Anda di halaman 1dari 11

REVERSE TAKE OVER

Reverse Take over (Reverse merger/ backdoor listing)  Proses yang digunakan Perusahaan
swasta untuk go public dengan cara membeli saham pengendali di Perusahaan public/
Perusahaan terbuka kemudian pemegang saham menukarkan sahamnya dengan saham
perusahaan yang diperdagangkan secara public setelah transaksi itu selesai perusahaan yang
sebelumnya tertutup dapat diperdagangkan disaham public.

Back-door listing is a method of listing a business on the stock market without going through an
IPO (Longman Dictionary of Financial Terms, Pearson Education, 2011)  strategi perusahaan
tertutup, melalui perusahaan lainnya, untuk menjadi perusahaan terbuka, dengan segala
fasilitasnya, dengan tanpa mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam rangka penjualan
sahamnya kepada publik.

Perusahaan swasta menghindari proses penawaran umum perdana (IPO) dan mendapatkan
penyertaan otomatis di bursa saham. Setelah akuisisi, pemilik baru dapat menggabungkan
operasi kedua perusahaan atau membuat perusahaan cangkang (tidak ada aktivitas) yang
memungkinkan kedua perusahaan melanjutkan operasi secara independen satu sama lain.
Berdasarkan Pasal 1 POJK No.9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka

Pengambilalihan Perusahaan Terbuka adalah tindakan baik langsung maupun tidak


langsung, yang mengakibatkan perubahan Pengendali
Penawaran Tender Wajib adalah penawaran untuk membeli sisa saham Perusahaan Terbuka
yang wajib dilakukan oleh Pengendali baru.

Tahapan dan Jangka Waktu RTO

Sumber: https://www.lexisnexis.com/community/insights/legal/practical-guidance-journal/b/pa/posts/reverse-mergers
dan Undang -Undang Sekuritas dan Bursa tahun 1934 ( "UU 1934", atau "UU Bursa")
 8-K = Laporan yang mengungkapkan peristiwa penting tertentu (disebut Formulir 8-K)
 10-K = Pengungkapan berkala dengan mengajukan laporan Tahunan
 10-Q = Laporan Triwlunanan.
Perusahaan merger terbalik yang bertahan  pemegang saham perusahaan swasta
mendapatkan kendali atas entitas yang dihasilkan.

Perusahaan Cangkang (Peraturan 12b-2 Undang-Undang Bursa Efek tahun 1934).


Perusahaan yang tidak mempunyai operasi atau operasi nominal dan: (i) tidak ada atau aset
nominal; (ii) aset yang hanya terdiri dari kas dan setara kas; atau (iii) aset yang terdiri dari
sejumlah kas dan setara kas dan nominal aset lainnya.

Perusahaan Cangkang (Shell Company), dibagi menjadi 3 yaitu:


1. Cek kosong  Perusahaan cangkang yang dibentuk dengan tujuan khusus untuk
melakukan merger terbalik dikenal sebagai perusahaan cangkang cek kosong. Terlepas
dari kelebihan jenis entitas ini, hanya 5% dari Transaksi yang Ditinjau melibatkan
perusahaan cangkang cek kosong.
2. Tahap pengembangan  Perusahaan cangkang yang sebelumnya telah mengajukan
pernyataan pendaftaran berdasarkan Securities Act dan mungkin memiliki rencana
bisnis tetapi hanya memiliki operasi nominal dikenal sebagai perusahaan tahap
pengembangan. Sekitar 66% dari Transaksi yang Ditinjau melibatkan perusahaan
cangkang dalam tahap pengembangan.
3. Alami  Perusahaan cangkang yang sebelumnya menjalankan operasi yang kemudian
dihentikan atau dihentikan dikenal sebagai perusahaan cangkang alami. Sekitar 29%
dari Transaksi yang Ditinjau melibatkan perusahaan cangkang alami.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum RTO:


a. Mengidentifikasi perusahaan cangkang yang akan digunakan untuk melakukan merger
terbalik adalah apakah perusahaan cangkang tersebut bebas dari kewajiban.
b. Setelah merger selesai, perusahaan merger terbalik yang masih bertahan akan
menanggung seluruh liabilitas perusahaan cangkang
c. Ganti rugi pasca-penutupan atas liabilitas ini dari pemegang saham pra-penutupan
perusahaan cangkang kemungkinan tidak akan tersedia.
d. Uji tuntas yang komprehensif sangat penting, terutama dalam kasus perusahaan yang
masih dalam tahap pengembangan dan cangkang alami, dengan perhatian khusus
diberikan pada kepatuhan undang-undang sekuritas, pengendalian akuntansi, dan pajak
warisan, karyawan, lingkungan, dan kewajiban tambahan yang mungkin timbul dari
masa lalu.
Tahap-Tahap Backdoor Listing melalui Akuisisi Perusahaan
1. Menemukan suatu Perusahaan publik yang menjadi target dan sudah tercatat di bursa
(listed).
2. Melakukan due diligence (identifikasi dan uji tuntas yang komprehensif), karena setelah
akuisisi selesai dilaksanakan maka Perusahaan tertutup (shell company) tersebut akan
mengambil alih tanggung jawab, pendanaan Perusahaan, utang Perusahaan dan hal-hal
lain yang berhubungan dengan Perusahaan publik tersebut.
3. Melakukan negosiasi pengambilalihan, dapat mengumumkan negosiasi atas rencana
pengambil alihan dengan melalui satu surat kabar harian atau situs web Bursa Efek
dengan memuat informasi dalam pasal 4 ayat 3,4,5 (POJK No 9 tahun 2018)
4. Kedua Perusahaan mengadakan perjanjian mengenai akuisisi yang akan dilakukan
serta melakukan tender wajib dengan menyampaikan laporan hasil penawaran tender
wajib ke OJK maksimal 5 hari kerja,setelah berakhir penyelesaian transaksi.
5. Melakukan akuisisi Perusahaan publik oleh Perusahaan tertutup dengan pembelian
massal saham perusahaan publik untuk mendapatkan kendali atas perusahaan target
dengan mengakuisisi 50% saham berhak suara yang beredar atau asset tertentu
dan/atau melalui penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) atau right Issue melalui RUPS.
6. Pihak pengendali baru Perusahaan publik yang sudah mencatatkan sahamnya di bursa
efek melakukan restrukturisasi Perusahaan, antara lain meliputi pergantian dewan
Direksi dan pejabat lainnya, serta perubahan kegiatan usaha utama dari Perusahaan
publik tersebut. Pada umumnya, bisnis Perusahaan publik berubah menjadi kegiatan
usaha utama dari Perusahaan tertutup atau kegiatan lain yang mendukung kegiatan
usaha utama Perusahaan tertutup tersebut (tidak wajib dilaksanakan dalam praktik
backdoor listing)
Tahapan Backdoor Listing:
1) Pengambilalihan pengendalian terhadap Perseroan Terbuka yang dilakukan oleh
perseroan tertutup lewat Penawaran Umum Terbatas.
a) Pelaksanaan RUPS oleh Perseroan Terbuka
RUPS yang dilakukan bertujuan untuk menyepakati mengenai penambahan
modal dengan memberi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)-Pasal 43
angka (1) UU PT & POJK 32/POJK.04/2015. Pelaksanaan RUPS sering kali juga
diikuti dengan perubahan jajaran Direksi dan/atau Dewan Komisaris, juga
perubahan dari jenis usaha.
b) Perjanjian pengalihan HMETD yang terjadi antara pemegang saham mayoritas
dan juga pembeli siaga
Apabila pemegang saham mayoritas tidak melakukan HMETD yang menjadi
haknya, maka kemudian dapat mengalihkan saham kepada Pembeli Siaga.
Perjanjian ini dimaksudkan agar pemilik saham mayoritas kemudian tidak akan
pernah melaksanakan HMETD yang dimilikinya dan kemudian terjadi peralihan
kepada pembeli siaga. Perilaku pemegang saham mayoritas dengan
mengalihkan atau menjual HMETD diatur dalam POJK Nomor 32 Tahun 2015
Melalui proses peralihan HMETD yang menjadi hak seorang pemegang saham
mayoritas berakibat pada dapat memperolehnya saham baru oleh pembeli siaga
dari perseroan terbuka tersebut dengan nominal yang cukup besar. Dengan
dilaksanakannya HMETD yang menjadi hak pemilik saham mayoritas yang
dilakukan oleh pembeli siaga telah nampak akan dapat mengubah kedudukan
pembeli siaga sehingga menjadi pengendali baru atas suatu perseroan terbuka
tersebut. Melalui peralihan ini, kemudian menjadikan pemegang saham
mayoritas akan sekaligus beralih pada pembeli siaga.
c) Pelaksanaan HMETD
Dalam pelaksanaan HMETD yang dilaksankan sesuai dengan presentase
kepemilikan saham terdahulu dapat dilakukan bila telah membuat dan
melaporkan pernyataan pendaftaran serta dokumen pendukungnya kepada OJK,
dan kemudian pernyataan pendaftaran telah berubah menjadi aktif.7 Berbagai
info tentang ditambahkannya sejumlah modal perseroan terbuka melalui proses
HMETD semuanya telah tertera dalam prospektus. Proses pembelian HMETD
dilakukan sesuai dengan prosedur pemesanan saham dan/atau efek yang ada
dalam prospektus yang kemudian dikeluarkan oleh perseroan terbuka. Setelah
terjadinya perubahan pengendalian yang terjadi melalui proses penambahan
modal ini perseroan terbuka kemudian mempunyai sebuah kewajiban yaitu
menyampaikan laporan Informasi atau Fakta Material kepada Otoritas Jasa
Keuangan dan melakukan pengumuman Informasi atau Fakta Material kepada
Masyarakat – POJK 31/POJK.04/2015.

2) Tindakan Akuisisi oleh Perseroan Terbuka yang kemudian telah dilakukan


pengambilalihan oleh perseoran tertutup (pembeli siaga yang terdapat pada
Penawaran Umum Terbatas) kepada perseroan tertutup yang lainnya yang masih
mempunyai sebuah hubungan afiliasi dengan suatu perseroan tertutup (pengendali
perseroan terbuka).
Atas aksi ini perlu untuk dilaksanakan sebuah pengungkapan yang jelas tentang
hubungan afiliasi antara pembeli siaga serta perseroan tertutup yang akan
melakukan proses akuisisi. Melaui proses akuisisi ini pembeli siaga diharapkan tetap
menjadikan perseroan tertutup tersebut menjadi anak perusahaannya, dengan jalan
kepemilikan tidak langsung melalui perseroan terbuka tersebut. Setelah
dilaksanakannya aksi akuisisi terhadap perseroan tertutup tersebut maka perseroan
terbuka berkewajiban mengungkapkan Pertanggungjawaban realisasi penggunaan
dana hasil penawaran umum – POJK 30/POJK.04/2015

Perusahaan yang melakukan Reverse Take Over (Backdoor Listing)


1. PT Fatrapolindo Nusa Industri Tbk (“FPNI”) dan PT Titan International Corp.Sdn.Bhd
(“TIC”)

FPNI awalnya berstatus PMDN menjadi PMA bidang pembuatan, perdagangan,


pemasaran plastik bi-axially oriented polypropylene/BOPP Film, dengan memakai
merek “Falene”.
PT Titan International Corp.Sdn.Bhd (“TIC”) berkedudukan di Kuala Lumpur dengan
usaha “investment holding”. TIC anak perusahaan TCC (Titan Chemicals Corp Bhd)
bergerak produksi zat kimia polypropylene sebagai bahan dasar plastic.
Akuisisi FPNI oleh TIC saham 92,63%. Termasuk jenis akusisi vertikal (perusahaan
dengan satu rantai produksi hulu ke hilir. Objek transaksi saham baru yang
diterbitkan dari portepel FPNI, dan transaksi dibayar tunai oleh TIC dalam bentuk
penyertaan modal ke FPNI.
Perubahan setelah RTO: perubahan struktur permodalan, pergantian dewan
komisaris dan direksi, perubahan nama perseroan (PT Titan Kimia Nusantara Tbk)

2. PT Permata Energy Resources (“PER”) dan PT Toko Gunung Agung Tbk (“TGA”)

PER adalah,anak perusahaan PT Permata Prima Sakti Tbk berpusat di Jakartra


Selatan menjual dan memasarkan batubara di indonesia membeli dari pihak ketiga
dan menjual ke pasar asia, Tiongkok, Korea, Jepang, Asia Tenggara. PER Permata
Resources memiliki 100% tambang batu bara dan merupakan holding company
pada dua perusahaan, yakni PT Riau Baraharum dan PT Nusantara Termal
Coal.Kedua perusahaan itu merupakan pemegang Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batu bara (PKP2B) masing-masing berlaku hingga 2035 dan 2036.
TGA perintis toko buku dan alat tulis di Indonesia,tahun 1992 mencatatkan
sahamnya di BEI dengan kode emiten TKGA.
hasil rights issue senilai Rp481 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi 99,79%
saham PER.

PER akusisi TGA . TKGA akan menerbitkan 960 juta lembar saham baru atau
94,86% dari total modal ditempatkan dan disetor, dengan harga pelaksanaan Rp500
per saham atau dua kali lipat dari harga pasar Rp250 per saham.Seluruh saham
baru tersebut akan diserap oleh PT Permata Prima Energi yang merupakan induk
usaha dari PER, selaku pembeli siaga dalam aksi rights issue TKGA.

Perusahaan setelah RTO: TGA akan merubah kegiatan usaha utamanya dari bidang
perdagangan dan percetakan menjadi pertambangan dan perdagangan hasil
tambang. PT Permata Prima Sakti Tbk.

Sumber : https://market.bisnis.com/read/20121225/190/111538/backdoor-listing-permata-
energy-bursa-akan-pelajari

3. Rajawali Corpora (“RJO”) dan PT Eatertainment International Tbk (“EIT”)

EIT merupakan perubahan nama dari PT Setiamandiri Miratama yang terdaftar


dalama BEI sejak tahun 2000 dengan kode saham SMMT yang bergerak dalam
bidang pengelola restoran. EIT mengakuisisi 99,12% saham PT Nagamas Makmur
Jaya yang secara tidak langsung menguasai 39% di PT Internasional Prima Coal
(prusahaan batu bara patungan Rajawali dengan PT Bukit Asam Tbk) pada Juni 2012

RJO adalah Perusahaan investasi Indonesia salah satunya dibidang pertambangan


Membeli saham SMMT melalui Green Palm Resources dan PT Mutiara Timur
Pratama yang totalnya mencapai 70,85% senilai Rp 12,739 miliar di tanggal 15-16
April 2010.Seiring dengan akuisisi itu, RJO juga menempatkan orang-orangnya
dalam kursi kepemimpinan PT Eatertainment International Tbk. Kemudian RJO
melepas hampir seluruh bisnis dan aset restoran/hiburan lama EIT ke pemilik aslinya.

Perusahaan setelah RTO: nama EIT berubah menjadi PT Golden Eagle Energy
Tbk identitas serta logo diubah untuk lebih mewakili aktivitas usahanya di bidang
industri pertambangan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Golden_Eagle_Energy

4. PT Arona Binasejati (“AB”) Dan PT Lekom Maras (“LM”)

AB merupakan sebuah perusahaan furnitur outdoor kayu dengan tujuan ekspor


pasar Kanada dan Belanda, AB menjadi perusahaan public yang terdaftar dalam BEI
dengan kode saham ARTI.

Burhanudin (Bur) Maras merupakan dirut PT Lekom Maras menawarkan diri untuk
membeli PT Arona yang sedang sekarat. Diadakan rights issue sebesar Rp 686
miliar dimana perusahaan Bur Maras, yaitu PT Ratu Prabu akan menjadi pengendali
perusahaan, dan dananya digunakan menjadi penyertaan di perusahaan Bur Maras,
yaitu PT Lekom Maras pada 14 Juli 2008.

Perusahan setelah RTO: melalui manajemen baru mengakuisisi (backdoor listing)


PT. Arona Binasejati, Tbk yang sekaligus secara legal dan operasional melakukan
perubahan lini bisnis dari furniture ke bidang energi dan berganti nama menjadi PT.
Ratu Prabu Energi, Tbk.

https://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Prabu_Energi
5. PT Centris Multipersada Pratama (“CMP”) dan PT Rimau Multi Investama (“RMI”)

CMP awalnya bergerak dalam bisnis taksi, dengan berbagai maca anak Perusahaan
didalamnya. Pada desember 1994 CMP menjadi Perusahaan public dengan
melepas 20 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Dengan kode emiten
CMMP.

RMI Rimau Multi Investama yang bergerak di bidang pertambangan dan pelayaran
khususnya pengangkutan batu bara pun tercatat menjadi perusahaan pengendalinya
PT Rimau Multi Investama melakukan pembelian saham induk perseroan PT Centris
Mekar Lestari sebanyak 34 juta saham atau sebesar 62,96%

Perusahan setelah RTO: pasca-pelepasan usaha taksi, nama PT Centris


Multipersada Pratama Tbk resmi diganti menjadi PT Rimau Multi Putra Pratama
Tbk pada 20 Juni 2014. Pergantian nama ini juga diiringi dengan perubahan kantor
pusat dan direksi Antonio Yatmiko yang menduduki jabatan sebagai Komisaris
Utama digantikan oleh DR. Ir. Ignatius Anung Setyadi, MM. Sedangkan Sundiarto
Purnamadjaja yang menjabat sebagai salah satu Direktur digantikan oleh Ir. Suka
Waluya.

https://id.wikipedia.org/wiki/AirAsia_Indonesia
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-3622139/ini-calon-pemilik-baru-airasia

6. PT Deli Pratama Batubara dan PT Perdana Karya Perkasa Tbk. (“PKPK”)

Pada tahun 2021, PT Deli Pratama Batubara mengakuisisi 300,549,162 lembar


saham atau 50.09 persen dari seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh
dalam PT Perdana Karya Perkasa Tbk. Pengembangan usaha penting PKPK di
sektor lain adalah angkutan batubara untuk PT Pamapersada Nusantara di Bontang
pada akhir 1990an, selanjutnya pertambangan batubara dan sektor penunjang
perkebunan pada 2005. Pengembangan usaha di sektor batubara tersebut sekaligus
menandai pengembangan manajemen, karena bersamaan dengan PKPK
melaksanakan Penawaran Umum 20,83% kepada masyarakat, dan mencatatkan
saham-sahamnya pada Bursa Efek Indonesia pada Juli 2007. (https://www.pkpk-
tbk.co.id/about-us)

7. PT Multi Artha Pratama (anak usaha grup raksasa Agung Sedayu) dan PT. Pratama
Abadi Nusa Industri Tbk (PANI).

PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk. dengan kode saham PANI sebelumnya adalah
emiten produsen kaleng kemas untuk kemasan lem atau minyak. Perusahaan ini
memulai kegiatan usahanya pada 1 Maret 2001. Namun, pada Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan (RUPS) dan RUPS Luar Biasa tanggal 19 Juni 2023,
perseroan mengumumkan sejumlah perubahan strategis.

PT Multi Artha Pratama telah mengambilalih sebanyak 80% saham perseroan dari
sejumlah pemegang sahamnya. Transaksi dilaksanakan pada 7 Oktober 2021. Multi
Artha Pratama membeli 328 juta saham PANI pada harga pelaksanaan Rp165 per
lembar. Dengan begitu, nilai transaksi pengambilalihan saham sebesar Rp54,12
miliar.

Perusahaan setelah RTO: nama perusahaan berubah seperti sekarang dari


sebelumnya bernama PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk. Perubahan nama itu
dilakukan setelah Agung Sedayu Group (ASG) mengakuisisi PANI pada 2021. Meski
berganti nama, tetapi ticker sahamnya tidak berubah. PANI mulai merambah ke
bisnis lain di sektor properti. Kini, PANI berfokus sebagai pengembang properti di
Jakarta Utara yang berlokasi di Pantai Indah Kapuk 2.
(https://www.trenasia.com/caplok-80-persen-saham-pani-agung-sedayu-group-
backdoor-listing)
(https://bmoney.id/blog/saham-pani-1220590029)

8. PT Rajawali Capital Internasional dan PT BW Plantation Tbk (“BWPT”).


PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) yang dulu bernama PT BW Plantation Tbk.
Perusahaan kelapa sawit ini melakukan rights issue dengan rasio 1:6 di harga Rp
400 lembar saham dengan total raihan dana hingga Rp11 triliun. Aksi korporasi ini
dilakukan setelah Peter Sondakh melalui PT Rajawali Capital Internasional yang
mengakuisisi 51% saham BW Plantation pada 2014.

BWP mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (go public) sebagai emiten
BWPT pada oktober 2009. BWP merupakan Perusahaan yang bergerak dalam
perkebunan sawit dan pengolahannya ke CPO.

RCI merupakan anak Perusahaan dari Rajawali Corpora dalam transaksi yang tuntas
pada Desember 2014 ini, menjadi pengendali baru BW Plantation dengan kepemilikan
74%, mengambilalih sahamnya dari beberapa pemegang saham lama.

Perusahan setelah RTO: BWPT naik sebagai perusahaan publik yang memiliki lahan
sawit terbesar kedua di Indonesia. Seiring pengambilalihan perusahaan ini oleh Rajawali
dan backdoor listing usaha sawitnya, pada 27 November 2014, nama PT BW Plantation
Tbk resmi berganti menjadi PT Eagle High Plantations Tbk.. Rajawali kemudian juga
menempatkan orangnya di kursi Komisaris Utama menggantikan Tjipto Widodo.

https://id.wikipedia.org/wiki/Eagle_High_Plantations
(https://www.cnbcindonesia.com/market/20211013133442-17-283601/tren-caplok-
emiten-receh-inilah-fenomena-backdoor-listing/2)

9. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (“DNET”) dan PT Indomarco Prismatama


(Indomaret)
DNET pada 2013 melakukan rights issue dengan melepas sebanyak-banyaknya 14
miliar saham biasa dengan nilai nominal Rp250, dengan harga pelaksanaan Rp500 per
saham. Total dana yang diraih dari rights issue tersebut sekitar Rp7 triliun.

Perusahaan setelah RTO: PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET) merubah nama menjadi
PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. Dana hasil pelaksanaan rights issue ini
digunakan untuk membeli saham ritel dan konsumer milik Grup Salim, yaitu
perusahaan pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) dan Sari Roti yang sudah
tercatat di bursa saham. Sisa dana diperuntukkan bagi modal kerja perseroan yang
sebelumnya masih bergerak di bidang jasa internet dan operasional situs
OgahRugi.com.
(https://www.bareksa.com/berita/pasar-modal/2016-05-03/rights-issue-rimo-berujung-
seperti-bwpt-atau-dnet)

10. PT Rimau Multi Investama (“RMI”) dan PT Indonesia AirAsia. (“IAA”)


RMI yang memiliki emiten CMMP dijadikan alat backdoorlisting oleh Indonesia AirAsia.
CMPP akan menerbitkan saham baru sebanyak 13,65 miliar saham dengan harga
pelaksanaan Rp 250 per lembar dan rasio dilusi 97,97% pihak Rimau Multi Putra
Pratama mengumumkan rencana rights issue sebesar Rp 3,4 triliun, dimana hak rights
issue itu akan dibeli oleh dua pemegang saham pengendali Indonesia AirAsia, PT
Fersindo Nusaperkasa and AirAsia Investment Ltd.

IAA menyerap saham baru CMPP Air Asia Investment Ltd dan PT Fersindo Nusaperkasa
sebagai pembeli siaga. Setelah proses rights issue rampung, maka komposisi
pemegang saham CMPP berubah menjadi Fersindo Nusaperkasa 49,96%, Air Asia
Investment Ltd 48%, Rimau Multi Investama 1,55% dan publik 0,48%.

Dengan harga saham right issue tersebut, CMPP akan mengantongi dana sekitar Rp 3,4
triliun. Sekitar 76% dari dana tersebut akan digunakan untuk mengambilalih sekuritas
perpetual (surat berharga) IAA senilai Rp 2,6 triliun

Perusahan setelah RTO: Mulai 21 Desember 2017, nama perusahaan diganti menjadi
PT AirAsia Indonesia Tbk. Pada saat yang sama, juga dilakukan perubahan bisnis
perusahaan dan manajemen.[38] Secara resmi, CMPP telah menjadi perusahaan induk
bagi Indonesia AirAsia sejak 29 Desember 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/AirAsia_Indonesia
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-3622139/ini-calon-pemilik-baru-airasia
BACK-UP
Keuntungan RTO:
a. Proses yang disederhanakan: Metode konvensional dalam menawarkan isu publik
melalui penawaran umum perdana
b. biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk terwujud,
sedangkan penggabungan terbalik dilakukan dengan cepat dalam beberapa minggu. Ini
menghemat banyak waktu dan tenaga bagi manajemen perusahaan.
c. Meminimalkan risiko: Meskipun perencanaan IPO memakan waktu beberapa bulan,
secara konvensional tidak ada jaminan apakah perusahaan akan melakukan IPO.
Terkadang pasar saham tampak tidak menguntungkan, kesepakatan mungkin
dibatalkan, dan semua upaya terkadang sia-sia.
d. Mengurangi ketergantungan pada pasar : Semua tugas yang melelahkan dalam
melakukan roadshow untuk mengukur sentimen pasar dan meyakinkan calon investor
untuk ikut serta dalam terbitan mendatang tidak menjadi masalah ketika sebuah
perusahaan mengadopsi jalur merger terbalik. Karena merger ini hanyalah mekanisme
untuk mengubah perusahaan swasta menjadi perusahaan publik, maka kondisi pasar
tidak ada pengaruhnya terhadap perusahaan yang ingin go public. Bahkan tidak perlu
khawatir tentang berlangganan dan penerimaan pasar atas tawaran tersebut.
e. Lebih murah: Karena tidak ada biaya yang besar bagi bankir investasi, tidak seperti
dalam kasus penerbitan publik, tindakan merger terbalik ini menjadi hemat biaya bagi
perusahaan. Selain itu, perusahaan juga dapat mengecualikan dirinya dari semua
prosedur panjang yang terkait dengan pengajuan peraturan dan persiapan prospektus.
f. Mendapatkan manfaat dari perusahaan publik: Ketika perusahaan swasta menjadi
perusahaan publik, hal ini memberikan peluang keluar yang sangat baik bagi promotor
asli. Saham perusahaan-perusahaan tersebut sekarang akan diperdagangkan di bursa
efek publik dan dengan demikian akan membantunya mendapatkan keuntungan dari
likuiditas tambahan. Perusahaan kini akan memiliki akses lebih jauh ke pasar
modalmenerbitkan saham lebih lanjut bahkan melalui penawaran sekunder.

Kekurangan RTO :
a. Asimetri informasi: Karena proses uji tuntas sering diabaikan, surat dan laporan bank
sering kali dipalsukan oleh manajemen yang tidak jujur karena kurangnya transparansi,
sehingga menyebabkan asimetri informasi
b. Ruang lingkup penipuan: Ada ruang untuk penipuan besar-besaran karena ada kalanya
perusahaan cangkang atau perusahaan yang sudah tidak beroperasi mungkin memiliki
sedikit atau tidak ada bisnis yang mendasarinya bersama dengan perusahaan swasta.
Mereka akan mengaudit diri mereka sendiri dengan waralaba perusahaan audit terkenal
oleh beberapa orang yang meragukanlaporan keuangandisediakan oleh manajemen.
Namun, akan ada sedikit atau tidak ada operasi di bawahnya. Perusahaan-perusahaan
butik juga menyalahgunakan kesempatan ini untuk mendapatkan keuntungan dengan
membawa perusahaan-perusahaan tersebut ke publik dengan cara yang
sebaliknyamerger
c. Beban kepatuhan baru: Ketika sebuah perusahaan swasta go public, para manajer
terkadang tidak berpengalaman dalam memenuhi semua persyaratan yang diperlukan
untuk menjadi perusahaan publik. Beban-beban ini sering kali mempengaruhi kinerja
perusahaan jika manajer cenderung lebih fokus pada semua urusan administratif
daripada harus menjalankan bisnis.
d. Pemegang saham dapat terdilusi kepemilikannya jika perusahaan memutuskan
menerbitkan saham baru untuk perusahaan swasta yang masuk
e. Kebingungan yang mungkin timbul bagi pemegang saham perusahaan yang diakuisisi
f. Dimanfaatkan oleh para pemilik modal untuk memiliki saham dengan valuasi murah
g. Jika kedua perusahaan tidak menemukan kecocokan, kinerja pendapatan dan laba
usaha mengalami penekanan
h. Perusahaan yang telah dipoles menjadi korporasi baru itu umumnya sahamnya akan
melonjak tinggi dan tidak bertahan lama

Sumber :
1. PP NO 15 Tahun 2022
2. PJOK NO 19/PJOK.04/ Tahun 2018
3. https://kspmfebundip.com/backdoor-listing/
4. https://youtu.be/jsFXy8zt0bc?si=5Ew37c3IOl4iDEgp
5. https://snips.stockbit.com/investasi/backdoor-listing-saham
6. https://jdih.maritim.go.id/perhitungan-penghasilan-kena-pajak-bagi-usaha-
pertambangan-batubara
7. Analisis Backdoor Listing Di Indonesia Pada Periode 2009 Hingga 2021
8. https://datacenter.ortax.org/ortax/putusan/show/1676
9. PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214
/PMK.02/2021 TENTANG PENGAWASAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
MINERAL DAN BATUBARA MELALUI SINERGI PROSES BISNIS DAN DATA
ANTAR KEMENTERIAN /LEMBAGA
10.

Lebih lanjut di: https://pajak.go.id/hubungi-kami


Dalam hal nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan pajak
bumi dan bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar pengenaan BPHTB yang
digunakan adalah NJOP yang digunakan dalam pengenaan pajak bumi dan bangunan
pada tahun terjadinya perolehan.

Anda mungkin juga menyukai