Anda di halaman 1dari 6

Kepada Yth.

Ketua Program Magister ES


Pasca Sarjana IAIN Madura

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan Ini saya mengusulkan judul tesis sebagai berikut:

1. JUDUL :
MEKANISME UANG DALAM TRADISI KARJÊH / REMOH SEBAGAI
MODEL INVESTASI MASYARAKAT KEPULAUAN GILI RAJA-SUMENEP
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

2. LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam pada esensinya adalah seluruh aktifitas perekonomian yang
bersumber dan sesuai dengan spirit keislaman yang notabene sesuai dengan syariat
Islam yaitu semua aturan ataupun norma yang sesuai dan atau tidak bertentangan
dengan al Qur’an dan Hadits. Apalagi dalam segi muamalah yang berlaku dalil : Al
ashlu fil amri al ‘ibaha hattaa yakuuna al dalilu alaa tahrimihaa (semua
perkara/aktifitas mu·amalah adalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya).
Oleh karena itu, ada keleluasaan di dalam mengelola kehi-dupan perekonomian baik
dalam skala mikro maupun makro selama aktifitas itu tidak bertentangan secara
tersirat maupun tersurat dengan spirit keislaman.
Tradisi atau budaya menjadi suatu hal pertimbangan dalam hukum Islam yang
disebut al-‘urf. Kaidah hukum yang berbunyi al-‘aadah muhakkamah bahwa adat
istiadat atau dikenal dengan budaya bisa menjadi hukum atau pertimbangan di dalam
melakukan istinbâth (penetapan) hukum.1
Usaha untuk mengaktualisasikan bahwa Islam adalah agama yang benar dan
cocok untuk segala dimensi tempat dan waktu akan menemukan kontestasinya. Oleh
karena itu kearifan lokal mem-punyai posisi yang penting untuk diperhatikan dalam
perspektif ekonomi karena ia akan menjadi pertimbangan hukum termasuk di bidang
ekonomi. Hal itu dapat terdeteksi dalam sejauh mana lingkungan budaya
mempengaruhi ekspresi keagamaan masyarakatnya.2
1
Abd Wahab al-Khallòf, Ilm al-Ushûl Fiqh,(Kuwait: al-Dâr al-Kuwaytiyyah, 1968), hlm. 33.
2
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 544.
Madura termasuk juga Pulau Gili Raja didalamnya tentu mempunyai budaya
yang berbeda sebagai ciri khasnya, walaupun mungkin ada kemiripan dengan suku
yang lain. Kondisi geografis, klimatologis, dan subur tandusnya sebuah daerah akan
mempunyai pengaruh terhadap watak penghuninya. Hal itu telah lama dikaji oleh Ibn
Khaldun yang membagi pola bumi menjadi beberapa klimatologis, bahkan udara
suatu daerah akan memengaruhi perilaku penduduknya.3
Masyarakat Madura dikenal memiliki kewajiban kultural untuk menjaga dan
memelihara ikatan kekerabatan yang sudah menjauh. Untuk menyiasati agar
hubungan kekerabatan tidak putus, masyarakat Madura mempunyai kebiasaan yang
estetik dan unik, yakni dengan mengemas acara dengan mengundang sanak kerabat
dan tetangga tersebut agar dapat berkomunikasi dan berkumpul kembali dengan
suasana kehangatan yang meriah sebagai daya tariknya. Hal ini dalam masyarakat
Madura khusunya di pulau Gili Raja dikenal dengan nama karje / remoh hajatan
semacam arisan (Persatuan) di kalangan masyarakat Madura). Remoh bagi masyarakat
Madura adalah sebuah acara yang dikemas dalam rangka untuk mengumpulkan sanak
famili, kerabat dan masyarakat sekitar. Hal ini telah menjadi sebuah acara yang
memiliki nilai sosial yang tinggi karena pada moment ini ada pertaruhan besar bagi
yang bersangkutan, terkait dengan harga diri Si tuan rumah dan tamu undangan.
Berbagai bentuk remoh yang dilangsungkan, mempunyai landasan kepentingan,
diantaranya pernikahan, sunnatan, selametan dan sebagainya4, tapi yang paling kerap
dilakukan oleh masyarakat kepulauan Gili Raja adalah kepentingan perayaan
pernikahan5
Pulau Gili Raja adalah bagian dari pulau Madura yang termasuk kabupaten
Sumenep. Pulau ini terletak pada koordinat 07 013’10.774’’ LS dan 113046’40.345’’
BT, tepatnya di perairan Selat Madura sebelah selatan Sumenep Daratan. Pulau Gili
Raja termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Giligenting Kabupaten
Sumenep. Pulau ini memiliki luas sekitar 11.39 km 2 dan terdiri dari 4 Desa, yaitu
Desa Lombang (4.58 km2), Desa Jate (1.66 km2), Desa Banbaru (1.89 km2) dan Desa
Banmaleng (3.26 km2). 6

3
Ibn Khladun, Muqaddimah (Beirut: Dâr al-Fikr, 1981), hlm. 57.
4
Alhamidiyah, “Esensi Sosial Remoh Etnik Madura” http://alhamidiyah.ac.id/2016/05/16/EsensiSosial-Remoh-
Etnik-Madura.html diakses pada tanggal 26 Agustus 2021.
5
Observasi, dikepulaun Gili raja desa banmaleng kab. Semenep. Pada tanggal 12 agustus 2021.
6
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/4673#top_view , (Diakses Pada
Tanggal: 19 Agustus 2021 Pukul 22:18 WIB)
Praktek Muamalah dalam konteks ekonomi baik yang bersifat kolektif
maupun universal, makro maupun mikro erat hubungannya dengan uang. Uang
merupakan kunci untuk membuka macam uraian tentang berbagai aspek ekonomi,
misalnya produksi, konsumsi dan gaya hidup. Hal ini ditentukan oleh satuan mata
uang, juga diukur dengan satuan uang. Uang merupakan faktor yang sangat penting
diperhitungkan karena peredaran dan nilainya tidak dapat diperkirakan begitu saja
karena dalam hal ini uang bersifat fluktuatif dan tidak tetap yang disesuaikan dengan
standarisasinya seperti nilai dollar, emas dan lain lain.
Aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu tidak terlepas dari penggunaan
uang dan kekayaannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, dimana arti penting
kekayaan memerlukan keberadaan dan wujudnya, minimal mampu memuaskan
kebutuhuan dasar semua anggota masyarakat.7 Kebutuhan tersebut antara lain: makan,
minum, pakaian, tempat tinggal, pendidikan termasuk juga kebutuhan merealisasakan
budaya karjeh/remoh oleh masyarakat kepulauan Gili Raja sumenep.
Karjeh/Remoh dikepulauan Gili Raja pelaksanannya dilakukan secara
individual atau bahasanya adalah lokal. Berbeda dengan tempat lainnya yang di
daratan pulau Madura seperti Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan yang
sering di lakukan dengan Group dengan mendatangi ketua Group remoh, memberi
rokok dengan jumlah tertentu sebagai tanda pengikat untuk meminta bantuan supaya
anggotanya ikut menyumbang di acara pelaksanaan hajatannya yang dalam hal ini
adalah karjeh/remoh.8
Realisasi karjeh/remoh di kepulauan Gili raja ini pelaku sebelum melangkah
jauh terlebih dahulu mengundang sebagian kerabat dan tokoh untuk melakukan sidang
pembentukan kepanitiaan internal, standarisasi sumbangan persatuan dan pengedar
undangan persatuan. Undangan yang diedar berupa secarik kertas dan sebungkus
rokok Surya atau tergantung permintaan peserta undangan seberapa mampunya dan
tidak terbatas, dengan catatan harus sesuai dengan ketentuan standarisasi persatuan
yang berlaku di periode tersebut.9
Nilai uang dalam praktek Karjeh/remoh di standarisasikan dengan harga
barang yaitu Rokok Surya yang sudah menjadi pemberlakuan dan kesepakatan
bersama dalam nilai standar saat itu dan dipastikan ada kenaikan 2 atau tiga tahun

7
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Islam, Pustaka Al Kausar, Jakarta, 2001, hal. 67
8
Raizal Makmun (Salah Satu Penduduk Pulau Gili Raja). Wawancara Langsung pada tanggal 1 2 Agustus 2021
9
Raizal Makmun (Salah Satu Penduduk Pulau Gili Raja). Wawancara Langsung pada tanggal 12 Agustus 2021
pada yang akan datang. Semakin naik harga rokok surya maka naik pula sumbangan
uang persatuan, jika rokok surya naik 10 % maka Nilai Persatuan naik 10% termasuk
juga yang mengembalikan10
Bagi penyumbang (se atengka) praktek ini menjadi investasi jangka pendek
maupun jangka panjang. Artinya, uang yang keluar untuk disumbangkan dapat ditarik
kembali dan menjadi kewajiban kepada pelaku karjeh/remoh sebelumnya untuk juga
mengembalikan ketika nantinya juga menjadi pelaku karjeh/remoh. Adapun
Kemudian dari sinilah perputaran uang terjadi disetiap pelaku remoh, karena tuan
rumah yang mengadakan acara remoh (nolong tengka) mempunyai tanggungan untuk
mengembalikan kepada penyumbang (se atengka) besarnya uang atau sumbangan
yang diserahkan kepada tuan rumah pada saat si penyumbang nntinya mengadakan
acara atau menjadi pelaku karjeh/remoh, bisa jadi mengembalikan uang dengan
jumlah yang sama apabila rentan waktunya dekat dan bisa jadi juga lebih besar
apabila rentan waktunya jauh, tergantung pada harga rokok yang menjadi standarisasi
nilai uang persatuan yang sudah disepakati bersama. 11
Berdasarkan uraian pemaparan diatas, fenomena karjeh/remoh dikepulauan Gili Raja
menjadi sangat menarik untuk saya teliti yakni, pertama, karena terdapat adanya
perbedaan praktek dan sistem dengan tempat lain seperti kepulauan daratan Madura
Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Kedua, standarisasi nilai uang
sumbangan bukanlah dollar, emas maupun perak. Akan tetapi harga rokok surya yang
menyebabkan tambahan/kelebihan yang harus dikembalikan setiap pelaku remoh
sebelumnya. Ketiga, membayar hutangnya yang menyebabkan setiap pelaku remoh
terjerat hutang yang berkepanjangan. Keempat, praktek remoh ini secara tidak
langsung menjadi sebuah “keharusan” bagi masyarakat kepulauan Gili Raja yang
memaksa masyarakat untuk mengikuti acara ini, karena sering kali dikemas dalam
acara pernikahan, sekalipun dalam kondisi sosial ekonomi yang terbatas. serta
menjadi tambahan pendapatan modal bagi pelaku remoh. Kelima, sebagai investasi
jangka panjang maupun pendek bagi penyumbang (se atengka) untuk keperluan yang
sama untuk yang akan datang.Untuk itu, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
MEKANISME UANG DALAM TRADISI KARJÊH / REMOH SEBAGAI
MODEL INVESTASI MASYARAKAT KEPULAUAN GILI RAJA-SUMENEP
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

10
Raizal Makmun (Salah Satu Penduduk Pulau Gili Raja). Wawancara Langsung pada tanggal 12 Agustus 2021
11
Raizal Makmun (Salah Satu Penduduk Pulau Gili Raja). Wawancara Langsung pada tanggal 12 Agustus 2021
3. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana pelaksanaan Karjeh/remoh di kepulauan Gili Raja Kabupaten
Sumenep?
b. Bagaimana Mekanisme Uang Dalam Tradisi Karjêh / Remoh Sebagai Model
Investasi Masyarakat Kepulauan Gili Raja Sumenep Dalam Perspektif Ekonomi
Islam?
c. Bagaimana Pencegahan Wanprestasi Ivestasi Dalam Praktek Karjeh/Remoh di
Kepulauan Gili Raja-Sumenep ?

4. PENELITIAN TERDAHULU
a. Zainal Abidin. Dan Kholilurrahman. Jurnal : Tradisi Bhubuwân Sebagai Model
Investasi Di Madura. KARSA Vol. 21 No. 1, Juni 2013
Memberikan deskripsi bagaimana peralihan kekayaan dari satu orang ke orang
lain berupa bhubuwân di Kabupaten Bangkalan, Madura dikritisi dengan
menggunakan perspektif ekonomi Islam dengan berupaya memberikan gambaran
yang utuh dan menyeluruh. Dari kajian ini dicobaban-dingkan apakah bhubuwân
bisa dikategorikan sebagai bentuk pemberian yang tidak mengikat (hibah), arisan,
hutang, atau bahkan salah satu model investasi. Sehingga, transaksi bisnis yang
mengandung motivasi sosial ini dapat terus berlangsung dengan meminimalisasi
segala resiko yang ada.
b. Nur Azizah. Thesis : Remoh Perspektif Ekonomi Syariah (Studi Kasus Di Desa
Campor Kecamatan Geger Kabupaten Bangkalan-Madura). IAIN Kediri 2018.
Praktik remoh yang terjadi merupakan bentuk acara yang dijadikan sebagai
ajang bisnis untuk mengumpulkan modal yang besar dalam waktu yang relatif
singkat, sehingga budaya tolong menolong yang telah berlangsung sejak lama dan
terjadi secara turun temurun belum secara murni terealisasikan. Dalam Ekonomi
Syariah, praktik remoh dikategorikan dalam akad utang piutang (qard), yakni
akad tertentu antara dua pihak, yang mana satu pihak menyerahkan hartanya
kepada pihak yang lain dengan ketentuan pihak yang menerima harta
mengembalikan kepada pemiliknya dengan nilai yang sama. Dalam praktiknya,
remoh telah memenuhi seluruh rukun dan syarat qard yang telah disebutkan
sebelumnya, yakni: Adanya Sighath, ‘Aqidayn, dan Ma’qud ‘Alaih. Adanya syarat
penetapan tempo dalam pengembalian hutang remoh dikategorikan sah, karena
harta yang dihutangkan dibolehkan untuk diminta kembali sesuai dengan
kehendak orang yang menghutangkan.

5. REFERENSI PRIMER
a. Literasi
Abd Wahab al-Khallòf, Ilm al-Ushûl Fiqh, Kuwait: al-Dâr al-Kuwaytiyyah, 1968
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2000
Ibn Khladun, Muqaddimah. Beirut: Dâr al-Fikr, 1981
Alhamidiyah, “Esensi Sosial Remoh Etnik Madura”
http://alhamidiyah.ac.id/2016/05/16/EsensiSosial-Remoh-Etnik-Madura.
html diakses pada tanggal 26 Agustus 2021.
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/
4673#top_view.
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Islam, Jakarta : Pustaka Al Kausar, 2001
b. Observasi
Observasi, dikepulaun Gili raja desa banmaleng kab. Semenep. Pada tanggal 19
agustus 2021.
c. Wawancara
Raizal Makmun (Salah Satu Penduduk Pulau Gili Raja). Wawancara Langsung
pada Tanggal 26 Agustus 2021

Demikian permohonan saya, atas perkenan Bapak saya mengucapkan banyak terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pamekasan, Senin 23. Agustus 2021


Pengusul

SATRO WARDOYO. S,E


NIM. 19380031027

Anda mungkin juga menyukai