Bedakanlah antara os metacarpal primi, secundi, tertii, quarti dan quinti!
Ossa phalanges: terdiri dari 14 ruas tulang-tulang jari. Tiap ruas memiliki basis pada ujung
proximalnya. Ruas kedua dan ketiga memiliki trochlea pada capitulumnya. Ruas ketiga memiliki
processus unguicularis pada ujung distalnya. Basis pada ruas pertama cekung. Masing-masing jari
memiliki 3 ruas, kecuali ibu jari hanya 2 ruas.
BBS1-AO-Pr5
Articulatio humeri: persendian antara scapula dengan humerus, dibentuk oleh caput humeri dan
cavitas glenoidalis.
Articulatio cubiti: dibentuk oleh humerus (capitulum humeri, trochlea humeri, fossa coronoidea,
condylus medialis dan condylus lateralis), radius (capitulum radii), dan ulna (olecranon, incisura
semilunaris dan processus coronoideus ulnae).
BBS1-AO-Pr6
Pada extremitas inferior terdapat tulang/os: sacrum, coccygeus, coxae, femur, tibia, patella, fibula,
tarsalia, metatarsalia dan phalangs
Identifikasilah masing-masing tulang, dan carilah nama bagian-bagian tulang yang disebut dibawah
ini.
Os sacrum: basis ossis sacri, apex ossis sacri, crista sacralis media, crista sacralis lateralis, crista
sacralis intermedia, foramina sacralis dorsalis, cornu sacralis, hyatus sacralis, tuberositas sacralis,
facies auricularis ossis sacri, dan promontorium ossis sacri.
Os coxae, terdiri dari 3 tulang, yaitu os ilium, os pubis dan os ischium. Ketiga tulang ini bertemu di
acetabulum.
Os ilium: corpus ossis ilii, ala ossis ilii, linea arcuata, fossa iliaca, crista iliaca, spina iliaca anterior
superior (SIAS), spina iliaca posterior superior (SIPS), spina iliaca anterior inferior (SIAI), spina iliaca
posterior inferior (SIPI), facies auricularis ossis ilii, sulcus paraglenoidalis, tuberositas iliaca, facies
pelvina, facies glutea, linea glutea inferior, linea glutea anterior dan linea glutea posterior.
Os pubis: corpus ossis pubis, ramus superior ossis pubis, ramus inferior ossis pubis, eminentia
iliopectinea/eminentia iliopubica, facies symphyseos, tuberculum pubicum, pecten ossis pubis, crista
pubica, crista obturatoria anterior dan crista obturatoria postrior.
Os ischium: corpus ossis ischii, ramus superior ossis ischii, ramus inferior ossis ischii, spina
ischiadica, incisura ischiasica mayor, incisura ischiadica minor dan tuber ischiadicum.
Acetabulum: limbus acetabuli, incisura acetabuli, facies lunata dan fossaa acetabuli.
Os femur: caput femoris, collum femoris, fovea capitis femoris, trochanter mayor, fossa
trochanterica, trochanter minor, linea intertrochanterica, crista intertrochanterica, corpus femoris,
linea pectinea, labium externum/laterale linea aspera, labium internum/mediale linea aspera,
tuberositas glutea, planum popliteum/facies poplitea, condylus medialis, condylus lateralis,
epicondylus medialis, fossa intercondyloidea/intercondylaris, linea intercondyloidea, facies
patellaris.
Os patella: basis patella, apex patella, facies articularis lateralis, facies articularis medialis dan
facies patella.
Os tibia: condylus medialis tibiae, condylus lateralis tibiae, facies articularis superior condyli
lateralis, facies articularis superior condyli medialis, fossa intercondyloidea anterior, fossa
intercondyloidea posterior, tuberculum intercondylare laterale, tuberculum intercondylare mediale,
margo infraglenoidalis, corpus tibiae, tuberositas tibiae, facies articularis fibularis, facies medialis,
facies lateralis, crista anterior, crista interossea/margo interosseus, margo medialis, malleolus
medialis, linea poplitea/linea M soleus, foramen nutricium, facies posterior, sulcus malleolaris, facies
poplitea, facies articularis inferior, facies articularis malleoli medialis dan incisura fibularis tibiae.
Os fibula: capitulum fibulae, apex capituli fibulae, facies articularis capituli fibulae, collum fibulae,
facies lateralis, facies medialis, facies posterior, crista lateralis, crista interossea, crista medialis,
malleolus lateralis, facies articularis malleoli lateralis, sulcus tendon M peroneus/sulcus malleolaris
lateralis, foramen nutricium.
Ossa tarsi:
1. Os talus: caput tali, corpus tali, collum tali, sulcus tali, processus lateralis talis, processus
posterior tali, trochlea tali, facies superior trochlea tali, facies malleolaris lateralis, facies
malleolaris medialis, facies articularis navicularis pedis, ,facies articularis calcanea anterior,
facies articularis calcanea media, facies articularis calcanea posterior dan sulcus tendinis.
2. Os calcaneus: corpus calcanei, sulcus calcanei, tuber calcanei, sustentaculum tali, facies
articularis cuboidea, facies articularis posterior, processus medialis tuberis calcanei,
processus trochlearis, sulcus tendinis M peronei longi, sulcus tendinis M flexori hallucis longi
dan processus lateralis tuberis calcanei.
3. Os naviculare: tuberositas ossis navicularis pedis, facies articularis talaris ossis navicularis,
facies articularis (pro osse cuneiforme primi) ossis navicularis pedis, facies articularis (pro
osse cuneiforme secundi) ossis navicularis pedis, facies articularis (pro osse cuneiforme
tertii) ossis navicularis pedis dan facies articularis (pro osse cuboidea) ossis navicularis
pedis.
Ossa metatarsalia: terdapat 5 buah metatarsalia. Setaip metatarsalia memiliki capitulum, caput dan
basis. Metatarsalia ke 5 memiliki tuberositas ossis metatarsalia quinti. Bedakanlah antara os
metatarsalia primi, secundi, tertii, quarti dan quinti.
Ossa phalanges pedis: setiap phalangs memiliki basis, corpus dan trochlea. Phalangs distal
memiliki tuberositas unguicularis. Bedakanlah antara phalangs I, II dan III.
BBS1-AO-Pr7
Kenalilah sendi:
Articulatio coxae
Articulatio genu
Articulatio talocruralis
Articulatio intertarsali
Articulatio metatarsophalangea
Articulatio interphalangeal.
BBS1-AO-Pr8
A. Regiones kepala
Identifikasilah dan sebutkan region-regio yang terdapat di kepala.
B. Otot-otot Wajah
Otot otot wajah menyebar ke kulit wajah dan kepala serta kontraksinya menyebabkan
pergeseran kulit. Otot-otot wajah dapat dibagi atas :
- Otot-otot kulit kepala
- Otot-otot daerah kelopak mata
- Otot-otot daerah hidung
- Otot-otot daerah mulut
1. Otot-otot wajah kulit kepala.
Identifikasilah M. epicranius, galea aponeurotica, M. occipitofrontalis, M. temporoparietalis.
C. Otot-otot Pengunyah
1. Identifikasilah M. masseter, M. temporalis, M. pterygoideus lateralis dan M. pterygoideus
medialis.
2. Identifikasilah saraf yang mempersarafi otot-otot tersebut.
BBS1-AO-Pr9
A. Otot-otot leher
1. Musculi Infrahyoidei
Identifikasilah M. sternohyoideus, M. omohyoideus venter superior dan venter inferior, M.
sternothyroideus, M. thyrohyoideus.
2. Identifikasilah M. trapezius dan M. sternocleidomastoideus.
B. Fascia leher
Identifikasilah fascia cervicalis superficialis, fascia cervicalis media (lapisan pretrachealis),
carotid sheath, fascia cervicalis profunda (lapisan prevertebralis).
BBS1-AO-Pr10
BBS1-AO-Pr11
Regio brachium
Regio cubiti
BBS1-AO-Pr12
Kenalilah otot dan fascia: fascia antebrachii, M. Palmaris longus, M. Flexor carpi ulnaris, M. Flexor
carpi radialis, M. Pronator teres, M. Flexor digiti sublimis, M. Flexor digiti profundus, M.
Brachioradialis, M. Flexor pollicis longus, M. Pronator quadratus.
Kenalilah otot: M. Extensor carpi radialis brevis dan longus, M. Extensor carpi ulnaris, M. Abductor
pollicis longus, M. Extensor pollicis brevis, M. Extensor digitorum communis, M. Extensor indicis
proprius, M. Extensor digiti quinti.
Kenalilah ligamentum dan otot: ligamentum carpi volare dan dorsale, lig. Carpi transversum,
tendon M. Flexor carpi ulnaris, tendon M. Palmaris longus, teandon M. Flexor digitorum profundus,
tendon M. Flexor pollicis longus.
Kenalilah ligamentum, tendon dan otot: ligamentum carpi dorsalis dengan compartemen tendon-
tendon M. Abductor pollicis longus, tendon M. Extensor pollicis brevis, tendon M. Extensor pollicis
longus, tendon M. Extensor carpi radialis longus dan brevis, tendon M. Extensor digitorum
communis, tendon M. Extensor indicis proprius, tendon M. Extensor digiti quinti.
Kenalilah: cutis dengan linea palmaris, crista cutis, aponeurosis palamaris, N. Ulnaris superficialis,
N. Digitorum communis, N. Digitorum propii, arcus palmaris superficialis profundus, A. Digitorum
communis, A. Digitalis Proprii, cabang N. Medianus, tendon otot-otot flexor, M. Lumbricales, M.
Interosseus ventralis, Musculi thenar, musculi hypothenar, M. Adductor pollicis, arcus palmaris
profundus dengan A. Metatarsalis.
Kenalilah: lig. Vaginalis, vagina tendinis, tendon M. Lumbricales, tendon M. Interossei, tendon M.
Flexor digitorum sublimis, tendon M. Flexor digitorum profundus, A, N, digitalis proprii, N digitalis
proprii.
BBS1-AO-Pr13
Bokong wanita lebih besar dari pria. Kulit daerah bokong terutama disarafi oleh N. Gluteus
superior dan N. Cutaneus femoris posterior superior. Kenalilah kedua saraf ini.
a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.
b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.
Regio Femoris/Paha/Subinguinale
Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.
Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.
BBS1-AO-Pr14
Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.
Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.
Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.
Regio Tibialis
Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.
Regio Gastrocnemius/Betis
Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.
a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.
b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.
Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.
Regio Plantaris
Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.
BBS1-AO-Pr15
BBS1-AO-Pr16
BBS1-AO-Pr17
Regio cubiti
Kenalilah pembuluh darah: A. brachialis, V. Basilica , A. Colateralis ulnaris, A. Brachialis
profunda, A. Recurrent ulnaris, A. Recurent radialis, A. Radialis, A. Ulnaris, dan A. Interossea
communis
BBS1-AO-Pr18
Regio brachium
Kenalilah: N. Cutaneus brachialis lateralis, fascia brachialis, septum inter muscularis medialis
dan lateralis.
BBS1-AO-Pr19
a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.
b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.
Regio Femoris/Paha/Subinguinale
Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.
Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.
Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.
Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.
Regio Tibialis
Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.
Regio Gastrocnemius/Betis
Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.
a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.
b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.
Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.
Regio Plantaris
Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.
BBS1-AO-Pr20
Bokong wanita lebih besar dari pria. Kulit daerah bokong terutama disarafi oleh N. Gluteus
superior dan N. Cutaneus femoris posterior superior. Kenalilah kedua saraf ini.
a. Kenalilah fascia glutea dan otot-otot yang membentuk bokong, yaitu: M. Gluteus maximus,
M. Gluteus medius dan M. Gluteus minimus. Kenalilah saraf dan pembuluh darah yang melayani
otot-otot ini: N. Gluteus superior, N. Gluteus inferior, A, V gluteus superior dan A, V gluteus inferior.
b. Kenali juga: M. Pyriformis, foramen ischiadicum mayus dan minus, foramen suprapyriformis,
foramen infra pyriformis, N cutaneus femoris posterior, N ischiadicus dan N. Pudendus, serta
trochanter mayor.
Regio Femoris/Paha/Subinguinale
Kenalilah pangkal V saphena magna, foramen ovale, kelenjar limfe superficiales dan profundus.
Perhatikan di daerah fascia lata dan ligamentum inguinalis, bagian trigonum femorale dengan
femoral sheath, A femoralis, V femoralis, N femoralis, bagian insertio M iliopsoas, M pectineus, origo
dari M adductor brevis, longus, magnus dan minus.
Kenalilah kulit dan fascia lata dengan lapisannya, N cutaneus femoris lateralis, anterior dan medial.
Tetapkanlah batas-batas trigonum femoralis, M sartorius, M vastus medialis, intermedius dan
lateralis, M rectus femoris, A femoralis, A profunda femoris medialis dan vena serupa ramus
muscularis N femoris, N saphenus, canalis adductorius, lamina vasto adductoria, bagian distal M
adductor longus dan m adductor magnus, tractus iliotibialis.
Perhatikan tebal kulit lutut, ligamentum patella, lanjutan fascia lata ke patella dan ke tungkai bawah,
ke bagian lateral lutut.
Perhatikan regio poplitea, bagaimana keadaan kulit di daerah ini, dan kenali fascia poplitea serta
perhatikan lanjutan dengan fascia lata, dan fascia cruris.
Pelajarilah fossa poplitea dengan isinya: jaringan lemak, fascia poplitea, N peroneus communis, N
peroneus superficialis, N peroneus profundus, A poplitea, V poplitea, A genu, V genu, M plantaris,
M gastrocnemius dan M soleus, M popliteus, capsula articularis.
Regio Tibialis
Daerah ventralis cruris ini sebelah medial, ditempati tibia, sebelah lateral oleh otot-otot extensor.
Cutis bagian medial kuat melekat pada fascia cruris dan periosteum. Subcutis sedikit mengandung
lemak, kenali V saphena magna dan N saphenus. Carilah fascia cruris, M peroneus brevis, M
peroneus longus, M extensor digitorum longus, M toibialis anterior, M extensor pollicis longus. A dan
V tibialis anterior, N peroneus superficialis dan N peroneus profundus.
Regio Gastrocnemius/Betis
Daerah cruris posterior ini penuh dilapisi otot. Subcutis banyak mengandung lemak, dan disini
terdapat V saphena parva. Carilah fascia cruris superficialis, M soleus, M gastrocnemeus, M
plantaris longus, fascia cruris profundus, A peroneus, A tibialis posterior, N teibialis posterior dengan
rami muscularis. Carilah otot-otot lapisan dalam, yaitu M tibialis posterior, M flexor digitorum longus
dan M flexor digitorum longus.
a. Ventral: didaerah ini terdapat tendon-tendon. Pada subcutis terdapat sedikit lemak. Carilah disini
fascia cruris transversum yang melekat pada malleolus lateralis dan medialis. Pelajari tendon-
tendon yang berjalan di bawah fascia ini dan carilah A tibialis anterior, V tibialis anterior, N peroneus
superficialis, N peroneus profundus, V saphenus magna dan N saphenus. Perhatikan bagian lig.
Cruciatum cruris.
b. Posterior: Daerah ini disebut regio retro malleolaris, sampai ke tumit. Pada subcutis hanya
terdapat fascia cruris posterior supeficialis. Carilah disini tendon achilles. Pada retro malleolaris
medialis carilah lig. Lucinatum dengan Tib dig van hal.
Pada subcutis hanya terdapat sedikit lemak. Carilah N cutaneus pedis dorsalis lateralis, N cutaneus
pedis dorsalis intermedius, N saphenus rete venosus pedis dorsalis. Carilah fascia dorsalis pedis
yang melekat bersatu dengan lig. Cruciatum cruris, barisan pinggir tulang-tulang tarsi. Carilah M
extensor digitorum brevis, M extensor pollicis brevis, tendon-tendon extensoes, A da V dorsalis
pedis, N peroneus profundus, M peroneus tertius. Perhatikan jalannya tendon-tendon ini menuju
dorsum digitae.
Regio Plantaris
Perhatikan relief kulit dengan cristae cutis. Pada subcutis banyak terdapat lemak dengan rete
venosus plantaris yang banyak sekali dan halus. Pada subcutis ini dapat dicari N plantaris medialis
dan lateralis walaupun agak susah. Pada subcutis ini sudah terjalin serabut-serabut aponeurosis
plantaris. Setelah subcutis pelajarilah aponeurosis plantaris. Carilah sebelah medial, M abducrtor
pollicis hallucis, kemudian tendon-tendon M flexor hallucis longus, M flexor hallucis brevis, tendon
M flexor digitorum longus dengan Mm lumbricales, M plantaris brevis, M abductor digiti quinti pedis,
M flexor digiti quinti pedis, M adductor hallucis, Mm intersosei plantaris. Carilah A plantaris medialis
dengan venanya, A plantaris lateralis dengan venanya, N plantaris lateralis dan N plantaris medialis.
Pelajarilah lanjutan tendon-tendon yang melekat pada plantar digitae pedis.
BBS1-AO-Pr21
DEPARTEMEN HISTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
e-mail: histologiusutugas@gmail.com
1. Aturan Berpakaian :
a. Wajib memakai baju praktikum dan tanda pengenal/papan nama (name tag)
b. Berpenampilan rapi dan sopan. Bagi mahasiswi yang berambut panjang, rambut harus diikat.
c. Menggunakan sepatu dan tidak diperkenankan menggunakan sandal
d. Tidak menggunakan pakaian kaos dan berbahan jeans.
2. Aturan Kehadiran :
a. Diwajibkan untuk hadir tepat waktu dan batas toleransi waktu 15 menit
b. Mengikuti kuis menjadi syarat WAJIB kehadiran praktikum. Kuis akan dimulai di menit ke 15.
Keterlambatan kehadiran >15 menit, maka mahasiwa yang bersangkutan dianggap tidak hadir dan
tidak diperbolehkan mengulang di jadwal praktikum yang lain.
c. Mahasiswa dengan keterlambatan kehadiran >15 menit, dapat mengulang praktikum di blok yang
sama tahun depannya.
d. Mahasiswa wajib mengikuti praktikum 100% sebagai syarat untuk bisa mengikuti ujian blok yang
bersangkutan.
3. Penggantian Jadwal Praktikum. Penggantian Jadwal hanya diperbolehkan dengan alasan sebagai
berikut:
a. Mahasiswa yang bersangkutan sakit dan diharuskan melengkapi surat keterangan sakit dari dokter
b. Orang tua kandung meninggal dunia diharuskan melengkapi surat keterangan dari wali
c. Kegiatan resmi kemahasiswaan yang disertai dengan surat izin dari Wakil Dekan I FK USU/FKG USU
d. Pengurusan visa bagi mahasiswa asing dan surat permohonan untuk izin pengurusan visa sudah
disampaikan minimal 1 minggu sebelum pengurusan. Yang bersangkutan harus meyertakan berkas-
berkas berupa pengurusan visa, tiket dan boarding pass.
e. Acara adat dan keagamaan dengan menyertakan berkas-berkas yang diperlukan berupa undangan,
tiket dan boarding pass.
f. Bila syarat pada butir a hingga e tidak terpenuhi, maka mahasiswa yang bersangkutan tidak diizinkan
mengganti jadwal dan dianggap tidak hadir untuk praktikum blok tersebut.
4. Bila mengganti jadwal maka mahasiswa yang bersangkutan berkewajiban untuk memberikan aplikasi
praktikum dengan catatan :
a. Aplikasi dipresentasikan di depan ruang praktikum atau sesuai dengan perjanjian dengan dosen
pengampu praktikum
b. Mempersiapkan diri dengan baik untuk presentasi aplikasi praktikum
c. Bahan aplikasi diambil dari textbook, e-book dan bahan lainnya. Tidak diizinkan mengambil dari
bahan kuliah dosen.
d. Jika aplikasi tidak dipresentasikan dengan baik, maka aplikasi harus diulang. Pengulangan maksimal
sebanyak 2x. Jika aplikasi tetap tidak dipresentasikan dengan baik, maka praktikum dianggap batal.
7. Semua mahasiswa peserta praktikum di laboratorium Histologi FK USU wajib melaksanakan dan
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam tata tertib ini.
8. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur secara tersendiri. Jika dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam tata tertib ini, akan diadakan perbaikan atau perubahan sebagaimana
mestinya
Saat berada di dalam Laboratorium Histologi FK USU, mahasiswa peserta praktikum dapat
menggunakan mikroskop yang disediakan untuk mengamati slaid yang yang menjadi materi praktikum.
Keterampilan mempergunakan mikroskop dengan efektif merupakan suatu keharusan agar tujuan
pembelajaran di dalam kegiatan praktikum dapat dicapai. Berikut ini merupakan beberapa panduan dalam
mempergunakan mikroskop dan melaksanakan praktikum histologi.
9. Saat praktikum sudah selesai, matikan mikroskop dengan terlebih dahulu meminimalkan cahaya dengan
memutar tombol pengatur intensitas cahaya (G)
D
F
E G
6
I
Gambar pada petunjuk penggunaan mikroskop diambil dari lembar instruksi penggunaan mikroskop
Olympus CX31
PRAKTIKUM 1
HISTOTEKNIK 1: TISSUE PROCESSING
Histoteknik :
Metode dalam pembuatan preparat histologi dari jaringan tertentu (yang akan diamati) dengan
melalui suatu proses rangkaian tahapan untuk menjadikan suatu preparat yang siap untuk dianalisis.
TUJUAN PRAKTIKUM:
5. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum bagaimana mempelajari sel (mikroskopis,
biokimia, kultur sel)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan metode yang digunakan untuk mempelajari sel dengan tissue
processing and staining,
7. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis – jenis tissue stainning secara umum dan keunggulannya masing-
masing
8. Mahasiswa mampu menjelaskan istilah yang digunakan dalam pengamatan slide histologi
KEGIATAN
2. FIXATION
1.
2.
3.
3. DEHYDRATION
1.
2.
3.
4. CLEARING
1.
2.
3.
1.
2.
3.
6. BLOCKING/ CASTING
BLOCKING STEP
7. SECTIONING
SECTIONING STEP
PRAKTIKUM 2
HISTOTEKNIK 2: STAINING DAN MOUNTING
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum metoda pulasan rutin dan khusus terhadap sel dan
jaringan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat pulasan terhadap sel dan jaringan
B. Pulasan Khusus :
2. Sebutkan beberapa zat warna (dye) yang memiliki sifat asam dan basa, akan memwarnai komponen
sel atau jaringan, serta warna yang dihasilkannya
A. Pewarna Asam Jenis:
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tahapan PERSIAPAN pulasan jaringan dengan Hematoksilin dan
Eosin
A. Deparafinisasi :
B. Rehidrasi :
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tahapan PULASAN (staining) dengan Hematoksilin dan Eosin
dan jelaskan prosedurnya.
A. Pulasan irisan :
jaringan
(staining)
B. Penutupan :
irisan jaringan
dengan kaca
penutup
(mounting)
C. Pelabelan :
preparat
(labeling)
Gambarkan contoh hasil pulasan jaringan dengan Hematosilin dan tunjukkan komponen sel yang
terwarnai dengan pulasan tersebut.
Keterangan Gambar
1. __________________________________ 4. _____________________________________
2. ___________________________________ 5. ____________________________________
3. ____________________________________6. _____________________________________
PRAKTIKUM 3
ORGANISASI SEL
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur sel secara umum dan pembagiannya
2. Mahasiswa mampu menjelaskan organella sel dan fungsinya
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk sel dan lokasinya pada jaringan dasar
Sediaan jaringan :
3. Sel penyusun otot: sel skeletal muscle & sel smooth Tongue (DS2), colon
muscle
4. Sel saraf: sel ganglion & sel purkinje Colon, cerebellum (NS3)
Gambar 1
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 1
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 2
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 2
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 3
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 3
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 4
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 4
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 5
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 5
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 6
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 6
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 7
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 7
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 8
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 8
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
Gambar 9
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
4. _____________________________________
Penjelasan gambar 9
No. Penjelasan
1. Bentuk sel
2. Bentuk nucleus
PRAKTIKUM 4
JARINGAN DASAR & ORGANISASI JARINGAN DALAM ORGAN
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum organ dalam tubuh manusia dibentuk oleh 4 jaringan
dasar
2. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan epithelium.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan ikat
4. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan syaraf
5. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis jaringan otot
6. Mahasiswa mampu menjelaskan posisi 4 jaringan tersebut dalam suatu organ
A.
B.
C.
D.
A. Jenis epithelium a.
berdasarkan bentuk sel
penyusunnya b.
c.
B. Jenis epithelium a.
berdasarkan jumlah
lapisan selnya b.
C. Epithelium dengan a.
karakteristik khusus baik
dari jumlah lapisan sel
b.
maupun bentuknya
1. Klasifikasi berdasarkan a.
distribusi hasil sekresi
kelenjar b.
2. Klasifikasi kelenjar a.
eksokrin berdasarkan
percabangan duktusnya b.
c.
A. a.
b.
c.
d.
e.
f.
B. a.
b.
c.
C. a.
b.
c.
A. a.
b.
c.
B. a.
b.
C. a.
b.
c.
d.
e.
f.
1.
2. a.
b.
c.
d.
e.
f.
1. a.
b.
c.
d.
2. a.
b.
c.
d.
3. a.
b.
c.
d.
PRAKTIKUM 4
CELL JUNCTION
TUJUAN PRAKTIKUM:
Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisis jenis dan letak cell junction dalam jaringan dan organ.
1.
2.
3.
1.
1.Fungsi 2.
3.
1.
2.Lokasi
2.
1.
2.
3.
3.Tipe
4.
5.
6.
I. Tight Junction
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
IV. Desmosome
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
V. Focal Adhesions
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
VI. Hemidesmosome
Penjelasan
1. Fungsi
2. Lokasi
3. Membrane protein
4. Cytoskeleton Fiber
5. Matrix Protein
PRAKTIKUM 5
SIKLUS SEL & REPLIKASI DNA
Hari & Tanggal praktikum
Kelompok praktikum
Nama/NIM
Siklus Sel :
Siklus sel atau daur hidup sel: kegiatan yg terjadi dari satu pembelahan sel ke pembelahan berikutnya.
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa memahami proses siklus sel
2. Mahasiswa melakukan pengamatan proses siklus sel melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses siklus sel melalui preparat histologi
KEGIATAN
Replikasi DNA:
Suatu proses umum dalam sel induk dewasa yang membelah dan menuju proses menjadi sel anak
yang lebih khusus
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa memahami proses Replikasi DNA
2. Mahasiswa melakukan pengamatan proses Replikasi DNA melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses Replikasi DNA melalui preparat histologi
KEGIATAN
6. Saran
PRAKTIKUM 6
PROLIFERASI DAN DIFERENSIASI
Proliferasi :
Menghasilkan perbanyakan sel anakan (daughter cell) yang berasal dari satu sel melalui proses
Mitosis yang berulang
Differensiasi :
Suatu proses umum dalam sel induk dewasa yang membelah dan menuju proses menjadi sel anak
yang lebih khusus
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa melakukan pengamatan sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri pada jaringan
melalui preparat histologi
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri pada jaringan
melalui preparat histologi
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan secara histologi sel-sel yang berkembang dan memperbanyak diri
4. Mahasiswa melakukan pengamatan sel-sel yang terspesialisasi pada jaringan melalui preparat histologi
5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi sel-sel yang terspesialisasi pada jaringan melalui preparat histologi
6. Mahasiswa mampu mendeskripsikan secara histologi sel-sel yang terspesialisasi
No. Materi Praktikum Code
1. MRS 1
Testis: proliferasi sel-sel Spermatogonium
2. Ovarium: Folikel-folikel Ovarium FRS 1
- Labile tissue
- diferensiasi dari ectoderm
4. Smooth muscle DS 12
6. Tulang CT11
KEGIATAN
9. Saran
PRAKTIKUM 7
STEM CELL
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi stem cell.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan secara umum pembagian stem cell.
KEGIATAN
1. Jelaskan definisi stem cell.
Stem cell adalah:
PRAKTIKUM 8
Apoptosis
Hari & Tanggal praktikum
Kelompok praktikum
Nama/NIM
Apoptosis
Zulham Yamamoto
1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi gambaran sel yang
mengalami apoptosis, mempelajari hasil mikroskopi fase kontras, menyebutkan metode laboratorium
untuk identifikasi apoptosis, menjelaskan peran DNase terhadap DNA dari sel-sel apoptosis, dan
menjelaskan urutan kejadian apoptosis.
2. Landasan Terori
Apoptosis (kematian sel terprogram) ialah proses di mana sel dengan sengaja menghancurkan dirinya
sendiri sebagai respons terhadap sinyal yang diturunkan secara endogen. Apoptosis bertujuan
menghilangkan sel-sel yang tidak diinginkan dari tubuh selama perkembangan organ, pembentukan
kembali jaringan, dan respons imun. Kematian sel terprogram juga berfungsi dalam tahap dewasa dari
banyak organisme, termasuk manusia. Di timus, misalnya, limfosit-T yang belum matang dipilih
berdasarkan kemampuannya untuk mengenali antigen sendiri yang ditampilkan oleh sel dendritik. Limfosit
imatur yang kekurangan reseptor antigen memungkinkan mereka untuk merespons antigen sendiri yang
keluar dari timus, sementara limfosit limfosit yang reaktif sendiri menerima sinyal untuk menjalani
apoptosis. Beberapa juta T-limfosit prekursor memasuki timus setiap hari, dengan hanya 1-2% keluar untuk
menjadi T-limfosit fungsional.
Sel yang sedang mengalami apoptosis melakukan apoptosis dalam satu pola tertentu yang yang
berbeda dari sel yang sekarat/mati karena nekrosis akibat cedera fisik. Apoptosis diinduksi melalui salah
satu dari dua jalur: (1) ekstrinsik, yang dimulai oleh reseptor pengikat ligan kematian ekstraseluler dan (2)
intrinsik, yang dimulai oleh sinyal internal yang sering dimediasi oleh protein tumor suppressor p53. Kedua
jalur tersebut melibatkan transduksi sinyal yang, pada akhirnya, menyebabkan aktivasi enzim proteolitik
khusus (disebut sebagai caspases). Caspase diaktifkan dengan dibelah oleh enzim-enzim caspase lainnya
(misalnya, caspase 9 membelah dan mengaktifkan caspase 3) atau dengan autoproteolisis (ini adalah cara
caspases 8 dan 9 mengaktifkan diri). Caspase yang mengaktifkan diri sendiri umumnya dikenal sebagai
inisiator, sementara caspase seperti caspase 3 adalah efektor. Caspase efektor, setelah diaktifkan, akan
menyebabkan degradasi dari DNA, lamina nukleus, sitoskeleton, dan komponen penting lainnya dari
integritas seluler. Aktivasi caspase efektor (dan, oleh karena itu, program apoptosis) dapat dideteksi
dengan memeriksa proteolisis substratnya. Salah satu substrat yang sering diuji adalah poli (ADP-ribosa)
polimerase-1 (PARP-1), enzim perbaikan DNA yang didegradasi oleh caspases 3 dan 7. Selain itu, sinyal
caspase sering mengakibatkan aktivasi nuclease caspase-activated DNase (CAD) spesifik dalam memulai
putusnya untai DNA.
Urutan kejadian dalam program apoptosis adalah (1) aktivasi caspase efektor, (2) kondensasi kromatin,
(3) fragmentasi DNA, dan (4) peningkatan permeabilitas membran terhadap zat warna vital (vital stains1).
3. Metode
Satu flask kultur sel berisi sel-sel Jurkat telah diberi etoposide (penginduksi apoptosis) dan dimethyl
sulphoxide (kontrol). Setelah penambahan etoposide dan dimethyl sulphoxide pada interval waktu 0 jam (0
hr), 2 jam (2 hr), 4 jam (4 hr), dan 8 jam (8 hr), sejumlah sel Jurkat dipanen dan dibagi menjadi 3 tabung:
satu tabung untuk pengamatan mikroskop fase kontras, satu tabung untuk pemeriksaan DNA, dan satu
tabung untuk Western blot.
4. Analisis
Mahasiswa diberikan beberapa gambaran berhubungan dengan apoptosis. Tugas mahasiswa adalah
mengobservasi, mendeskripsikan, dan menganalisis proses yang telah terjadi.
1 Zat warna vital digunakan untuk memantau kelangsungan hidup suspensi sel (dari kultur sel). Zat warna vital
diperkenalkan kepada sel. Jika sel hidup, zat warna akan diserap secara selektif oleh berbagai jaringan atau elemen
seluler.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Gambar 1. Gambaran sel yang dikultur setelah 6 jam pemberian etoposide. Gambar-gambar diperoleh dari
mikroskopi fase kontras. Perbesaran asli: B, C, E, dan F, 400X; A dan D, 1000X (dengan minyak immersi).
Gambar 2. DNA laddering pada sel yang dikultur dan telah diberi etoposide (VP) dan dimethyl suphoxide (C)
waktu yang ditunjukkan pada bagian atas gambar. Sel-sel telah dilisis dan DNA diekstraksi. DNA dipisahkan
dengan elektroforesis agarose 1,2% dan divisualisasi dengan ethidium bromide. M adalah DNA ladder
sebagai marker ukuran DNA; kb adalah kilobasa.
Gambar 3. Imunodeteksi pembelahan PARP-1 selama induksi apoptosis pada sel-sel Jurkat. Sel yang diberi
etoposide (VP) atau dimethyl sulphoxide (C) telah diinkubasi pada 37°C untuk waktu yang ditentukan (di
bagian atas gambar). Protein diisolasi, dipisahkan dengan SDS-PAGE 8%, dan dipindahkan ke membran
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
nitroselulosa. Setiap jalur berisi total protein seluler dari sekitar 4 × 105 sel. Membran nitroselulosa
diperiksa dengan antibodi primer terhadap PARP-1 dengan pendekatan metode indirek. Pita
divisualisasikan dengan chemiluminescence. Massa molekul yang tampak dari bentuk aktif dan tidak aktif
PARP-1 masing-masing adalah 116 dan 85 kD.
5. Tugas Praktikum
a. Apakah yang dapat kamu amati pada struktur sel dalam gambar 1 di atas? Apakah peran etoposide
terhadap struktur sel dalam gambar?
b. Dari gambar 2, apakah pengaruh dari etoposide dan dimethyl sulphoxide terhadap kultur sel Jurkat?
Apakah peran lama (dalam jam) pemberian terhadap DNA dari sel-sel yang dikultur? Apakah etoposide
berperan langsung dalam aktivitas DNase?
c. Pada gambar 3, apakah pengaruh dari etoposide dan dimethyl sulphoxide terhadap PARP-1? Apakah
peran lama (dalam jam) pemberian terhadap PARP-1 aktif dari sel-sel yang dikultur?
PRAKTIKUM 9
SISTEM SARAF
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu (1) mengidentifikasi bagian-bagian neuron
misalnya Nissl’s bodies, perikaryon, axon, dan dendrit, (2) mengidentifikasi jenis-jenis sel neuron dan
neuroglia, (3) mengidentifikasi struktur mikroskopis dan organ sistem saraf seperti nama lapisan, jenis
ganglion, dan plexus, dan (4) menyebutkan peran fisiologis neuron, struktur, dan organ dalam sistem saraf
misalnya cerebrum, cerebellum, medulla spinalis, dan meningen (piamater, arachnoid, duramater).
2. LANDASAN TEORI
Sistem saraf memiliki peran penting dalam komunikasi antar sel, regulasi (pengaturan), dan reseptor (sensor)
dalam tubuh. Peran ini dijalankan oleh sel saraf (neuron) (Gambar 2.1) melalui transduksi dan transmisi
impuls2 serta menghasilkan hormon. Impuls terjadi dengan cara menerima stimuli dan mengeluarkan
mediator kimia seperti asetilkolin, dopamin, dan gamma amino butyric acid (GABA) atau lainnya. Cara ini
dikenal sebagai transduksi. Mediator-mediator ini mencetuskan sekuens peristiwa depolarisasi dan
repolarisasi yang bersambung dari satu neuron ke neuron/sel efektor lainnya (transmisi). Karenanya, Allah
SWT menciptakan neuron untuk memiliki banyak interkoneksi dengan neuron-neuron dan sel-sel lain.
Interkoneksi yang banyak itu membuat sistem saraf menjadi sistem yang kompleks dan rumit.
2 Impuls saraf berupa sinyal pendek berbentuk listrik yang membawa informasi atau instruksi antara bagian-
bagian sistem saraf.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Untuk mencapai fungsi, sistem saraf dapat dibagi secara anatomi menjadi sistem saraf pusat (CNS)
dan sistem saraf perifer (PNS). CNS terdiri dari otak dan medulla spinalis. PNS terdiri dari saraf kranial, saraf
spinal, dan ganglia.
Secara fungsional, PNS terdiri dari komponen sensori (afferent) dan motorik (efferent). Komponen
sensori menerima dan mentransmisikan impuls ke CNS untuk pemrosesan impuls seperti nyeri, pH, posisi
tubuh, rasa, aroma, suara, bau, cahaya dan sebagainya. Komponen motorik berasal dari CNS dan
mentransmisikan impuls ke organ-organ efektor (misalnya otot dan kelenjar eksokrin) dan membuat otot
berkontraksi atau kelenjar mengeluarkan sekretnya. Satu penghubung (sinaps) antara neuron motorik
dengan otot disebut sebagai neuromuscular junction (myoneural junction). Komponen motorik selanjutnya
dibagi menjadi dua:
1. Sistem somatik: impuls dari CNS ditransmisikan ke otot rangka secara langsung melalui satu neuron.
2. Sistem autonomik: impuls dari CNS ditransmisikan ke ganglion otonom via satu neuron, selanjutnya
neuron kedua berasal dari ganglion otonom mentransmisikan impuls kepada organ-organ efektor
(misalnya otot polos, otot jantung, atau kelenjar-kelenjar).
Neuron terdiri dari 3 bagian yaitu soma (perikaryon atau badan sel neuron), dendrit yang bercabang-
cabang, dan axon yang tunggal. Bentuk neuron umumnya adalah poligonal dengan permukaan cekung di
antara bagian neuron (Gambar 2.1). Pada sel neuron di ganglion, soma berbentuk bulat (Gambar 2.2) dengan
juluran dendrit dan axon. Diameter soma neuron bervariasi dari 5 – 150 µm sedangkan panjang axon dapat
mencapai 100 cm.
Soma adalah bagian neuron yang paling kentara dan mudah dikenali (Gambar 2.1 dan 2.2). Nukleus
neuron sangat besar dan berbentuk sferis/oval dan terletak di tengah-tengah (centric) soma. Pola kromatin
nukleus yang cukup halus (sering disebut pucat, eukromatin) biasa ditemui pada soma neuron yang besar.
Dengan kedua ciri ini, neuron disebut memiliki vesicular nucleus. Tidak semua neuron berciri seperti ini
karena nuklei neuron yang kecil bisa menunjukkan pola heterokromatin. Nukleolus biasanya tampak cukup
jelas dan besar, kadang-kadang seukuran dengan besar neuroglia/sel lainnya. Sitoplasma soma menunjukkan
gumpalan-gumpalan material basofilik/berwarna biru yang dikenal sebagai Nissl’s bodies. Nissl’s bodies tidak
ditemukan pada muara axon (Gambar 2.1).
Neuroglia dapat ditemukan pada sistem saraf pusat dan perifer. Di sistem saraf pusat dapat
ditemukan astrosit, sel mikroglia, oligodendrosit, dan ependymal cells. Nuklei neuroglia berpola
heterokromatin. Astrosit dan sel mikroglia sukar diidentifikasi dengan sediaan HE dan pengamatan
mikroskop cahaya. Oligodendrosit dapat diidentifikasi bila berada sel-sel ini berada di white matter.
Ependymal cells melapisi plexus choroideus di ventrikel cerebrum dan central canal di medulla spinalis. Di
serabut saraf perifer dapat ditemukan sel Schwann sedangkan sel satelit mengelilingi neuron ganglion
(Gambar 2.2).
2.2. Cerebrum
Cerebrum (Gambar 2.3) merupakan bagian CNS. Seperti struktur umum CNS, cerebrum terdiri substansia
grisea (gray matter (korteks)) dan substansia alba (white matter (medulla)) tanpa jaringan ikat berada di
antara keduanya. Di dalam hemisfer serebri, substansia grisea terdapat pada bagian luar (berbeda terbalik
dengan medulla spinalis) dan di bawahnya terdapat substansia alba. Lebih ke dalam cerebrum terdapat
kumpulan/agregat neuron yang terdapat di luar substansia grisea dan disebut sebagai nukleus. Soma neuron
terdapat di substansia grisea dan nuklei; akson bermielin terdapat di dalam substansia alba.
1. Lapisan molekular terutama terdiri dari serat-serat saraf yang berasal dari neuron-neuron yang terdapat
pada lapisan-lapisan di bawahnya. Lapisan ini mengandung sedikit badan sel saraf yang dikenal sebagai
sel horisontal (Cajal). Sel Cajal berukuran kecil dan berbentuk pipih dengan akson dan dendritnya berjalan
sejajar permukaan.
2. Lapisan granular luar terdiri dari sel piramid dan sel stelata. Sel piramid merupakan sel saraf dengan
badan sel berbentuk segitiga/piramid. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular dan bercabang-
cabang, sementara aksonnya mengarah ke lapisan di bawahnya. Sel stelata (sel granular) merupakan sel
saraf kecil yang berbentuk poligonal. Aksonnya panjang dan mengarah ke lapisan molekular, sementara
dendritnya pendek dan mengarah ke lapisan di bawahnya.
3. Lapisan piramidal luar terdiri dari sel-sel piramid yang ukurannya makin ke dalam semakin bertambah
besar. Dendritnya mengarah ke lapisan molekular, sementara aksonnya menuju ke arah substansia alba.
4. Lapisan granular dalam terdiri dari sel stelata (sel granular) halus dan sel-sel piramid berukuran sedang.
5. Lapisan piramidal dalam (lapisan ganglion) terdiri dari sel-sel piramid berukuran besar (Gambar 2.3) yang
dikenal sebagai sel Batz dan sel piramid berukuran sedang. Selain itu, lapisan ini mempunyai sel stelata
dan sel Martinotti. Sel Martinotti merupakan sel saraf multipolar berukuran kecil dengan dendrit yang
pendek mengarah ke lapisan di atasnya, sedangkan aksonnya berjalan ke arah lateral.
6. Lapisan multiform atau polimorf terdiri dari sel-sel dengan bermacam-macam bentuk. Kebanyakan sel
yang terdapat di sini adalah sel fusiform dengan dendritnya yang panjang mengarah ke arah lapisan di
atasnya. Semua lapisan ini juga mengandung neuroglia dan mempunyai batas yang tidak tegas.
Substansia alba cerebrum terdiri dari gabungan serat saraf bermielin yang menyebar ke segala arah.
Empat jenis sel neuroglia pada cerebrum, yaitu astrosit protoplasmatis, astrosit fibrosa,
oligodendroglia, dan mikroglia bisa dipelajari mengggunakan sediaan cerebrum yang dipulas dengan perak.
Neuroglia lainnya, sel ependymal, dengan mudah dikenali berdasarkan keberadaannya pada pleksus
choroideus ventrikel otak dan kanalis sentralis medulla spinalis.
Pleksus choroideus (Gambar 2.4) terdiri dari lipatan piameter yang dalam, yang kaya kapiler
bertingkap lebar. Pleksus ini terdapat di atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian ventrikel lateral.
Pleksus choroideus terdiri dari jaringan ikat longgar piamater yang ditutupi oleh epitel selapis kuboid atau
silindris rendah. Sel epitel ini berfungsi menghasilkan cairan serebrospinal.
Menutupi otak terdapat lapisan meninges: lapisan duramater, lapisan arachnoid mater, dan lapisan
piamater (Gambar 2.3). Lapisan duramater dan lapisan subarachnoid sangat jarang terdapat pada sediaan
cerebrum karena mereka terikat pada periosteum tulang kepala. Lapisan piamater biasanya bersama sediaan
cerebrum.
2.3. Cerebellum
Cerebellum (Gambar 2.5) terdiri dari korteks (gray matter) yang letaknya di pinggir dan medulla
(white matter)yang letaknya di bagian dalam. Korteks terdiri dari tiga lapisan yang berbeda: lapisan molekular
di sebelah luar, lapisan Purkinje di tengah, dan lapisan granular di sebelah dalam. Medulla cerebellum tampak
berwarna lebih pucat.
Lapisan molekular tampak tersusun atas sel-sel saraf berukuran kecil dengan jumlah yang sedikit dan
serat saraf tidak bermielin. Dari sebelah luar, piamater tipis menutupi lapisan molekular.
Lapisan Purkinje disusun oleh sel-sel Purkinje. Sel-sel saraf ini berukuran besar dengan cabang-
cabang yang jelas. Soma sel Purkinje berada di antara lapisan molekular dan lapisan granular. Nuklei sel
tampak besar, bentuknya bulat atau lonjong, dengan nukleolus yang jelas. Cabang-cabang dendrit sangat
khas mirip sebuah pohon dengan satu batang besar yang kemudian bercabang dan beranting (atau mirip
tanduk rusa). Cabang-cabang dendritnya mengarah ke lapisan molekular. Aksonnya tunggal, jarang tampak,
dan masuk ke dalam lapisan granular.
Lapisan granular tampak padat disusun oleh sel-sel saraf berukuran kecil dengan dendrit yang
mengarah ke lapisan molekular. Padatnya nuklei membuat lapisan ini berwarna biru hematoxylin yang kuat.
Kornu anterior medulla spinalis tampak seperti “bagian sayap kupu-kupu yang gemuk”, dan
merupakan daerah yang paling banyak mengandung neuron. Neuron yang terletak pada kornu anterior
adalah sel saraf motorik (Gambar 2.1). Sel saraf motorik mempunyai perikaryon berbentuk poligonal, nuklei
sel berukuran besar dan berbentuk bulat atau oval, dan nukleolus yang jelas. Sitoplasmanya bercabang-
cabang terdiri dari satu cabang akson dan beberapa cabang dendrit. Perikaryon dan dendrit mengandung
Nissl’s bodies, sedangkan akson tidak. Nissl’s bodies tampak sebagai bintik-bintik biru kehitaman memberikan
gambaran kulit macan tutul dan karenanya disebut sebagai substansia tigroid. Pangkal akson (axon hillock)
dan axon tidak mengandung Nissl’s bodies.
Serat saraf yang terpotong melintang tampak berupa lingkaran-lingkaran kecil yang kosong dengan
bintik di tengahnya (Gambar 2.8). Setiap lingkaran itu sebenarnya sebuah serat saraf dengan selubung
mielinnya. Lingkaran kosong di sebelah luar adalah selubung mielin, sedangkan bintik di tengahnya adalah
akson. Pada selubung mielin ini kadang dapat dilihat nukleus sel Schwann yang terpotong melintang
berbentuk bulat atau seperti ginjal. Sering juga terlihat serat-serat protein yang tersusun mirip jari-jari yang
terentang dari akson ke tepi selubung mielin yang disebut neurokeratin.
Saraf tepi yang dipotong memanjang (Gambar 2.8) menunjukkan serat saraf sebagai pita-pita tebal
dengan pita tipis di tengahnya yang biasanya sedikit lebih gelap. Pita tebal dan tipis ini memberikan gambaran
bergelombang yang membedakannya dengan serat kolagen potongan memanjang. Pita yang tebal
merupakan selubung mielin dan pita tipis di tengahnya adalah akson. Di tepian selubung mielin dapat dikenali
nuklei sel Schwann yang sering tidak dapat dibedakan dengan nuklei fibroblas dan sel endotel. Selubung
mielin di beberapa tempat terlihat mempunyai satu titik yang tampak membelah serat saraf yang disebut
nodus Ranvier. Pada nodus ini akson tidak tertutup selubung mielin. Pada sediaan pulasan perak, di tempat
nodus Ranvier dapat dilihat bar of Ranvier.
2.6. Ganglion
Ganglion (Gambar 2.10) adalah kumpulan sel saraf (neuron) yang membesar dan terletak di susunan saraf
perifer. Bentuk dan ukurannya beragam. Ganglia berada dalam (1) dorsal root ganglia medulla spinalis, (2)
cranial nerve root ganglia dari n. trigeminal, n. facialis, n. vestibulokoklearis, n. vagus, dan n. glossofaringeus,
(3) saraf otonom, dan (4) sistem saraf enterik. Setiap ganglion dibungkus oleh kapsul jaringan ikat fibrosa dan
mengandung soma neuron dan prosessus neuron. Beberapa ganglia, khususnya dalam sistem saraf otonom,
juga mengandung serabut-serabut saraf (axon bermyelin) dari sistem saraf perifer dan bisa jadi melalui atau
berhenti dalam ganglia itu.
Ada dua macam ganglion, yaitu ganglion sensori dan ganglion otonom. Ganglia sensori
memungkinkan CNS menerima informasi sensori/indra dan memediasi propriosepsi. Jenis ganglion sensori
yang paling umum adalah dorsal root ganglia dan cranial nerve root ganglia. Sel-sel dorsal root ganglion
adalah neuron pseudounipolar3. Di dalam dorsal root ganglion terdapat soma neuron dan serat saraf. Dorsal
root ganglion ini adalah kumpulan soma neuron dengan dendrit menjadi ujung serat saraf sensorik di organ
seperti kulit atau mukosa usus, dan satu memanjang ke medulla spinalis/CNS. Nukleus bulat kecil dari sel-sel
satelit mengelilingi neuron.
Ganglion otonom berfungsi motorik dan dibagi menjadi dua jenis: yaitu ganglion simpatis (Gambar
2.11) dan parasimpatis (Gambar 2.11). Ganglion simpatis dibungkus oleh selubung jaringan ikat fibrosa yang
dikenal sebagai kapsul. Di dalamnya terdapat sel-sel ganglion yang tersebar merata di seluruh sajian ganglion.
Sel ganglion sebenarnya adalah sebuah sel saraf (neuron) yang umumnya berbentuk poligonal. Percabangan
sitoplasma, sekalipun ada, biasanya tidak terlihat jelas dan hanya terlihat pangkalnya. Nuklei sel berbentuk
bulat atau lonjong dengan nukleolus yang jelas. Kadang-kadang di dalam sitoplasma terlihat pigmen coklat.
Substansi tigroid walaupun tidak tegas, dapat dilihat berupa bintik-bintik besar berwarna biru hitam di sekitar
nukleus. Di sekitar sel ganglion dapat dilihat banyak potongan serat saraf dan sel satelit. Setiap perikaryon
sel ganglion dikelilingi oleh satu lapis sel-sel kecil, berbentuk gepeng atau kuboid yang disebut sebagai sel
satelit atau sel kapsul atau amfisit. Sel-sel satelit ini merupakan modifikasi sel Schwann dan berfungsi
menyokong neuron, serupa dengan peran sel glia (astrosit) di susunan saraf pusat.
Nukleus perikaryon ganglion simpatis terletak eksentrik. Neuron-neuron ganglia otonom ini berbentuk multipolar,
dengan dendrit memancar keluar di sekitar soma neuron di mana sinapsis neuron spinal cord dibuat.
Ganglion simpatis biasanya berada dekat atau di dalam organ yang dipersarafinya. Fitur ini
membedakan ganglion parasimpatis dari ganglion simpatis secara struktur. Contoh utama ganglion
3 Neuron pseudounipolar memiliki satu process sitoplasma yang segera membelah menjadi menjadi dua cabang
axon.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
parasimpatis adalah Auerbach myenteric plexus. Di antara dua tunika muskularis eksterna usus terdapat
Auerbach myenteric plexus.
Ganglion ini berada di antara dua lapis otot polos dinding usus. Pewarnaan HE. Pembesaran 100X.
1. Badan akhir saraf yang berakhir pada otot dan myoepitel. Contohnya ialah cakram motorik (motor end
plate) dan gelendong otot (muscle spindle). Struktur ini berfungsi motorik.
2. Badan akhir saraf yang tidak berkapsul yaitu ujung saraf bebas (free nerve endings). Struktur ini berfungsi
sensorik.
3. Badan akhir saraf yang berkapsul. Contohnya ialah Paccinian corpuscle, Ruffini corpuscle, Kraus end bulb,
dan Meissner corpuscle. Struktur ini juga berfungsi sensorik.
Paccinian corpuscle (Badan Pacini) (Gambar 2.11) merupakan badan khusus bersifat sensorik. Alat
pengindera ini terdiri dari sejumlah lapisan fibroblas dan ruangan berisi cairan jaringan yang tersusun
berlapis-lapis dengan serat saraf tak bermielin di tengahnya sehingga pada salah satu potongannya akan
terlihat berupa sejumlah lingkaran sepusat yang mengelilingi sebuah bintik. Bintik itu sebenarnya bagian
ujung serat saraf tak bermielin yang akan bermielin lagi setelah keluar dari badan tersebut. Pada potongan
yang lain bangunan ini tampak mirip potongan sagital bawang bombai (onion slice). Selain di kulit, badan
akhir saraf sensoris ini dapat pula ditemukan di dalam pankreas.
Meissner corpuscle (Badan Meissner) (Gambar 2.12) terdapat pada sajian kulit di dalam lapisan papilary
dermis. Lapisan ini berisi jaringan ikat dengan banyak pembuluh darah (papil vaskular) dan sebagian lainnya
berisi badan akhir saraf sensoris (papil saraf). Badan akhir saraf yang terdapat pada papil saraf adalah badan
Meissner. Badan ini terdiri dari percabangan ujung serat saraf sensoris yang diselubungi sel Schwann yang
tersusun horizontal melingkar ke arah ujungnya. Di luar selubung sel Schwann terdapat lapisan fibroblas dan
serat kolagen kasar yang tersusun berpilin membentuk bangunan bulat seperti telur dan terkadang tampilan
seperti tangga (ladder like appearance).
Motor end plate (Gambar 2.13) merupakan ujung serat saraf perifer dan berhubungan dengan serat otot
rangka atau sel efektor lain seperti myoepitel di kelenjar eksokrin. Membran di ujung akson disebut sebagai
membran prasinaps mengandung mitokondria dan vesikel sinaptik (berisi asetilkolin). Celah sinaps berupa
satu ruang antara membran-membran prasinaps dan pascasinaps.
2. Cerebelum H050150
7. Meissner corpuscles
8. Paccinian corpuscles
4. CARA PRAKTIKUM
Praktikum menuntut praktikan untuk mengamati dengan teliti. Lihatlah setiap sediaan histologi dengan
pembesaran 40x terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran umum posisi struktur-struktur dalam organ.
Untuk mengamati lebih rinci, gunakan pembesaran 100x/400x.
Amatilah sediaan histologi cerebrum. Amati dari tepi untuk struktur meninges. Perhatikan jaringan
ikat yang menyusun, banyaknya kapiler, dan lapisan yang terdapat dalam sediaan. Jaringan ikat yang terdekat
dengan jaringan saraf adalah piamater. Ikuti arah perkembangan piamater yang masuk jaringan cerebrum
hingga ke tengah cerebrum dengan melapisi rongga ventrikel otak sebagai pleksus choroideus. Perhatikan
jenis epitel pleksus choroideus dan fikirkan proses pembentukan liquor cerebrospinal dari kapiler yang
terdapat di sekitarnya. Selanjutnya amati korteks cerebrum dengan melihat ciri khas cerebrum, sel piramid.
Dengan sedikit bantuan imajinasi, tentukan lapisan molekular, lapisan granular luar, lapisan piramid luar,
lapisan granular dalam, lapisan piramid dalam, lapisan multiform dengan mempertimbangkan populasi sel
piramid dan axon. Amati pula bagian lain cerebrum yang luas seperti substansia grisea termasuk corpus
callosum. Amati lebih ke dalam di sekitar ventrikel cerebrum untuk mendapatkan aggregat neuron (nuklei).
Amatilah sediaan cerebellum dan carilah bagian korteks. Seperti cerebrum, mulailah pengamatan
dengan meninjau bagian luar yang dibentuk oleh piamater yang sangat tipis dan seringkali terpisah dari
cerebellum. Selanjutnya tentukan korteks dan amati lapisan molekular, Purkinje, dan granular yang sangat
indah dengan banyak lekukan seperti daun. Tentukan juga bagian medulla cerebellum yang berwarna cukup
kuat.
Amatilah sediaan medulla spinalis. Perhatikan bentuk kupu-kupu (huruf H) substansia grisea di
bagian dalam medulla spinalis. Dengan pembesaran 400X, pelajari karakter soma, axon, dendrit, dan Nissl’s
bodies terutama pada neuron di anterior horn karena di sini ukuran neuron sangat besar. Di bagian tengah
medulla spinalis, central canal menjadi saluran liquor cerebrospinalis dan dilapisi oleh epitel selapis kuboid
atau kolumnar. Perhatikan bentuk dan letak nukleus sel ependim untuk menentukan jenis epitel. Beralih ke
substansia grisea (di luar struktur berbentuk huruf H), amati lingkaran kecil-kecil yang dibentuk oleh axon
yang terpotong transversal, diselimuti oleh selubung myelin yang sebagian besarnya sudah hilang dan
memberikan warna putih lampu. Myelin berbahan utama lemak sehingga larut pada alkohol yang digunakan
saat membuat sediaan dan meninggalkan rongga. Di bagian tepi medulla spinalis, amati selaput otak yang
meluas hingga ke medullla spinalis. Jika beruntung, kamu dapat mengamati satu serabut saraf perifer atau
satu dorsal root ganglion.
Amatilah sediaan ganglion simpatis medulla spinalis. Amati serabut pada kapsula fibrosa. Amati pula
Nissl’s bodies di sini dan bandingkan dengan Nissl’s bodies neuron medulla spinalis. Amati pula letak nuklei
neuron ganglion simpatis dan bandingkan dengan ganglion lainnya.
Amatilah serat saraf tepi. Dalam satu berkasa saraf, sangat mungkin ada potongan melintang dan
memanjang. Amati pola yang terbentuk oleh axon. Ada lurus memanjang dan berkelok, oblik, atau melintang.
Amati pula akson, selubung mielin, dan node of Ranvier dengan pembesaran 400X.Carilah jaringan ikat
pembungkus saraf tepi yaitu epineurium, perineurium dan endoneurium.
Amatilah sediaan kulit khusunya Badan Pacini. Carilah Badan Pacini di lapisan hipodermis yang di
sekitarnya yang banyak jaringan lemak. Amati susunan lamelar dan aksonnya. Di lapisan papillary dermis.
Perhatikan struktur korpuskel Meissner yang mirip tangga.
Amatilah sediaan motor end plate. Amati dengan pembesaran 100x dan 400x. Lihat percabangan dari
berkas saraf yang besar hingga mengecil dan menjadi ujung saraf (axon) yang membentuk sinaps dengan
efektor (otot)
5. TUGAS PRAKTIKUM
Laporan praktikum berupa gambar-gambar dari semua sediaan yang dipraktikumkan. Gambar-gambar dibuat
dengan pembesaran yang disesuaikan dengan tujuan praktikum. Buatlah:
1. Gambar cerebrum yang memperlihatkan korteks dan medulla. Kemudian buatlah dengan pembesaran
400X, gambaran korteks cerebri dan tampilkan sel piramid.
2. Gambar cerebellum dengan pembesaran 40X dan tunjukkan bagian korteks dan medulla. Pada bagian
korteks, tuliskan 3 lapisan: molekular, Purkinje, dan granular.
3. Gambar medulla spinalis. Dengan pembesaran 40X. Tentukan korteks, medulla, dan canalis sentralis.
Tunjukkanlah pada bagian korteks adanya neuron motorik.
4. Gambar ganglion spinalis dan tunjukkan sel ganglion, sel satelit, dan kapsul ganglion.
5. Gambarlah serabut saraf dalam pembesaran 100X. Tentukan jaringan ikat pembungkus saraf:
epineurium, perineurium, endoneurium. Tunjukkan axon, mielin, dan sel Schwann.
6. Gambar ujung saraf: Korpuskel Meissner dan motor end plate.
Penilaian Gambar
6. LATIHAN
Essay Terbuka
Essay Tertutup
Cerebrum
Lapisan korteks 1.
(gray matter) 2.
3.
1.
4.
5.
6.
Lapisan medulla
2.
(white matter)
Jenis neuroglia 1.
3. 2.
3.
Cerebellum
Lapisan korteks
1. (gray matter)
Molecular layer
granular layer
Lapisan medulla
2.
(white matter)
Medulla Spinalis
1.
Struktur gray matter
3. Dorsal horn
Ganglion
1.
Kapsul
2. Sel satelit
3.
Neuron
Peripheral Nerves
Ukuran
1.
kelompok serabut saraf
Jaringan ikat
2.
pada serabut saraf
4. Schwann cells
PRAKTIKUM 10
SISTEM ENDOKRIN
TUJUAN PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan organ endokrin secara umum
2. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur histologi organ endokrin dan sel penyusunnya
Sediaan jaringan :
1. ES – 1
Hypophysis
2. ES – 2
Thyroid gland
3. ES – 2
Parathyroid gland
4. Langerhans islet DS – 17
5. ES – 3
Adrenal gland
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. ___________________________________ 4. ____________________________________
2. ___________________________________ 5. ____________________________________
3. ____________________________________6. _____________________________________
Penjelasan gambar 1
No. Penjelasan
1. Daerah neurohipofisis
2. Herring bodies
3.
Daerah adenohipofisis
4. 1.
Jenis sel pada
adenohipofisis 2.
5.
Struktur
pars intermedia
Gambar 2
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Penjelasan gambar 2
No. Penjelasan
1. Struktur folikel
2. Jenis sel 1.
2.
Gambar 3
Parathyroid Gland (ES-2)
10 x 10 10 x 40
eterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Penjelasan gambar 3
No. Penjelasan
1. Struktur kelenjar
Gambar 4
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Penjelasan gambar 4
No. Penjelasan
1. Struktur kelenjar
2. Jenis sel 1.
2.
3.
4.
3. Struktur sel A
4. Struktur sel B
Gambar 5
10 x 10 10 x 40
Keterangan Gambar
1. _______________________________ 4. ___________________________
2. _______________________________ 5. ___________________________
3. _______________________________ 6. ___________________________
Penjelasan gambar 5
No. Penjelasan
1. Struktur kapsul
3. Zona glomerulosa
4. Zona fasikulata
5. Zona retikularis
6. Struktur medulla
Referensi
Elmore S. Apoptosis: a review of programmed cell death. Toxicologic pathology. 2007;35(4): 495–
516.
Chiarugi A., Moskowitz M. A. PARP-1—A perpetrator of apoptotic cell
death? Science. 2002;297:200–201.
Hengartner M. O. The biochemistry of apoptosis. Nature. 2000;407:770–776.
Larsen BD, Rampalli S, Burns LE, et al. Caspase 3/caspase-activated DNase promote cell
differentiation by inducing DNA strand breaks. Proceedings of the National Academy of Sciences.
2010:107(9):4230-4235.
Leist M., Jaattela M. Four deaths and a funeral: From caspases to alternative mechanisms. Nature
Rev. 2001;2:589–598.
Mariani A. R., Columbaro M., Zauli G., Zamai L., Luchetti F., Gobbi P., Ghibellini D., Falcieri E.,
Vitale M. Lineage-related susceptibility of human hemopoietic cell lines to apoptosis. Anat
Rec. 1999;254:1–6.
Martins L. M., Kottke T., Mesner P. W., Basi G. S., Sinha S., Frigon N., Jr., Tatar E., Tung J. S.,
Bryant K., Takahashi A., Svingen P. A., Madden B. J., McCormick D. J., Earnshaw W. C.,
Kaufmann S. H. Activation of multiple interleukin-1β converting enzyme homologues in cytosol
and nuclei of HL-60 cells during etoposide-induced apoptosis. J Biol Chem. 1997;272(11):7421–
7430.
Meng X. W., Fraser M. J., Feller J. M., Ziegler J. B. Caspase-3-dependent and caspase-3-independent
pathways leading to chromatin DNA fragmentation in HL-60 cells. Apoptosis. 2000;5:61–67.
Smyth P. G., Berman S. A., Bursztajn S. Markers of apoptosis: Methods for elucidating the
mechanism of apoptotic cell death from the nervous system. BioTechniques. 2002;322:648–665.
Studzinski G. P. Overview of Apoptosis. In: Studzinski G. P., editor. Apoptosis: A Practical
Approach. Oxford University Press; New York: 1999. pp. 1–17.
A. Peraturan Praktikum
1. Memasuki ruang praktikum dengan sudah mengenakan jas laboratorium dengan rapi dan badge
name sudah terpasang di jas laboratorium.
2. Duduk pada meja dan posisi yang ditetapkan pada awal praktikum.
3. Tas dan barang lain, kecuali buku Panduan, alat tulis & alat praktikum, diletakkan pada lemari/tempat
yang tersedia. Barang berharga tidak diperkenankan dibawa ke laboratorium dan jika hilang di luar
tanggung jawab departemen Fisiologi.
4. Penuntun praktikum yang di download dari website harus disusun seperti layaknya buku teks,
disertai cover dan berisi materi yang lengkap mulai dari peraturan praktikum pertama hingga materi
percobaan terakhir.
B. Persiapan sebelum Praktikum
Adalah hal yang harus disiapkan di rumah sebelum kegiatan praktikum dimulai.
1. Membaca jurnal praktikum dan mengisi kolom ”Hasil Yang Diharapkan / Dasar Teori atau Tugas
sebelum praktikum” pada lembar observasi ataupun mengisi lembar latihan yang harus dikerjakan di
rumah.
2. Mempelajari teori yang terkait dengan praktikum, dengan berpedoman pada Tujuan praktikum.
Bersumber dari buku teks, bahan kuliah maupun pencarian di internet. Hal ini untuk persiapan
menjawab kuis, responsi dan pemahaman materi praktikum.
3. Menyiapkan masing-masing 1 lembar kertas kuis yang pada ujung kanan atasnya dituliskan: nama,
NIM, kelas/group/meja, tanggal dan judul praktikum.
4. Membawa 1 sabun & 2 kain lap/ tisue untuk setiap kelompok meja pada setiap praktikum.
5. Menyiapkan bahan dan preparat sesuai dengan judul percobaan.
C. Kegiatan Praktikum
1. Memasuki ruangan dan duduk pada tempat yang ditentukan
2. Kepala Meja pada tiap-tiap meja mengumpulkan Buku Penuntun dari teman-teman semejanya dan
meletakkan dalam keadaan terbuka pada halaman observasi/tugas sebelum praktikum, di meja
dosen.
3. Dosen menandatangani Buku Penuntun (memeriksa apakah mahasiswa sudah mengisi lembar tugas
atau kolom ”Hasil yang diharapkan/ Dasar Teori”), dan kemudian membacakan soal kuis.
4. Kepala Meja mengumpulkan kertas kuis teman-temannya dan menyerahkan ke dosen, sekaligus
mengambil kembali Buku Penuntun.
5. Dosen melakukan responsi kepada mahasiswa secara acak, mahasiswa harus menjawab dengan
benar.
6. Bagi mahasiswa yang tidak mampu menjawab, akan diberi kesempatan mencari jawaban di luar
ruangan laboratorium dengan membaca buku teks fisiologi atau bahan yang terkait.
7. Dosen menjelaskan tujuan dan pelaksanaan praktikum, kemudian Kepala Meja diperkenankan
mengambil peralatan yang dibutuhkan pada meja dosen.
8. Mahasiswa melakukan percobaan dan menuliskan hasilnya pada kolom ”Hasil observasi”.
9. Dosen mengarahkan diskusi untuk mengulas hasil praktikum dan teori terkait.
D. Penjelasan Tambahan
1. Keterlambatan masuk lebih dari 15 menit sejak praktikum dimulai harus mendapat izin dari dosen
pembimbing praktikum
2. Sesudah praktikum selesai harus memelihara kebersihan ruang praktikum, peralatan praktikum
dikembalikan dalam kondisi baik. Bila ada alat yang rusak harap melaporkan kepada teknisi
laboratorium.
3. Meninggalkan ruang praktikum sesudah mendapat izin dari dosen, jas lab dibuka di luar ruang lab.
Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.
Page 1. Pendahuluan
• Neuron berkomunikasi dalam jarak jauh dengan menghasilkan dan menghantarkan sinyal
listrik yang disebut impuls saraf atau potensial aksi
Page 6. Threshold
• Bila stimulus ke axon hillick cukup besar, neuron terdepolarisasi sebesar 15 mV dan
mencapai titik cetus (trigger point) yang disebut ambang (threshold)
• Pada threshold, sebuah potensial aksi dibangkitkan. Stimuli lemah yang tidak mencapai
threshold tidak menghasilkan potensial aksi. Maka potensial aksi adalah peristiwa gagal atau
tuntas (all or none).
• Potensial aksi selalu memiliki amplitudo dan durasi yang sama.
• Pada -55 mV membran terdepolarisasi mencapai ambang, dan potensial aksi dibangkitkan.
• Ambang adalah potensial membran khusus dimana proses depolarisasi semakin bertambah,
yaitu lingkaran umpan balik positif terjadi.
• Gambarkan potensial membran pada kotak di bawah ini :
Page 8. Berhentinya lingkaran feedback positif : kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif
• Fase naik pada sebuah potensial aksi berakhir ketika lingkaran feedback positif dihentikan
• Dua proses yang menghentikan lingkaran :
1. Inaktivasi kanal natrium voltage-gated
2. Terbukanya kanal kalium voltage-gated
• Kanal natrium voltage-gated memiliki 2 gerbang :
1. Sebuah gerbang peka / sensitif voltase terbuka ketika sel depolarisasi
2. Kemudian, gerbang yang time-sensitive akan tertutup setelah terbuka selama
waktu tertentu
• Pada saat istirahat, gerbang sensitif voltase tertutup
• Ketika neuron depolarisasi, gerbang sensitif voltase terbuka
• Setelah waktu tertentu kanal terbuka, gerbang menjadi inaktif
• Pada puncak potensial aksi, kanal natrium voltage-gated menjadi inaktif. Sehingga aliran ion
natrium berkurang, dan lingkaran feedback positif terhenti.
Page 12. Terbuka dan tertutupnya kanal mengubah permeabilitas neuron selama potensial aksi
• Permeabilitas natrium meningkat cepat selama fase naik potensial aksi
• Dan menurun dengan cepat selama repolarisasi
• Permeabilitas kalium paling tinggi selama repolarisasi, berkurang perlahan selama
hiperpolarisasi
• Peningkatan cepat permeabilitas natrium menyebabkan fase naik pada potensial aksi
• Muatan positif mengalir sepanjang akson, mendepolarisasi area membran yang berdekatan,
yang kemudian mencapai ambang dan membangkitkan potensial aksi. Sehingga potensial
aksi bergerak sepanjang akson seperti gelombang depolarisasi berjalan menjauhi badan sel.
Page 17. Kecepatan hantaran bergantung pada diameter dan myelinasi akson
• Kecepatan hantaran adalah seberapa cepatnya potensial aksi dirambatkan
• Kecepatan hantaran bergantung pada 2 hal :
1. Diameter akson ; semakin besar diameter akson, maka tahanan internal terhadap aliran
muatan akan berkurang, sehingga potensial aksi berjalan lebih cepat
2. Seberapa bagian akson yang diinsulasi oleh myelin; akson bermyelin memiliki area tak
bermyelin pada batang akson yang disebut nodus Ranvier. Pada akson bermyelin, muatan
mengalir melintasi membran hanya pada nodus, sehingga potensial aksi hanya
dibangkitkan pada nodus. Potensial aksi yang terjadi seolah melompat di sepanjang
akson. Jenis rambatan ini disebut konduksi saltatori.
________________________________________________________________________________
Lembar Latihan
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :
No Pertanyaan Jawaban
1 Apa nama lain untuk
potensial aksi ?
2 Potensial aksi terdiri dari
apa saja ?
3 Dimana potensial aksi
dibangkitkan ?
4 Apa yang menyebabkan
potensial aksi terjadi
axon hillock?
5 Apa yang terjadi pada
kanal ion ketika
membran di axon hillock
mengalami depolarisasi?
6 Seberapa besar axon
hillock harus
berdepolarisasi agar
mencapai threshold?
7 Apa yang terjadi ketika
ambang dicapai?
8 Apa yang terjadi apabila
stimuli lemah dan
ambang tidak tercapai (di
axon hillock) ?
9 Apakah potensial aksi
selalu memiliki
amplitudo dan durasi
yang sama?
10 Jelaskan bagaimana
lingkaran feedback
positif mempertahankan
fase naik pada potensial
aksi !
11 Fase naik pada potensial
aski berhenti ketika
lingkaran feedback
positif dihentikan. 2
proses apa yang
menyebabkan nya?
12 Apa nama kedua gerbang
yang dimiliki oleh kanal
natrium voltage-gated?
21. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium meningkat cepat ?......
22. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas natrium berkurang cepat ?......
23. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium paling besar?......
24. Selama potensial aksi, kapan permeabilitas kalium menurun perlahan ?......
Paraf Penilaian
Pembimbing
Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Latihan, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Latihan, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.
Page 1. Pendahuluan
• Transmisi sinaptik meliputi pelepasan neurotransmitter (Nt) dari sel presinap, difusi Nt
melintasi celah sinap, dan perlekatan Nt dengan reseptor pada sel postsinap
• Hal ini berakhir bila Nt berdisosiasi dari reseptor dan dipindahkan dari celah sinap
• Satu tipe reseptor muskarinik kolinergik, atau mACh terdapat di sistem saraf pusat dan di
sebagian besar organ efektor sistem saraf cabang parasimpatis
• Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor mACh menghasilkan potensial postsinaptik
eksitatori lambat
• Asetilkolin bersifat eksitatori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
membangkitkan potensial aksi, dan otot polos berkontraksi
• Tipe kedua dari reseptor mACh terdapat di sistem saraf pusat, dan jantung
• Asetilkolin bekerja tak langsung pada reseptor ini menghasilkan inhibisi lambat pada sel
postsinaptik
• Asetilkolin bersifat inhibitori pada reseptor muskarinik ini, menyebabkan neuron
hiperpolarisasi, dan denyut jantung melambat
• Kerja asetilkolin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik
• Reseptor alfa-1 terdapat di pembuluh darah, yang menyuplai kulit, mukosa, dan visera
abdomen
• Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor alfa-1
• Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung menghasilkan
eksitasi lambat
• Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat
• Norepinefrin bersifat eksitasi pada reseptor beta-1
• Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, menghasilkan inhibisi lambat
• Ini menyebabkan otot polos berdilatasi
• Reseptor beta-2 juga terdapat di jalan nafas respiratori, pembuluh darah yang menyuplai otot
skelet dan jantung, dan sebagian besar organ efektor sistem saraf simpatetik
• Norepinefrin bersifat inhibitori pada reseptor beta-2
• Kerja norepinefrin dapat eksitatori atau inhibitori. Efek bergantung pada reseptor yang
terdapat pada sel postsinaptik
Page 12. Neurotransmitter eksitatori dan inhibitori di sistem saraf pusat (SSP)
• Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan poten di SSP
• Glutamat bekerja langsung di kanal ion yang melewatkan kalium dan natrium, menghasilkan
potensial postsinaptik eksitatori yang cepat
• Neurotransmitter inhibitori utama di SSP adalah GABA dan glycine
• Sebagaimana GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka
kanal khlorida, menghasilkan potensial postsinaptik inhibitori cepat.
Page 14. Kerja sinaptik lambat dan cepat : neurotransmitter kerja-tak langsung
• Semua neurotransmitter pada organ efektor dari sistem saraf otonom perifer bekerja tak
langsung
• Norepinefrin, asetilkolin, dan serotonin, neurotransmitter SSP lain, semua menghasilkan
perubahan status SSP. Sebuah contoh penting adalah perubahan dati status tidur, menjadi
bangun/sadar, kemudian kesadaran/konsentrasi penuh.
• Teori mengenai belajar dan memori selalu melibatkan peran neurotransmitter tak langsung
untuk menjelaskan perubahan aktivitas sinaptik. Neurotransmitter tak langsung dapat
memodulasi neuron, mengubah total fungsi kanal, dn menghasilkan efek/output baru dan
berbeda
Lembar Latihan
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :
14. Asetilkolin menghambat reseptor muskarinik tersebut menyebabkan neuron ____________ , dan
jantung melambat.
a. Hiperpolarisasi b. Depolarisasi
15. Reseptor bagi Nt norepinefrin disebut reseptor __________________
a. Adrenergik b. Kolinergik
16. Reseptor alfa dan beta adrenergik terdapat di sistem saraf pusat, dan yang lebih penting, pada
organ efektor pada ________________________
a. Sistem saraf simpatis b. Sistem saraf parasimpatis
17. Norepinefrin bekerja yak langsung pada reseptor alfa-1 menghasilkan eksitasi lambat. Ini
menyebabkan otot polos berkontraksi. Reseptor alfa-1 terdapat di _______ _______ , yang
menyuplai kulit, mukosa, dan visera abdomen. Norepinefrin adalaheksitatori pada reseptor alfa-1.
a. Jantung b. Paru c. Pembuluh darah
18. Norepinefrin juga bekerja tak langsung pada reseptor beta-1 di jantung untuk menghasilkan eksitasi
lambat. __________ _______ dan kekuatan kontraksi meningkat. Norepinefrin adalaheksitatori
pada reseptor beta-1.
a. Frekuensi jantung b. Lama kontraksi
19. Norepinefrin bekerja tak langsung pada reseptor beta-2, untuk menghasilkan inhibisi lambat. Ini
menyebabkan __________ otot polos. Reseptor beta-2 terletak di saluran nafas _______,
pembuluh darah yang menyuplai otot ______ dan jantung, dan banyak organ efektor pada sistem
simpatis. Norepinefrin adalah inhibitori pada reseptor beta-2.
a. Konstrik,respiratori,polos b. Dilatasi,respiratori,skeletal
20. Neuron motorik pada sistem saraf somatik melepaskan _______________ . Otot rangka memiliki
reseptor ___________ _______ .
a. Norepinefrin, adrenergik alfa b. Asetilkolin, kolinergik nACh
21. Aksi asetilkolin pada otot skelet adalah secara langsung, cepat, dan _____________.
a. Inhibitori b. Eksitatori
22. Neuron pertama dari dua rantai neuron saraf simpatis, pada neuron preganglion,
adalah__________ .
a. Kolinergik b. Adrenergik
23. Neuron kedua, atau neuron postganglion, para rantai simpatis dan parasimpatis, memiliki reseptor
_________________
a. mACh b.nACh c. Alfa d. Beta
24. Neuron postganglion simpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
25. Neuron postganglion parasimpatis melepaskan ___________ . Disebut ______________
a. Norepinefrin, adrenergik b. Asetilkolin, kolinergik
26. Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori yang paling banyak dan paling poten di sistem saraf
pusat. Glutamat bekerja langsung pada kanal ion yang menyebabkan lewatnya _____ dan _____ ,
menghasilkan potensial postsinaptik eksitatori cepat.
a. Natrium,kalium b. khlorida
27. Neurotransmitter inhibitori utama pada sistem saraf pusat adalah GABA dan glycine. Sama seperti
GABA, glycine berikatan dengan reseptor yang secara langsung membuka kanal ___, menghasilkan
potensial postsinaptik inhibitori cepat.
a. Natrium,kalium b. Khlorida
Paraf Penilaian
Pembimbing
Tujuan Praktikum :
I.1.TIU: Dapat memahami peranan propriosepsi pada manusia.
TIK : 1.Dapat menyebut jenis-jenis receptor yang memegang peranan dalam sensasi posisi.
2.Dapat menyebut “Weber – Fechner’ law”
2.TIU : Dapat memahami peranan terhadap kesetimbangan.
TIK :1. Dapat menyebut 3 bentuk perangsangan kanalis semisirkularis.
2. Dapat menyebut 4 respon yang timbul sebagai akibat perangsangan kanalis semisirkularis.
II. TIU : Dapat mengerti/memahami pengaruh berbagai rangsangan terhadap
proprioseptor pada percobaan ini dalam berbagai keadaan.
TIK : 1. Dapat mendemonstrasikan percobaan “Menunjukkan tempat” dengan 2 cara.
2.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira gerakan” dengan 2 cara.
3.Dapat mendemonstrasikan “Percobaan mengira-ngira beban” (Hk. Weber)
4.Dapat menggambarkan grafik dari hasil percobaan mengira-ngira beban
5.Dapat mendemonstrasikan percobaan nystagmus dengan kepala tegak dan kepada tunduk pada
pemutaran cepat 10 kali.
6.Dapat mencatat perasaan-perasaan subjektif pada bercobaan ad. 5.
7.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Past Pointing” sesudah pemutaran 10 kali.
8.Dapat mendemonstrasikan percobaan “Optokinetik nystagmus”
III. TIU : Dapat memahami hasil yang diharapkan diperbandingkan dengan hasil-hasil observasi
pada percobaan ini.
TIK : Dapat menggambarkan grafik Weber- Fechner’s Law dan membandingkannya dengan
hasil observasi
Vertigo :
Catatlah segala perasaan-perasaan subjektif yang timbul setelah putaran ini dan terangkan peristiwa
ini berdasarkan perangsangan kanalis semisirkularis. Ulangi kedua percobaan diatas tetapi posisi kepala
ditundukkan kedepan.
Percobaan 3. Optokinetik
Praktikan duduk dengan tenang. Matanya harus melihat dan mengikuti gerakan dari suatu taris (strip)
vertikal yang terdapat pada suatu drum yang berputar dengan cepat. Perhatikan bola matanya.
Lembar observasi
Laporan Hasil Praktikum
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :
Ya / tidak
Perasaan sakitlah yang paling sering menyebabkan seseorang mencari pengobatan ke dokter. Oleh
sebab itu penting sekali mengetahui fisiologi (faal) perasaan nyeri ini. Umumnya kita dapat membedakan
dua bentuk perasaan nyeri:
1. Skin pain : ialah perasaan nyeri yang mencucuk atau perasaan sakit yang membakar, dalam waktu yang
singkat ini dan sementara .
2. Deep pain : yaitu nyeri dalam. Sakit ini dapat timbul dari jaringan organ dalam. Skin pain dengan pasti
dapat di tentukan tempatnya tetapi deep pain lokasinya kurang dapat ditentukan dengan
pasti, sebab kadang-kadang perasaan sakit tersebar luas dan diffuse, dan kadang-kadang
dapat dirasai jauh / seolah dari organ yang lain (’referred pain’).
Percobaan 2 : Hiperalgesia.
Hiperalgesia ialah bertambah pekanya terhadap perasaan sakit. Apabila kulit dirusakkan dengan
berbagai-bagai cara, secara mekanis, panas, dingin, atau cahaya ultra violet maka akan terjadi hiperalgesia di
daerah itu dan di daerah yang berdekatan dengan daerah tadi. Hiperalgesia tidaklah segera terjadi, akan
tetapi memerlukan waktu kira-kira 1 jam sesudah luka dan akan terus berlangsung beberapa jam atau sehari.
Sebagai contoh yang umum ialah kulit yang terbakar oleh sinar matahari.
Cara kerja : Dengan sebuah peniti , kulit lengan digaruk sehingga terbentuk suatu daerah yang berbentuk
bujur sangkar dengan lebar sisi 2½ cm, dan di dalam bujur sangkar itu dibuat 10 garukan yang vertikal dan
10 garukan yang horizontal. Apabila sakit yang disebabkan garukan tadi telah hilang, perhatikan bahwa
daerah tadi tidak segera bertambah kepekaannya terhadap sakit. Selidikilah hal ini dengan menggoreskan
sebuah peniti melalui bujur sangkar itu. Perhatikan “triple respons”.
Selidikilah hiperalgesia setelah 1 jam atau 2 jam kemudian, dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Goreskanlah perlahan peniti melalui bujur sangkar itu dan kemudian mengenai daerah disekitarnya,
maka akan terbukti bahwa di daerah bujur sangkar itu sudah timbul rasa nyeri, sedang didaerah kulit
yang normal tidak menyebabkan rasa nyeri.
b. Letakkanlah tabung reaksi yang berisi air panas 45 – 500C pada daerah bujur sangkar itu. Perhatikanlah
sifat nyeri yang terjadi yaitu nyeri seperti disengat.
c. Tekan dengan ketat daerah bujur sangkar itu dengan jari.
Perhatikanlah daerah bujur sangkar itu pada malam hari ini dan besok paginya.
Berapa lamakah berlangsungnya kulit yang merah (redness)?
Berapa lamakah berlangsungnya bengkak (swelling)?
Berapa lamakah berlangsungnya hiperalgesia ?
Percobaan 3 : Deep pain.
a. Jepitlah kulit antara jari ke 4 dan jari ke 5 dari tangan kiri saudara dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan
kanan.
b. Tekanlah achillus tendon.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Maka perasaan sakit yang ditimbulkan kedua cara ini adalah sama tetapi berbeda dengan skin pain.
Pada beberapa penyakit dapat terjadi pengecilan lumen arteri , sehingga aliran darah berkurang. Oleh
karena itu perasaan sakit dapat timbul dalam waktu yang singkat setelah melakukan pekerjaan ringan,
misalnya setelah berjalan kaki sebentar dan sakit itu hilang jika istirahat. Contohnya adalah Angina pectoris,
yang terjadi akibat bertambah kecilnya lumen arteri koronaria.
PERASAAN-PERASAAN KULIT
Percobaan 5. Menentukan jarak terkecil yang masih dapat dirasa terpisah (2 point discrimination).
Praktikan yang matanya tertutup disuruh menentukan jarak yang terkecil yang masih dapat
dirasakannya terpisah yaitu dengan mempergunakan asthesiometer. Tentukan hal itu pada : muka, telapak
tangan, punggung tangan dan kuduk.
Nama/NIM : ……………………………….
Fakultas : ............................................
Group/Meja : ............................................
Tanggal : ............................................
4. Muscle pain :
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Percobaan pada frekuensi lebih lambat:
a. mulai sakit . . . . . . . . menit
b. tak bisa menahan sakit . . . . . . menit
Kesimpulan :
5. Perasaan kulit:
a. Gambarkan peta distribusi reseptor sentuh
Instruktur I
Instruktur II
Total
Pemeriksaan refleks memberi gambaran aktivitas susunan saraf pusat. Hilang atau berubahnya
refleks tertentu menunjukkan kerusakan neurologis yang tertentu pula.
Refleks dapat dibagi atas 2 golongan besar :
1. Refleks somatic: terjadi aktivitas otot melalui persarafan motoric somatic.
2. Refleks visceral: terjadi aktivitas otot dan kelenjar melalui persarafan saraf motoric otonom.
Praktikan-praktikan harus melakukan pemeriksaan refleks yang ada pada daftar dibawah ini, dan
perhatikanlah apakah refleks-refleks ini hilang atau bertambah dan bagaimana pula reaksinya.
1. Superficial Refleks.
Nama Cara menimbulkannya Reaksinya Segment yang
bersangkutan
1. Cornea Menyinggung kornea Menutup kelopak mata. Nucleus n.V –n.VII
dengan kapas.
Kontraksi otot-otot
Menyinggung dinding
pharynx.
pharynx.
3. Pharynx
Nucleus n.IX –n.X
Kontraksi otot-otot
Menggaruk dinding perut.
dinding perut.
4. Kulit perut
Menggaruk dari papilla Th9 – Th12
Tertariknya epigastrum.
mamma kearah bawah.
5. Epigastrium
Menggaruk bagian dalam Th7 – Th9
paha.
Tertariknya testis.
2. Deep refleks.
Nama Cara menimbulkannya Reaksinya Segment yang
bersangkutan
1. Rahang Mengetuk sisi dagu pada Tertutupnya rahang Nucleus n.V
mulut yang terbuka.
6. Clonus tumit
m. gastrocnemius akan S1 – S2
menunjukkan beberapa
kontraksi klonus (tidak
terjadi pada keadaan
normal.
Tujuan praktikum:
Lembar Observasi.
Nama/NIM : ……………………………….
Group/Meja : ............................................
Tanggal : ............................................
1. Superficial reflex
Nama Reaksinya
2. Deep reflex
5. Film interaktif animasi endokrin : aksis hipotalamus-pituitari & respon terhadap stres
Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Tugas, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Tugas, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.
Anterior Pituitary
The six major anterior pituitary hormones are peptides, they are :
1.Thyroid Stimulating Hormone (TSH or thyrotropin)
2.Follicle Stimulating Hormone (FSH, a gonadotropin)
3.Luteinizing Hormone (LH, a gonadotropin)
4.Adrenocorticotropic Hormone (ACTH, or corticotropin)
5.Growth Hormone (GH)
6.Prolactin (PRL)
production.
3.LH – targets follicle, triggers ovulation and increases secretion of progesterone. In
males it stimulates testosterone production.
4. ACTH – targets the adrenal cortex and causes the secretion of glucocorticoids.
5.GH - targets most bodily tissues and stimulates metabolism and growth of those
tissues.
6.PRL - targets the breasts in females. Stimulates breast development and lactation.
§ Dari keenam hormon pituitari anterior, ada 4 yang secara langsung merangsang kelenjar endokrin
lainnya, dan disebut sebagai hormon tropik.
§ Kelenjar pituitari anterior berhubungan dengan hipotalamus melalui sistem portal hipofiseal.
§ Kapiler di hipotalamus bagian ventral (depan) menerima hormon yang dilepaskan oleh neuron
hipotalamus, dan mentransportnya ke kapiler di pituitarim anterior.
Posterior Pituitary
• Terutama terdiri dari jaringan saraf
• Berhubungan dengan nuklei supraoptik dan paraventrikular hipotalamus melalui akson di
infundibulum
• Menyimpan 2 neurohormon utama yang akan dilepaskan kemudian
1. ADH (vasopressin) : menstimulasi ginjal untuk mereabsorpsi air.
2.Oxytocin : menstimulasi kontraksi persalinan.
• Pelepasan hormon pituitari posterior dan hipotalamus sama seperti pelepasan
neurotransmitter oleh neuron lain
• Molekul yang berfungsi sebagai hormon di aksis hipotalamus-pituitari seringkali merupakan
neurotransmitter, neuromodulator, atau parakrin di berbagai tempat lain
• Keadaan emosi, memakan makanan, stimuli nyeri, trauma, infeksi, cuaca panas/dingin, dan
input cahaya dari retina dapat mempengaruhi sistem endokrin melalui sirkuit hipotalamus
§ Berikut ini beberapa contoh bagaimana hipotalamus memediasi respon endokrin :
1. refleks neuroendokrin
§ Isapan bayi atau mendengar tangisan bayi menyebabkan dimulainya pengeluaran susu
è Sensory inputàoxytocinàmammary glandsàmilk letdown.
2. neuron yang sensitif terhadap perubahan kimiawi
§ Osmoreseptor di hipotalamus terstimulasi oleh konsentrasi zat terlarut dalam darah.
§ Ini menyebabkan sintesis dan pelepasan ADH.
§ ADH bekerja di ginjal dan mendorong reabsorpsi air.
3. irama sirkadian
§Beberapa hormon memperlihatkan fluktuasi harian
§Adanya input dari retina ke hipotalamus adalah suatu cara terjadinya fluktuasi hormon
siang/malam
§ Kortisol telah memperlihatkan puncak tertingi dan terendah dalamm satu harian.
___________________________________________________________________________
Page 1. Pendahuluan
• Ketika terjadi ancaman terhadap tubuh, sistem saraf dan endokrin menghasilkan respon yang
terkoordinasi baik dan bersifat umum untuk memastikan individu tetap sehat
Sekresi
Transport
Mekanisme kerja
seluler
Sintesis
Fungsi
Pemecahan
Sekresi
Transport
Mekanisme kerja
seluler
Sintesis
Fungsi
Pemecahan
Lembar Latihan
Nama : NIM :
Kelas/Grup : Tanggal :
No Pertanyaan Jawaban
2 Apa nama sistem kapiler
khusus yang
menghubungkan
hipotalamus ventral ke
pituitari anterior ?
3 Apa yang dimaksud
dengan hormon tropik ?
4 Sebutkan 5 bentuk
stresor yang dapat
memicu respon stres!
5 Sebutkan respon stres
segera!
6 Sebutkan bentuk respon
stres jangka panjang !
7. isilah tempat yang tersedia sesuai hormon yang melakukan fungsi tersebut di bawah:
TRH CRH GNRH DA ADH GHRH
__________ a. Inhibits production of prolactin
__________ b. Stimulates secretion of FSH and LH
__________ c. Triggers secretion of TSH
__________d. Stimulates the secretion of GH
__________e. Promotes water reabsorption by the kidneys
__________f. Causes the secretion of ACTH
8. untuk setiap target kelenjar/jaringan, isilah hormon pituitari anterior yang sesuai
Metode :
1. Bacalah penjelasan pada setiap tahapan (page) sebelum pelaksanaan praktikum agar anda
dapat mengikuti tahapan pembelajaran dalam film.
2. Jawablah pertanyaan dalam Lembar Tugas, sebelum pelaksanaan praktikum (dosen
pembimbing akan memeriksa apakah anda sudah mengerjakan tugas ini)
3. Perhatikan dengan seksama setiap tahapan yang ditampilkan dalam film Interactive
Physiology.
4. Periksalah jawaban anda pada Lembar Tugas, apakah sudah benar / sesuai dengan
penjelasan pada film
5. Diskusikan hal-hal yang belum anda pahami dengan dosen pembimbing praktikum.
Page 1. Pendahuluan
• Cairan di dalam tubuh manusia terdiri dari air dan zat terlarut, termasuk elektrolit, yang
sangat penting untuk fungsi tubuh
• Jika seorang laki-laki berat badan 70 kg. 60% dari berat badannya sekitar 40 liter, adalah cairan.
• Sekitar 62% cairan tersebut adalah cairan intrasel.
• Sekitar 30% cairan tersebut adalah cairan interstisial.
• Sekitar 8% cairan tersebut adalah plasma darah.
• Kata “cairan tubuh” menyatakan air di dalam tubuh dan semua zat-zat yang terlarut di dalamnya,
yang dikenal sebagai zat terlarut. Karena air melarutkan zat-zat terlarut, disebut sebagai pelarut.
• Cairan tubuh dapat mengandung elektrolit, yang dikenal sebagai ion.
• Protein dianggap sebagai koloid ketika tersebar di dalam cairan tubuh. Dibandingkan ke ion
sederhana, protein merupakan molekul yang besar. Karena mempunyai muatan negative,
diangggap sebagai elektrolit.
• Non elektrolit adalah molekul tak bermuatan yang terdapat di dalam cairan tubuh. Glukosa
merupakan contoh non elektrolit.
• Sel-sel darah tidak larut di dalam air.
• Ya, hukum kimia menyatakan bahwa di dalam kompartemen cairan, jumlah ion positif harus sama
dengan jumlah ion negatif.
• Meskipun terdapat 6 ion negatif dan 9 ion positif , muatan seimbang.
• Karena ion-ion individu tersebut mempunya muatan yang bda, maka jumlah ion positif dan
negative di dalam kompartemen tidak sama, tapi muatan selalu seimbang.
• Isi diagram ini
7. Osmosis. Perpindahan air antara kompartemen tubuh. Elektrolit, termasuk protein juga mempunyai
peranan peting dalam memulai perpindahan air antara kompartemen tubuh atau osmosis.
• Sel akan membesar. Jika terlalu banyak air memasuki sel, sel dapat hemolisis atau pecah. Ini
sebabnya kenapa larutan iv hipotonis hanya digunakan pada situasi klinis tertentu.
Penulis :
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN, 2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan karunia-Nya,
penulisan dan penyusunan modul penuntun praktikum Dept. Farmakologi & Terapeutik FK USU
yang diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Blok Basic Biology of Sciences
(BBS) dapat diselesaikan dengan baik.
Ilmu Farmakologi merupakan suatu ilmu dasar yang mempelajari tentang obat yang harus
dikuasai oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran. Modul penuntun praktikum ini terdiri dari berbagai
praktikum yang dilakukan di Laboratorium Departemen Farmakologi FK USU dengan topik-topik
farmakologi terkini yang disesuaikan dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia ( SKDI)
Tahun 2012 yang diharapkan dapat menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam
melakukan keterampilan laboratorium. Dengan adanya modul penuntun praktikum ini, diharapkan
dapat menjadi panduan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk dapat melakukan berbagai
prosedur praktikum dengan baik dan benar.
Penyusun masih menyadari bahwa penulisan dan penyusunan modul penuntun praktikum
ini masih dijumpai kekurangan, oleh karenanya diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak.
1. Wajib mengenakan busana dan baju praktikum sesuai dengan peraturan Fakultas
Kedokteran USU dan tidak mengenakan busana yang tidak diperbolehkan, diantaranya
baju berbahan kaos dan jins, celana/rok yang berbahan kaos/jeans, baju/celana ketat, rok
di atas lutut (bagi mahasiswi).
2. Mengenakan jas laboratorium dan badge nama dengan rapi.
3. Membaca buku panduan praktikum sebelum praktikum dimulai.
4. Membawa minimal satu buku teks Farmakologi /ISO/MIMS/IIMS/FORNAS/DOEN
5. Hanya diperbolehkan terlambat memasuki ruang praktikum maksimal 15 menit setelah
waktu praktikum dimulai. Bila mahasiswa terlambat datang melebihi 15 menit, dianggap
tidak mengikuti praktikum.
6. Ketua kelas segera melapor kepada bagian administrasi Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FK USU dan kordinator praktikum apabila dosen pembimbing praktikum
belum hadir hingga menit ke-15.
7. Memperhatikan dan mendata kebutuhan praktikum sesuai topik yang akan dikerjakan.
SAAT PRAKTIKUM
8. Mengerjakan prosedur kegiatan praktikum sesuai buku panduan dengan tertib dan rapi.
9. Memelihara kebersihan ruang praktikum.
10. Melaporkan kepada laboran apabila ada alat untuk kegiatan praktikum yang tidak
berfungsi/rusak/pecah.
SELESAI PRAKTIKUM
11. Mengumpulkan lembar kerja masing-masing (per orang)
12. Membersihkan dan merapikan meja, bangku dan alat praktikum seperti semula.
13. Meninggalkan ruangan praktikum sesudah mendapat izin dari dosen, baju praktikum
dibuka di luar ruang laboratorium.
BLOK BBS-FT-Pr1
PRAKTIKUM 1: DASAR-DASAR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
Latar Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap fungsi
belakang suatu sistem hidup. Obat ialah zat/bahan yang digunakan untuk diagnosis dan
pengobatan dengan tujuan meringankan, menyembuhkan atau mencegah
penyakit pada manusia dan hewan.
Bahan Bahan:
dan Alat -Video pembelajaran
Alat:
-Laptop
-LCD
Prosedur 1. Pelaksanaan
Praktikum Pembimbing menjelaskan latar belakang dan materi praktikum
Kurikulum 2020
2. Pengamatan
Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
Mahasiwa merangkum hasil diskusi
3. Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy. Laporan dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.
Kurikulum 2020
Latar Kegagalan terapi dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam memilih bentuk
belakang sediaan obat yang sesuai dengan kondisi klinis penderita dan farmakokinetik
obat yang diresepkan. Contoh: obat dengan kandungan yang sama (misalnya
kanamycin):
1= tersedia dalam bentuk sediaan injeksi yang akan diberikan per-oral.
2= sediaan tetes kuping akan digunakan sebagai obat tetes mata
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai bentuk sediaan obat.
Teori Bentuk sediaan obat dapat dibagi menurut kepadatannya dan menurut
penggunaannya. Pembagian berbagai bentuk sediaan obat menurut
kepadatannya dapat dibagi menjadi bentuk padat, setengah padat, cair,cair yang
mudah menguap
1. Padat
Bentuk Contoh bentuk sediaan Keterangan
sediaan
Padat
1.Pulvis Puyer Cap 16 Bintang Bentuk bubuk tunggal
Toejoe,
isinya
Asetosal,Parasetamol dan
Caffein
2.Pulveres Bubuk terbagi-bagi: racikan
beberapa bahan aktif dan
dibagi-bagi atas beberapa
bungkus
3.Pil Pil Kalium Iodida (Kimia Bentuknya bulat-bulat kecil
Farma)
4.Padat yang Inhaler Vicks Bahan aktif yang mudah
menguap menguap (camphor,
menthol) dihisap melalui
Kurikulum 2020
2. Setengah padat
Bentuk Sediaan Contoh Bentuk Sediaan Keterangan
a.Pasta a.Pasta lasari,isinya asam salisilat,seng Obat standart
oksida.
b.Salep (Unguenta) b.Salep Kenakomb,isinya Triamcinolone Obat nama
acetonide,Neomycin,Gramicidin,Nystatin dagang
c.Cream
c. Cream Betason-N,isinya Obat nama
d.Linimenta Betametason,Neomicyn dagang
(obat gosok) Liniment Methoneurin,isinya
Monosaliycylic Glycoester,Nicotinic Obat nama
e.Jelly Acid Benzyl-Amol Methyester dagang
(Gelatinous) e. Jelly Bioplacenton,isinya Placenta Obat nama
extrac,Neomycin sulfate dagang
Kurikulum 2020
3. Cair
Bentuk Sediaan Contoh Bentuk Sediaan Keterangan
a.Solutiones (larutan) a.Potio nigra contra Obat standart
tussim (obat batuk hitam)
b.Suspensiones
(Suspensi) :
1.Suspensi Basah 1.Mylanta Obat nama dagang
2.Supensi Kering 2.Kenthrosin Obat nama dagang
c.Sirup (sirup):
1.Sirup Basah 1. Sirup Codipront Obat nama dagang
2.Sirup Kering 2. Kalthrocin Obat nama dagang
Menurut penggunaannya
Alat: 1. Kertas PH
2. Gelas Ukur
3. Bejana erlenmeyer
Prosedur 1. Pelaksanaan
Praktikum Langkah kerja untuk praktikum adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 3 buah bejana gelas. Beri label masing-masing dan isi dengan cairan
dengan ph netral, asam, dan basa
2. Masukkan setiap obat dalam bentuk tablet biasa, tablet salut enterik, tablet
effervescent dan kapsul ke dalam masing-masing bejana, dimulai dari obat
dalam bentuk tablet biasa.
3. Amati dan catat waktu yang diperlukan (menit) untuk terjadinya awal
pecahnya obat (disintegrasi) obat dan waktu sehingga obat terlarut
seluruhnya (disolusi)
Bersihkan bejana, ulangi percobaan dengan menguji tablet salut enterik.
Amati juga bagaimana kelarutannya.
2. Pengamatan
Tiap praktikan mengamati kecepatan kelarutan dari bentuk sediaan:
a. tablet biasa
b. tablet salut enterik
c. Tablet effervescent
d. Kapsul
Kurikulum 2020
3. Pelaporan:
Laporan 1: Lembar Kerja per orang dikumpul selesai praktikum setelah diparaf
asisten praktikum dan tanda tangan pembimbing praktikum.
Laporan 2: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Cover CD warna merah dengan format yang telah
ditetapkan. Laporan 2 dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum
Kurikulum 2020
LAPORAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 2 : BENTUK SEDIAAN OBAT
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
No. Nama Obat Larutan HCL Larutan NaHCO3 Larutan H20
Disintegrasi Dissolusi Disintegrasi Dissolusi Disintegrasi Dissolusi
1.
2.
3.
4.
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Pertanyaan:
1. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan HCL?.................................................................................
2. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan HCL?........................................................................................
3. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan NaHCO3?...........................................................................
4. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan NaHCO3?..................................................................................
5. Obat manakah yang paling cepat disintegrasi pada larutan H20?....................................................................................
6. Obat manakah yang paling cepat disolusi pada larutan H20?.........................................................................................
7. Tuliskan kesimpulan anda pada praktikum ini!
Kesimpulan:………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………
Asisten Praktikum Pembimbing Praktikum
(…………………..) (………………………)
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
BLOK BBS-FT-Pr3
Latar Cara atau rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari
penggunaan obat serta bentuk sediaan obat sehingga dapat menghasilkan efek terapi
belakang
yang tepat. Terdapat 2 cara pemberian obat yang utama, yaitu enteral dan parenteral.
Masing-masing menghasilkan besar bioavailabilitas yang berbeda.
Teori
Pengertian
Pemberian obat secara enteral adalah pemberian obat melalui saluran cerna
(gastrointestinal) mulai dari cavum oris (mulut) sampai rektum.
Bahan Bahan:
dan Alat 1. Obat dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, sirup, suppositoria
2. Gelas
3. Air minum
4. Sendok takar
Alat – alat:
• Laptop
• Slide proyektor
• Alat tulis
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum
Persiapan:
- Pembimbing menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, teori dan bahan-alat
yang dibutuhkan
- Pembimbing menunjukkan video cara pemberian obat secara enteral
- Penugasan kepada mahasiswa membuat video cara pemberian obat secara
enteral yang benar (keuntungan, kelemahan dan hal hal yang perlu
diperhatikan)
- Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing menyiapkan presentasi
tentang cara pemberian obat secara per oral, sublingual, bukal dan per rektal
dalam bentuk power point disertai video praktek yang benar.
Pengamatan:
- Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
- Mahasiswa mempresentasikan video pembelajaran cara pemberian obat secara
enteral yang benar
Catatan:
Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy. Laporan dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.
BLOK BBS-FT-Pr4
Latar belakang Cara atau rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan
dari penggunaan obat serta bentuk sediaan obat sehingga dapat
menghasilkan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 cara pemberian obat yang
utama, yaitu enteral dan parenteral. Masing-masing menghasilkan besar
bioavailabilitas yang berbeda.
2. Intramuskular (IM)
vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat
sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung lambat.
3. Subkutan
Cara pemberian obat secara subkutan artinya menyuntikkan obat ke dalam jaringan yang
berada dibawah lapisan dermis. Cara ini mengurangi resiko yang berhubungan
dengan suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-
kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya.
Misal: obat anastesi lokal yang mengandung epinefrin. Epinefrin bekerja sebagai
vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari
tempat pemberian sehingga masa kerja obat menjadi lebih lama.
3. Intradermal
Intradermal (ID) yaitu menyuntikkan obat ke dalam lapisan dermis, dibawah epidermis.
Alat – alat:
1. Spuit 1 ml, 3 ml
2. Tourniquet
Prosedur Persiapan:
Praktikum - Pembimbing menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, teori dan
bahan-alat yang dibutuhkan
- Pembimbing menunjukkan video cara pemberian obat secara
perenteral
- Penugasan kepada mahasiswa membuat video cara pemberian obat
secara parenteral yang benar
- Mahasiswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing menyiapkan
presentasi tentang cara pemberian obat secara intra vena, intra
muskular, subkutan dan intradermal bentuk power point disertai video
praktek yang benar.
Injeksi Intravena
Injeksi Intramuskular
Bebaskan pakaian dari tempat penusukan
Bersihkan tempat yang akan digunakan dengan kapas alkohol
Buka tutup jarum
Regangkan kulit di tempat penusukan dengan cara: Tempatkan ibu jari dan jari telunjuk tangan
non dominan di atas tempat penusukan(hati-hati jangan sampai mengenai daerah yang telah
dibersihkan) hingga membentuk V
Regangkan ibu jari dan jari telunjuk dengan arah berlawanan, memisahkan jari sepanjang 3 inci
Cepat masukkan jarum dengan sudut 90o dengan tangan yang dominan
Pindahkan ibu jari dan jari telunjuk jari non dominan dan kulit untuk mendukung barrel spuit,
jari sebaiknya ditempatkan pada barrel sehingga saat mengaspirasi, anda dapat melihat barel
dengan jelas
Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
Jika terdapat darah, tarik jarum keluarkan, berikan tekanan pada tempat tusukan dan ulangi. Jika
tidak ada darah, dorong plunger dengan perlahan, ajak klien berbicara*
Tarik jarum dengan sudut yang sarna saat penusukan
Usap dan bersihkan tempat penusukan dengan kapas alkohol lain (Jika kontra indikasi untuk
obat, berikan penekanan yang lambat saja)
Injeksi Subkutan
Pilih tempat penusukan pada lengan atas atau abdomen. Jika kedua tempat tersebut tidak
memungkinkan pilih tempat altematif lainnya. Rotasikan tempat penusukan
Pengamatan:
- Mahasiswa mengamati penjelasan pembimbing
- Mahasiswa mempresentasikan video pembelajaran cara pemberian
obat secara parenteral yang benar
Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Laporan dikumpul paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.
BLOK BBS-FT-Pr5
Latar belakang Cara pemberian obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
mula kerja obat (onset of action). Cara pemberian obat melalui berbagai
jalur yang berbeda akan dapat menyebabkan mula kerja yang berbeda
pula. Pengetahuan mengenai cara pemberian obat yang baik dan benar
perlu diketahui mahasiswa kedokteran sebagai bagian pengobatan yang
rasional.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum: Setelah mengikuti praktikum ini,
mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan cara pemberian obat akan
menghasilkan mula kerja obat yang berbeda pula pada model hewan coba
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menentukan perbedaan frekuensi pernafasan hewan
coba pada pemberian parenteral dan enteral
2. Mahasiswa dapat menentukan denyut jantung hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral
3. Mahasiswa dapat menentukan refleks kornea pada hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral
4. Mahasiswa dapat menentukan perbedaan sensasi nyeri hewan coba pada
pemberian parenteral dan enteral
Teori Obat dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai jalan. Secara umum
ada dua jalur pemberian obat, yaitu jalur parenteral dan jalur enteral.
Jalur enteral : pemberian obat melalui saluran pencernaan, yaitu per oral,
sublingual, bukal, dan rektal. Pemberian melalui oral merupakan jalur
pemberian obat paling banyak. Keuntungan cara pemberian murah,
mudah, aman dan nyaman bagi pasien. Kerugian secara enternal
diantaranya absorpsi lambat, tidak dapat diberikan pada pasien yang tidak
sadar atau tidak dapat menelan.
Alat – alat:
• Timbangan
• Jam
• Stetoskop
• Termometer
• Oral sonde
• Jepitan (alligator klem)
• Pinset
• Spuit 3 ml dan 1 ml
• Kapas
• Lampu pemanas
• Alkohol
• Parafinum liquidum
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Pada percobaan ini disediakan 2 ekor marmut untuk setiap group meja
praktikum.
- Marmut I : diberikan obat secara per-oral
- Marmut II : diberikan obat secara intraperitoneal
Persiapan:
LAPORAN
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
Denyut jantung
per
Menit
Aktivitas*
Refleks
Kornea**
Sensasi
nyeri***
Temperatur
Rektal
*Isi dengan -> 3: sangat aktif, 2: aktif, 1: kurang aktif, 0: tidak ada aktivitas
**Isi dengan ->: (+): ada reflex, (-): tidak ada reflex
***Isi dengan ->: (+): ada nyeri, (-): tidak ada sensasi nyeri
Grafik 2. Efek Pentotal secara Per oral dan Intraperitoneal terhadap Denyut Jantung
Grafik 3. Efek Pentotal secara Per oral dan Intraperitoneal terhadap Suhu Tubuh
(…………………..) (………………………..)
BLOK BBS-FT-Pr6
Latar belakang Efektivitas suatu obat tergantung pada dosis dan kepekaan tubuh. Dosis obat
adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek
tertentu terhadap suatu penyakit. Pemberian dosis obat haruslah tepat karena jika
dosis terlalu rendah, maka efek terapi tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih,
bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan kematian.
Macam-macam Dosis :
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek
farmakologi obat. Untuk mendapatkan efek yang diinginkan
pemberian obat tersebut harus tepat, aman dan rasional. Kriteria
sebagai berikut : tepat indikaasi, tepat penderita (pasien), tepat obat dan
BSO, tepat dosis dan perhitungan dosis, tepat cara pemberian, interval
waktu dan lamanya pemberian, waspada terhadap efek samping obat.
efek terapeutik.
percobaan.
10. Regimen dose : pengaturan dosis serta jarak antar dosis untuk
11. Dosis ganda : pemberian dosis tunggal, disebut juga Multiple dose
Alat – alat:
• Laptop
• LCD
• ALat tulis
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Persiapan:
Pembimbing menyajikan materi praktikum
Pembimbing memberikan tugas perhitungan dosis
Pengamatan:
Mahasiswa mengamati dan menjawab tugas yang diberikan
Mahasiswa mempresentasikan dan mendiskusikan tugas perhitungan dosis
Catatan:
Pelaporan:
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
BLOK BBS-FT-Pr7
Latar belakang
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Tujuan Instruksional Khusus:
1.
Teori Bahan obat yang diberikan kepada anak-anak umumnya sama dengan
bahan obat yang diberikan kepada orang dewasa, hanya dosis atau
12
Ada beberapa golongan obat, dimana dosis untuk anak tidak dapat
laxant.
seperti :
c. Chloralhidrat
di atas.
Indonesia
- Martindale
- Obat-obat penting
untuk anak-anak.
Dosis Maximalis :
Young :
13
rumus :
jam
a. Per-oral
b. Parenteral
d. Topikal
e. Inhalasi, dll.
3. Kondisi pasien
a. Umur
b. Berat badan
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Toleransi
f. Obesitas
g. Sensitifitas
4. Patofisiologi tubuh
Alat – alat:
1. Laptop
2. LCD
3. 3. Alat tulis
Prosedur Pelaksanaan:
Praktikum Persiapan:
Pembimbing menyajikan materi praktikum
Pembimbing memberikan tugas perhitungan dosis pada anak Pengamatan:
Mahasiswa mengamati dan menjawab tugas yang diberikan
Mahasiswa mempresentasikan dan mendiskusikan tugas perhitungan dosis
pada anak
Catatan:
Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per meja dalam bentuk soft copy, dalam 1 (satu)
CD untuk tiap grup. Laporan dikumpul paling lambat 7 hari setelah
praktikum dilaksanakan.
Latar Penulisan resep merupakan bagian penting dalam medical care. Penulisan yang
belakang baik dan benar akan menurunkan angka terjadinya kesalahan dalam pengobatan
(medication error). Salah satu pembelajaran yang harus dicapai oleh mahasiswa
dalam pembelajaran kedokteran adalah pemberian terapi yang sesuai dengan
kasus dan dapat menuliskannya dalam format resep yang benar.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar.
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep, tujuan penulisan
resep, dan jenis-jenis resep.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam penulisan
resep
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan
penulisan resep.
4. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep yang lengkap.
Teori Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,atau dokter hewan
yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang--undangan yang berlaku
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan bagi
penderita. Menurut undang-undang, yang dibolehkan menulis resep adalah dokter
umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi dokter umum dan
dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat yang boleh diberikan
kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan resep berupa jenis obat
yang berhubungan dengan penyakit gigi, sedangkan dokter hewan pembatasan
bukan pada jenis obatnya melainkan pada penderitanya. Dokter hewan hanya
boleh menuliskan untuk keperluan hewan semata-mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker,
maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan resep yaitu kejelasan
informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh apoteker.
Berdasarkan cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula magistralis dan
officinalis. Resep formula magistralis atau dikenal juga sebagai resep racikan,
disusun sendiri oleh dokter. Pada resep formula officinalis, dokter meresepkan
obat standar sesuai buku pedoman obat.
Komponen resep yang lengkap mengandung informasi seperti di bawah ini:
1. Inscriptio: nama dokter, no.sip., alamat/tlp/hp/kota/tempat, tanggal menulis
resep.
2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya berikanlah.
3. Prescriptio/ ordonantio: yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura: tanda cara pakai, dosis pemberian, interval waktu pemberian,
sebagai keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subcriptio: tandatangan/ paraf dokter penulis resep sebagai legalitas resep
tersebut.
6. Pro: bagian ini terdiri dari nama pasien, umur dan alamat bila perlu.
Terdapat dua kaedah dalam penulisan resep di bagian Prescriptio / ordonantia
yaitu:
1.
Beberapa singkatan latin yang biasa digunakan di dalam penulisan resep, yaitu:
Alat:
-Laptop
-Lembar kerja
Prosedur Pelaksanaan: Pembimbing praktikum memberikan penjelasan dan penyajian
Praktikum kasus.
Kasus I
Seorang wanita, 25 tahun, datang dengan keluhan gigi berlubang dan demam (+).
Dokter meresepkan Amoxycillin 500 mg, Natrium diclofenac 50 mg untuk
pemberian selama 3 hari.
Kasus II
Seorang wanita, 30 tahun, datang ke dokter umum dengan keluhan demam dan
nyeri menelan. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaaan fisik, dokter
mendiagnosa pasien tersebut menderita tonsillitis dan diberikan resep sesuai di
bawah ini:
Kasus III
Seorang pasien, laki-laki, 30 tahun, datang dengan rencana operasi mulut. Dokter
gigi meresepkan obat untuk persiapan operasi yang direncanakan 3 hari lagi yaitu:
• Lidocaine 1 ampul
• Spuit 3 cc 1
• Bactidol obat kumur , kumur 2 x sehari (pagi dan malam)
Pengam
atan
Kasus I
Buatlah resep sesuai dengan kasus yang tertera selama 3 hari
Kasus II
Buatlah resep sesuai kasus di atas untuk pemakaian selama 5 hari
Kasus III
Buatlah resep sesuai kasus di atas (resep untuk persiapan operasi)
Pelaporan:
Laporan: Laporan Kerja per grup bentuk soft copy. Laporan 2 dikumpul paling
lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.
LAPORAN
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
BLOK BBS-Ft-Pr9
Latar Penulisan resep merupakan bagian penting dalam medical care. Penulisan
belakang yang baik dan benar akan menurunkan angka terjadinya kesalahan dalam
pengobatan (medication error). Salah satu pembelajaran yang harus dicapai
oleh mahasiswa dalam pembelajaran kedokteran adalah pemberian terapi yang
sesuai dengan kasus dan dapat menuliskannya dalam format resep yang benar.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu menuliskan resep yang benar.
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian resep racikan dan tujuan
penulisan
Resep racikan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi ketentuan dan kaidah dalam
penulisan resep racikan
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen resep dan penulisan
resep racikan.
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan istilah yang berkaitan dengan
penulisan resep racikan.
5. Mahasiswa dapat menuliskan contoh resep racikan yang baik
Teori Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,atau dokter
hewan yang diberi ijin berdasarkan peraturan perundang--undangan yang
berlaku kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan
bagi penderita. Menurut undang-undang, yang dibolehkan menulis resep
adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Bagi
dokter umum dan dokter spesialis, tidak ada pembatasan mengenai jenis obat
yang boleh diberikan kepada penderita. Dokter gigi hanya boleh menuliskan
resep berupa jenis obat yang berhubungan dengan penyakit gigi, sedangkan
dokter hewan pembatasan bukan pada jenis obatnya melainkan pada
penderitanya. Dokter hewan hanya boleh menuliskan untuk keperluan hewan
semata-mata.
Pada prinsipnya resep adalah bentuk komunikasi antara dokter dan apoteker,
maka prinsip dasar komunikasi berlaku dalam penulisan resep yaitu kejelasan
informasi dari dokter sehingga dapat dipahami oleh apoteker.
Berdasarkan cara peracikan obat maka resep dibagi atas formula magistralis
dan officinalis. Resep formula magistralis atau dikenal juga sebagai resep
racikan, disusun sendiri oleh dokter. Pada resep formula officinalis, dokter
meresepkan obat standar sesuai buku pedoman obat.
Komponen resep yang lengkap mengandung informasi seperti di bawah ini:
1. Inscriptio: nama dokter, no.sip., alamat/tlp/hp/kota/tempat, tanggal
menulis resep.
2. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”
artinya berikanlah.
3. Prescriptio/ ordonantio: yaitu nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura: tanda cara pakai, dosis pemberian, interval waktu pemberian,
sebagai keamanan penggunaan obat dan keberhasilan terapi.
5. Subcriptio: tandatangan/ paraf dokter penulis resep sebagai legalitas resep
tersebut.
6. Pro: bagian ini terdiri dari nama pasien, umur dan alamat bila perlu.
Pada penulisan resep racikan, terdapat perbedaan di bagian prescription,
signature bila dibandingkan dengan penulisan resep sediaan jadi (formula
officinalis).
Contoh: Seorang dokter ingin membuat resep racikan yang terdiri atas
komposisi di bawah ini
1. Tablet amoxicillin sebanyak 125 mg
2. Tablet Paracetamol sebanyak 175 mg
Dibuat untuk dikonsumsi sebanyak 3 kali dalam sehari, selama 3 hari
Maka, penulisan resep dimulai dari bagian Invocatio dapat dibuat seperti di
bawah ini:
R/ Amoxicillin mg 125
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd no. X
S 3 dd pulv I
Atau
R/ Tab. Amoxicillin ½
Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd no.X
S 3 dd pulv I
Atau
R/ Tab. Amoxicillin ½
Paracetamol mg 175
M.f pulv dtd No.X
Da in caps
S 3 dd cap I
Alat:
-Alat tulis
-Laptop
-Lembar kerja
Kasus II
Seorang wanita, berusia 70 tahun, BB 55 kg dibawa anaknya ke dokter umum
dengan keluhan demam dan sakit menelan. Berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, dokter berencama membuat resep racikan karena pasien
mengeluh tidak bisa menelan tablet/kapsul, dengan komposisi seperti di bawah
ini:
Tab. Amoxicillin 500 mg
Tab.Paracetamol 500 mg
Tab. Becom-C 1 tab
Pengamatan
Kasus I
Buatlah resep sesuai dengan kasus yang tertera selama 3 hari dengan frekuensi
pemberian 3 kali sehari
Kasus II
Buatlah resep sesuai kasus di atas untuk pemakaian selama 5 hari dengan
frekuensi pemberian 5 kali sehari
Pelaporan:
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft copy. Laporan 2
dikumpul paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan.
LAPORAN
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
Pembimbing Praktikum
(………………………….)
BLOK BBS-FT-Pr10
Latar belakang Sekali suatu obat terserap dan masuk ke dalam aliran darah sitemik, obat
tersebut akan didistribusikan keseluruh tubuh, termasuk ketempat kerja obat.
Pengaturan suhu tubuh berlangsung di otak, thermo regulatory centre (TRC).
Perembesan obat ke otak dihalangi oleh sawar darah otak, sehingga ada obat
yang tidak mampu menembusnya.
Tujuan Memperlihatkan perbedaan efek farmakologi dua sediaan yang berbeda dari
kelas terapi yang sama (dalam hal ini kelas terapi analgetika antipiretika) pada
binatang percobaan yang sama akibat adanya perbedaan farmakokinetik
(distribusi masing-masing obat yang diberikan)
Materi Obat yang dapat digunakan untuk menurunkan demam umumnya berasal dari
golongan obat analgetik, maka obat penurun demam dapat disebut sebagai obat
analgetik antipiretik. Terdapat beberapa macam obat analgetik antipiretik yaitu
yang berasal dari golongan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang
bekerja dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin. Prostaglandin
merupakan mediator yang berperan dalam meningkatkan setting
thermoregulatory point di hipotalamas, secara indirek, prostaglandin
menyebabkan demam dengan menstimulasi pelepasan interleukin-1 (IL-1).
Obat yang termasuk dalam OAINS diantaranya adalah ibuprofen, asam
mefenamat dll. OAINS yang memiliki efek antipiretik adalah ibuprofen.
Obat golongan lain yang memiliki efek analgetik antipiretik adalah
parasetamol, obat ini diketahui memiliki mekanisme kerja pada penghambatan
prostaglandin di otak melalui penghambatan enzim siklooksigenase-3 (COX-
3) yang diketahui berada di sistem syaraf pusat (SSP)
Hewan coba Tikus putih
Bahan kimia Larutan 2.4 dinitrofenol 0.5% dosis 7 mg/kgBB
Larutan Ibuprofen 1% (7 mg/kgBB)
Larutan Paracetamol 1% (10 mg/kgBB)
Alkohol 70%
Larutan NaCl fisiologis
Ragi
Peralatan Termometer
Stopwatch
Timbangan
2 Spuit 1 ml (tuberculin test)
1 Spuit 5 ml
Pelaksanaan Mahasiswa akan menyaksikan video terkait praktikum
1. Sebelum percobaan masing-masing dari kedua tikus putih ditimbang.
Catatan: Jika 20 menit setelah penyuntikan larutan 2.4 dinitrofenol 0.5% tidak terjadi
kenaikan temperature tubuh, maka dosis 2.4 dinitrofenol 0.5% dapat
ditambahkan 2 mg/kgBB.
Pelaporan: Laporan praktikum dibuat oleh tiap grup/meja praktikum untuk tiap
bentuk sediaan yang ditugaskan dan mendata waktu kecepatan kelarutan untuk
tiap pengamatan dari tiap bentuk sediaan yang dicoba, seperti aturan pembuatan
makalah (lihat tata tertib praktikum)
LAPORAN
Tanggal :
Binatang
percobaan:……………………………………………………………………………
2………………………………………………………………………………………
2……………………………………………………………….. Dosis…………………
3…………………………………………………………………Dosis………………
Nama Mahasiswa
:…………………………………………………………………………………………
Nomor meja :………………………………………
…………………………………………………
Kelompok
:…………………………………………………………………………………………
0’ Pemberian 2.4
dinitrofenol
0.5% i.m
15’
30’
45’
60’
75’
90’
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
BLOK BBS-FT-Pr11
Latar belakang Kopi adalah minuman yang mengandung gugus metilxantin yakni kafein.
Kafeine memiliki beberapa mekanisme kerja yaitu bersifat merangsang jantung
(cardiac stimulation) melalui penghambatan secara kompetitif reseptor
adenosine di presynaptic noradrenergic neuron sehingga terjadi penglepasan
noradrenalin, dan ini yang menyebabkan efek stimulan dari kafein ini,
penghambatan kerja Phosphodiesterase (PDE) dan merangsang produksi NO
pada otot polos pembuluh darah. Berbagai mekanisme kerja yang dimiliki oleh
kafein tentu menyebabkan efek pada sistem kardiovaskular.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa dapat menjelaskan efek minum
kopi yang mengandung kafein terhadap sistem kardiovaskuler.
Alat :
1. Jam
2. Spigmomanometer /tensimeter raksa
3. Stetoskop
Prosedur 1. Pelaksanaan
praktikum
Praktikum akan dibuat dalam bentuk penayangan video sesuai prosedur di
bawah ini:
Praktikan yang bekerja dibagi sesuai di bawah ini
Praktikan 1 : Kopi (kandungan kafein disamarkan)
Praktikan 2 : Kopi ( kandungan kafein disamarkan)
2. Pengamatan
Bagi praktikan yang meminum kopi melakukan prosedur seperti di bawah
ini:
• Sebelum minum kopi, tekanan darah (TD) dan Denyut Nadi (DN)
diukur 1 kali, yaitu 15 menit sebelum dilakukan percobaan
• Meminum minuman yang disediakan sebanyak 200 ml
• Setelah itu mulut dibilas dengan 50 ml air sehingga semua tertelan
• Setelah minum kopi, dilakukan pengambilan data TD dan DN kembali
setiap 15 menit selama 1 jam.
3. Pelaporan
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft co. Laporan 2 dikumpul
paling lambat 7 hari setelah praktikum dilaksanakan. Dalam laporan berisi
uraian farmakokinetik dan farmakodinamik kafein, penjelasan perbedaan
hasil antara praktikan yang minum kopi tinggi kafein dan minum kopi rendah
kafein berdasarkan teori/ referensi.
LAPORAN
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM 11 : EFEK NON TERAPI KAFEIN PADA SISTEM KARDIOVASKULAR
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
Pembimbing Praktikum
(………………………..)
BRP Blok Basic Biomedical Sciences -1
Kurikulum 2020
Blok BBS-FT-Pr12
Latar belakang Interaksi obat tidak tercampurkan (inkompabilitas obat) merupakan suatu
kejadian obat yang tidak tercampurkan baik secara fisika maupun kimia
sehingga menimbulkan hilangnya potensi salah satu obat, meningkatnya efek
samping atau meningkatkan toksisitas obat. Inkompabilitas obat dapat terjadi
karena adanya interaksi secara farmaseutik, timbulnya reaksi fisika/kimia saat
obat dicampurkan atau timbul reaksi akibat interaksi dengan pelarut dan alat-
alat yang digunakan.
Tujuan Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu menguraikan tentang interakis obat yang tidak
tercampurkan.
Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi interaksi obat yang
tidak tercampurkan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kejadian interaksi obat
berdasarkan tingkat keparahannya
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kriteria obat yang dapat
menghasilkan interaksi obat tidak tercampurkan
Teori Interaksi obat tidak tercampurkan (inkompabilitas obat) merupakan suatu
kejadian obat yang tidak tercampurkan baik secara fisika maupun kimia
sehingga menimbulkan hilangnya potensi salah satu obat, meningkatnya efek
samping atau meningkatkan toksisitas obat. Inkompabilitas obat dapat terjadi
karena adanya interaksi secara farmaseutik, timbulnya reaksi fisika/kimia saat
obat dicampurkan atau timbul reaksi akibat interaksi dengan pelarut dan alat-
alat yang digunakan. Berdasarkan tentang kejadian interaksi obat berdasarkan
tingkat keparahannya, interaksi obat dapat dibagi menjadi tiga yakni interaksi
mayor, minor dan moderat. Interaksi mayor adalah interaksi antara dua obat /
lebih yang dapat menyebabkan kematian, interaksi moderat adalah interaksi
antara dua obat/lebih yang dapat berakibat pada kerusakan organ (efek sedang)
dan interaksi minor adalah interaksi antara dua obat/lebih yang mengakibatkan
efek samping ringan.
Interaksi obat tidak tercampurkan biasanya timbul pada saat dokter meresepkan
resep racikan, resep racikan dapat dibuat dalam racikan serbuk (berasal dari
sediaan padat) dan racikan larutan (berasal dari sediaan injeksi). Inkompabilitas
obat bisa timbul pada peracikan bentuk sediaan padat dalam bentuk tablet salut
film. Salut film berfungsi untuk menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak, serta
menjaga stabilitas obat dari pengaruh kelembaban dan cahaya. Kegiatan memotong
atau menghancurkan tablet salut film dapat menurunkan stabilitas obat (Royal
Pharmaceutical Society, 2011), dalam hal ini menyebabkan ketiga obat tersebut
terpapar oleh udara dan lembab. (Gaur et al., 2014; Gracia-Vásquez et al., 2017).
Bahan dan Alat Bahan Kimia
-Tablet Neurobion
-Tablet Paracetamol
-Kapsul Clindamycin
-Tablet rifampisin
Alat :
-Lumpang
-Sendok pengaduk
Prosedur 1. Pelaksanaan
praktikum
Mahasiswa menyaksikan video tentang praktikum terkait prosedur di
bawah ini:
A. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan paracetamol, giling
hingga halus
B. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan kapsul Clindamycin,
giling hingga halus
C. Siapkan lumpang, masukkan tablet neurobion dan rifampisin, giling
hingga halus.
2. Pengamatan
Amati kejadian A dan tuliskan pengamatan anda pada laporan
Amati kejadian B dan tuliskan pengamatan anda pada laporan
Amati kejadian C dan tuliskan pengamatan anda pada laporan
3. Pelaporan
Laporan : Laporan Kerja per grup dalam bentuk soft copy.
LAPORAN
Nama :
NIM :
Hari/ Tanggal :
Meja/Grup :
DAFTAR PUSTAKA
PENUNTUN PRAKTIKUM
PENYUSUN
DEPARTEMEN PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mahasiswa yang mengikuti Praktikum Parasitologi Blok Basic Biomedical Science (BBS),
diwajibkan untuk :
2. Memakai baju praktikum dan atribut mengikuti peraturan yang berlaku di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Membawa buku penuntun praktikum yang telah dicetak dari Praktikum I s.d. XII dan
dijilid senyawa dengan kertas jilid bewarna merah tua.
6. Meminta tanda tangan dosen pembimbing setelah selesai praktikum, dan menjadi syarat
untuk mengikuti praktikum selanjutnya.
7. Buku Penuntun Praktikum yang telah lengkap digambar dan telah ditandatangani dosen
pembimbing dari Praktikum I s.d. XII, merupakan syarat untuk mengikuti remedial
semester berikutnya bagi mahasiswa yang tidak lulus BBS-Parasitologi.
1. Tujuan umum:
memilih, melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
laboratorium dan diagnostik rutin
2. Tujuan Khusus:
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum dari
interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk Ascaris
lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, dan S. stercoralis.
3. Pelaksanaan:
a. Perhatikan petunjuk yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya
b. Gambarlah apa yang dilihat dengan pensil jangan menggunakan pulpen
c. Berikan keterangan pada bagian-bagian yang merupakan ciri khas dari masing- masing
preparat
d. Pada akhir praktikum periksakan hasil kerja saudara kepada dosen yang menjadi
pembimbing di ruangan praktikum
Keterangan Gambar
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Ascaris
Ascaris lumbricoides
A. Cacing Dewasa Gunakan Loupe
bentuk bulat panjang (silindris)
panjang:
Ø cacing jantan 15-31 cm
Ø cacing betina 20-35 cm
ekor:
Ø cacing jantan melingkar,
mempunyai spikulum
Ø cacing betina lurus runcing
C. Telur: Pembesaran 10 x 40
v fertilized corticated
Ø bentuk : lonjong
Ø dinding : tebal terdiri atas 3 lapis;
olapisan luar albuminoid
olapisan tengah hialin
olapisan dalam lipoid isi :
sel ovum
Pembesaran 10 x 40
v fertilized decorticated
- dinding : hanya terdiri lapisan hialin
dan lipoid
v infectious corticated
Perhatikan:
- Dinding : terdiri dari 3
lapisan ( albumin,
hialin, lipoid)
- Isi : larva
- Bentuk infektif
Pembesaran 10 x 40
v infectious decorticated
Perhatikan:
- Dinding : terdiri dari 2 lapisan
(hialin dan lipoid)
- Isi : larva
- Bentuk infektif
Pembesaran 10 x 40
Necator americanus
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Necator
Ancylostoma duodenale
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditia
Familia : Ascaridae
Genus : Ancylostoma
Strongyloides stercoralis
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Larva Rhabditiform:
mirip dengan larva cacing tambang
Larva Filariform:
- Ukuran : 0,5 - 0,6 mm
- Mulut tertutup
- Esofagus memanjang hingga 40% panjang
tubuh
- Tidak bersarung (unsheated)
- Ekor terbelah (forked-tail) / tumpul
Cacing dewasa :
NAMA
NIM
GRUP PRAKTIKUM
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Keterangan Gambar
Class : Phasmidia
Ordo : Oxyurida
Famili : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
B. Telur:
v Bentuk : lonjong dan asimetrik
v Dinding telur bening dan agak lebih
tebal dari dinding telur cacing tambang
Trichuris trichiura
Class : Phasmidia
Ordo : Spiruidia
Famili : Trichinellidae
Genus : Trichuris
v fertilised
Perhatikan:
- bentuk: seperti tempayan,
mempunyai 2 knob
- warna; kuning tengguli dengan
kedua ujung jernih
- isi : sel telur (dalam tinja segar)
v infeksius
- Isi : larva
Filum : Nematoda
Kelas : Phasmidia
Ordo : Spirurida
Famili : Acanthocheilonematidae
Genus : Wuchereria
Wuchereria bancrofti
Mikrofilaria: Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Bentuk : silindris, besarnya
260x8µm dan bersarung
• Lekuk tubuh : hafas (smooth)
• Perbandingan cephalic space: panjang =
lebar
• Susunan inti tubuh : teratur
Ujung ekor : runcing dan tidak berisi inti
Ordo : Spirurida
Famili : Acanthocheilonematidae
Genus : Brugia
Brugia malayi
Mikrofilaria : Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Bentuk :
silindris, besarnya 150-230x5µm dan
bersarung
• Lekuk tubuh : hafas (smooth)
• Perbandingan cephalic space: panjang = 2
kali lebar
• Susunan inti tubuh : kasar, tidak teratur dan
overlaping
• Ujung ekor : runcing dan berisi 2 buah inti
yang susunannya tandem
Brugia timori
Mikrofilaria :
• Bentuk : mirip seperti Brugia malayi tetapi
lebih besar daripada Brugia malayi
• Perbandingan cephalic space: panjang = 3
kali lebar
• Ujung ekor : runcing dan berisi 2 buah inti
yang susunannya tandem
Famili : Onchocercidae
Genus : Onchocerca
Onchocerca volvulus
Mikrofilaria
- Umumnya di kulit dan jaringan limfatik
jaringan ikat, pada infeksi berat bisa
dijumpai di darah, urine dan sputum
- Mikrofilaria unsheated
- Ukuran : 300-315 µm
- Ujung runcing
Dewasa
- Dijumpai di nodul jaringan subkutan
- Ukuran jantan 15-45 mm, betina 30-50
cm
]
NAMA
NIM
GRUP PRAKTIKUM
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Toxocara cani, Toxocara cati, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma
ceylanicum, Ancylostoma caninum, Capillaria philipinensis, Trichinella spiralis dan
Gnathostoma spinigerum.
3. Pelaksanaan :
a) Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b) Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c) Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d) Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Keterangan Gambar
Toxocara cani
Filum : Nematoda
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Ascarididae
Genus : Toxocara
Toxocara cati
Cacing dewasa:
• Bentuk bulat panjang (silindris)
• Panjang :
- Jantan : ± 5-8 cm
- Betina : ± 8-13 cm
• Kepala : cephalic alae bentuk mata panah
• Ekor :
- Betina : runcing
- Jantan : melengkung
Telur
Telur mirip dengan telur T. cani (sulit dibedakan)
Ancylostomatidae
Filum : Nematoda
Class : Phasmidia
Ordo : Rhabditida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
Ancylostoma braziliense
Cacing dewasa:
Mulut (bibir) : 2 (dua) pasang gigi tidak sama
besar
Ancylostoma ceylanicum
Ancylostoma caninum
Cacing dewasa: Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
Mulut (bibir) : 3 (tiga) pasang gigi sama besar
Trichinella spiralis
Class : Aphasmedia
Ordo : Enoplida
Famili : Trichinellidae
Genus : Trichinella
Cacing dewasa ;
o Bentuk halus seperti rambut
o Cacing betina :
§ Ukuran 2-4 mm
§ Vulva pada 1/3 anterior tubuh
§ Uterus berisi larva
o Cacing jantan :
§ Ukuran 1,5 mm
§ Terdapat 2 papil pada ekor
Larva
dalam otot yang melingkar terdapat di dalam kista.
• Perhatikan :
o Ukuran 0,8-1 mm
o Reaksi jaringan hospes sekitar dinding
kista
Capillaria phillipinensis
Ordo : Enoplida
Family : Capillariidae
Genus : Capillaria
Cacing dewasa :
Telur
Gnathostoma spinigerum
Ordo : Spirurida
Family : Gnathostomatidae
Genus : Gnathostoma
Dewasa :
- Ukuran betina 11-15 mm x 1-2,5 mm;
jantan 10-25 mm x 1-2 mm
- Kepala meonjol (bulbous head) dengan
beberapa baris cuticular spines
- Tubuh ditutupi duri (spines) yang
melingkari tubuh
https://bioinfo.bisr.res.in/project/foodpath/images/helminths/Gnathostoma%20spinigerum.jpg
Telur
- Bentuk oval, dengan penonjolan di salah satu
kutub
- Ukuran 40µm x 70µm
Zoonotic nematode
Manusia : incidental host
NAMA
NIM
GRUP PRAKTIKUM
T.Tangan pembimbing
2. Tujuan khusus :
Trematoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Schistosoma japonicum, S.haematobium, dan S.mansoni serta Hospes
Perantaranya.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum
Gambar Keterangan
Schistosoma japonicum
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 26 mm
• Lebar : 0,3 mm
• Ovarium terletak di tengah
• Vitellaria terdapat di lateral pd ¼ bagian
posterior
Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
yang melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 12-20 mm
• Lebar : 0,5-0,55 mm
• Kulit (papilla tegumental): licin/halus
• Testis : 6-8 buah (umumnya 7 buah
Telur
• Bentuk : oval hampir bulat
• Ukuran : 70-150 x 50-80 µ
• Mempunyai lateral knob
• Isi : mirasidium
Cercaria (Schistosomatidae)
• Bentuk : badan memanjang
• Ekor : bercabang dua
Schistosoma haematobium
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 20 mm
• Lebar : 0,25 mm
• Ovarium terletak di pertengahan tubuh
• Vitellaria terdapat di bagian posterior ovarium
Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
yang melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 10-15 mm
• Lebar : 0,8-1,0 mm
• Kulit (Papilla tegumental): Tuberkel kecil-kecil
• Testis : 4-5 buah
Telur
• Bentuk : oval
• Ukuran : 112-170 µm x 40-70 µm
• Mempunyai terminal spine
• Isi : miracidium
Schistosoma mansoni
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Cacing Dewasa
Betina :
• Bentuk silindris
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker yang lebih kecil dari jantan
• Panjang : 20 mm
• Lebar : 0,25 mm
• Ovarium terletak di pertengahan anterior
tubuh
• Vitellaria terdapat di bagian posterior ovarium
Jantan :
• Bentuk silindris dengan bagian posterior
melebar
• Mempunyai 2 batil isap : oral dan ventral
sucker
• Mempunyai gynecophoric canal
• Panjang : 10-15 mm
• Lebar : 0,8-1,0 mm
• Kulit (Papilla tegumental): Tuberkel besar-
besar dengan duri-duri
• Testis : 6-9 buah
Telur
• Bentuk : oval
• Ukuran : 114-175 µm x 45-70 µm
• Memiliki lateral spine
• Isi : miracidium
NAMA
NIM
GRUP PRAKTIKUM
T.Tangan pembimbing
Trematoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Fasciolopsis buski, Fasciola hepatica, F.gigantica, Opisthorchis viverrini,
Clonorchis sinensis, Paragonimus westermani dan Hospes Perantaranya.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Fasciola hepatica
Fasciola gigantica
Fasciolopsis buski
Redia (Fasciolidae)
• Bentuk seperti sandsack
• Mempunyai mulut
• Isi : cercaria
Cercaria (Fasciolidae)
• Bentuk : badan agak bulat
• Ekor : sederhana
Metacercaria (Fasciolidae)
• Bentuk : bulat
• Dinding : tebal berlapis dua
Clonorchis sinensis
Gunakan mikroskop pembesaran 10x4 • Oral sucker sedikit lebih besar dari ventral
sucker
• Panjang 8-25 mm, lebar 1,5-5 mm
• Permukaan tubuh sedikit kasar.
• Hermaphrodite
• Testis : 2 buah dan bercabang yang terletak
di posterior tubuh dan bersusun tandem
• Ovarium berukuran cukup kecil berlobus
• Vitellaria terletak memenuhi 1/3 lateral
(bagian tengah) kiri dan kanan
Opisthorchis viverrini
Gunakan mikroskop pembesaran 10x4 • Oral sucker sedikit lebih besar dari ventral
sucker
• Panjang 8-25 mm, lebar 1,5-5 mm
• Hermaphrodite
• Testis : 2 buah dan berlobus yang tersusun
tandem serong di bagian posterior.
• Ovarium berlobus
• Vitellaria terletak memenuhi 1/3 lateral
(bagian tengah) kiri dan kanan
Paragonimus westermani
Telur
• Mempunyai operkulum
• Dinding tidak sama tebal
• Isi : ovum
Gambarkan dan Tuliskanlah Nama Hospes Perantara dari masing-masing Trematoda di atas
NAMA
NIM
GRUP PRAKTIKUM
T.Tangan pembimbing
2. Tujuan khusus :
Cestoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Taenia saginta, Taenia solium, dan Echinococcus granulosus.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum
Gambar Keterangan
Filum : Plathyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidae
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
Taenia saginata
Cacing dewasa
Scolex (Kepala) :
• Bentuk Pyriform
• Ukuran
• Empat buah batil isap yang menonjol
Telur
• Bentuk telur bulat
• Warna kuning coklat
• Dinding yang tebal dan bergaris-garis
radier
• Ada tidaknya hexacanth embrio di dalam
telur
Taenia solium
Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Bentuk pyriform
• Ukuran
• Empat buah batil isap
• Rostellum agak mendatar dan dua baris kait-
kait
Telur
• Bentuk telur bulat
• Warna kuning coklat
• Dinding yang tebal dan bergaris-garis radier
• Ada tidaknya hexacanth embryo di dalam
telur
Echinococcus granulosus
Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Ukuran 2-7 mm
• Bentuk bulat
• Empat buah batil isap yang menonjol
• Rostellum yang menonjol dan dua baris kait-
kait
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium
dan diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
Cestoda
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, dan Diphyllobotrium sp.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Gambar Keterangan
Filum : Plathyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidae
Family : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Hymenolepis nana
Cacing Dewasa :
Scolex (Kepala) :
• Ukuran 15-40 mm x 1 mm
• Empat buah batil isap yang menonjol
• Rostellum pendek dan refraktil
• Satu baris kait-kait
Telur
• Ukuran 30x50 µm
• Bentuk telur oval
• Warna putih bening
• Pada dinding dalam terdapat 2 polar
dengan 4-6 filamen
• Oncosphere memiliki 6 kait-kait
(hexacanth embryo)
Hymenolepis diminuta
Dewasa :
- Ukuran : panjang 30-60 cm, lebar 0,3-0,5cm
- Scolex :
• Tanpa rostellum dan kait-kait
• Batil isap tidak ada
Telur
• Ukuran 70-87 µm x 50-60 µm
• Dinding luar tebal
• Dinding dalam terdapat penebalan (polar)
tanpa filament
• Terdapat hexacanth embryo
Diphyllobothrium sp.
Dewasa:
- Ukuran bisa mencapai 9 m
- Scolex : memanjang, terdapat
alur/potongan memanjang disebut bothria
sebagai pengganti batil isap.
- Strobila : terdiri dari proglotid immature,
mature, dan gravid.
- Pada proglotod matur terdapat genital
pore di bagian tengah proglotid
Telur :
- Ukuran : 58-76 µm x 40-51 µm
- Bentuk ovoid
- Terdapat operkulum di ujung yang satu,
dan knob kecil di ujung lainnya
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Entamoeba histolytica, E. coli, E. gingivalis, Endolimax nana,
Iodamoeba butschlii, Cryptosporidium parvum, Isospora belli, Cyclospora
cayetanensis, dan Blastocystis hominis.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum
Gambar Keterangan
AMOEBA
Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Entamoebidae
Genus : Entamoeba
Entamoeba histolytica
Trofozoit
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 • Ukuran : 10-60 µm
• Bentuk : amoeboid, memiliki
pseudopodia yang lebar
• Sitoplasma : bergranular dan
mengandung eritrosit
• Inti : 1 buah, karyosom padat, kromatin
tersebar di pinggir inti
Kista
• Ukuran : 10-20 µm
• Bentuk : memadat mendekati bulat
• Sitoplasma : tidak dijumpai lagi eritrosit
• Kista matang (cyst) : memiliki 4 buah inti
entamoeba
• Pre-cyst : chromatoidal bodies (+), mirip
dengan bentuk trofozoit E. coli
Entamoeba coli
Trofozoit
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40
• Ukuran : ± 15-50 µm
• Bentuk : amoeboid, memiliki
pseudopodia
• Sitoplasma : terdapat vakuola, tanpa eritrosit
• Inti : 1 buah, karyosom sentral, kromatin
mengelilingi pinggirannya
Kista
• Ukuran : ± 10-35 µm
• Bentuk : membulat
• Sitoplasma : dijumpai chromatoidal
bodies seperti jarum
• Inti : berjumlah 8 – 16
Entamoeba gingivalis
Trofozoit
• Ukuran : 10-20 µm
• Bentuk amoeboid dan transparan, dengan
pseudopodia yang tumpul.
https://www.researchgate.net/profile/Mark_Bonner2/publication/273419265/figure/fig4/AS:294949460430848@1
447332839047/E-gingivalis-in-intimate-contact-with-large-bacterial-filaments-forming-palisade.png
Endolimax nana
Trofozoit
• Ukuran 6-10 µm
• Pseudopodia pendek dan tumpul
dan bergerak sangat lambat.
• Inti memiliki karyosome besar dan
lapisan tipis granula kromatin
• Vakuola glikogen yang besar
Kista
https://i.pinimg.com/originals/1c/b5/61/1cb561874de42f6bdb7744346172e941.jpg
Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Entamoebidae
Genus : Iodamoeba
Iodamoeba butschlii
Kista
v Ukuran : ± 5-20 µm
v Bentuk : bulat
v Sitoplasma : dijumpai vakuola glikogen yang
besar (dengan pewarnaan iodin akan
bewarna coklat kemerahan), tanpa
chromatoidal bodies
v Inti : 1 buah inti iodamoeba
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporridae
Genus: Cryptosporidium
Cryptosporidium parvum
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Eimiriidae
Isospora belli
Stadium diagnostik: unsporulated
(immature) oocyst dari feses.
• Bentuk oval
• Dinding tipis
• Isi: sporoblast
Cyclospora cayetanensis
Ookista :
- Ukuran 8-10 µm
- Ookista matang mengandung 2
sporokista berukuran sekitar 4 µm
https://media.springernature.com/lw685/springer-static/image/art%3A10.1186%2Fs13071-015-
1026-8/MediaObjects/13071_2015_1026_Fig1_HTML.gif
Blastocystis hominis
• Bentuk cyst-like
• Ukuran 5-10 µm
• Vakuola dikelilingi oleh lingkaran tipis
sitoplasma dengan inti yang bisa
mencapai 6 buah inti sel.
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Balantidium coli, Giardia lamblia, Trichomonas vaginalis, Chilomastix
mesnili, Microsporidia, dan Pneumocytis carinii.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum
GAMBAR KETERANGAN
CILIATA
Class : Litostomatea
Ordo : Vestibuliferida
Familia : Balantidiidae
Genus : Balantidium
Balantidium coli
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : panjang 30-100 µm, lebar 30-
80 µm
• Bentuk : oval, seluruh permukaan
tubuh diliputi cilia
• Memiliki cytostome dan cytopyge
• Sitoplasma : terdapat vakuola kontraktil
• Inti : 2 buah inti, makronukleus dan
mikronukleus
Kista
• Ukuran : 45-65 µm
• Bentuk : bulat atau elips
• Dinding 2 lapis, dan diantara dinding
terdapat cilia
• Sitoplasma : vakuola (+)
• Inti : 2 buah inti, makronukleus dan
mikronukleus
FLAGELATA
Class : Diplomonadea
Ordo : Diplomonadida
Familia : Hexamitidae
Genus : Giardia
Giardia lamblia
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : panjang 9-20 µm, lebar 5-15 µm
• Bentuk : pear shaped, bagian anterior lebar
(sucking disc) pada tampak samping
• Memiliki 8 buah flagella; 2 di ventral, 2 di
kaudal, dan 4 di ventral
• Terdapat axostyle dan benda parabasal
(parabasal body)
• Inti : 2 buah, terletak simetris, karyosom
sentral yang besar tanpa kromatin
Kista
• Ukuran : panjang 8-18 µm, lebar 7-10 µm
• Bentuk : oval
• Axostyle dan benda parabasal (+)
• Inti : 4 buah inti
Class : Trichomonada
Ordo : Trichomonadida
Familia : Trichomonadidae
Genus : Trichomonas
Trichomonas vaginalis
Class : Retortamonadea
Ordo : Retortamonadida
Famili : Retortamonidae
Genus : Chilomastix
Chilosmatix mesnili
Trofozoit
- Pyriform, bagian posterior memanjang
dengan ujung yang tumpul
- Ukuran : 6-24 µm x 3-10 µm
- Memiliki 4 flagella di anterior, yang satu
berukuran lebih panjang dari lainnya.
- 1 flagella yang sangat pendek
melengkung di bagian belakang
cytostome
- Inti 1 buah yang sangat besar di bagian
anterior
Kista
- Berdinding tebal, berbentuk seperti
https://i.pinimg.com/236x/c5/77/ea/c577eacb32a4ec1b5c8c6591220a5bc7--medical-laboratory-bio.jpg
lemon
- Ukuran 6,5-10 µm
https://i.pinimg.com/originals/64/da/6d/64da6dcd3d57e74edd94e0618c0cc468.jpg
MICROSPORIDA
- Merupakan filum dari parasit yang memiliki
polar filament/tube.
https://web.stanford.edu/group/parasites/ParaSites2006/Microsporidiosis/microsporidia1_files/image004.jpg
Pneumocystis carinii
Secara taksonomi dan karakteristik lebih
mengarah pada jamur, tetapi sensitif terhadap anti-
protozoa.
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum dari
interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk
Protozoa yaitu Acanthamoeba sp., Naegleria fowleri, Toxoplasma gondii, Trypanosoma
sp., dan Leishmania sp.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Acanthamoebidae
Genus : Achantamoeba
Achantamoeba sp.
Gunakan mikroskop pembesaran 10x40 Trofozoit
• Ukuran : ± 10-45 µm
• Bentuk : pseudopodia lancip
(acanthopodia)
• Inti : 1 buah, karyosom sentral yang besar,
tanpa kromatin perifer.
Kista
• Ukuran : ± 10-20 µm
• Bentuk : bulat, dinding 2 lapis, lapisan terluar
bergerigi dan tidak teratur
• Inti : 1 buah
Superklas : Rhizopoda
Ordo : Amoebida
Familia : Vahlkampfiidae
Genus : Naegleria
Naegleria fowleri
Trofozoit
• Ukuran : ± 7-20 µm
• Bentuk : pseudopodia lebar dan aktif
bergerak
• Sitoplasma : bergranul, terdapat vakuola
• Inti : 1 buah, karyosom sentral yang
dikelilingi halo, tanpa kromatin perifer.
Kista
• Bentuk : bulat
• Inti : 1 buah
Amoeboidflagella
• Terdapat di air
• Memiliki 2 buah flagella
APICOMPLEXA
Subclass : Coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Toxoplasma gondii
Stadium takizoit
• Dapat dijumpai pada semua sel tubuh
manusia, kecuali eritrosit
• Berbentuk sabit (crescent)
• Ukuran 7-12µm
Gambar Keterangan
Trypanosoma sp.
• Hemoflagellata
• Bentuk infeksius : Trypomastigote dan
dijumpai pada darah pejamu (host)
Trypomastigot
• Ukuran : 14 – 33 µm
• Kinetoplast kecil di ujung posterior
• Inti sel di tengah
• Undulating membrane
• Flagella menjuntai di sepanjang
undulating membrane
Leishmania sp.
Promastigot
• Bentuk infeksius
• Segera berubah menjadi amastigot di
makrofag pejamu (host).
• Terdapat di tubuh vektor.
• Bentuk bulat memanjang dengan
flagella di bagian posterior.
Amastigot
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur
laboratorium dan diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan
Plasmodium malariae.
3. Pelaksanaan :
a. Perhatikan petunjuk yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya
b. Gambarlah apa yang dilihat dengan pensil warna (merah untuk kromatin dan biru
untuk sitoplasma)
c. Berikan keterangan pada bagian-bagian yang merupakan ciri khas dari masing-
masing preparat
d. Pada akhir praktikum periksakan hasil kerja saudara kepada dosen yang menjadi
pembimbing di ruangan praktikum
Gambar Keterangan
Plasmodium sp.
Filum: Apicomplexa
Subfilum: Sporozoa
Klas: Telopsorea
Subklas: Haemosporina
Famili: Plasmodidae
Genus: Plasmodium
Plasmodium falciparum
Gambar Keterangan
Plasmodium falciparum
Stadium cincin muda pada sediaan apus
Perhatikan dan beri tanda pada gambar:
• Bentuk single chromatin
• Bentuk double chromatin
• Bentuk blister
• Bentuk marginal
• Dan lain-lain
Mikrogametosit
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Berbentuk seperti pisang
• Kromatin difus
• Pigmen
Gambar Keterangan
Makrogametosit
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Jenis sediaan apus/tebal*
• Berbentuk seperti pisang
• Kromatin kompak
• Pigmen
Plasmodium vivax
Gambar Keterangan
Stadium skizon muda pada sediaan apus
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit membesar
• Terdapat lebih dari satu inti di dalam
sitoplasma
• Sitoplasma menyatu (presegmenting
stadium)
Gambar Keterangan
Plasmodium ovale
Gambar Keterangan
Plasmodium malariae
Stadium trofozoit
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit terinfeksi tidak membesar,
terkadang cenderung mengecil
• Pigmen kuning atau kecoklatan
• Sitoplasma cenderung tertarik ke arah
dua kutub membentuk pita (band form)
• Inti meminggir
Stadium skizon:
Perhatikan dan buat keterangan pada gambar:
• Eritrosit tidak membesar
• Skizon matang memiliki 6-12 merozoit,
biasanya 8, tersusun seperti kelopak bunga
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
1. Tujuan umum :
melakukan secara ”lege artis”, dan menafsirkan hasil berbagai prosedur laboratorium dan
diagnostik rutin
2. Tujuan khusus :
menentukan dan menilai hasil pemeriksaan laboratorium yang relevan dan merangkum
dari interpretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai untuk dapat mengenal bentuk-
bentuk Decapoda, Copepoda, Scorpionidae, Aranea, Sarcoptes scabiei, Pediculus
humanus, Phthirus pubis, Dermatophagoides, Dermacentor spp., Argasidae,
Triatoma infestans, Leptotrombidium deliens, Demodex spp., Diplopoda, Chilopoda,
Anopheles spp, Aedes spp, Mansonia uniformis , dan Culex fatigans.
3. Pelaksanaan :
a. Mahasiswa memperhatikan petunjuk yang telah dibuat sebaik-baiknya.
b. Mahasiswa menggambarkan stadium parasit yang dilihat dengan menggunakan
pensil pada jurnal yang telah diberikan.
c. Mahasiswa memberikan keterangan yang jelas pada gambar yang merupakan ciri
khas dari parasit yang ada pada gambar.
d. Mahasiswa memeriksakan jurnal yang telah siap dikerjakan kepada dosen
pembimbing pada akhir praktikum.
Gambar Keterangan
Decapoda
• Cephalothorax
• Abdomen
• 2 pasang antena
• 5 pasang kaki
• Crab dan crayfish
Copepoda
• Cephalothorax
• Abdomen
• 2 pasang antena
• 5 pasang kaki
• Cyclops: 0.2-0.5mm
• Betina memiliki kantong telur bilateral
Scorpionidae
• Cephalothorax
• 4 pasang kaki (octopod)
• Pedipalpi untuk memegang makanan
• Kantong racun dan alat sengat di ujung
abdomen
Araneae
• Sub ordo : Araneida (laba-laba)
• Cephalothorax
• 4 pasang kaki (octopod)
• Pedipalpi untuk memegang makanan
• Di ujung abdomen terdapat kelenjar untuk
memproduksi benang
Gambar Keterangan
Sarcoptes scabei
Ukuran : ♀ 0,35 mm; ♂ 0,20 mm
o Bagian badan :
o Kapitulum dan badan berupa kantong
o Tanda :
o 4 pasang kaki, pendek, (2 psg depan;
2 psg belakang)
o Ambulacra
Pediculus humanus
Ciri ♀
o ukuran : 3 mm ;
o lubang genitalia berbentuk huruf V yang
terbalik
Ciri ♂
o Ukuran 2 mm ;
alat kelamin menyerupai ujung tombak mata
letaknya lateral dekat antenna, spiracle terdapat
pada thorax dan abdomen
Phthirus pubis
• Bentuk menyerupai ketam
• Ukuran : 1,5 - 2,0 mm
Argasidae
• Soft tick
• Scutum tidak selebar ixodidae
• Terlihat lebih datar
• Bentuk bulat
• Gnathostoma dan idiosoma tertutupi
tubuh (tidak tampak jelas dari dorsal)
Gambar Keterangan
Triatoma infestans
o Warna tubuh : coklat – hitam
o Bentuk kepala: pendek langsing
o Antena : 1 pasang
Demodex spp.
Gambar Keterangan
Diplopoda
Millipedes
• Dua pasang kaki pada tiap segmen tubuh
• Kaki terletak di bagian bawah tubuh
• Memiliki sepasang antena
• Terdapat mandibular dan bibir rahang
• Segmen tubuh > 20 segmen
• Bergerak lambat
• Ujung segmen terakhir dijumpai telson
Chilopoda
Centipedes
• Satu pasang kaki pada tiap segmen tubuh
• Kaki terletak di samping segmen tubuh
• Memiliki sepasang antenna
• Pada segmen I tubuh terdapat sepasang
cakar beracun
• Segmen tubuh ± 15 segmen
• Bergerak cepat
• Ujung segmen terakhir dijumpai telson
Aedes spp.
Aedes sp.
Kingdom:Animalia
Filum:Arthropoda
Klas: Insecta
Ordo: Diptera
Superfamili: Culicoidea
Famili: Culicidae
Subfamili: Culicinae
Genus: Aedes
Larva Aedes aegypti
Perhatikan dan buat keterangan pada
gambar:
• Bentuk sifon
• Comb scales pada segmen ke-8
abdomen
• Pecten teeth pada sifon
• Anal gills
Nyamuk dewasa Aedes aegypti
betina Perhatikan dan buat
keterangan pada gambar:
• Tubuh terdiri dari kepala, toraks dan
abdomen
• Proboscis lebih panjang dibandingkan
palpi
• Keseluruhan proboscis bewarna
hitam
• Ujung palpi bewarna putih
• Tiga pasang kaki pada toraks,
memiliki cincin-cincin putih
• Sepasang sayap dengan sebaran
sisik-sisik hitam (dark scales)
• Dorsal scutum (toraks) memiliki
gambaran seperti lyre, dengan sisik-
sisik putih membentuk dua garis
linear di tengah diapit dua kurva di
pinggir
Mansonia spp.
Culex spp.
Anopheles spp.
Anophelinae
Genus: Anopheles
Nama
NIM
Tanggal Praktikum
Grup Praktikum
T.Tangan pembimbing
NAMA MAHASISWA :
NIM :
NILAI
TANDA TANGAN :
NILAI :
TANGGAL :
TANDA TANGAN :
REMEDIAL
NILAI :
TANGGAL :
TANDA TANGAN :