Anda di halaman 1dari 14

N a m a Kelompok

Ruly Prakoso H 180803102023


Achmad Kuseiriy 180803102027
Fresya Dara R 180803102028
Galuh Dhindang K 180803102044
Alisa Qottrun Nada 180803102055
Nurul Uslaili 180803102062
Topik Pembahasan

MERGER DAN AKUISISI


1. PENGERTIAN MERGER DAN AKUISISI
• Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu
diantaranya tetap berdiri dengan nama perseroannya
sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan
kekayaannya dimasukan dalam perseroan yang tetap berdiri
tersebut.
• Akuisisi adalah pengambil alihan sebagian besar (lebih dari
50%) atau seluruh kepemilikan suatu bank. Pengambil alihan
sebagaimana yang dimaksud adalah pengambilan saham yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut
Model Model
M e rMerger
gM eergvertikal
rer
Horizontal
Konglomerat
Model Model
A k u iAskuiisissi bierdasarkan
• Akuisisi financial
• Akuisisi
tujuannya strategis
Akuisisi berdasarkan cara yang ditempuh
• Akuisisi Saham
• Akuisisi Aset
DASAR HUKUM
MERGER
Penggabungan merupakan yang
transaksi
sah dan diperbolehkan menurut Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbataas. Dasar hukum marger
Dasar Hukum
Ayankg muenjaidisdaisasr huikum bagi akuisisi yang dilakukan oleh PT Terbuka secara khusus
Regulasi

undang nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal Dan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),
berlaku
antara Undang-
lain:
1. Keputusan ketua BAPEPAM Nomor Kep-05/PM/2000 (peraturan nomor IX.E.2) tentang
transaksi material utama dan perubahan keh=giatan usaha utama, sebagaimana telah
dirubah dengan keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-02/PM/2001
2. Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-12/PM/1997 (Peraturan Nomor IX.E.1i) tentang
transaksi berbenturan kepentingan, sebagaimana telah diubah dengan keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor Kep-32/PM/2000
3. Keputusan kketua BAPEPAM nomor Kep-04/PM/2000 (Peraturan Nomor IX.H.1) tentang
pengambilalihan perusahaan terbuka.
D. P R O S E D U R P E L A K S A N A A N M E R G E R
DAN AKUISISI
➢ Prosedur pelaksanaan merger
1. Direksi Perseroan ya ng akan menggabungkan diri dan menerima
Penggabungan menyus un racangan Penggabungan dan harus mendapatkan
persetujuan Dewan Komisaris dari setiap Perseroan selanjutnya diajukan
kepada RUPS masing-masing untuk mendapatkan persetujuan.
2. Bagi Perseroan tertentu yang akan melakukan Penggabungan perlu mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari instansi terkait sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
3. Penggabungan Perseroan wajib memperhatikan kepentingan :
a. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan;
b. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan; dan
c. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.
4. Pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai
Penggabungan sebagaimana dimaksud diatas hanya boleh melakukan haknya untuk meminta
➢ Lanjutan Prosedur pelaksanaan merger
5. Keputusan RUPS mengenai Penggabungan Perseroan harus memenuhi jumlah
kuorum ya ng telah ditentukan.
6. Direksi Perseroan y a ng akan melakukan Penggabungan wajib m e ng um u m k a n
ringkasan rancangan paling sedikit dalam 1 (satu) Surat Kabar dan
m e ng um u m ka n secara tertulis kepada karyawan dari Perseroan y an g akan
melakukan Penggabungan dalam jangka waktu paling lambat 3 0 (tigapluh) hari
s ebelum pem ang gilan RU PS. Peng u m um an terse but jug a m em uat
pemberitahuan bahwa pihak yang berkepenting a n dapat
rancang a n Peng g abung a n m em peroleh kantor Pers eroan terhitung
di
p eng um u m an sampai tanggal RUPS s ejak tang g a l
diselenggarakan.
7. Rancangan Penggabungan y a ng telah di setujui RUPS dituangkan ke dalam akta
Penggabungan ya n g dibuat di hadapan notaries dalam bahasa Indonesia.
8. Jika Penggabungan Perseroan tidak disertai perubahan anggaran dasar, salinan
akta Peng g a bung an harus dis am paikan kepada M enteri untuk dicatat
dalam daftar Perseroan.
9. D irek si Pers eroan yang m enerim a Peng g abung a n wajib m eng u m um kan
➢Prosedur Pelaksanaan Akuisisi
1. Pengambil alihan dilakukan dengan cara pengambil alihan s a ha m y a ng telah
dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh perseroan melalui Direksi
Perseroan atau langsung dari pemeg ang s a h a m
2. Pengambil alihan dapat dilakukan oleh badan hukum atau orang
persseorangan.
3. Pengambil alihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengambilalihan s a h am y a ng mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap perseroan tersebut.
4. Dalam hal pengambilalihan dilakukan oleh badan hukum berbentuk
perseroan, direksi sebelum malakukan perbuatan hukum pengambilalihan
haus berdasarkan keputusan RUPS ya ng memenuhi kuorum kehadiran dan
ketentun tentang persyaratan pengambilan keputusan RUP S sebagaimana
5. Direksi perseroan yang akan diambil alih dan perseroan yang akan mengambil alih dengan persetujuan dewan
komisaris masing-masing menyusun rancangan pengambilalihan yang memuat sekurang-kurangnya :
a) Nama dan tempat kedudukan dari perseroan yang akan mengambil alih dan perseroan yang akan diambil alih.
b) Alasan serta penjelasan Direksi Persoroan yang akan mengambil alih dan Direksi Perseroan yang akan diambil
alih.
c) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (2) huruf a untuk tahun buku terakhir dari
perseroan yang akan mengambil alih dan perseroan yang akan di ambil alih.
d) Jumlah saham yang akan di ambil alih.
e) Kesiapan pendanaan.
f) Neraca konsolidasi proforma perseroan yang akan mengambil alih setelah pengambilalihan yang disusun sesuai
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
g) Cara penyelesaian hak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pengambilalihan.
h) Cara penyelesaian status, hak dan kewajiban anggota Direksi, Dewan Komisais, dan karyawan dari Perseroan
yang akann diambil alih.
i) Pekiraan jangka waktu pengambilalihan, termasuk jangka waktu pemberian kuasa pengalihan saham dari
pemegang saham kepada direksi perseroan.
j) Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil pengambilalihan apabila ada.
6. Dalam hal pengambilalihan saham dilakukan langsung dari pemegang saham.
7. Pengambilalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (7) wajib memperhatikan ketentuan anggaran dasar
perseroan yang diambil alih tentang pemindahan hak atas saham dan perjanjian yang telah dibuat oleh Perseroan
dengan pihak lain.
E. M A R G E R D A N A K U I S IS I
LINTAS
Lintas b
N E G A R A
atas m enca kup ke giatan yang berlangsung antara dua negara yang berbeda. Seiring dengan
berlanjutnya trend global atas konsolidasi industry, berita mengenai merger dan akuisisi internasional praktis merupakan
kenyataan sehari-hari.

Merger dan akuisisi lintas batas terdiri dari dua jenis Inward dan Outward. Inward lintas batas melibatkan pergerakan modal ke dalam
karena penjualan sebuah perusahaan domestik untuk investor asing. Sebaliknya Outward lintas batas melibatkan pergerakan modal ke
luar karena pembelian sebuah perusahaan asing. Merger dan akuisisi lintas batas dapat dilakukan oleh badan usaha di dalam negeri
(mengambil alih badan usaha di luar negeri) atau badan usaha di luar negeri (mengambil alih badan usaha di dalam negeri).

Merger dan akuisisi lintas batas negara sebenarnya tidak berbeda dengan pengambilalihan secara domestik. Perbedaannya hanya
kepada sifat lintas negara, yaitu pengambilalihan suatu badan usaha di suatu negara yang dilakukan oleh suatu badan usaha di negara
lainnya. Beberapa faktor yang umumnya mendorong perusahaan untuk melakukan cross border adalah:
• Globalisasi pasar keuangan
• Tekanan pasar dan penurunan permintaan akibat kompetisi internasional
• Mencari peluang pasar baru sejak teknologi ini berkembang cepat
• Diversifikasi geografis yang akan menghasilkan menjelajahi aset di negara-negara lain
• Meningkatkan efisiensi perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa.
• Pemenuhan tujuan untuk tumbuh secara menguntungkan
• Meningkatkan skala produksi
• Berbagi teknologi dan inovasi yang mengurangi biaya
F. LA R A N G A N -LA R A N G A N
D A LAM M A R G E R D A N
AKUISISI
Berdasarkan pasal 2 PP 57/2010 dijelaskan bahwa :
1. Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan badan usaha, peleburan badan usaha, atau
pengambilalihan saham perusahaan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik monopoli
dan/atau persaingan usaha tidak sehat.
2. Praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat terjadi jika badan usaha hasil
penggabungan, peleburan ataupun pelaku usaha yang melakukan pengambil alihan saham
perusahaan lain diduga melakukan :
a) Perjanjian yang dilarang. Seperti praktik oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah, pemboikotan,
kartel, trust, praktik oligopsoni, integrasi vertikal, perjanjian tertutup.
b) Kegiatan yang dilarang. Seperti praktik monopoli, praktik monopsoni, penguasaan pasar, persekongkolan.
c) Penyalahgunaan posisi dominan
d) Yaitu keadaan dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam
kaitan dengan pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi diantara
pesaingnya di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada
pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa
tertentu.
Tha n k s !
Any questions?
Mohon Maaf Lahir dan Batin
S emuany a

Anda mungkin juga menyukai