Anda di halaman 1dari 12

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Sistem Keamanan Lingkungan

(Siskamling) Di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung


Kabupaten Tulang Bawang

Muhammad Pimas Kuntama1)


Suryaningsih2)
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Terbuka
2)
Dosen Ilmu Pemerintahan, STISIP Imam Bonjol Padang

muhammadpimas@gmail.com

Abstrak
Urgensi pentingya partisipasi warga dalam pelaksanaan siskamling ialah didasarkan pada
maraknya kejahatan di malam hari seperti pencurian, pembunuhan, pembegalan,
perampokan, dan kejahatan lainnya yang masih kerap terjadi di berbagai daerah, salah
satunya ialah di Desa Dwi WARGA Tunggal Jaya. Tujuan artikel ini untuk menganalisis
partisipasi masyarakat dan hambatan apa saja yang dihadapai dalam pelaksanaan
Siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya. Artikel ini termasuk jenis penelitian kualitatif
deskriptif. Sumber data priemer diperoleh langsaung dari informan dan data sekunder diperoleh
dari artikel ilmiah, buku, dan sumber bacaan lain yang berkaitan melalui teknik observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data pada penelitian ini dianalisis secara induktif. Temuan
panelitian ini menerangkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan siskamling di
Desa Dwi Warga Tunggal Jaya sudah baik. Hal tersebut terlihat dari kontribusi pemikiran,
tenaga, dana, serta sarana prasana dari masyarakat setempat. Sementara dalam bentuk
pemberdayaan terlihat dari keaktifan kepala desa, ketua RW, RT, dan linmas yang secara
intens menggerakkan warganya agar aktif ronda di tempatnya masing-masing. Hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya ialah pola
pikir, rendahnya kesadaran, perbedaan pekerjaan serta penghasilan masyarakat.
Kata Kunci: Keamanan, Ketertiban, Partisipasi Masyarakat, Siskamling

Abstract
The urgency of the importance of citizen participation in implementing siskamling is based on the
rampant crimes at night such as theft, murder, robbery, robbery, and other crimes that still frequently
occur in various areas, one of which is in the village of Dwi WARGA Tunggal Jaya. The purpose of
this article is to analyze community participation and what obstacles are encountered in
implementing Siskamling in Dwi Warga Tunggal Jaya Village. This article is a type of descriptive
qualitative research. Primary data sources were obtained directly from informants and secondary
data were obtained from scientific articles, books and other relevant reading sources through
observation, interviews and documentation techniques. The data in this study were analyzed
inductively. The findings of this panel show that community participation in the implementation of
security and security measures in the village of Dwi Warga Tunggal Jaya has been good. This can be
seen from the contribution of ideas, energy, funds, and infrastructure from the local community.
Meanwhile, in the form of empowerment, it can be seen from the activeness of the village head, heads
of RW, RT, and linmas who intensely mobilize their citizens to be active on patrol in their respective
places. The obstacles faced in implementing siskamling in Dwi Warga Tunggal Jaya Village are the
mindset, low awareness, differences in people's jobs and income.
Keywords: Security, Order, Community Participation, Siskamling

1
PENDAHULUAN
Mewujudkan suatu kehidupan yang aman dan nyaman di lingkungan masyarakat,
tidak bisa dialamatkan semata-mata hanya tugas aparat ataupun pemerintah saja. Dalam hal
ini masyarakat pun memliki peran untuk mewujudkannya, minimal mewujudkan keamanan
dan ketertiban tersebut di tempat tingal atau kampungnya sendiri. Karena itu, kesadaran
hukum masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam pelaksanaan keamanan serta ketertiban
masyarakat.
Siskamling ialah suatu kegiatan di mana di dalamnya masyarakat bisa berpartisipasi
untuk menumbuhkan pemahaman serta kesadaran hukum akan pentingya kebersamaan dalam
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di masyarakat. Pemahaman serta kesadaran
hukum ini bisa maksimal, bila masyarakat aktif berpartisipasi dalam kegiatan siskamling.
Sistem keamanan lingkungan (siskamling) adalah sebuah upaya kolektif untuk menciptakan
sistim keamanan serta ketertiban masyarakat yang memberi perlindungan serta pengamanan
untuk masyarakat dengan memperioritaskan upaya-upaya pencegahan serta mengantisipasi
berbagai bentuk gangguan atau ancaman Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Katibmas)
(Yuliyanti, 2022).
Partisipasi menurut Sumaryadi (2010) dalam (Setiawan, 2017) ialah sebuah
keterlibatan atau peranserta individu ataupun kelompok dalam upaya pembangunan entah itu
berupa perkataan, ataupun tindakan dalam aktivitas memberikan pemikiran, tenaga,
keterampilan, modal/materi, waktu, dan ikutserta mendagayagunakan serta menikmati hasil
pembangunan tersebut. Sementara partisipasi menurut Verhangen dalam (Yuliyanti, 2022)
ialah keterlibatan atau keikutsertaan individu (seseorang) atau warga (masyarakat) dalam
sebuah aktivitas tertentu. Dengan kata lain, partisipasi ialah keterlibatan individu dalam
sebuah kelompok masyarakat untuk ikutserta dalam kegiatannya, di luar aktivitas ataupun
pekerjaannya pribadi.
Urgensi pentingya partisipasi warga dalam pelaksanaan siskamling ialah didasarkan
pada maraknya kejahatan di malam hari seperti pencurian, pembunuhan, pembegalan,
perampokan, dan kejahatan lainnya yang masih kerap terjadi di berbagai daerah. Lampung
adalah salah satu daerah yang tingkat kejahatannya masih tinggi, terlebih lagi terdapat
steryotipe bahwa Kota Lampung adalah kota begal yang sempat ramai di mayasrakat, tentu
hal ini bukanlah pandangan yang menyenangkan bagi masyarakat Lampung.
Pada artikel ini, daerah yang menjadi obyek penelitian ialah Desa Warga Tunggal Jaya
Kecamatan Banjar Agung. Berdasarkan data Statistik kejahatan yang kerap terjadi di
Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang, sebagai berikut:

2
Tabel 1.1 Kejahatan di Kecamatan Banjar Agung

Kejadian Kejahatan Menurut Jenisnya di Kecamatan Banjar Agung Kabupaten


Tulang Bawang 2022
Pencurian Pembunuhan Perjudian Narkoba
4 1 3 3
Sumber: Badan Pusat Statistik, Potensi Desa, 2022
Sejauh yang diamati, di samping tindak kejahatan di atas di Desa Dwi Warga Tunggal
Jaya permasalahan yang kerap ditemukan ialah adanya warga yang menerima tamu di malam
hari, yang mana hal tersebut dinilai cukup meresahkan warga. Pasalnya hal tersebut bisa
mengundang kekhawatiran serta kecurigaan masyarat pada tamu yang diterima itu. Untuk itu,
dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman di Desa Dwi Warga Tunggal
Jaya, dibutuhkan kesadaran, kepedulian, serta partisipasi dari warga Desa Dwi Warga
Tunggal Jaya, salah satu upaya yang bisa dilakukan ialah melalui siskamling.
Untuk mengantisipasi terjadinya plagiasi atau pengulangan penelitian, dalam hal ini
peneliti sajikan beberapa penetian relevan yang patut untuk diulas. Saputri (2023) mengulas
terkait “Peran Serta Poskamling Dalam Menjaga Keamanan Lingkungan Desa Limbur
Merangin”. Kajian ini memakai metode Yuridis Empiris, data diperoleh melalui observasi dan
wawancara. Data diolah dan dianalisa secara kualitatif dengan perspektif ilmu hukum.
Temuan artikel ini menerangkan implementasi siskamling dilakukan melalui ronda yang
berkeliling pada malam hari di sekitar kampung. Upaya yang dilakukan ialah memberikan
pemahaman serta kesadaran pada masyarakat bahwa keamanan kampung atau desa tersebut
adalah tanggung jawab semua masyarakat yang ada di dalamnya. Marsela (2021) membahas
tentang “Partisipasi Masyarakat Dalam Memberdayakan Siskamling”. Kajian ini termasuk
penelitian deskriptif kualitatif, dan data dihimpun melalui observasi, wawancara, serta
dokumentasi. Temuan analisa menunjukkan partisipasi masyarakat RT 19 Desa Cempaka
Permai terlihat dari partisipasi internal yakni pikiran, tenaga, kebersamaan, serta harta. Dan
partisipasi eksternal terlihat dari adanya keterlibatan Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta
lembaga pemerintahan lainnya. Amalia (2019) meneliti mengenai “Partisipasi Masyarakat
Dalam Sistem Keamanan Lingkungan Keamanan Untuk Meningkatkan Keamanan dan
Ketertiban Masyarakat”. Penelitian ini memakai metode kuantitatif, data dihimpun melalui
wawancara, kuesioner, dan dokumentasi serta dianalisa memakai rumus distribusi frekuensi.
Temuan analisis menerangkan partisipasi warga dalam siskamling di Kelurahan Sukmananti
Bandar Lampung telah dilakukan secara aktif. Upaya tersebut dilakukan dengan memberi

3
pemahaman dan arahan akan pentingnya keamanan yang disampaikan oleh pihak kepolisian,
sehingga masyarakat mampu menjaga keamanan di lingkungan sekitarnya.
Beberapa penelitian sebelumnya di atas membahas partisipasi masyarakat dalam
siskamling dengan berbagai perspektifnya. Terlepas ditemukan persamaan dalam hal
metodologi dan lainnya. Namun, ada celah penelitian yang tidak ada dalam penelitian di atas,
yakni partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan sistem keamanan lingkungan (Siskamling) di
Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Tulang Bawang.
Adapun teori yang digunakan sebagai pisau analisis pada penelitian ini ialah konsep
partisipasi masyarakat menurut Oakley (1991) dalam (Putra, 2019). Oakley (1991)
mengklasifikasikan partisipasi masyarakat dalam tiga indikator yakni partipasi sebagai
kontribusi, organisasi, serta pemberdayaan. Sebagai kontribusi ialah dalam hal ini masyarakat
terlibat dalam sebuah aktivitas tertentu, bisa berbentuk pikiran, tenaga, dana, atau sarana-
prasarana. Sebagai pengorganisasian, dalam hal ini masyarakat turutserta dalam penyusunan
struktur organisasi berdasarkan sumber, tujuan, serta kodisi lingkungannya. Sementara,
sebagai pemberdayaan dalam hal ini masyarakat terlibat dalam pengembangan serta
kesejahteraan lingkungannya (Putra, 2019).
Berpijak pada paparan di atas, maka dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengkajinya
lebih lanjut dan tujuan penelitian ini akan diuraikan melalui jawaban pertanyaan berikut: 1)
Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Siskamling di Desa Dwi Warga
Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Tulang Bawang?; dan 2) Hambatan apa saja yang
dihadapi dalam pelaksanaan Siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar
Agung Tulang Bawang?

METODE PENELITIAN
Artikel ini memakai metode penelitian kualitatif deskriptif, yakni merupakan prosedur
pemecahan masalah yang ditelaah, dengan mendeskripsikan kondisi obyek ataupun subyek,
masyarakat, serta lembaga sesuai keadaan yang sebenarnya atau fakta-fakta yang terjadi di
lapangan (Gunawan, 2013: 143). Sumber data pada artikel ini yakni data primer serta
sekunder, data primer diperoleh langsung dari sumbernya yakni dari para informan. Data
sekunder didapat dari artikel ilmiah, buku, dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan
tema penelitian. Data pada penelitian ini dihimpun menggunakan teknik observasi,
wawancara, serta studi dokumentasi yang dipilah berdasarkan jenis data, dikelompokkan, dan
disajikan dalam hasil penelitian (Yusuf, 2016). Sementara, analisa data pada kajian ini ialah

4
analisa induktif. Analisa induktif ialah proses menarik simpulan yang didasarkan pada data
dan fakta khusus, untuk diambil sebuah kesimpulan yang bersifat umum (Sugiyono, 2017).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara hitoris kantor Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung
Kabupaten Tulang Bawang merupakan Kampung interlen ke-ibu kota Tulang Bawang
(Lampung) yang terletak di dinding utara Kabupaten Tulang Bawang. Kampung Dwi Warga
Tunggal Jaya berdiri pada tahun 1978 dengan Struktur Organisasi terdiri dari RK, RT dan
belum dilakukan pemilihan Kepala Kampung, pemilihan Kepala Kampung dilakukan pada
tahun 1981. Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya memiliki luas wilayah 1.701 Ha. Pada tahun
2009 Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya dimekarkan menjadi 2 Kampung yaitu Kampung
Induk masih tetap dengan nama Dwi Warga Tunggal Jaya dan Kampung Pemekarannya
diberi nama Tri Tunggal Jaya. Setelah pemekaran, luas wilayah Kampung Dwi Warga
Tunggal Jaya tinggal 482 Ha dan luas wilayah Kampung Tri Tunggal Jaya 1219 Ha.
Walaupun Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya hanya memiliki luas wilayah yang lebih kecil
dari Kampung Tri Tunggal Jaya, tapi memiliki jumlah penduduk yang padat yaitu 8004 jiwa
(Sumarsono, 2023/6/24).
Karakteristik Informan
Tabel 2.1 Karakteristik Informan

No. Informan Usia Pendidikan Jabatan


1. Yusman 50 Th. S1 Kepala Desa
2. Hasyim Sumarso 43 Th. S1 Juru Tulis
3. Suwarno 47 Th. SMP Ketua RW 1
4. Suparman 48 Th. SMA Ketua RW 2
5. Safrudin 39 Th. SMP Ketua RT
6. Firman 35 Th. SMA Warga
Sumber: Website Kampung Dwi Warga Tunggal Jaya 2023

Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal


Jaya
Histori Siskamling
Saat itu, penjaga merupakan perpanjangan dari menara pemerintah kolonial untuk membatasi
pergerakan awal. Fungsinya lebih dari sudut pandang terhadap pribumi yang ingin melewati
daerah tertentu. Hal yang sama terjadi ketika Jepang menguasai Indonesia. Namun, sejak
kemerdekaan Indonesia, posisi jaga tersebut diduduki oleh pribumi. Akuisisi ini juga disertai
dengan perubahan operasi. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, pintu gerbang

5
mengalami perubahan fungsi baru. Pembangkit listrik sekali lagi merupakan perpanjangan
dari kekuasaan. Kehadiran pembangkit listrik memperkuat bentuk militerisme dalam paket
sederhana yang terkesan lebih populer.
Kontribusi Masyarakat
Sebagaimana telah disinggung di awal, bahwa sebagai kontribusi partisipasi
masyarakat dalam hal ini ialah terlibat dalam sebuah aktivitas tertentu, bisa berbentuk pikiran,
tenaga, dana, atau sarana-prasarana. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan,
partisipasi masyarakat dalam bentuk kontribusi ialah sebagai berikut:
1. Pemikiran
Bentuk kontribusi masyarakat Desa Dwi Warga Tunggal Jaya dalam bentuk pikiran
disampaikan oleh informan 1 sebagai berikut: “Iya menurut saya sebagai kepala kampung di
sini, partisipasi dalam bentuk pikiran itu ya memikirkan bagaimana membuat program-
program yang bisa membawa desa ini menjadi lebih maju dan lebih baik dari sebelumnya ya.
Bagaimana caranya menigkatkan keamanan dan ketertiban di masyarakat, salah satunya
mengaktifkan kembali program siskamling itu ya” (Yusman, 2023/6/24).
Sementara partisipasi dalam bentuk pemikiran menurut informan 6 ialah sebagai
berikut:
“Sebagai warga, saya cukup mendukung ya kalau ronda itu diaktifkan lagi, ya yang
namanya warga mah gak bisa berbuat banyak mas, paling kita hanya bisa mendukung
program pemerintah. Kalau jadi pemerintah mah kan punya keresahan atau ide itu gak
hanya hidup di kepala saja, akan tetapi disa diwujudkan dalam bentuk kebijakan atau
program-program yang bermanfaat untuk menciptakan desa yang aman dan damai. Ya
paling saya suka ngobrol aja di pos ronda kadangan ngomongin kerjaan, curhat
masalah keluarga, ngomoning masalah di keamanan desa, kadang juga ngomongin
politik” (Firman, 2023/6/24).
Mencermati keterangan tersebut bisa dilihat bahwa, partisipasi masyarakat dalam
bentuk pemikiran dari warga bisa dilakukan dengan pemahaman pentingnya mendukung
program pemerintah dan pentingnya aktif mengikuti kegiatan ronda untuk berkontibusi
menciptakan lingkungan yang aman dan tertib. Sebagai masyarakat tentu hanya bisa
memikirkan tentang kemajuan desa itu dalam pemikiran dan dalam obrolan di pos ronda saja.
Akan tetapi, bagai informan 1 yang saat ini menjabat sebagai kepala kampung, pemikiran dan
harapannya untuk memajukan desa bisa diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan program-
program yang bermanfaat untuk meningkatkan lingkungan masyarakat yang aman dan tertib.
2. Tenaga
Bentuk kontribusi masyarakat Desa Dwi Warga Tunggal Jaya dalam bentuk tenaga
disampaikan olah informan 3 berikut: “Partisipasi warga di sini dalam bentuk tenaga terlihat

6
dari gotong-royong yang diadakan rutin tiap jum’at, dalam program “Jumsih” atau jum’at
bersih. Kalau yang kaitannya sama ronda, ya kalau membuat pos ronda itu warga suka
gotong-royong” (Suwrno, 2023/6/24).
Hal senada juga diungkapkan oleh informan 5 sebagai berikut:
“Di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya ini alhamdulilllah warganya masih ada yang
gotong-royong ya, misalnya waktu ngebangun pos ronda itu para warga pada dateng
meskipun ga 100% dateng semuanya ya. Terus siskamlingnya juga lumayan aktif,
apalagi kalau ada warga yang hajatan, melahirkan itu suka pada ronda, gitu juga kalau
ada yang meninggal. Cuma kalu hari-hari biasanya kadang aktif kadang Cuma nongol
bentar habis itu pulang lagi” (Safrudin, 2023/6/24).
Melihat keterangan di atas, bisa dipahami bahwa partisipasi masyarakat Desa Dwi
Warga Tunggal Jaya dalam bentuk tenaga terlihat kagiatan gotong-royong dalam program
jum’at bersih dan mendirikan pos ronda. Hanya saja, kegiatan siskamlingnya aktif ketika di
masyarakat ada acara seperti nikahan, melahirkan, serta ketika ada warga yang meninggal,
sementara di hari-hari biasanya tidak begitu aktif.
3. Dana
Bentuk kontribusi masyarakat Desa Dwi Warga Tunggal Jaya dalam bentuk dana
diungkapkan oleh informan 4 berikut:
“Di sini kami ada iuran untuk khas warga ya, ada dua jenis pertama iuran Rp.30.000
per KK itu untuk kebutuhan membangun pos ronda dan memberi kopi pada warga
yang ronda. Kedua yaitu uang kematian, misalnya kalau ada warga yang meninggal itu
per KK Rp.10.000, jadi kalau ada warga yang meninggal kami pihak RW sudah
menyiapkan tenda, kursi, dan peralatan yang dibutuhkan lainnya” (Suparman,
2023/6/24).
Mencermati uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi warga Desa Dwi
Warga Tunggal Jaya dalam bentuk dana dalam konteks siskamling ialah uang iuran senilai
Rp.30.000 per keluarga, yang mana uang tersebut digunakan untuk kebutuhan pembangunan
pos ronda dan kebutuhan logistik lainnya.
4. Sarana-Prasarana
Bentuk kontribusi masyarakat Desa Dwi Warga Tunggal Jaya dalam bentuk sarana-
prasana dikatakan oleh informan 3 berikut: “Iya warga-warga di sini selain membantu dari
segi uang, itu dari benda-benda juga, seperti dalam membangun pos ronda itu warga ada yang
menyumbang bambu, paku, kayu balok, semen, pasir, batu-bata, genteng, hingga ada yang
memberi lampu beserta akses arus listriknya” (Suwrno, 2023/6/24).
Dari keterangan tersebut, terlihat bahwa partisipasi masyarakat Desa Dwi Warga
Tunggal Jaya cukup antusias. Para warga bergotong-royong berbagi tugas dalam membangun
pos ronda, ada yang memberi bantuan berupa semen, pasir, genteng, kayu, paku, hingga
bambu.

7
Pengorganisasian Masyarakat
Seperti telah diulas di awal, partisipasi sebagai pengorganisasian dalam hal ini
masyarakat turutserta dalam penyusunan struktur organisasi berdasarkan sumber, tujuan, serta
kodisi lingkungannya. Pengorganisasian ialah sebuah uapaya di mana masyarakat bisa
mengidentifikasi kebutuhannya serta menetapkan kebutuhan mana yang harus diprioritaskan
untuk dilakukan. Dalam hal ini terdapat 3 aspek pengorganisasian masyarakat, yakni proses,
masyarakat, dan fungsi. Dalam pengorganisasian masyarakat, proses bisa terjadi secara
disadari ataupun tak disadari. Sementara dalam aspek masyarakat, bisa dipahami sebagai
sebuah sebagai sebuah kelompok masyarakat yang memiliki batas geografis, atau memiliki
kebutuhan yang sama. Kemudian dalam aspek functional community (fungsi masyarakat) bisa
dilihat dari keberhasilannya menggerakkan orang yang memiliki inisitiatif serta bisa bekerja,
menyusun rencana yang bisa diteruma sert dijalankan oleh semua warga, dan melaksanakan
upaya untuk mengelolanya.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, partisipasi masyarakat dalam
bentuk pengorganisasian, disampaikan oleh informan 4 sebagai berikut: “untuk struktur
pengorganisasian di sini sebenernya gak ada ya, yang ada hanya jadwal ronda warga saja.
Mungkin kalaupun mau dibikin itu strukturnya di tingkat RT masing-masing ya RT yang
paling tinggi” (Suparman, 2023/6/24).
Hal yang sama juga disampaikan informan 5 sebagai berikut: “Kalau dalam konteks
siskamling, di sini untuk struktur orgaisasiannya gak ada mas, hanya jadwal rondanya saja
yang ada” (Safrudin, 2023/6/24).
Mencermati keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa penggorganisasian
masyarakat dalam konteks pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya belum
atau tak dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari keterangan para informan yang menyatakan
tidak ada struktur terkait pelaksanaan siskamling, hanya ada jadwal ronda warga saja.

Pemberdayaan Masyarakat
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa partisipasi sebagai pemberdayaan dalam
hal ini masyarakat terlibat dalam pengembangan serta kesejahteraan lingkungannya. Sebuah
uapaya bisa dianggap berhasil sebagai pemberdayaan masyarakat, bila masyarakat itu bisa
jadi agen perubahan (subyek). Yang dimaksud subyek di sini ialah penggerak serta bukan
sebagai obyek atau penrima beneficiaries (manfaat) semata.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, partisipasi masyarakat dalam
bentuk pemberdayaan masyarakat diungkapkan oleh informan 1 sebagai berikut:

8
“Selaku kepala kampung saya cukup intens, memberikan arahan baik pada RW
ataupun RT agar siskamling di tempatnya masing-masing itu selalu aktif setiap
malamnya. Supaya lingkungan itu bisa selalu dalam keadaan aman dan tertib. Dan
saya juga rutin melakukan kontrol ke tiap pos ronda untuk memastikan bahwa
kampung dalam keadaan aman. Apalagi kan bebrapa tahun ini kejadian pencurian
masih terjadi ya. Dan saya juga meminta para linmas agar selalu kontrol ke
masyarakat setiap malam bersama dengan RT di lokasi masing-masing” (Yusman,
2023/6/24).
Informan 2 menambahkan sebagai berikut: “Setiap posisi jabatan yang memiliki
anggota itu dianjurkan untuk menjadi penggerak ya, di tingkat desa tentu pak kades adalah
penggeraknya, di tingkat RW maka Pak RW nya yang menjadi promotornya, begitu juga di
tingkat RT, pak RT nya harus bisa mengerakkan warganya untuk aktif ronda di
lingkungannya” (Sumarsono, 2023/6/24).
Mencermati keterangan di atas, bisa dipahami bahwa upaya pemberdayaan masyarakat
dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya dilakukan dari tingkat
kepala desa hingga RT. Hal tersebut terlihat dari kepala kampung Desa Dwi Warga Tunggal
Jaya yang intens meberikan arahan pada ketua RW dan RT serta aktif melakukan kontrol ke
tiap pos rinda di wilayahnya. Selain itu, setiap jabatan dari tingkat kades hingga RT adalah
penggerak bagai warga dan wilayahnya masing-masing. Karena itu, upaya penyadaran pasa
masyarakat dalam memberdayarakan masayarakat dibidang keamanan serta ketertiban adalah
upayan yang sangat penting untuk dilaksanakan sebab dapat menumbuhkan mental,
sensitifitas, serta dayatanggap masyarakat untuk menciptaknan keamanan serta ketertiban di
lingkungannya masing-masing.

Hambatan dalam pelaksanaan Siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya


Dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya, masih ditemukan
beberapa kendala anatara lain:
1. Pola pikir
Salah satu kendala yang cukup fundamental dan masih terjadi dalam pelaksanaan
siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya ialah pola pikir. Hal tersebut terlihat dari
warganya yang menganggap bahwa tugas keamanan wilayah itu adalah tugasnya kepolisian
dan pemerintah setempat. Karena itu, masyarakat terlihat tak peduli akan keamanan dan
keteriban lingkungannya sendiri (Yusman, 2023/6/24).
2. Rendahnya kesadaran
Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan ronda, masih terjadi di
lingkungan Desa Dwi Warga Tunggal Jaya. Hal tersebut terlihat bahwa kegiatan rondah itu
hanya ramai dan aktif ketika ada warga yang memliki acara seperti hajatan, lahiran, syukuran,

9
hingga saat ada warga yang meninggal dunia. Sementara di hari-hari biasanya kegiatan ronda
itu menjadi sepi (Safrudin, 2023/6/24).
3. Perbedaan pekerjaan dan penghasilan
Perbedaan jenis kerjaan serta penghasilan masyarakat di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya
juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan siskamling. Hal ini terlihat dari masyarakat yang
memiliki penghasilan di atas rata-rata kerap kali jarang aktif ronda dan lebih memilih
berpartisipasi dalam bentuk uang, sementara warga yang penghasilannya di bawah rata-rata
lebih berpartisapsi dalam bentuk tenaga serta lebih aktif dalam ronda.
Analisis data dari para informan di atas, bisa dikatakan bahwa partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya sudah cukup baik. Hal
tersebut terlihat dari kontribusi pemikiran, tenaga, dana, serta sarana prasana dari masyarakat
setempat. Meski masih terdapat beberapa catatan dan hambatan yang didahadapi seperti pola
pikir, rendanya kesadaran perbedaan pekerjaan dan penghasilan, masih menjadi penghamat
untuk terwujudnya keamanan dan ketertiban di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marsela (2021) tentang
“Partisipasi Masyarakat Dalam Memberdayakan Siskamling”. Temuan analisa menunjukkan
partisipasi masyarakat RT 19 Desa Cempaka Permai terlihat dari partisipasi internal yakni
pikiran, tenaga, kebersamaan, serta harta.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diulas di atas, telah dihasilkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal Jaya
sudah baik. Hal tersebut terlihat dari kontribusi pemikiran, tenaga, dana, serta sarana
prasana dari masyarakat setempat. Sementara dalam bentuk pemberdayaan terlihat dari
keaktifan kepala desa, ketua RW, RT, dan linmas yang secara intens menggerakan
warganya agar aktif ronda di tempatnya masing-masing.
2. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan siskamling di Desa Dwi Warga Tunggal
Jaya ialah pola pikir, rendahnya kesadaran, perbedaan pekerjaan serta penghasilan
masyarakat.

Meski kajian ini cukup singkat, setidaknya artikel ini cukup memadai untuk
memberikan gambaran terakait partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan siskamling di Desa
Dwi Warga Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Agung Kabupaten Tulang Bawang. Namun

10
demikian, temuan-temuan yang peneliti paparkan dalam artikel ini memiliki kemungkinan
untuk salah, karenanya dibutuhkan penyempurnaan dalam penelitian berikutnya. Setidaknya
artikel ini, bisa menjadi pembuka atau stimulus untuk peneliti selanjutnya guna melahirkan
karya ilmiah yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Amallia, N. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Sistem Keamanan Lingkungan Untuk
Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan
Politik, 2(1), 1-9.
Gunawan,I. (2013). Metode Penelitian Kualitatif.Jakarta: Bumi Aksara.
Marsela, D., & Pradikto, B. (2021). Partisipasi Masyarakat Dalam Memberdayakan
SISKAMLING. Journal Of Life long Learning, 4(1), 37-42.
Oakley, P. Et, al. (1991). Peojects With People, The Practices of Perticipations in Rural
Development. Geneva: International Labouf Office.
Putra, A.R. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Sistem Keamanan Lingkungan
di Kelurahan Ujung Batu Kabupaten RokanHulu. (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Riau).
Saputri, N. (2023). Peran Serta Poskamling Dalam Menjaga Keamanan Lingkungan Desa
Limbur Merangin. Adagium: Jurnal Ilmiah Hukum, 1(1), 12-21.
Setiawan, R. (2017). Partisipasi Masyarakat Islam Pada Pelaksanann Sistem Keamanan
Lingkungan (Siskamling) di Desa Hajimena Kec. Natar Lampung Selatan. (Doctoral
dissertation, Uin Raden Intan Lampung).
Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumaryadi, I.N. (2010). Sosiologi Pemerintahan dalam Perspektif Pelayanan. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Yuliyanti, T., Saifullah, S., & Hamid, H. (2022). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembinaan
dan Penyuluhan Sistem Keamanan Lingkungan di Kelurahan Rapang Kec.Panca
Rijang Kab.Sidenreng Rapang. JIA: Jurnal Ilmiah Administrasi, 10(2), 88-93.
Yusuf, A.M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan. Jakarta:
PrenadaMedia.

Website:
Histori Kampung Dwi Warga Tunggal dipetik dari:

11
https://dwiwargatunggaljaya.id/artikel/2020/9/23/profil-kampung. pukul 22.00 24
Juni 2023.

12

Anda mungkin juga menyukai