GOLONGAN I KELOMPOK E
Nama Kelompok 1) Anisintia windi Putri (220500409)
2) Annisa H Ifnu R (220500410)
3) Armand Bandawa Al-Yusufa (220500411)
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar hemoglobin
dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah merah berjalan dengan
lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna dalam pembentukan hemoglobin
terpenuhi (Almatsier et al., 2011). Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan
hemoglobin adalah zat besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan
hemoglobin. Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011). Sedangkan menurut WHO,
Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi, terutama
kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A juga merupakan
penyebab penting, hemoglobinopati, dan penyakit menular, seperti malaria,
tuberkulosis, HIV dan infeksi parasit. Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat
disebabkan oleh barbagai faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi
seperti malaria, mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang
meningkat, akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi
dan infeksi parasite (cacing). Penyebab dari anemia makrositik diklasifikasikan
menjadi dua kategorik, yaitu kategorik megaloblastic dan non megaloblastic.
Megaloblastik disebabkan karena defisiensi atau gangguan penggunaan vitamin B12
atau folat (Socha et al., 2020). Defisiensi folat disebabkan oleh berkurangnya asupan
(penyalahgunaan alcohol atau malnutrisi), peningkatan konsumsi (hemolisis atau
kehamilan), malabsorpsi (keluarga, bypass lambung, atau obat-obatan seperti
cholestyramine atau metformin) (Moore & Adil, 2021). Sedangkan Defisiensi
vitamin B12 muncul pada kondisi dimana asupan yang kurang(malnutrisi), keadaan
malabsorpsi (gastritis atrofi baik autoimun atau non-autoimun dari sindrom
Helicobacter pyloriatau Zollinger-Ellison, infeksi cacing pita Diphyllobothrium,
bypass lambung, reseksi ileum), atau adanya antagonis (nitrous oxide) (Moore &
Adil, 2021).Anemia non megaloblastik terjadi karena ketidakadanya neutrophil
hipersegmentasi (Bawaskar et al., 2019). Biasanya terjadi karena konsumsi alkohol
(toksisitas sel darah merah), sferositosis herediter (gangguan regulasi volume
meningkatkan ukuran sel darah merah), hipotiroidisme dan penyakit hati (karena
deposisi lipid dalam membran sel), dan retikulositosis yang ditandai dari keadaan
konsumsi sel darah merah berlebih seperti hemolisis atau turnover pada kehamilan
atau penyakit sumsum tulang primer (retikulosit lebih besar dari rata-rata sel darah
merah) (Socha et al., 2020).
Defisiensi vitamin B12 adalah penyebab paling umum dari megaloblastic anemia.
Kekurangan vitamin B12 disebabkan oleh asupan makanan yang tidak mencukupi,
seperti pada kasus vegetarian atau malnutrisi, malabsorpsi karena dengan tidak
adanya factor intrinsik yang disebabkan oleh anemia pernisiosa atau operasi lambung,
kelainan bawaan, seperti transcobalamin II defisiensi, atau paparan nitrous oxide
(Stabler, 2013;Nagao & Hirokawa, 2017).
C. PATOFISIOLOGI
Disebut faktor R, yang disekresikan dari kelenjar ludah. Setelah kompleks tiba di
usus Pada pasien sehat, vitamin B12 dari makanan berikatan dengan protein yang
kecil, B12 dipecah dari faktor R oleh enzim pankreas, memungkinkannya berikatan
dengan glikoprotein yang disebut faktor intrinsik, yang disekresikan oleh sel parietal
lambung. Kompleks B12 dan faktor intrinsik yang baru terbentuk kemudian dapat
diperoleh dengan reseptor di ileum, yang memungkinkan penyerapan B12. Setelah
diserap, B12 terlibat dalam jalur metabolisme yang penting dalam fungsi neurologi
dan hematologi. Jika B12 tidak dapat diserap, apa pun etiologinya, banyak gangguan
yang mungkin terjadi.
Vitamin B12 adalah kofaktor untuk enzim metionin sintase, yang digunakan
dalam konversi homosistein menjadi metionin. Sebagai produk sampingan dari reaksi
ini, metil-THF diubah menjadi THF, yang diubah menjadi zat antara yang digunakan
dalam sintesis basa pirimidin DNA. Pada defisiensi B12, homosistein tidak dapat
diubah menjadi metionin, sehingga metil-THF tidak dapat diubah menjadi THF.
Akibatnya, kadar homosistein menumpuk dan basa pirimidin tidak dapat terbentuk
sehingga memperlambat sintesis DNA dan menyebabkan anemia megaloblastik.
Anemia kemudian menimbulkan gejala seperti kelelahan dan pucat yang biasa terlihat
pada pasien dengan defisiensi B12.Gangguan sintesis DNA menyebabkan masalah
pada lini sel lain yang berkembang biak dengan cepat, seperti leukosit
polimorfonuklear (PMN). Dengan demikian,Vitamin B12 juga digunakan sebagai
kofaktor untuk enzim metilmalonil-KoA mutase, yang mengubah metilmalonil-KoA
menjadi suksinil-KoA. Pada pasien dengan defisiensi B12, kadar asam metilmalonat
(MMA) akan menumpuk karena tidak dapat diubah menjadi suksinil-KoA.
Dihipotesiskan bahwa peningkatan kadar MMA, bersama dengan peningkatan kadar
homosistein, berkontribusi terhadap kerusakan mielin, yang menyebabkan defisit
saraf, seperti neuropati dan ataksia, yang terlihat pada pasien ini. Kerusakan pada
mielin menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai degenerasi gabungan subakut
sumsum tulang belakang (SCDSC).Kondisi ini mempengaruhi berbagai bagian
sumsum tulang belakang, termasuk kolom dorsal, saluran kortikospinal lateral, dan
saluran spinocerebellar, mengakibatkan hilangnya proprioception, ataksia,
perkembangan neuropati perifer, dan demensia.
Vitamin B12 adalah satu-satunya vitamin yang diproduksi secara eksklusif oleh
bakteri dan archaea tetapi digunakan oleh banyak mahluk hidup. Sintesis vitamin B12
membutuhkan hampir 30 enzim yang berbeda (Fang, Kang, & Zhang, 2017). Hanya
20% prokariota yang memiliki kapasitas genetik untuk memproduksinya, seperti
Aerobacter, Agrobacterium, Alcaligenes, Azotobacter, Bacillus, Clostridium,
Corynebacterium, Flavobacterium, Micromonospora, Mycobacterium, Norcardia,
Propionibacterium, Protaminobacter, Proteus, Pseudomonas, Rhizobium, Salmonella,
Serratia, Streptomyces, Streptococcus, dan Xanthomonas (Degnan, Taga, &
Goodman, 2014) Vitamin B12 mengikat faktor intrinsik yang disekresikan oleh
parietal lambung sel, dan diserap di ileum terminal. Setelah diserap, vitamin
B12 bertindak sebagai koenzim dalam reaksi enzimatik yang menghasilkan
metionin dari homosistein. Akibatnya, asam folat diubah menjadi bentuk aktifnya
(Cakmakli et al., 2017). Ketika vitamin B12 kekurangan, asam folat aktif juga kurang.
Akibatnya, reaksi intraseluler yang melibatkan koenzim bentuk asam folat
terpengaruh. Jadi, tidak hanya vitamin B12 tetapi juga folat defisiensi merusak
sintesis DNA (Chang et al., 2015). Karena banyak vitamin B12 disimpan di hati,
dibutuhkan 5-10 tahun untuk masalah klinis untuk bermanifestasi setelah
penurunan asupan atau penyerapan vitamin B12 (Shipton & Thachil, 2015)(Soffer et
al., 2022).
Biokimia utama terbentuk oleh dua bentuk koenzim Vitamin B12 yang
diproduksi dan diaktifkan dalam dua kompartemen seluler terpisah: methylcobalamin
di sitosol dan adenosylcobalamin di mitokondria. Methylcobalamin berfungsi sebagai
kofaktor untuk metionin sintase, yang mengkatalisis remetilasi homosistein menjadi
metionin, dimana gugus metil berasal dari 5-metil-THF. Sebagai koenzim terpenting
dalam transfer gugus metil, peran penting yang dimainakan dalam transfer benda C1,
misalnya untuk sintesis kolin dan regenerasi metionin dari homosistein (sintase
metionin) dengan partisipasi asam 5- metiltetrahidrofolat untuk pembentukan THF
tubuh C1 . Metilasi cobalamin terjadi di sitosol (Froese, Fowler, & Baumgartner,
2019).
A. STUDI KASUS
Anemia defisiensi vitamin B12 yang diderita oleh Ny AG disebabkan karena terlalu
sering BAB yang disebabkan eritropoiesis megaloblastik, metamyelocytes raksasa,
dan zat besi yang rendah sehingga terjadi Aspirasi Jejunal dan duodenum
menunjukkan pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob yang berlebihan pada tubuhnya
Patofisiologi
Defisiensi vitamin B12 atau asam folat akan mengganggu pembentukan prekursor sel
hematopoietik. Sumsum tulang merupakan tempat terjadinya eritropoiesis. Pada
keadaan anemia megaloblastik, terjadi kekurangan asam folat atau vitamin B12 yang
berperan dalam pembentukan prekursor sel hematopoietik. Kekurangan vitamin B12
atau asam folat mengganggu sintesis DNA, sehingga nukleus dan sitoplasma eritrosit
tidak terbentuk sempurna secara bersamaan.
Gejala :
BAB bercak darah merah cerah
Pusing
Ataksia
parestesia
13. Serum vitamin 100 pg/ml 200-1.000 pg/ml Kurang dari nilai
B12 normal (menurun)
4. Pemeriksaan Penunjang:
Dari studi kasus di atas, pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain:
Tes hematologi (Hb, Ht, RDW, MCV,CHr), tes biokimia (serum ferritin, TIBC, ZPP, serum
besi, saturasi transferrin).
PERTANYAAN :
Pertanyaan 1
Nama :
NIM :
Pertanyaan :
Jawaban :
Pertanyaan 2
Nama :
Nim :
Pertanyaan :
Jawaban :
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Julia fitriani, Amelia intan saputri, ANEMIA DEFISIENSI BESI, jurnal averrous Vol.4
no.2, 2018.