Anda di halaman 1dari 3

Pabrik Semen Indarung I, begitu masyarakat sekitar menyebut Pabrik yang dibangun dan didirikan oleh

Belanda pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement
Maatschappij (NV NIPCM), yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia, yang berlokasi di
Kelurahan Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang, (Ini kampungku bro), kemudian pada
tanggal 5 Juli 1958 pabrik ini dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah
Belanda, dan akhirnya berganti nama menjadi Pabrik Indarung I PN Semen Padang.Pabrik ini menyimpan
berjuta kisah kehidupan bagi masyarakat Indarung dan sekitarnya, betapa tidak, para nenek dan
mamak-mamak kami termasuk juga orang tua kami bekerja menggantungkan hidup di pabrik ini, ada
yang sebagai karyawan tetap, dan banyak sebagai buruh harian lepas, andema, begitu mereka disebut.

Awal beroperasi, berbagai etnis berkumpul di pabrik ini, mulai dari orang belanda, China, Nias, Jawa,
Batak, bercampur baur dengan masyarakat lokal, dan pada masa itu kurun 1910 sampai 1950-an orang-
orang Eropa dan China masih berseliweran di kampungku ini, keren kan ?, artinya sejak jaman dulu kami
sudah terbiasa berinteraksi dengan orang luar.

Banyak hal unik dan menarik dari pabrik ini, mulai dari struktur bangunan yang eropa banget, lalu mesin-
mesin besar kuno produksi Jerman dan Belanda, ditambah cerita mistis yang mengiringinya. Ya maklum
saja namanya pabrik tua peninggalan Belanda sudah pastilah banyak cerita menarik disana. Termasuk
cara kerja karyawan yang masih manual, yang memang mengandalkan fisik untuk mengoperasikan
pabrik tersebut.

Bahkan menurut cerita dari mamak-mamak kami, pabrik semen Indarung I ini menghasilkan semen
terbaik yang digunakan membangun negeri Belanda dan beberapa bangunan di Eropa. Dan pada masa
kejayaannya, produksi semen dari pabrik ini juga yang digunakan membangun banyak proyek besar di
negara ini pada awal Pemerintahan Presiden Soekarno, hasil produksi pabrik semen Indarung I
digunakan untuk membangun berbagai proyek mercusuar nasional. Seperti sejumlah proyek pada awal
tahun '60-an antara lain : Monumen Nasional (Monas), Jembatan Semanggi, Gedung DPR/MPR Senayan
dan Hotel Indonesia. Lalu, Jembatan Ampera yang melintasi Sungai Musi di Palembang. PLTA Sigura-gura
(Sumatera Utara), PLTA Batang Agam, Maninjau, Singkarak dan Koto Panjang di Sumatera Barat serta
Riau. Bahkan juga digunakan negara tetangga seperti Singapura dengan WTC-nya. Pabrik ini juga yang
menjadi pendongkrak popularitas dari PT Semen Padang.

Namun, keberadaan dan fungsi pabrik ini hanya berlangsung sampai pertengahan tahun 90-an, seiring
usia yang sudah tua, suku cadang yang tidak tersedia, ditambah dengan di bangun beberapa pabrik baru
dengan teknologi baru dan kapasitas yang lebih besar, sehingga akhirnya pabrik ini memasuki masa
pensiun. Tetapi walau sudah tidak aktif lagi, kisah dan kemegahan masa lalu masih tergambar di pabrik
itu. Sering dijadikan objek photo bagi peminat photography, bahkan pernah beberapa kali digelar
Festival kebudayaan di lokasi pabrik tersebut yang digagas oleh para seniman lokal dan nasional Tetapi,
ada satu hal yang sangat memprihatinkan terhadap pabrik tua itu, paska tidak beroperasi lagi pabrik itu
tidak lagi diperhatikan secara khusus, barang-barang pabrik banyak yang hilang dijarah oknum yang
tidak bertanggung jawab, bangunannya dirusak, mesin-mesin tua dipreteli dan jadi barang rongsokan,
akhirnya dijadikan barang kiloan. Lorong-lorong bawah tanah banyak yang tertimbun, bangunan
bertingkat tak bisa lagi dimasuki karena tangga yang terbuat dari besi sudah keropos dan bahkan ada
yang hilang entah kemana. Pengamanan terhadap pabrik ini sangat minim, sehingga ini yang
memudahkan para penjarah dan pencuri beraksi dengan mudah.

Sekian tahun berlalu, sampai saat ini kondisi pabrik tua ini semakin memprihatinkan, bangunan yang
tertinggal ibarat "tulang belulang" saja. Tidak ada perhatian serius pada si Tua Bangka ini, meski dulu dia
terlihat megah dan membuat banyak orang bisa hidup mewah. Pihak terkait membiarkan saja, seolah
tak lagi mengingat sejarah panjang yang dilalui pabrik itu seiring terbentuknya Republik ini.

Tapi tetap setiap masa akan selalu muncul orang-orang yang peduli, Indarung Heritage Society dan
Masyarakat Budaya Indarung namanya, beranggotakan sekumpulan anak muda penggiat budaya yang
lahir di Indarung namun besar di perantauan. Berkolaborasi dengan saudara-saudara mereka yang
menetap di Indarung, bersama Ikatan Pemuda Karya Indarung dan sekitarnya (IPKIS), mereka melakukan
sebuah gerakan untuk menyelamatkan dan menjaga pabrik tua Indarung I ini agar tidak melapuk dan
hilang dari sejarah. Diawali dengan menggelar event kebudayaan di pabrik tersebut sebagai ajang
publikasi agar para pihak ingat bahwa pabrik itu masih ada sebagai bagian sejarah masa lalu untuk
generasi hari ini dan masa depan.

Lalu diiringi melakukan Fokus Grup Diskusi menghadirkan para pihak yang berkompeten dalam
pelestarian sejarah dan budaya, yang akhirnya didapat kesimpulan bahwa pabrik Indarung I Semen
Padang peninggalan Belanda ini wajib diselamatkan dengan menjadikannya sebagai Situs Cagar Budaya
warisan sejarah bangsa. Yang diharapkan ketika rencana baik ini terlaksana tentu akan membuat Kota
Padang Sumatera Barat akan lebih dikenal lagi, apalagi kalau pabrik ini menjadi Situs Warisan Dunia !.
Betapa banyak nantinya wisatawan dan pengggiat budaya akan berkunjung ke pabrik ini, berapa banyak
lapangan pekerjaan yang akan terbuka bagi masyarakat lokal, dan tentu akan menjadi pemasukan juga
bagi pemerintah daerah.

Namun memang jalan menuju ke arah itu tidak mudah, walau juga tidak sulit-sulit amat sebetulnya,
karena rukun dan syarat menjadikan pabrik itu sebagai situs cagar budaya sudah terpenuhi semuanya.
Sesuai Undang No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, untuk mengusulkan bangunan tersebut
menjadi bangunan cagar budaya, harus diperhatikan kriteria pada Pasal 5 UU Cagar Budaya, sebagai
berikut, berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih, mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima
puluh) tahun, dan memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan. Nah , Pabrik Indarung I ini bahkan sudah melewati kriteria diatas. Tinggal membangun
sebuah kesadaran saja dari para pihak terkait untuk menjadikan pabrik itu sebagai warisan sejarah yang
harus diperhatikan dan dikelola dengan baik agar tidak hilang ditelan masa, selesai barang tu.

Anda mungkin juga menyukai