DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... 1
KASUS............................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 3
BAB 2 PEBAHASAN...................................................................................... 4
BAB 3 KESIMPULAN.................................................................................... 7
REFERENSI..................................................................................................... 8
2
KASUS
Panji, seorang karyawan (laki-laki) berusia 21 tahun mengalami kecelakaan lalu
lintas. Sepeda motor yang dikendarainya ditabrak sebuah truk dari arah belakang. Ia
terlempar ke arah depan dan tersungkur sehingga lutut kanannya membentur aspal. Ia
tampak kesakitan sekali dan tidak mampu menggerakkan tungkainya. Di rumah sakit
Panji segera diberi pertolongan, dipasang bidai pada tungkai kanannya. Pada
pemeriksaan fisik, ditemukan tungkai tidak dapat digerakkan, tampak perbedaan bentuk
tungkai, bengkak dan krepitasi. Selanjutnya, Panji dipersiapkan untuk beberapa
pemeriksaan radiologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya patah tulang pada
bagian distal femur. Dokter menyarankan Panji untuk menjalani operasi daerah
lututnya.
Keluarga Panji menanyakan kepada dokter tungkai kanannya yang cedera dapat
berfungsi seperti sebelumnya
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Fraktur merupakan keadaan terputusnya kontinuitas tulang, terdapat
penggolongan fraktur atau klasifikasi fraktur, hal ini memiliki peran penting antara lain
guna mempertimbangkan tingkat keparahan lesi tulang, sebagai dasar untuk perawatan
dan untuk evaluasi hasil, memfasilitasi komunikasi antara dokter, dan membantu
dokumentasi serta penelitian.1
Dalam menentukan diagnosis dalam hal ini yaitu keadaan fraktur tentunya sangat
di butuhkan pemeriksaan penunjang guna menetapkan diagnosis antara lain
pemeriksaann X-Ray (radiografik) yang merupakan 75% dari pemeriksaan pencitraan,
ketika terjadi fraktur pada femur dapat di lakukan pada posisi anteroposterior dan
lateral, CT-scan merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas lebih tinggi, dan MRI.2
4
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Penggolongan Fraktur
Deskripsi atau diagnosis fraktur harus memungkinkan para ahli bedah untuk
mengambil keputusan rasional untuk perawatan serta dalam berkomunikasi mengenai
cedera atau fraktur yang dialami, biasanya penamaan pada fraktur digambarkan dengan
menyebut nama anatomisnya dan di ikuti oleh lokasi fraktur pada tulang antara lain
humerus, ulna, radius, femur, tibia dan fibula. Lokasi fraktur pada tulang panjang terdiri
dari proximal segmen, diahyseal segmen, serta distal segmen.1
2.1.1 Penggolongan Fraktur Berdasarkan Segmen
Penggolongan fraktur berdasarkan segmen meliputi tiga bagian pada tulang,
antara lain segmen proximal ketika fraktur terjadi di bagian epifisis hingga metafisis
pada tulang bagain atas, segmen diaphyseal ketika fraktur terjadi di diafisis pada tulang,
dan segmen distal ketika fraktur terjadi pada epifisis hingga metafisis pada bagian distal
tulang.1
Pada segmen proksimal terdapat beberapa tipe fraktur pada tulang yakni
ekstraartikular, parsial artikular, dan komplit artikular.1
Gambar 1. Fraktur pada segmen proximal yang terjadi pada epifisis hingga
metafisis dari tulang panjang.1
Ketika fraktur terjadi pada diafisis tulang terdapat beberarpa tipe atau jenis
fraktur yang dapat terjadi, antara lain simple, wedge, dan kompleks.1
Gambar 2. Fraktur pada segmen diaphyseal yang terjadi pada bagian diafisis
dari tulang.1
5
Sedangkan ketika fraktur terjadi pada segmen distal dari tulang panjang jenis
atau tipe fraktur sama dengan yang terjadi pada bagian dari proximal tulang, yakni
ekstraartikular, parsial artikular, dan komplit artikular.1
Gambar 7. Posisi AP-lateral, kejadian fraktur tulang tibia pada segmen distal, dan
fraktur segmen proximal pada tulang fibula.2
BAB 3
KESIMPULAN
Penggolongan atau klasifikasi fraktur sangat berperan penting dalam
mempertimbangkan tingkat keparahan lesi tulang, sebagai dasar untuk perawatan dan
untuk evaluasi hasil, memfasilitasi komunikasi antara dokter, dan membantu
dokumentasi serta penelitian. Terbagi berdasarkan segmen tulang, dan tipe fraktur.
Pemeriksaan penunjang di lakukan untuk dapat menegakkan diagnosis, dalam
kecurigaan fraktur pada tulang sangat penting melakukan pemeriksaan X-Ray untuk
menentukan letak hingga keparahan fraktur. Selain itu dapat juga di lakukan
pemeriksaan CT-Scan maupun MRI.
8
DAFTAR REFERENSI
2. Mettler FA. Essential of radiology. 4th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. 254-63 p.