1. Pernyataan tersebut melihat akuntansi dari perspektif penalaran logis, etika, dan kritis.
Penalaran logis digunakan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang diambil didasarkan
pada premis yang sahih dan valid, sedangkan etika dan kritis digunakan untuk
menjustifikasi kelayakan praktik atau prinsip akuntansi tertentu dan memastikan bahwa
prinsip-prinsip akuntansi yang diikuti oleh suatu entitas adalah yang terbaik untuk
kepentingan umum dan keadilan.
Secara keseluruhan, pernyataan tersebut menyoroti pentingnya penalaran logis, etika, dan
kritis dalam praktik akuntansi. Akuntansi yang berkualitas harus didasarkan pada prinsip-prinsip
akuntansi yang sesuai, mematuhi etika bisnis, dan menghindari perekayasaan laporan keuangan.
Dengan menjaga integritas dan transparansi dalam akuntansi, informasi keuangan yang dihasilkan
dapat dipercaya dan berguna bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
- Penyembunyian utang atau kewajiban tertentu untuk membuat neraca terlihat lebih sehat
daripada sebenarnya.
- Mengakui pendapatan atau laba yang tidak sah atau belum terjadi sebenarnya untuk
meningkatkan angka laba.
- Memanipulasi estimasi atau metode akuntansi untuk mengurangi biaya atau membesarkan
aset.
- Menunda atau mempercepat pengakuan pendapatan atau biaya untuk mengubah hasil
laporan keuangan.
Perekayasaan laporan keuangan adalah praktik ilegal dan tidak etis, karena melanggar prinsip
kejujuran dan keadilan dalam penyajian informasi keuangan. Praktik semacam ini dapat
merugikan para pemangku kepentingan dan merusak kepercayaan dalam pasar keuangan.
- Kerangka Konseptual:
Kerangka konseptual adalah panduan yang menyediakan prinsip-prinsip, definisi, dan
konseptualisasi dasar dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Tujuannya
adalah untuk memberikan keseragaman, konsistensi, dan kualitas informasi keuangan yang
disajikan agar dapat dipahami dan diinterpretasikan dengan benar oleh para pengguna
laporan keuangan.
- Relevansi
Perekayasaan laporan keuangan bertentangan dengan prinsip relevansi dalam
kerangka konseptual. Prinsip relevansi menuntut bahwa informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan harus relevan dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi.
Perekayasaan laporan keuangan dapat menyebabkan informasi yang disajikan tidak akurat
atau menggambarkan kinerja perusahaan yang sebenarnya.
- Kehandalan
Prinsip kehandalan dalam kerangka konseptual menekankan bahwa informasi
keuangan harus dapat diandalkan dan dapat dipercaya oleh pengguna laporan keuangan.
Perekayasaan laporan keuangan menciptakan ketidakhandalan informasi dan melanggar
prinsip ini karena menyajikan informasi yang tidak sesuai dengan kondisi dan kinerja
sebenarnya.
- Integritas
Prinsip integritas dalam kerangka konseptual menekankan pentingnya kejujuran
dan integritas dalam penyusunan laporan keuangan. Perekayasaan laporan keuangan
melanggar prinsip integritas karena melibatkan manipulasi dan penipuan dalam penyajian
informasi keuangan.
Dengan demikian, perekayasaan laporan keuangan adalah tindakan yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar dalam kerangka konseptual dan dapat menyebabkan konsekuensi hukum dan
reputasi yang serius bagi perusahaan yang terlibat. Penting bagi perusahaan untuk selalu berpegang
pada prinsip-prinsip keuangan yang etis dan mengikuti panduan yang ditetapkan dalam kerangka
konseptual untuk menyajikan informasi keuangan secara akurat dan jujur.
Asset
- Pengakuan:
Pengakuan adalah langkah pertama dalam proses akuntansi di mana aset
diidentifikasi dan diakui sebagai bagian dari laporan keuangan perusahaan. Aset diakui
ketika memenuhi definisi dan karakteristik aset menurut kerangka konseptual atau standar
akuntansi yang berlaku. Untuk diakui, aset harus memberikan manfaat ekonomi masa
depan yang diharapkan dan nilai atau biaya perolehan dapat diukur dengan andal.
Sebagai contoh, ketika sebuah perusahaan membeli mesin untuk digunakan dalam
operasional bisnis, maka mesin tersebut akan diakui sebagai aset pada saat pembelian
karena memenuhi kriteria pengakuan.
- Pengukuran:
Pengukuran adalah tahap berikutnya setelah aset diakui. Pada tahap ini, nilai
moneter aset ditentukan untuk mencatat jumlahnya dalam laporan keuangan. Ada beberapa
metode pengukuran yang dapat digunakan tergantung pada jenis aset dan kebijakan
akuntansi perusahaan. Beberapa metode pengukuran umum meliputi:
o Biaya Historis: Aset diukur berdasarkan biaya perolehan atau biaya historis, yaitu
harga yang dibayar perusahaan saat memperoleh aset tersebut.
o Nilai Wajar: Aset diukur berdasarkan nilai pasar saat ini atau nilai yang dapat
diperoleh dalam transaksi pasar yang wajar.
o Biaya Amortisasi: Beberapa aset, seperti aktiva tetap, diukur dengan mengurangi
nilai mereka secara sistematis selama masa manfaatnya (misalnya, metode
penyusutan).
o Nilai Pemulihan Bersih: Aset diukur berdasarkan perkiraan nilai pemulihan bersih
di masa depan, khususnya dalam kasus aset yang bernilai rendah atau tak berwujud.
- Penyajian:
Penyajian adalah tahap terakhir di mana aset yang diakui dan diukur
dipresentasikan dalam laporan keuangan secara teratur dan sistematis. Aset biasanya
disajikan dalam neraca, laporan keuangan yang menampilkan posisi keuangan perusahaan
pada titik waktu tertentu. Dalam neraca, aset dikelompokkan berdasarkan sifat atau
likuiditasnya.
Misalnya, aset lancar (current assets) seperti kas, piutang, dan persediaan akan
disajikan secara terpisah dari aset tetap (non-current assets) seperti tanah, bangunan, dan
peralatan. Penyajian yang jelas dan teratur dari aset dalam laporan keuangan memudahkan
para pemangku kepentingan untuk memahami posisi keuangan perusahaan dan membuat
keputusan yang tepat.
Pengakuan, pengukuran, dan penyajian aset adalah langkah-langkah penting dalam akuntansi yang
membantu mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara akurat dan transparan. Proses ini
memastikan bahwa aset yang dimiliki perusahaan tercatat dengan benar dan memberikan informasi
yang berguna bagi para pengguna laporan keuangan.
Libilitas
- Pengakuan
Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi
yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar
kaidah pengakuan.
Aturan pengakuan kewajiban, kewajiban ini melalui 3 tahap perlakuan, yaitu:
1. Penanggungan (pengakuan terjadinya)
2. Penelusuran, dan
3. Pelunasan (penyelesaian)
Dalam hal kewajiban, penelusuran berarti penentuan status dan jumlah rupiah kewajiban
setiap saat. Penentuan biaya setiap saat (termasuk pada tanggal neraca) dapat disebut
dengan penilaian kewajiban.
Begitu terjadi dan dicatat atau diakui, kewajiban adalah akan tetap menjadi kewajiban
sampai perusahaan menyelesaikannya atau sampai adanya transaksi atau kejadian yang
membatalkannya ata yang membebaskan kesatuan usaha dari keharusan untuk
melunasinya.
- Pengukuran
Pengakuan dilakukan setelah suatu kewajiban terukur dengan cukup pasti. Penentuan kos
kewajiban pada saat terjadi paralel dengan pengukuran asset. Terjadinya kewajiban pada
umumnya disertai dengan pemerolehan asset atau timbulnya biaya. Pemerolehan asset
dapat berupa penguasaan barang dagangannya atau asset nonmoneter lainnya yang terjadi
dari transaksi pembelian. Pemerolehan asset dapat juga berupa kas yang terjadi dari
transaksi peminjaman (penerbitan obligasi) atau penerimaan uang muka untuk barang atau
jasa.
- Penyajian
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan
dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan
likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti
kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal
ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan.
PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut
adalah diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
Penyajian Kewajiban Lancar, dalam prakteknya kewajiban lancar biasanya dicatat dalam
catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya.
Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Akun
kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan
ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat
dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi
likuiditasnya.
Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang
jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan
mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan
catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan,
pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai
jaminan.
Ekuitas
- Pengakuan:
Pengakuan adalah langkah pertama dalam proses akuntansi di mana ekuitas
diidentifikasi dan diakui sebagai bagian dari laporan keuangan perusahaan. Ekuitas
merupakan klaim residu atas aset setelah dikurangi seluruh liabilitas perusahaan.
Pengakuan ekuitas terjadi ketika perusahaan memperoleh modal dari pemilik atau
pemegang saham sebagai investasi, serta melalui keuntungan yang dihasilkan dari operasi
bisnis.
Dalam proses pengakuan ekuitas, saham modal (modal saham) merupakan bagian
yang paling umum diakui. Ketika seseorang atau perusahaan membeli saham dalam
perusahaan, maka bagian kepemilikan tersebut diakui sebagai ekuitas di neraca
perusahaan.
- Pengukuran:
Pengukuran adalah tahap berikutnya setelah ekuitas diakui. Pada tahap ini, nilai
moneter ekuitas ditentukan untuk mencatat jumlahnya dalam laporan keuangan.
Pengukuran ekuitas dilakukan dengan menghitung total nilai saham yang beredar dan
mencatatnya dalam laporan keuangan perusahaan.
Selain itu, terdapat elemen-elemen lain yang dapat mempengaruhi pengukuran
ekuitas, seperti laba atau rugi yang dihasilkan perusahaan dan dividen yang dibagikan
kepada pemegang saham. Pengukuran ekuitas harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku untuk memastikan keakuratan informasi keuangan.
- Penyajian:
Penyajian adalah tahap terakhir di mana ekuitas yang diakui dan diukur
dipresentasikan dalam laporan keuangan secara teratur dan sistematis. Ekuitas biasanya
disajikan dalam neraca, laporan keuangan yang menampilkan posisi keuangan perusahaan
pada titik waktu tertentu.
Dalam neraca, ekuitas termasuk dalam kelompok akun "Ekuitas Pemilik" atau
"Ekuitas Pemegang Saham." Di bawah kelompok ini, ekuitas dijelaskan lebih lanjut,
misalnya modal saham, laba ditahan, laba yang belum direalisasi, dan dividen yang
dibagikan.
Penyajian yang jelas dan teratur dari ekuitas dalam laporan keuangan memudahkan para
pemangku kepentingan untuk memahami struktur kepemilikan perusahaan, keuntungan yang
dihasilkan, dan bagaimana laba tersebut telah didistribusikan dalam bentuk dividen atau tetap
ditahan untuk penggunaan masa depan.
Pengakuan, pengukuran, dan penyajian ekuitas adalah langkah-langkah penting dalam
akuntansi untuk memastikan bahwa informasi keuangan yang terkait dengan kepemilikan dan
pendanaan perusahaan disajikan secara akurat dan transparan. Hal ini memberikan gambaran yang
jelas tentang struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan kepada para pemangku kepentingan
seperti investor, kreditor, dan pemegang saham.
4. Laba merupakan kenaikan asset dalam satu periode akibat kegiatan produktif yang dapat
dibagi kepada kreditor, pemerintah,pemegang saham, tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas
pemegang saham semula. Jadi dapat disimpulakan bahwa laba adalah jumlah laba bersih
yang diperoleh pada suatu perusahaan dalam satu periode tertentu.
Konsep laba dan konsep laba per saham adalah dua metode yang berbeda untuk menganalisis
kinerja keuangan suatu perusahaan.
Konsep Laba:
Laba (atau profit) adalah selisih antara pendapatan total perusahaan dan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam operasionalnya. Dalam konteks laporan keuangan, laba ini dapat dihitung untuk
periode waktu tertentu (misalnya, kuartal atau tahun fiskal). Laba adalah ukuran keberhasilan atau
ketidakberhasilan perusahaan dalam menghasilkan lebih banyak pendapatan daripada biaya yang
dikeluarkan.
Dalam rumus di atas, laba bersih adalah laba yang tersisa setelah memperhitungkan semua
biaya dan pendapatan, dan tidak termasuk dividen yang dibayarkan pada saham preferen (jika ada).
Jumlah saham yang beredar adalah total saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham.
Perbedaan utama antara konsep laba dan konsep laba per saham adalah bahwa laba
mencerminkan performa keseluruhan perusahaan, sedangkan laba per saham memberikan
gambaran tentang laba yang tersedia bagi setiap pemegang saham. EPS memberikan informasi
lebih spesifik tentang pengembalian investasi bagi pemegang saham, sehingga dapat membantu
investor memahami nilai saham dan mengambil keputusan investasi yang lebih baik.