Anda di halaman 1dari 22

Tugas Bahasa Indonesia

Merangkuman Pembelajaran Bahasa Indonesia

Oleh:

Nama : I Made Mayun Dwipranatha


Kelas : A17-B
NIM : 233213579

Program Studi Keperawatan Program Sarjana


STIKES Wira Medika Bali
2023/2024
Pertemuan :1
Tanggal : Senin, 25 September 2023
Dosen Pengampu : I Nengah Sarjana S.Pd.M.Pd
Tema : Laras ilmiah dan ragam bahasa (persiapan penyajian lisan dan daftar
rujukan)

1. Pengantar
Sebagai alat komunikasi Bahasa memiliki ragam. Dilihat dari fungsi dan
pemakaiannya bahasa Indonesia memiliki berbagai macam ragam. Oleh karena itu,
masyarakat pengguna Bahasa harus mamu memilih ragam Bahasa yang sesuai dengan
keperluan dan situasinya.
2. Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ragam Bahasa diartikan sebagai
variasi menurut pemakainya, topik yang dibicarakan, hubungan pembicara dengan
teman pembicaranya. Jadi ragam Bahasa membahas mengenai variasi atau macam
Bahasa menurut pemakainya. Dilihat dari sarana media yang digunakan untuk
menghasilkan Bahasa, ragam terdiri dari ragam lisan dan ragam tulis.
Ragam lisan adalah Bahasa yang dihasilkan melalui organ alat ucap dengan
fenom sebagai unsur dasar. Ragam lisan adalah Bahasa yang dilafalkan atau
dituturkan langsung oleh penutur kepada pendenga atau lawan tuturnya (Sujinah,
2018). Penggunaan intonasi berpengaruh pada pemaknaannya, contoh:
a. Andi/ naik motor baru di hutang.
b. Andi naik/ motor baru di hutang.
c. Andi naik motor/ baru di hutan.
Berdasarkan contoh di atas terlihat bahsa tinggi rendahnya dan Panjang pendeknya
suara memiliki pengaruh dalam memaknai pemahamannya.
Sedangkan ragam lisan adalah Bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
penempatan tulisan dan huruf (ejaan) sebagai unsur dasarnya merupakan ragam tulis.
Dalam ragam tulis tidak mengharuskan adanya lawan bicara. Dalam ragam tulis ini
gramatikal harus sangat diperhatikan dan dipahami
Adapun perbedaan lain antara ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan sangat
terikat dengan situasi kondisi, ruang, waktu, dan apa yang dibicarakan secara lisan.
Misal seorang dosen yang akan melaksanakan perkuliahan di dalam ruang kelas,
penggunaan ragam lisam tersebut hanya berarti dan berlaku dan waktu itu. Ragam
tulis tidak terikat dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu.
3. Ragam Ilmiah dan Nonilmiah
Dalam hal ini membahas terkait Bahasa baku dan tidak baku. Berdasarkan
penggunaannya ragam Bahasa ilmiah merupakan ragam Bahasa yang digunakan pada
kegiatan yang bersifat ilmiah. Ragam Bahasa yang digunakan disini adalah Bahasa
yang baku yang sesuai dengan kaidah tata kebahasaan. Ragam Bahasa ini biasanya
digunakan untuk kegiaan formal atau resmi seperti surat menyurat dinas, laoran resmi,
pengumuman yang disampaikan oleh instansi resmi, pembicaraan di depan umum
yakni ceramah,khotbah pidato dan sebagainya.
Sedangkan ragam Nonilmiah mengarah pada penggunaan Bahasa tidak baku
atau Bahasa standar. Yang dimaksud Bahasa standar atau tidak baku ini, yaitu
penggunaan Bahasa sehari-hari baik digunakan dalam ragam lisan maupun ragam
tulis. Ragam Nonilmiah biasanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan nonformal. Jadi
ragam Bahasa yag digunakan baik dalam ragam lisan ataupun ragam tulis Bahasa
yang digunakan adalah Bahasa yang tidak baku atau Bahasa keseharian.
4. Laras Bahasa
Berbicara tentang laras bahasa berarti kesesuaian dalam menggunakan Bahasa
dengan pemakainya. Banyak terdapat ragam laras seperti laras ilmiah, laras popular,
laras sastra (komik, novel, cerpen, puisi, dan sebagainya). Setiap laras tersebut
tentunya memiliki crinya masing-masing baik secara lisan maupun tulis.
Selanjutnya disini kita akan membahas laras ilmiah. Terkait dengan hal ini,
pembahasan kita kali ini mengarah pada karya ilmiah. Berikut ini ciri-ciri karya
ilmiah:
a. Penggunaan kosakata dan bentukan kata
b. Penyusunan frasa, klausa, dan kalimat
c. Penggunaan istilah
d. Pembentukan paragraf
e. Penampila hal teknis
f. Penampilan kekhasan dalam wacana.
5. Rangkuman
Ragam Bahasa merupakan variasi Bahasa. Variasi Bahasa memiliki macam
bentunya. Jika dilihat dari media penggunaannya, variasi Bahasa dibedakan menjadi
ragam lisan dan ragam tulis. Dilihat dari situasi penggunaanya dibagi menjadi ragam
ilmiah dan nonilmiah. Ragam dan laras memiliki perbedaan. Laras mengacu pada
kesesuaian pada penggunaan Bahasa. Laras juga memiliki banyak macamnya, salah
satunya laras ilmiah, yang dimana memiliki ciri-ciri, yaitu terlihat dari susunan kata,
kalimat, paragraph, penggunaan istilah, dan wacana yang digunakan.
Pertemuan :2
Tanggal : Rabu, 27 September 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Laras ilmiah dan ragam bahasa (topik dan tesis)

1. Penyajian Lisan
Penyajian lisan adalah kemampuan untuk berbicara dan menyampaikan
informasi secara efektif kepada audiens secara lisan. Kemampuan ini penting dalam
berbagai konteks, termasuk dalam dunia akademis, profesional, dan sosial. Penyajian
lisan melibatkan berbicara dengan jelas, logis, dan meyakinkan. Berikut beberapa
aspek penting dalam penyajian lisan:
a. Persiapan
1) Pemahaman Topik:
Sebelum melakukan penyajian, pastikan Anda memahami topik
dengan baik. Kuasai materi yang akan Anda sampaikan.
2) Penyusunan Naskah:
Buat naskah atau rangkuman yang akan membantu Anda
menjalani penyajian. Pastikan naskah tersebut memiliki struktur yang
jelas dengan pendahuluan, isi, dan kesimpulan.
3) Latihan:
Latih kemampuan berbicara Anda dengan membaca naskah,
melakukan simulasi, atau berbicara di depan cermin. Latihan akan
meningkatkan rasa percaya diri Anda.
b. Komunikasi yang Efektif
1) Keterampilan Berbicara:
Berbicaralah dengan jelas dan lambat. Hindari berbicara terlalu
cepat atau terlalu lambat. Artikulasikan kata-kata dengan baik.
2) Intonasi dan Nada Suara:
Varisasikan intonasi dan nada suara Anda untuk menjaga minat
dan perhatian audiens. Jangan monoton.
3) Kontak Mata:
Jaga kontak mata dengan audiens. Ini menunjukkan rasa
percaya diri dan keterlibatan.
c. . Struktur Penyajian
1) Pendahuluan:
Mulailah dengan pendahuluan yang menarik perhatian audiens
dan menyajikan gambaran umum tentang topik.
2) Isi:
Sampaikan informasi secara terstruktur. Gunakan alur logis,
misalnya, urutkan informasi dari yang paling penting hingga yang
kurang penting.
3) Kesimpulan:
Sisipkan kesimpulan yang merangkum poin utama dan pesan
penting yang ingin Anda sampaikan.
d. Interaksi dengan Audiens
1) Jawaban Pertanyaan:
Berikan kesempatan bagi audiens untuk bertanya dan berikan
jawaban yang jelas dan sesuai.
2) Dengarkan dengan Aktif:
Dengarkan pertanyaan atau tanggapan audiens dengan seksama
dan berikan respon yang tepat.
3) Penggunaan Bahan Visual (Jika Diperlukan)
e. Slide atau Grafik:
Jika Anda menggunakan bahan visual seperti slide PowerPoint,
pastikan mereka mendukung penyajian Anda dan tidak mengalihkan
perhatian audiens.
f. Evaluasi Diri
1) Evaluasi Diri:
Setelah penyajian selesai, luangkan waktu untuk mengevaluasi
diri senri. Apa yang telah Anda lakukan dengan baik? Apa yang
bisa ditingkatkan?
2) Umpan Balik:
Mintalah umpan balik dari teman atau mentor yang bisa
memberikan saran yang konstruktif.
Selain penyajian lisan, kita juga sering membuat penyajian terulis, yang dimana
dalam pembuatannya harus memperhatikan kaidah kebahasaan yang sesuai dengan peraturan
atau KBBI. Disini kita akan membahsan tentang penggunaan kata awalan dan kata depan

1. Kata Awalan (Prefiks)


Kata awalan atau prefiks adalah bagian dari kata yang ditempatkan di awal
kata untuk mengubah atau memodifikasi makna kata tersebut. Prefiks biasanya
digunakan untuk menambahkan makna atau mengubah kelas kata. Beberapa contoh
kata awalan yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia adalah:
a. Meng-: Digunakan untuk mengindikasikan tindakan atau perubahan
yang sedang berlangsung. Contoh: mengambil, menggali,
menghancurkan.
b. Ber-: Digunakan untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan
bersama-sama atau memiliki sifat yang berlangsung terus-menerus.
Contoh: bermain, berjalan, berbicara.
c. Me(n)-: Digunakan untuk menunjukkan tindakan yang sudah selesai
atau terjadi dalam waktu singkat. Contoh: menulis, mencuci,
mewarnai.
d. Di-: Digunakan untuk menunjukkan tindakan yang diterima atau
mengalami sesuatu. Contoh: dicuci, dinikmati, dipahami.
e. Ter-: Digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan atau kualitas
tertentu. Contoh: terlambat, tercepat, terbaik.
f. Se-: Digunakan untuk menunjukkan keseragaman atau kesamaan.
Contoh: sehat, senyum, selalu.
2. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata-kata yang digunakan untuk
menunjukkan hubungan spasial (ruang), temporal (waktu), atau hubungan antara
objek-objek dalam suatu kalimat. Preposisi biasanya menghubungkan kata benda
dengan bagian lain dalam kalimat. Contoh-contoh preposisi yang umum dalam bahasa
Indonesia adalah:
a. Di: Digunakan untuk menunjukkan posisi atau tempat suatu objek atau
aktivitas. Contoh: di dalam, di luar, di sebelah.
b. Pada: Digunakan untuk menunjukkan lokasi atau objek tertentu dalam
kalimat. Contoh: pada saat itu, pada hari Minggu, pada rumahnya.
c. Dalam: Digunakan untuk menunjukkan lokasi atau waktu dalam
konteks tertentu. Contoh: dalam kotak, dalam sekejap.
d. Ke: Digunakan untuk menunjukkan arah atau tujuan. Contoh: ke
sekolah, ke toko, ke gunung.
e. Untuk: Digunakan untuk menunjukkan tujuan atau alasan. Contoh:
untuk belajar, untuk membantu, untuk menyenangkan.
f. Dari: Digunakan untuk menunjukkan asal atau sumber. Contoh: dari
sekolah, dari buku.
g. Dengan: Digunakan untuk menunjukkan cara atau alat yang
digunakan. Contoh: dengan hati-hati, dengan mobil, dengan pena.
Menggunakan kata awalan dan kata depan dengan tepat adalah kunci untuk
memahami dan menghasilkan kalimat yang jelas dan efektif dalam bahasa Indonesia.
Semoga materi ini membantu Anda memahami konsep-konsep ini dengan lebih baik!
Pertemuan :3
Tanggal : Senin, 2 Oktober 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Laras ilmiah dan ragam Bahasa (Penyajian lisan)

1. Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi Bahasa menurut pemakaian, berbeda-beda
menurut topik tang dibicarakn, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta medium pembicara (Bachman, 1990)
a. Situasi:
1) Formal
2) Semi formal
3) Non formal
b. Media:
1) Lisan:
a) Memerlukan orang kedua/ atau teman bicara
b) Tergantung situasi kondisi, ruang dan waktu
c) Tidak harus memerhatikan unsur gramatikal, hanya perlu
intonasi serta Bahasa tubuh.
d) Menggunakan bunyi ujaran, ditangkap melalui indera
pendengaran.
2) Tulisan:
a) Tidak memerlukan orang kedua/ teman bicara.
b) Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
c) Harus memerhatikan unsur.
d) Menggunakan huruf, tanda baca, dan unsur Bahasa yang
dapat ditangkap melalui indera pengelihatan dan perasaan.
c. Ragam Baku:
Dalam situasi resmi, missal pidato, ceramah, kuliah.

d. Ragam Non-Baku:
Dalam situasi tidak resmi, missal saat berkomunikasi antar sahabat,
antara anggota keluarga dirumah, pembeli danpenjual.

2. Laras Bahasa
Laras Bahasa daerah adalah Bahasa yang digunakan untuk suatu tujuan atau
pada konteks social tertentu. macam- macam laras sebagai berikut:
a. Laras Ilmiah
Penggunaan Bahasa dalam kegiatan ilmiah, missal penulisan karya
ilmiah. Ciri-ciri:
1) Lugas
2) Cendikia
3) Jelas
4) Formal
5) Objektif
6) Konsisten
7) Bertolak dari gagasan
8) Pingkas dan padat
3. Topik
Topik tidak sama denga judul, tidak selalu sebuah judul bisa dijadikan topik
tulisan Dalam keraf (1997), dikatakan bahwa topik berasal dari kara Yunan, topoi.
Topoi berarti “tempat". Jadi kita menempatkan pokook persoalan atau pembahasan,
oleh karena itu dalam tulis menulis topik adalah pokok pembicaraan. Syarat pemilihan
topik:
a. Menarik minat penulis
b. Diketahui dan dikuasai oleh penulis
c. Harus cakup sempit dan terbatas
d. Sebaiknya tidak terlalu baru, teknis, atau kontroversial (khusus untuk
penulis pemula)

4. Tesis
Tesis adalah penggabungan dari topik dan tujuan. Dalam laras ilmiah,
tesismerupakan tema bagi laras ilmiah yang berbentuk satu kalimat dengan topik dan
tujuan yang berfungsi sebagai gagasan sentral.
Sebuah tesis merupakan perumusan singkat yang mengandung tema dasar
sebuah tulisan dengan gagasan sentral yang menonjol.
Gagasan sentral dari tesis adalah subjek, predikat, dan objek (jika ada). Tesis
dapat berupa kalimat tunggal maupun mejemuk bertingkat tetapi tidak bisa kalimat
mejemuk setara. Tidak mengandung kata negasi dan relative seperti agak, beberapa,
dan. Tesis harus memiliki sebagai berikut
a. Kejelasan yang diwujudkan dalam gagasan sentral yang dapat diikuiti oleh
perincian dan subordinasi
b. Kesatuan melalui gagasan sentral yang berada dalam tema yang akan
memayungi seluruh karya tulis dan menjaga agar focus pembahasan tidak
meleset.
c. Perkembangan yang jelas merupakan penyusunan uraian perincian secara
logis dan teratur,sehingga pembaca akan mudah mengikuti
5. Fiksi dan Non-Fiksi
a. Fiksi
Hasil rekaan berdasarkan realitas
b. Non fiksi
Hasil rangkaian fakta berdasarkan pemikiran, gagasan, peristiwa, dan
pendapat penulis
1) Narasi: menceritakan baik berdasarkan observasi maupun
kumpulan fakta
2) Derkipsi: menggambarkan bentuk objek pengamatan, sifatnya,
rasanya, atau coraknya dengan mengandalkan panca indra
dalam proses penguraiannya.
3) Eksposisi: memberikan informasi penjelasan, ketenangan, atau
pemahaman.
4) Argumentasi, membuktikan pwndapat atau pendirian penulis,
meyakinkan penjaga menerima pendapat penulis yang
bedasarkan pembuktian,
Pertemuan :4
Tanggal : Senin, 2 Oktober 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Kerangka tulisan (Jenis tulisan)

Dalam dunia bahasa, terdapat banyak jenis teks dengan ciri dan sifat yang berbeda-
beda. Memang isi sebuah paragraf dapat mempengaruhi informasi yang disampaikan,
organisasinya, dan penyajiannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap orang untuk
mengetahui jenis tulisan ini. Dengan cara ini, mereka akan lebih mudah membedakan jenis
teks yang tersedia.
Jenis-jenis tulisan yang didasarkan pada tujuan umum dibedakan menjadi lima
macam, yaitu deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, dan persuasi. Sedangkan ditinjau dari
segi karya, jenis-jenis tulisan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu karya jurnalistik, karya
ilmiah, dan karya sastra.
Dalam Bahasa Indonesia, dapat ditemukan delapan jenis-jenis tulisan sebagai berikut

1. Dekripsi (penggambaran)
adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai keadaan yang
sesungguhnya sehingga pembaca dapat membayangkan citra baik melihat,
mendengar, merasakan, dan mencium, sesuai dengan citra penulisnya.
2. Eksposisi (paparan)
berasal dari kata expotition yang artinya membuka. Sehingga jenis tulisan
eksposisi dapat dipahami sebagai tulisan yang bertujuan untuk mengupas, memberi
tahu, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
3. Argumentasi (bahasan)
adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan pendapat untuk
membangun suatu simpulan. Jenis tulisan ini bertujuan untuk memberikan alasan,
memperkuat bukti, atau menolak sebuah pendapat.
4. Narasi (kisahan)
merupakan tulisan yang menyajikan serangkaian peristiwa atau kejadian
menurut kronologinya dengan tujuan memberi makna pada kejadian tersebut sehingga
dapat memetik hikmah dari tulisan tersebut.
5. Persuasi
merupakan jenis tulisan yang dibuat dengan tujuan untuk memengaruhi
pembacanya. Dalam jenis tulisan persuasi selain logika sentuhan perasaan juga
memegang peranan penting.

6. Karya jurnalistik
merupakan tulisan dari hasil kegiatan jurnalis berupa tulisan, suara, gambar,
suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya, dengan
menggunakan media cetak, elektronik dengan menggunakan sarana yang tersedia.
7. Karya ilmiah
adalah laporan tertulis yang menyajikan hasil temuan atau penelitian sang
penulis. Pada beberapa jenis karya tulis ilmiah, pengkajian atau analisis harus
berdasarkan teori yang telah ditelurkan para ahli dunia sehingga hasilnya layak untuk
dipertanggungjawabkan.
8. Karya sastra
adalah sebuah seni yang mempunyai unsur emosi, nilai budi, dan imajinasi
yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional.

Berbagai jenis teks dalam bahasa Indonesia memberikan sumber pengetahuan yang
dapat memperkaya pengetahuan penulis dengan mengembangkan ide kreatifnya dalam
bentuk tulisan. Karena menulis merupakan “investasi” masa depan yang memiliki
kemampuan untuk memobilisasi ide, konsep, dan gagasan untuk mengubah kehidupan. (SR)
Pertemuan :5
Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Kerangka tulisan (Paragraf dan Pengembangan Paragraf)

Paragraf adalah gabungan beberapa kalimat yang saling berhubungan dan


menghasilkan suatu tema tertentu. Paragraf merupakan unit terkecil sebuah karangan yang
terdiri atas kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat penjelas, Paragraf yang baik
minimal terdiri atas dua kalimat atau dua gagasan. Umumnya paragraf terdiri dari empat
hingga sepuluh kalimat, tergantung pengembangan gagasan yang diinginkan penulisnya.
Tanda sebuah paragraf adalah kalimat pemulanya menjorok de dalam. Disini kita akan
membahas terkait jenis, unsur, dan syarat paragraph. Jenis Paragraf
1. Berdasarkan fungsi
a. Deskripsi
Deskripsi merupakan jenis paragraf yang berisi
kalimat-kalimat mendeskripsikan atau menggambarkan
sesuatu.
b. Eksposisi
Eksposisi merupakan jenis paragraf yang
menjelaskan sesuatu. Penjelasan atau pemerian sering
kali bertolak dari satu definisi.
c. Argumentasi
Argumentasi merupakan jenis paragraf yang
berusaha meyakinkan bahwa hal yang dikemukakan
adalah benar. Cara meyakinkan kebenaran itu biasanya
dengan cara mengajukan sejumlah fakta.
d. Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang berusaha
menceritakan peristiwa demi peristiwa yang dialami
seorang tokoh.
2. Berdasarkan letak kalimat utamanyaa.
a. Paragraf deduktif
Adalah paragraph yang kalimat utamanya terletak di depan
b. Paragraf induktif
Adalah paragraph yang kalimat utamanya terletak di akhir.
c. Paragraf campuran
Adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan akhir
paragraf

Unsur paragraf merupakan unsur-unsur pembangun di dalam paragraf.


Unsur pembangun paragraf berfungsi membentuk kalimat agar menjadi paragraf yang baik.
Sebagai contohnya kalimat utama tanpa kalimat penjelas tidak akan membentuk paragraf
yang sempurna. Berikut unsur-unsur paragraf:
a. Topik atau gagasan utama
c. Kalimat utama
d. Kalimat penjelas atau kalimat pendukung
e. Konjungsi
Mangarang adlah menngembangkan beberapa kalimat topik. Dengan demikian, dalam
karangan itu kita harus mengembangkan beberapa paragraf demi paragraf. Kita harus hemat
menempatkan kalimat topik, satu paragraf hanya mengandung satu kalimat topik.
Teknik pengembangan paragraph
Secara garis besar ada dua macam yaitu: ilustrasi dan analisis. Kedau Teknik
ini dapat diperinci menjadi beberapa cara yang lebih praktis
1) Memberikan contoh
2) Dengan menampilkan kata-kata
3) Dengan memberikan alaasan-alasan
4) Dengan bercerita
Pembagian paragraf menurut Teknik pemaparannya

1) Deskriptif
Paragraph deskriftif disebut juga paragraph melukiskan
(lukisan). Paragraph ini melukiskan apa yang ada/terletak di
di depan mata. Paragraph ini bersifat tata ruang atau tata
letak. Dengan kata lain,deskriftif berurusan dengan hal-hal
kscil yang tertangkap oleh panca indra
2) Ekspositoris
Disebut juga dengan paragraph paparan. Paragraph ini
menampakan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu
unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan
perkembangan analisis atau kronologis
3) Argumentative
paragraf argumentative disebut juga persuasi. Paragraf
ini lebih bersifat membujuk, mengajak, memengaruhi, atau
meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek.
4) Naratif
karangan narasi biasanya dihubungkan dengan
cerita.Oleh sebab itu, sebuah karangan narasi atau paragraf
narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen, atau,
hikayat.
Pertemuan :6
Tanggal : Rabu, 4 Oktober 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Kerangka Tulisan (Tanda baca dan ejaan dan kalimat efektif)

Tanda baca adalah tanda yang digunakan dalam sistem ejaan, contohnya titik, koma,
titik dua, petik, dan lain-lain. Penting untuk memahami tanda baca agar tidak melakukan
kesalahan dalam penggunaannya ketika menulis. Berikut penggunaan tanda baca, fungsi, dan
contohnya sesuai Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

1. Tanda titik (.)


Titik adalah tanda baca yang digunakan pada akhir kalimat pernyataan, bisa
diikuti dengan kalimat baru setelahnya atau berakhir begitu saja. Tanda titik juga
dipakai di belakang huruf dalam suatu tabel, daftar pustaka, perincian, bagan, atau
angka yang menunjukkan waktu serta jumlah. Contoh penggunaan tanda titik.
-Ibu kota Indonesia saat ini adalah DKI Jakarta.
2. Tanda koma (,)
Tanda koma seringkali disematkan pada bagian tengah dalam perincian kata,
frasa, bilangan, atau sebelum kata penghubung. Koma dapat digunakan pada kata
sapaan seperti Bu, Nak, atau Dik, dan memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Contoh penggunaan tanda koma.
-Pesan ayah saya, "Kita harus selalu baik kepada orang lain."
3. Titik koma biasanya dipakai untuk memisahkan kalimat sejenis dan setara di dalam
kalimat majemuk. Selain itu, titik koma juga seringkali dipakai dalam memisahkan
sumber-sumber kutipan, atau perincian frasa verbal. Contoh penggunaan tanda titik
koma.
-Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
4. Tanda titik dua (:)
Titik dua berfungsi sebagai tanda untuk mengakhiri suatu penyataan lengkap
dan diikuti perincian atau penjelasan. Tanda titik dua bisa digunakan untuk menulis
rasio perbandingan dalam bentuk angka, memisahkan angka jam, menit, dan detik,
serta kalimat percakapan. Contoh penggunaan tanda titik koma.
-Mereka memerlukan peralatan menulis: pensil, buku, penghapus, dan lainnya.

5. Tanda hubung (-)


Tanda hubung mempunyai fungsi dalam memperjelas hubungan bagian kata
atau suatu ungkapan. Penggunaan tanda hubung bisa untuk menyambung tanggal,
bulan, tahun, atau menandai imbuhan. Contoh penggunaan tanda hubung.
-Imbuhan pe- pada pekerja bermakna 'orang yang' atau 'pelaku'
6. Tanda pisah (--)
Tanda pisah adalah simbol dengan fungsi membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Umumnya tanda pisah
digunakan di antara dua bilangan, penulisan tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke.' Jika dicermati, tanda pisah berukuran sedikit lebih panjang
daripada tanda hubung. Contoh penggunaan tanda pisah.
-Senin--Jumat
7. Tanda tanya (?)
Berikut ini penggunaan tanda baca, fungsi, dan contohnya untuk tanda tanya
pada akhir kalimat tanya. Sesuai kaidahnya, tanda tanya digunakan pada akhir kalimat
tanya sebagai tanda kalimat yang diragukan. Contoh penggunaan tanda tanya.
-Kapan hari Valentine dirayakan?
8. Tanda seru (!)
Fungsi utama tanda seru yaitu mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah, yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
dan emosi kuat. Contoh penggunaan tanda seru.
-Wow! Ternyata dia bisa bersikap romantis kepada kekasihnya.
9. Tanda elipsis (...)
Tanda elipsis berfungsi untuk menunjukkan adanya bagian yang dihilangkan
dalam suatu kalimat atau kutipan. Penggunaan tanda elipsis bisa untuk menandai jeda
panjang pada tulisan, menulis ujaran tidak selesai dialog. Penempatannya di akhir
kalimat diikuti tanda baca titik, tanya, seru, Contoh penggunaan tanda elipsis.
-Kamera ... siap!
10. Tanda petik ("...")
Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misalnya tanda petik dalam judul lagu,
puisi, artikel, naskah, judul bab buku, atau tema dan subtema. Contoh penggunaan
tanda petik.
-Dilarang memberikan "tip" kepada petugas!
11. Tanda petik tunggal ('...')
Tanda petik tunggal dipakai ketika mengapit petikan yang terdapat dalam
petikan lain. Seperti mengapit makna, penegasan kata, atau ungkapan. Contoh
penggunaan petik tunggal.
-Lockdown 'Karantina wilayah'
12. Tanda kurung ( (...) )
Penggunaan tanda kurung biasanya untuk mengapit huruf maupun angka
sebagai penanda perincian. Sebab fungsi utama tanda kurung yaitu mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan di bagian utama kalimat. Contoh penggunaan
tanda kurung.
-Merujuk buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
13. Tanda kurung siku ( [...] )
Tanda kurung siku digunakan mengapit keterangan di kalimat penjelas yang ada
dalam tanda kurung. Misalnya mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi tambahan, kesalahan, dan kekurangan. Contoh penggunaan tanda kurung siku.
-Baca artikel CNN Indonesia "Penggunaan Tanda Baca, Fungsi, dan Contohnya
Sesuai EYD" selengkapnya di sini:
-Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia dirayakan secara
khidmat.
14. Tanda garis miring ( / )
Fungsi tanda garis miring untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi di dalam naskah aslinya. Penggunaan garis miring ini ada dalam
nomor surat, alamat, pengganti kata atau, dan setiap. Contoh penggunaan garis
miring.
-Jalan Pemuda III/5
Rapor siswa wajib diambil oleh orang tua/wali peserta didik sesuai jadwal.
15. Tanda penyingkat atau apostrof (')
Terakhir ada untuk apostrof atau tanda penyingkat. Simbol ini dipakai saat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau angka dalam konteks tertentu. Contoh
penggunaan apostrof.
- Aku s'lalu dimanja.
Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
Kalimat efektif adalah kalimat yang dirancang dengan baik untuk mengkomunikasikan
pesan atau informasi dengan jelas dan tepat kepada pembaca atau pendengar. Kalimat efektif
memiliki beberapa karakteristik penting:
1. Jelas dan Tepat: Kalimat efektif harus menyampaikan pesan dengan jelas dan tepat.
Kata-kata yang digunakan harus menggambarkan pikiran atau informasi secara
akurat.
2. Struktur yang Benar: Kalimat harus mengikuti struktur bahasa yang benar, termasuk
subjek, predikat, dan objek jika diperlukan.
3. Pemilihan Kata yang Tepat: Pemilihan kata yang sesuai dengan konteks dan tujuan
komunikasi sangat penting untuk menghindari kebingungan atau kesalahpahaman.
4. Tanda Baca yang Tepat: Penggunaan tanda baca yang tepat membantu memahami arti
kalimat dengan lebih baik. Tanda baca juga membantu mengatur aliran kalimat.
5. Varian dan Kekayaan Bahasa: Kalimat efektif dapat menggunakan beragam gaya
bahasa, kata-kata, dan struktur kalimat untuk menjaga ketertarikan dan kejelasan
dalam komunikasi.
Contoh kalimat efektif:
1. "Dia memenangkan kompetisi menulis cerita pendek dengan kisah yang
mengharukan."
 Kalimat ini jelas menggambarkan pencapaian seseorang dalam kompetisi
menulis cerita pendek.
2. "Tolong segera kirimkan laporan akhir minggu ini, jika memungkinkan."
 Kalimat ini meminta tindakan tertentu (mengirimkan laporan) dengan jelas
dan sopan.
Pertemuan :7
Tanggal : Jumat, 6 Oktober 2023
Dosen Pengampu : Desak Putu Ekayani, M.Pd
Tema : Kerangka tulisan (cara mengacu)

Mengacu adalah tindakan merujuk kepada sumber informasi atau referensi tertentu
untuk memberikan dukungan atau dasar dalam berbicara, menulis, atau mengambil
keputusan. Dalam bahasa Indonesia, kata "acuan" sering digunakan untuk menggambarkan
sumber informasi yang digunakan sebagai dasar atau rujukan. Cara Mengacu dengan Tepat:
1. Cantumkan Sumber dengan Jelas: Ketika Anda menggunakan informasi dari
sumber tertentu, pastikan untuk mencantumkan sumbernya secara jelas. Ini dapat
dilakukan dengan menyebutkan nama penulis, judul buku atau artikel, tahun
publikasi, dan informasi relevan lainnya.
Contoh: "Menurut penelitian yang dilakukan oleh John Smith pada tahun 2020..."
2. Gunakan Kutipan Langsung: Jika Anda ingin mengambil kata-kata atau pernyataan
langsung dari sumber tersebut, gunakan tanda kutip ("...") untuk menunjukkan bahwa
Anda sedang mengutip sumber tersebut secara langsung.
Contoh: Menurut John Smith, "Ini adalah temuan penting dalam penelitiannya"
(2020).
3. Sumber Daya yang Relevan: Pastikan bahwa sumber yang Anda gunakan adalah
relevan dengan topik atau konteks yang sedang Anda bahas. Mengacu kepada sumber
yang tidak relevan dapat mengurangi kredibilitas argumen Anda.
4. Penggunaan Catatan Kaki atau Daftar Referensi: Dalam tulisan ilmiah atau
akademik, penting untuk mencantumkan catatan kaki atau daftar referensi yang berisi
semua sumber yang Anda gunakan. Ini memungkinkan pembaca untuk mengakses
sumber-sumber tersebut untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
5. Gunakan Gaya Penulisan yang Tepat: Pastikan Anda mengikuti panduan gaya
penulisan yang berlaku, seperti APA, MLA, atau Chicago, tergantung pada konteks
penulisan Anda. Gaya penulisan ini memberikan aturan yang jelas tentang bagaimana
merujuk kepada sumber secara konsisten.
6. Jangan Plagiat: Hindari plagiat dengan mengacu kepada sumber dengan benar.
Plagiat adalah tindakan mencuri atau mengambil karya orang lain tanpa memberikan
kredit yang sesuai, dan itu dapat memiliki konsekuensi serius dalam dunia akademik
dan profesional.
Contoh Penggunaan Mengacu:
 Dalam makalah akademik, seorang penulis dapat mengacu kepada penelitian
sebelumnya untuk mendukung argumennya.
 Seorang wartawan yang menulis berita dapat mengacu kepada laporan resmi
pemerintah untuk menyediakan data yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai