Anda di halaman 1dari 35

Basic Medical Science 1

ANATOMI, HISTOLOGI DAN FISIOLOGI TULANG DAN OTOT


(CRANIUM, WAJAH DAN LEHER)

Kelompok 5

Ai Rafikah Nurpratiwi 160110140069


Muga Restunaesha 160110140070
Nunung Nursanti 160110140071
Yandi Kusmulyandi 160110140072
Nabilla Rifda Arintya 160110140075
Dhia Thifal Malihah 160110140078
Hasna Fadila 160110140079
Bilqis Quinta Fitriandari 160110140080
Pradita Annastia 160110140081
Karina Atmawinanda 160110140082
Zahidah Rofiqotusy Syuhadaa 160110140083
Maghfira Indriawati Iswiningtyas 160110140084
Wulan Mukti Marsetyoni 160110140085
Indah Dwitasari 160110140086

DEPARTEMEN ORAL BIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur Kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul bahasan BMS 1 (Anatomi, Histologi dan Fisiologi)
dengan baik.

Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu peyusunan makalah
ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bekat, imbalan, serta karunia-Nya
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya yang
tidak ternilai.

Karena terbatasnya waktu yang tersedia untuk penyusunan makalah ini,


menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran bagi perbaikan makalah ini, sangat kami harapkan. Kami berharap
mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa dalam upaya
meningkatkan kemampuan akademis dalam pemahaman mengenai anatomi,
histologi dan fisiologi tubuh.

Jatinangor, September 2014

Tim Penulis
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia memiliki susunan yang kompleks, salah satunya adalah
otot dan tulang yang memiliki bagian-bagian, jaringan-jaringan dan fungsi-fungsi
tertentu. Semua itu mencangkup ilmu anatomi tentang struktur tubuh makhluk
hidup, histologi tentang jaringan, dan juga fisiologi tentang asal-usul,
perkembangan, dan kemajuan dari kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, seorang
dokter gigi harus memahami letak, fungsi dan susunan sebagai dasar pembelajaran
untuk menjadi seorang dokter gigi.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang anatomi,
histologi, dan juga fisiologi dari bagian tulang dan otot yang berada di kepala dan
sekitarnya. Serta juga untuk memahami jenis-jenis tulang yang ada di manusia
baik tulang keras maupun kartilago, juga sel-sel penyusun jaringan tersebut.

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, didapatkan
rumusan masalah, yaitu :
1. Apa saja bagian-bagian dari tulang cranium?
2. Apa saja otot-otot yang ada di wajah dan leher?
3. Apa itu vertebrae cerficalis?
4. Apa saja sel-sel dan jaringan-jaringan yang ada di tulang?
5. Apakah definisi dari kartilago?
6. Apa saja jenis-jenis dari jaringan otot?
7. Apa saja fungsi-fungsi dari cranium, otot-otot wajah dan leher,
jaringan tulang, cartilago dan vertebrae cerficalis?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tulang Keras


2.1.1 Cranium

Tengkorak adalah kerangka kepala. Tulang-tulang tengkorak membentuk


cranium dan kerangka wajah. Cranium meliputi otak dan meninges (sakut-salut
otak), bagian proksimal saraf-saraf otak, dan pembuluh darah. Pada kerangka
wajah terdapat kedua orbita (lekuk mata) dan rongga hidung, maxilla, dan
mandibula. Tengkorak didukung oleh puncak kolom vertebral, dan berbentuk
oval, tengkorak lebih luas di bagian belakang daripada dibagian depan. Terdiri
dari serangkaian tulang pipih atau berbentuk tidak teratur yang dengan satu
pengecualian (rahang bawah) bergabung bersama-sama.

Gambar 1. Aspek Dasar Cranium


Gambar 3. Maxilla dan Mandibula
Tulang Tengkorak atau Cranium merupakan tulang pelindung otak yang
sangat diperlukan agar sistem koordinasi tubuh kita masih berfungsi secara
normal. Tulang cranium terbagi dalam dua bagian yaitu Tulang Neuro Cranium
(Tulang-tulang Cranial) dan Vicero Cranium (tulang-tulang Facial). Secara
struktur tulang tengkorak manusia sama dengan tulang tengkorak hewan
vertebrata lainnya. Bedanya adalah pada bagian tulang berbentuk runcing yang
menonjol dibagian bawah telinga manusia yang disebut tulang Prosesus
Styloid. Prosesus Styloid ini berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu
membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia.

Gambar 4. Pembagian Cranium

Tulang Prosesus Styloid ini sangat mudah dikenali. Tulang Prosesus Styloidini
sangat bermanfaat bagi dunia kriminal ketika proses pengidentifikasian mayat
berlangsung. Jika terdapat sesosok mayat yang meninggalkan beberapa tulang
belulang atau secara tidak sengaja anda menemukan beberapa tulang tengkorak
yang masih belum jelas apakah tulang itu merupakan tulang manusia atau hewan.
Maka dilakukan pengamatan lebih lanjut. Jika anda akan melakukan identifikasi
mayat seseorang yang sudah lama mati membusuk, dan menyisakan tulang
belulang dan tidak tahu apakah tulang tersebut merupakan tulang tengkorak
manusia atau bukan, anda hanya perlu mengecek bagian tulang Temporal
Bone (sisi tulang telinga) bagian bawah, jika menemukan ada sebuah tonjolan
runcing pada bagian tersebut, itu merupakan bagian Tulang Prosesus Styloid yang
dimiliki oleh tengkorak manusia. Jika menemukan bagian tulang tengkorak tanpa
atau tidak ada sama sekali Tulang Prosesus Styloid dipastikan bagian tulang
tengkorang tersebut bukan merupakan tulang tengkorak (cranium) manusia,
melainkan tulang tengkorak hewan vertebrata lain.

Tulang cranium terdiri dari delapan tulang yaitu occipital (belakang), dua
parietal (ubun-ubun), frontal (dahi), dua temporal (pelipis), sphenoid (baji), dan
ethmoid (tapis).

Pada aspek anterior tengkorak dapat dikenali os frontale dan kedua os


zygomaticum, kedua orbita, daerah hidung, maxilla, dan mandibula. Os frontale
membentuk kerangka dahi yang ke inferior berhubungan dengan os nasale dan os
zygomaticum. Titik temu antara os nasale dan os zygomaticum dikenal sebagai
nasion. Pada margo supra orbitalis ossis frontalis terdapat sebuah foramen supra
orbitale. Tepat diatas margo supra orbitalis terdapat sebuah arcus superciliaris.
Dalam kedua orbita terdapat fissure orbitalis superior, fissure orbitalis inferior,
dan canalis opticus. Di bawah masing-masing orbita terdapat foramen infra
orbitale pada maxilla. Kedua os zygomaticum membentuk tonjolan dalam pipi.

Aspek lateral tengkorak terdiri dari tulang-tulang cranium dan tulang wajah.
Fossa temporalis dibatasi keatas dan belakang oleh linea temporalis superior dan
linea temporalis inferior os parietale, ke depan oleh os frontale dan os
zygomaticus.
Gambar 5. Cranium Aspek Lateral

Aspek posterior tengkorak dibentuk oleh os occipital, bagian kedua os


parietale, dan bagian mastoidal kedua os temporal. Protuberantia occipitalis
externa adalah benjolan yang mudah diraba di bidang median. Linea nuchalis
superior yang merupakan batas atas tengkuk, meluas ke lateral dari protube rantia
occipitalis externa tersebut, line nuchalis inferior tidak begitu jelas.

Gambar 6. Cranium Aspek Posterior


Aspek superior tengkorak berbentuk jorong kearah posterior. Keempat tulang
yang bersatu untuk membentuk calvaria terlihat dari aspek superior.

Gambar 7. Cranium Aspek Superior

Aspek inferior tengkorak setelah mandibula diangkat, memperliatkan


processus palatinus maxilla dan os palatinum, os sphenoidale, vomer, os
temporale, dan os occipitale.
Gambar 8. Cranium Aspek Inferior

1. Tulang Oksipital

Tulang oksipital terletak di belakang dan di dasar dari cranium, bentuknya


trapesium dan melengkung. Antara tulang oksipital dan parietal dipisahkan oleh
sutura lambdoid. Di dasar tulang oksipital terdapat foramen magnum, yaitu pintu
besar oval yang dikelilingi oleh tulang oksipital dan menghubungkan rongga
cranial dengan rongga spinal. Di sisi foramen magnum terdapat kondilus oksipital
yaitu dua prosesus oval pada tulang oksipital yang berartikulasi dengan vertebra
serviks pertama, atlas.

Permukaan eksternalnya cembung dan memperlihatkan bagian tengah antara


puncak tulang dan foramen magnum menonjol yang disebut tonjolan oksipital
eksternal. Di setiap sisi secara lateral terdapat dua garis melengkung, satu sedikit
di atas yang lain disebut dengan protuberans oksipital eksternal yaitu suatu
proyeksi yang mencuat diatas foramen magnum. Garis atas tulang oksipital diberi
nama garis nuchal tertinggi (linea Nucha suprema), dan terdapat aponeurosis
epicranial (galea aponeurotica). Sedangkan garis bawah disebut dengan garis
nuchal superior.

Bagian diatas garis nuchal tertinggi bersifat halus dan ditutupi dengan
oksipital otot occipitofrontalis. Sedangkan bagian dibawah garis nuchal tertinggi
bersifat kasar dan tidak teratur untuk pelekatan beberapa otot.

2. Tulang Parietal

Bentuk tulang parietal adalah sisi dan atap tengkorak. Setiap tulang
bentuknya tidak teratur, memiliki dua permukaan, empat perbatasan, dan
empat sudut. Permukaan eksternal dari tulang parietal adalah cembung, halus,
dan ditandai dekat pusat oleh elevasi sedikit, disebut eminensia parietal.
Permukaan internal dari tulang parietal adalah cekung, menyajikan tayangan
untuk otak, dan banyak kerutan dari pembuluh meningeal tengah; alur ini
berjalan ke atas dan mundur dari sudut inferior anterior, dan dari bagian
tengah dan posterior dari batas inferior.

Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit cranium. Terdapat:

1) Sugura Sagital yang menyatukan tulang parietal kiri dan kanan,


adalah sendi mati yang disatukan fibrokartilago
2) Sutura Koronal menyambungkan tulang parietal ke tulang frontal
3) Sutura Lambdoidal menyambung tulang parietal ke tulang oksipital

3. Tulang Frontal

Tulang frontal menyerupai bentuk kerang, dan terdiri dari dua


bagian-bagian vertical yang sesuai dengan wilayah dahi; dan piring orbital
horisontal, yang masuk ke dalam pembentukan atap rongga orbita dan
hidung. Tulang frontal memiliki dua permukaan, eksternal dan internal.
Permukaan eksternal dari tulang frontal adalah cembung dan dibagi
menjadi frontal besar dan dua permukaan kecil sementara oleh garis yang
melengkung ke belakang di bagian lateral tulang.

Permukaan temporal, di bawah dan di belakang garis temporal,


membentuk bagian anterior fossa temporal dan memberikan asal ke bagian
dari otot temporal.Tulang frontal membentuk dahi, langit-langit rongga
nasal, dan langit-langit orbita(kantong mata)

1) Tulang frontal pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi dua


belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfungsi dengan
penuh
2) Tuberositas frontal adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan
biasanya lebih besar pada tengkorak muda
3) Arkus supersiliar adalah dua lengkungan yang mencuat dan
menyatu secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut
glabela
4) Tepi supraorbital, yang terletak dibawah lengkungan supersiliar
dan membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital
merupakan jalan masuk arteri dan saraf.
4. Tulang Temporal

Tulang-tulang temporal terletak di sisi dan dasar tengkorak.


Masing-masing terdiri dari lima bagian, yaitu. skuamosa, mastoid, kaku,
dan bagian timpani, dan proses styloid. Ini mewakili empat elemen
berbeda secara morfologis yang telah menjadi menyatu satu sama lain.
Bagian skuamosa adalah tulang dermal, dikembangkan untuk membantu
dalam perlindungan dari otak besar. Bagian petromastoid adalah tulang
rawan yang berfungsi sebagai kapsul pelindung untuk labirin berselaput.

Bagian timpani, dibentuk pada membran, yang homolog dengan


tulang sudut, yang merupakan bagian dari rahang komposit lebih rendah
dari banyak reptilians dan ikan bertulang; telah tergabung dalam tengkorak
dan berperan dalam penyediaan mekanisme yang memuaskan untuk
transmisi suara-gelombang dalam media udara. Proses styloid merupakan
akhir dorsal elemen kerangka lengkung hyoid.

Skuamosa bagian dari tulang temporal membentuk anterior dan


bagian atas dari tulang, dan seperti sisik, tipis dan tembus. Yang sementara
atau permukaan eksternal halus dan sedikit cembung; itu merupakan
bagian dari fossa temporal dan memberikan asal ke otot temporalis; atas
pembukaan meatus auditori eksternal yang ditandai dengan alur vertikal
untuk arteri temporal tengah. Sebuah garis melengkung, disebut puncak
supramastoid, di belakang dan atas bagian posterior; berfungsi untuk
perlekatan fasia temporal dan membatasi asal otot temporal.

Tulang temporal membentuk dasar dan bagian sisi dari cranium.


Setiap tulang temporal ireguler terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1) Bagian skuamosa adalah bagian terbesar, merupakan lempeng


pipih dan tipis yang membentuk pelipis. Proseus zigomatikus
menonjol dari bagian skuamosa pada setiap tulang temporal.
Tonjolan tersebut bertemu dengan bagian temporal dari setiap
tulang zigomatikus untuk membentuk arkus zigomatikus.
2) Bagian petrous terletak di dalam dasar tengkorak dan tidak dapat
dilihat dari samping. Bagian itu berisi strukrut telinga tengah dan
telinga dalam.
3) Bagian mastoid terletak di belakang dan di bawah liang telinga.
Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba di
belakang telinga
4) Bagian timpani terletak di sisi inferior bagian squamosa dan sisi
anterior dari bagian mastoid. Timpani berisi saluran telinga
(meatus auditori eksternal) dan memiliki prosesus stiloid yang
ramping untuk melekat pada ligament stiloid.

5. Tulang Sfenoid

Tulang sphenoid berbentuk seperti kelelawar dengan sayap


terbentang. Tulang ini membentuk dasar anterior cranium dan berartikulasi
kearah lateral dengan tulang temporal dan ke arah anterior dengan tulang
etmoid dan tulang frontal.

1) Badan sphenoid memiliki suatu lekukan, sela tursika atau pelana


turki yang menjadi tempat kelenjar hipofisis
2) Sayap besar dan sayap kecil menonjol kearah lateral dari badan
tulang
3) Prosesus pterigoid menonjol ke arah inferior dari badan tulang dan
membentuk rongga dinding nasal

6. Tulang Etmoid

Tulang etmoid adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal


dan berperan dalam pembentukan orbita mata. Tulang ini terdiri dari
empat bagian, yaitu:

1) Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit-langit


rongga nasal dan terperforasikan untuk jalur saraf olfaktori. Bagian
Krista galli (disebut demikian karena kemiripannya dengan jengger
ayam jantan) adalah prosesus alus triangular yang menonjol
kedalam rongga cranial diatas lempeng kribriformis dan berfungsi
sebagai tempat perlekatan pelapis otak
2) Lempeng perpendicular menonjol ke arah bawah di sudut kanan
lempeng kribriform dan membentuk bagian septum nasal yang
memisahkan dua rongga nasal
3) Massa lateral mengandung sel-sel udara atau sinus etnoid tempat
mensekresikan mucus
4) Konka nasal superior dan tengah, atau turbinatum, menonjol secara
medial dan berfungsi untuk memperluas area permukaan rongga
nasal (konka nasal inferior merupakan tulang tersendiri)

Salah satu jaringan penyusun cranial (tulang tengkorak) adalah tulang


keras. Tulang berfungsi untuk cadangan kalsium, fosfat, dan ion-ion lain yang
dapat dilepas atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan
konsentrasi ion-ion dalam cairan tubuh. Tulang terdiri dari aspek materi antar sel
berkapur yaitu matriks tulang. Jaringan tulang berfungsi untuk:

1. Menunjang struktur berdaging


2. Melindungi organ-organ vital (rongga kranium, rongga dada)
3. Mengandung sumsum tulang, tempat sel-sel darah merah terbentuk.
4. Sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat
dibebaskan atau ditimbun secara terkendali untuk mempertahankan
konsentrasi tetap ion-ion penting ini dalam cairan tubuh.
5. Membentuk sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang
timbul akibat kontraksi otot rangka, menghsilkan gerak tubuh.
Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi intersel yang
mengapur, yaitu matriks tulang dan 3 jenis sel yang terdiri dari osteoblas, osteosit
dan osteoklas, berikut penjelasan yang lebih jelas tentang ketiga jenis sel
penyusun tulang:

1. Osteoblas
Merupakan benih dari tulang yang akan berkembang menjadi osteosit.
Berfungsi menyintesis komponen organik matriks tulang, hanya terdapat pada
permukaan tulang, mirip epitel selapis.
2. Osteosit
Perkembangan dari osteoblas yang merupakan komponen utama penyusun
sel tulang yang ada dalam lakuna. Ciri-cirinya berbentuk gepeng seperti
kenari, mempunyai sedikit reticulum endoplasma kasar, dan secara aktif
mempertahankan matriks tulang.

3. Osteoklas
Merupakan sel raksasa berinti banyak yang berperan pada resorbsi dan
pembentukan kembali jaringan tulang. Bagian badan sel yang melebar
mengandung 5 sampai dengan 50 inti.

Matriks tulang kira-kira 50% persen berat keringnya adalah bahan organik.
Bahan yang paling sering dijumpai di matriks tulang adalah kalsium dan fosfor.
Komponen matriks tulang lainnya bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan
natrium.

Tulang-tulang tengkorak membentuk cranium dan kerangka wajah.


Cranium berfungsi untuk melindungi bagian bagian di dalamnya. Pada kerangka
wajah terdapat kedua orbita (lekuk mata), rongga hidung, juga maksila dan
mandibula.

2.1.2 Vertebrae Cerficalis

Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang


leher yang berjumlah 7 buah (CV I CV VII). Vertebra servikalis merupakan
bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi Vertebra Servikalis dibagi
menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal
bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang
memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara
lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra.
Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi
panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang.
Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini
berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus
bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan
prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya
berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.

1. Pembagian Vertebrata Servicalis

Ada 7 vertebra servikalis, tiga diantaranya memiliki struktur anatomi yang


unik dan telah diberi nama khusus. Vertebra servikalis 1 disebut atlas, vertebra
servikalis 2 disebut axis, dan vertebra servikalis 7 disebut vertebra prominens.
Gambar 9. Spinal column, pandangan lateral and posterior

2. Struktur Anatomi Vertebrata Servicalis

Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah
servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7).
Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi
yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas,
CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra
servikalis 3-6 disebut vertebraservikalis tipikal karena vertebra servikalis ini
memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis
1) Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)
Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai
pendukung seluruh tengkorak. Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya
karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas
tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang
kecil
yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas. Atlas berbentuk
cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung depan disebut arkus anterior
dan lengkung belakang disebut arkus posterior. Terlihat massa yang agak lebar
pada pertemuan arkus anterior dan arkus posterior dan disebut massa lateralis.
Tiap massa
lateralis di bagian atas terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut
fovea
artikularis superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian
bawah tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra
servikalis
(Epistropheus).
Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus transversus dan foramen
transversum.

Gambar 10. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)

b. Vertebra Servikalis (Axis/Epistropheus)


Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar di
sekitar tulang axis. Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas korpus
disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid process).
Permukaan depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut
fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak
jelas.
Gambar 11. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)
Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra
servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum vertebra
servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang pendek,
berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas, tebal
korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung prosesus spinosus
memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena
memiliki foramen tempat lewatnya arteri vertebralis.

Gambar 12. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)15

3. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)


4. Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki
5. prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus
tidak selalu ada.
Gambar 13. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens)

2.2 Tulang Rawan (Kartilago)

Tulang rawan memiliki sifat yang bingkas dan lentur, terdiri dari sel-sel
rawan yang dapat menghasilkan matriks berupa kondrin. Komposisi tulang rawan
pada anak dan orang dewasa sedikit berbeda. Pada anak-anak jaringan
penyusunnya lebih banyak mengandung sel. Sedangkan pada orang dewasa lebih
banyak mengandung matriks. Pada orang dewasa tulang rawan hanya terdapat
pada beberapa tempat, seperti cuping hidung, cuping telinga, antara tulang rusuk
dan tulang dada, sendi-sendi, antar ruas tulang belakang, dan pada cakre epifis.

Tulang rawan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput tulang rawan
(perikondrium) yang mengandung sel-sel pembentuk tulang rawan kondroblas.
(Pratiwi DA, dkk ,2012)

2.2.1 Fungsi Tulang Rawan


Fungsi jaringan tulang rawan adalah:

1. Menyokong / menunjang jaringan lunak


Merupakan jaringan ikat khusus dimana matriks ekstraselnya
berkonsistensi padat, sehingga kartilago ini memiliki daya kenyal yang
memungkinkan jaringan ini menahan stres mekanik tanpa mengalami
distorsi.
2. Peredam dan permukaan gesekan
Karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka kartilago
merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan antara
ujung-ujung tulang pada sendi.
3. Pertumbuhan dan perkembangan
Kartilago diperlukan agar kerangka tulang dapat memanjang, sehingga
selama masih terdapat kartikago pada tulang tersebut, maka individu masih
dapat memanjang atau bertanbah tinggi.
4. Kerangka sementara
Pada embrio, seluruh tulang di tubuh embrio merupakan tulang rawan. Di
samping sifat kekakuannya, kartilago mempunyai kemampuan untuk
tumbuh cepat sehingga merupakan kerangka sementara yang baik untuk
embrio yang kelak perlu menggantinya dengan jaringan tulang.

Tulang rawan memiliki tiga tipe yaitu tulang rawan hialin, elastin, dan
fibrokartilagi yang berbentuk serat.
1. Tulang Rawan Hialin
Fungsi Kartilago hialin kartilago hialin berfungsi untuk memberi
kekuatan, menyokong rangka embrionik, menyokong bagian tertentu
rangka dewasa, dan membantu pergerakan persendian.
Kartilago hyalin segar berwarna putih kebiruan dan translusen. Pada
embrio berfungsi sebagai kerangka sementara hingga secara berangsur-
angsur hilang diganti dengan tulang.
Gambar 14. Penampang kartilago hialin

Gambar 15. Jaringan Tulang Rawan Hialin

2. Tulang Rawan Elastis


Kartilago ini lebih elastis dari kartilago yang lain sehingga mudah pulih
posisinya. Secara struktural, jaringan ini merupakan jaringan tulang rawan
yang terkuat, sehingga kartilago elastis berfungsi untuk memberi
fleksibilitas dan sebagai penyokong jaringan.
Gambar 16. Jaringan tulang rawan elastic

3. Fibrokartilago
Kartilago fibrosa mengandung serabut kolagen yang padat dan kasar
sehingga matriksnya berwarna gelap dan keruh. Kartilago
fibrosa berfungsi untuk menyokong dan melindungi bagian di dalamnya.
Gambar 17. Jaringan tulang rawan fibrosa

Gambar 18.Penampang kartilago fibrosa

2.3

Otot-Otot Pada Wajah dan Leher

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Pada


saat berkontraksi otot akan memendek dan pada saat relaksasi oto akan
memanjang atau mengendur kembali.(Pratiwi D.A, dkk : 2012) Otot
terdapat pada hampir seluruh tubuh termasuk pada bagian wajah dan leher.

2.3.1 Nama-Nama Otot-Otot Wajah


Gambar 19. Otot-otot wajah
Gambar 20. Otot pada Leher

1. M. Occipitofrontalis
(Bersama, M. Occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai
M. epicranius)
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Venter frontalis : kulit alis mata dan glabella, membentuk sebuah
lapisan otot bersama Mm. Procerus, corrugator supercilii, depressor
supercilii et orbicularis oculi
Venter occipitalis : Linea nuchalis suprema
Insertio: Galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi

2. M. Temporoparietalis
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Kulit temporal, fascia temporalis
Insertio : Galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakkan kulit kepala.

3. M. Auricularis anterior
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Fascia temporalis
Insertio : Spina helicis
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke depan dan ke atas

4. M. Auricularis Superior
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Galea aponeurotica
Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas

5. M. Auricularis Posterior
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Processus mastoideus, tendo M. sternokleimastoideus
Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula
Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang

6. M. Orbicularis Oculi
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars orbitalis ars nasalis ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae,
Lig. Palpebrae mediale
Pars Palpebralis : Lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis
Pars Lacrimalis : Crista lacrimalis posterior dari Os lacrimale, saccus
lacrimalis.
Insertio : Pars orbitalis :lig. Palpebrale laterale, transisi menjadi suatu otot
melingkar berbentuk cincin di lateral
Pars palpebralis : lig. Palpebrale laterale
Pars lacrimalis : canaliculi lacrimales, tepi-tepi kelopak mata
Fungsi : menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimatis,
menggerakkan alis mata

7. M. Depressor Supercilii
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.
Insertio : Sepertiga medial kulit alis mata
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring
tepat di atas pangkal hidung.
8. M. Corrugator Supercilii
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars nasalis ossis frontalis
Insertio : Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata, galea aponeurotica
Fungsi : Menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung,
menciptakan kerut vertical tepat di atas pangkal hidung.

9. M. Procerus
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Os nasale, Cartilago nasi lateralis
Insertio : Kulit Glabella
Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata

10. M. nasalis
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars alaris : Jugum alveolare dentis incisivi lateralis
Pars transversa : Jugum alveolare dentis canini
Insertio : Pars alaris : ala nasi, pinggir cuping hidung
Pars transversa : Cartilago nasi lateralis, membran tendo dorsum nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiriPars alaris :
membuka lebar lebar cuping hidung
Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung

11. M. Depressor septi nasi


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : jugum alveolare dentis incisivi medialis
Insertio : cartilago alaris major, cartilago septi nasi
Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri

12. M. Orbicularis Oris


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Pars marginalis dan Pars labialis : sebelah lateral angulus oris
Insertio : Kulit bibir
Fungsi : Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping hidung, pipi
dan juga kulit dagu

13. M. Buccinator
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Bagian posterior Proc. alveolaris maxillae, Raphe
pterygomandibularis, bagian posterior Proc.alveolaris mandibulae
Insertio : Angulus oris, bibir atas dan bawah
Fungsi : Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral )ketika
meniup dan mengunyah)

14. M. Levatoor labii superioris


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Margo infraorbitalis dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya;
berasal dari massa otot M. Orbicularis oculi
Insertio : Bibir atas
Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas

15. M. Depressor Labii inferioris


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae sebelah mendial foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa
Fungsi : Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah

16. M. Mentalis
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Jugum Alveolare dentis incisivi lateralis bawah
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Membentuk lekuk didagu, eversi bibir bawah (bersama dengan
musculus orbicularis oris

17. M. Transversus Menti


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Cabang oblik dari M. mentalis
Insertio : kulit dagu
Fungsi : Menggerakkan kulit dagu

18. M. Risorius
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Fascia parotidea, Fascia messeterica
Insertio : Bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke lateral dan atas, membentuk lesung
dipipi.
19. M. Levator Anguli Oris
Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Fossa canina maxillae
Insertio : sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas

20. M. Depressor anguli oris


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Basis mandibulae, tepat di bawah foramen mentale
Insertio : Bibir bawah, pipi disebelah lateral sudut mulut,bibir atas
Fungsi : Menarik sudut mulut ke bawah

21. M. Zygomaticus Major


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticotemporalis
Insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah lateral dan atas

22. M. Zygomaticus Minor


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticomaxillaris
Insertio : bibir atas, sudut mulut
Fungsi : Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu,
memperdalam sulcus nasolabialis.

23. M. Levator labii superioris alaeque nasi


Saraf : Nervus facialis (VII)
Origo : Proc. frontalis maxillae; berasal dari massa otot M. orbicularis
oculi
Insertio : cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam: bagian
lateral dan posterior cuping hidung
Fungsi : Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu
2.3.2 Otot-otot Leher

1. M. Platysma
Persarafan : ramus cervicalis n. facialis.
Origo : fascia profunda di atas M. pectoralis major dan M. deltoideus.
Insertio : corpus mandibulae dan angulus oris.
Fungsi : depresi mandibula dan sudut mulut.

2. M. Sternocleidomastoideus
Persarafan : pars spinalis n. accessori dan C2 dan C3
Origo : manubrium sterni dan sepertiga medial clavicula.
Insertio : processus mastoideus ossis temporalie dan os occipitale
Fungsi : kedua otot bekerja sama mengekstensiokan kepala dan
memfleksiokan leher. Satu otot memutar ke alah yang berlawanan

3. M. Digastricus Anterior
Persarafan : saraf ke M. Mylohyodeus.
Origo : corpus mandibulae.
Insertio : tendo intermedius yang diikatkan ke os hyoideum dengan kaitan
fascia.
Fungsi : elevasio os hyoideum.

4. M. Digastricus Posterior
Persarafan : n. facialis
Origo : processus mastoideus ossis temporale
Insertio : tendo intermedius yang diikatkan ke os hyoideum dengan kaitan
fascia.
Fungsi : depresio mandibula

5. M. Stylohyoideus
Persarafan : N. fascialis.
Origo : processus stylohyoideus.
Insertio : corpus os hyoideum.
Fungsi : elevasio os hyoideum.

6. M. Mylohyoideus
Persarafan : n. laveolaris inferior.
Origo : linea mylohyoidea corpus mandibulae.
Insertio : corpus os hyoideum dan raphe fibrosa.
Fungsi : elevasio dasar mulut dan os hyoideum atau depresio mandibula.

7. M. Geniohyoideus
Persarafan : N. cervicalis 1
Origo : spina mentalis inferior mandibulae
Insertio : corpus os hyoideum
Fungsi : elevasio dasar mulut dan os hyoideum atau depresio mandibula.

8. M. Sternohyoideus
Persarafan : ansa Cervicalis; C1, 2 dan 3.
Origo : manubrium sterni dan clavicula.
Insertio : corpus os hyoideum.
Fungsi : depresio os hyoideum.

9. M. Sternothyroideus
Persarafan : ansa Cervicalis; C1, 2 dan 3.
Origo : manubrium sterni.
insertio : linea oblique lamina cartilago thyroidea.
Fungsi : depresio larynx

10. M. Thyrohyoideus
Persarafan : n. cervicalis 1
Origo : linea oblique lamina cartilago thyroidea.
insertio : pinggir bawah corpus os hyoidei.
Fungsi : depresio os hyoideum atau elevasio larynx.

11. M. Omohyoideus Superior


Persarafan : ansa cervicalis; C1, 2, dan 3.
Origo : pinggir inferior corpus os hyoideum.
Insertio : tendo intermedius yang diikatkan ke clavicula dan costa I oleh ikatan
fascia.
Fungsi : depresio os hyoideum.
12. M. Omohyoideus Inferior
Persarafan : ansa cervicalis; C1, 2, dan 3.
Origo : margo superior scapulae dan ligamentum suprascapulae.
insertio : tendo intermedius yang diikatkan ke clavicula dan costa I oleh ikatan
fascia.
Fungsi : depresio os hyoideum.

13. M. Scelanus Anterior


Persarafan : C4, 5 dan 6.
Origo : processus transversus vertebrae cervicalis 3-6.
insertio : costa I
Fungsi : elevasio costa I; lateriofleksi dan rotasi pars cervicalis columnae
vertebralis.

14. M. Scelanus Medius


Persarafan : rami anteriores nervorum cervicalium.
Origo : processus transversus vertebrae cervicalis 1-6.
insertio : costa I.
Fungsi : elevasio costa I; lateriofleksi dan rotasi pars cervicalis columnae
vertebralis.

15. M. Scelanus posterior


Persarafan : rami anteriores nervorum cervicalium.
Origo : processus transversus vertebrae cervicalis bagian bawah.
Insertio : costa II
Fungsi : elevasio costa II, lateriofleksi dan rotasi pars cervicalis columnae
vertebralis.
Daftar Pustaka

Sloana, Ethel, . 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta :EGC

Pratiwi, D.A, dkk. 2012. Biologi untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga

Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI
Struktur dan Fungsi Jaringan Tulang Rawan. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. halaman 246

Anda mungkin juga menyukai