Menurut IIE (Institute of Industrial Engineering), Disiplin engineering/ teknik bukan science
dikarenakan teknik industri menangani pekerjaan-pekerjaan perancangan (design), perbaikan
(improvement), dan penginstalasian (Instalation) dan juga menangani masalah manusianya. Teknik
industri adalah cabang dari ilmu teknik yang berkenaan dengan pengembangan, perbaikan,
implementasi, dan evaluasi sistem integral dari manusia, pengetahuan, peralatan, energi, materi, dan
proses.
Bidang garapan teknik industri adalah sistem integral yang terdiri dari manusia, material/ bahan,
informasi, peralatan, dan energi. Dengan definisi sistem integral tersebut, maka bidang garapan
teknik industri semakin luas dan hampir disetiap segi kehidupan selalu dapat berperan. Dasar
keilmuan teknik industri lebih multidisiplin karena teknik industri tidak hanya bertumpu pada ilmu
matematika dan fisika tetapi juga ilmu sosial dan manajemen.
Dasar dari disiplin teknik industri adalah ilmu-ilmu operasional yang meliputi analisis dan
perancangan operasi, pengawasan operasi, dan manajemen operasi. Tiga kriteria yang harus
dilakukan agar aplikasi dari ilmu teknik industri berhasil adalah kualitas, waktu, dan biaya sesuai
dengan tujuan dari teknik industri.
Tujuan teknik industri adalah menjamin bahwa produk atau jasa yang dihasilkan atau di produksi
pada kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat, dan biaya yang tepat pula.
Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Universitas Sumatera Utara [USU], Medan
pada tahun 1965 dan dilanjutkan dengan Teknik Industri ITB Institut Teknologi Bandung. Sejarah
pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktek sarjana mesin pada
tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari profesi
pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan mesin atau
fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di Indonesia belum terdapat
pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia, keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan,
dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni 1998, diresmikanlah Jurusan
Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong besar yang mengerjakan pekerjaan
perancangan konstruksi baja seperti yang antara lain terdapat di kota Pasuruan dan Klaten, pekerjaan
itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik
pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian
kegiatan perancangan yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih sangat
terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-
contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik Mesin juga terjadi di pabrik semen
dan di bengkel-bengkel perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian
mesin dan fasilitas produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar
pengoperasian itu dapat diselenggarakan dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana
Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi
menjadi ekonomis, dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa
siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat
ketat dan disiplin dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai
beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi
dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan kemampuan perancangan yang dipunyai oleh
seorang sarjana Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal
pengetahuan manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan
bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada
gagasan perlunya perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang
pengelolaan pabrik.Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan Indonesia karena
terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula
dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik.
Pengalaman ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan
alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata kuliah baru di Departemen Teknik Mesin,
diantaranya : Ilmu Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos dan Ekonomi Teknik.
Sejak itu dimulailah babak baru dalam pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat
pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik Mesin telah mulai menghasilkan sebagian
sarjananya yang berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik produksi. Bidang Teknik
Produksi semakin berkembang dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti : Teknik
Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas, Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu
dan Keselamatan Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang
berbasis teknik industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem man-machine-material tidak lagi hanya
didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang lebih luas yaitu
perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah :
Manajemen Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri, Perancangan Tata Letak Pabrik,
Studi Kelayakan, Penyelidikan Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan Programa
Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik
Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun Departemen Teknik Industri yang
mandiri. Upaya itu terwujud pada tanggal 1 Januari 1971.
Pendapat:
Perkembangan teknik industri di Indonesia menurut saya sangat berpengaruh bagi perkembangan
industri di Indonesia. Dengan adanya teknik industri, dihasilkan sarjana yang mampu mengatasi tidak
hanya masalah pengawasan mesin-mesin tapi juga ke segala aspek industri, terutama perancangan
dan juga perbaikan. Seiring dengan berjalannya waktu, perindustrian secara global juga semakin
meningkat dan dengan berkembangnya teknik industri di Indonesia, sangat membantu bagi
Indonesia untuk turut berkontribusi di dalamnya dan memajukan potensi industri yang ada dengan
menghasilkan lulusan atau para engineer yang mampu mendesain fasilitas industri modern yang
lebih baik dengan tetap memperhatikan tanggung jawabnya, terutama bagi kesejahteraan
masyarakat. Dengan adanya teknik industri dalam pendidikan tinggi akan dapat lebih berperan dalam
membenahi diri untuk mengantar lulusannya dapat mengambil peranan yang nyata, yang didukung
oleh mutu kemampuan menghadapi persaingan global baik di dalam maupun di luar Indonesia.
Dengan adanya penyelenggaraan teknik industri ini diharapkan kemampuan keahlian teknik industri
yag dimiliki dapat menghasilkan sebuah kemampuan nyata dalam berbagai aspek, seperti
perancangan, perbaikan, maupun implementasi dari pembangunan yang dihadapi, terutama di
Indonesia. Dalam pembangunan bidang industri dan perdagangan, profesi teknik industri diharapkan
mempunyai peranan, diantaranya dapat membantu secara langsung pengembangan industri melalui
peningkatan nilai tambah produk industri, melakukan inovasi dalam rangka peningkatan
produktivitas dan pengembangan kreatifitas, mengembangkan multi disiplin support bagi industri,
meninkatkan kemampuan menggunakan dan mengontrol bagi perangkat teknologi, merencanakan
operasi dan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, meningkatkan kemampuan
menerapkan parameter dasar ke dalam desain.
Disiplin Teknik Industri mulai berakar kuat pada masa Revolusi Industri (1750-an), dan terus
berkembang mengikuti perkembangan dunia industri sampai saat ini. Revolusi industri melahirkan
banyak penemuan-penemuan baru yang mendorong produksi masal (mass production). Begitu
maraknya pembangunan pabrik-pabrik mendorong pula para engineer berlomba-lomba
mengembangkan aspek teknologi dan konsep-konsep yang ditujukan untuk mencari proses kerja
yang lebih efektif dan efisien. Kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas inilah yang
merupakan pendorong berdirinya disiplin Teknik Industri
Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations, 1776, mengemukakan konsep perancangan
proses
produksi untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, yang menekankan pentingnya
spesialisasi. Charles Babbage dalam bukunya On Economy of Machinery and Manufacturers, 1832,
mengemukakan perlunya pembagian kerja untuk meningkatkan produktivitas. Dengan pembagian
kerja sesuai spesialisasinya, pekerjaan akan menjadi lebih sederhana, hemat waktu dan biaya.
Henry Towne dalam tulisannya The Engineers as Economist, 1886, mengemukakan pentingnya para
engineer memperhatikan unsur profitabilitas dari keputusan yang diambilnya, karena itu ilmu
ekonomi
Frederic Winslow Taylor dikenal sebagai Bapak Teknik Industri. Pada tahun 1881, Taylor melakukan
studi tentang pemotongan baja selama 25 tahun, dan dipublikasikan pada tahun 1907 di Transaction
of The American Society of Mechanical Engineers. Pemikiran ini yang saat ini dikenal sebagai
Scientific
Management.
Taylor juga melakukan analisis tentang kegiatan penyekopan batu bara dan bijih besi. Hasilnya adalah
produktivitas yang meningkat drastic karena penggunaan sekop yang bervariasi yang disesuaikan
dengan pekerjaan. Ini memasukkan unsur Tools Design (Desain Alat Bantu dan Alat Ukur) sebagai
Hasil penelitian lainnya adalah penentuan metode untuk pengaturan jam kerja yang optimum.
Sebelum penelitian, Taylor memilih pekerja yang standar dan diberi pelatihan agar memiliki
keseragaman dalam melakukan pekerjaan yang sama. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
pekerjaan
sangat dipengaruhi oleh lamanya waktu bekerja, lamanya waktu istirahat, dan frekuensi istirahat.
Analisis spesifikasi dan kebutuhan kerja yang dikembangkan Taylor ini dikenal dengan Work Design
Taylor juga dikenal sebagai pelopor pengukuran kerja atau Time Study. Aktifitas ini ditekankan pada
penentuan waktu baku dengan menggunakan stop watch bagi seorang pekerja dalam melakukan
tugasnya.
Studi-studi yang dilakukan Taylor pada dasarnya ditekankan pada peningkatan efisiensi pada tiap
bagian hingga bagian-bagian terkecil, seperti mengeliminir gerakan-gerakan pekerja yang tidak
produktifitas secara amat signifikan, kecaman tidak lepas dari studi ini terutama dari organisasi
pekerja yang menilai ide Taylor ini merupakan rencana serius untuk menggantikan keterlibatan
Frank B. Gilbreth dan istrinya Lilian memperkenalkan analisis gerakan kerja yang disebut
Micromotion Study. Penelitian ini banyak sekali memberikan kesadaran bagi manajemen akan
pentingnya penyederhanaan dalam perancangan, cara, dan prosedur kerja guna memperoleh cara
kerja yang efektif dan efisien. Selain itu Lilian sebagai Doktor di bidang Psikologi telah memperkuat
Pelopor-pelopor lainnya seperti Henry Gantt yang mengembangkan prosedur penjadwalan rencana
kerja secara sistematis dalam bentuk grafik, Harrington Emerson yang mengembangkan konsep Line
dan Staff Organization serta dasar-dasar pemberian insentif/bonus kerja, dan masih banyak lagi
pelopor yang berjasa memberikan landasan perkembangan disiplin ilmu Teknik Industri.
Periode perkembangan berikutnya diawali sekitar 1920 dimana konsep Teknik Industri Tradisional
berkembang dan diaplikasikan secara luas. Aliran Teknik Industri Trandisional pada dasarnya
• Methods Engineering: Operation Analysis, Study Gerak dan Pengukuran Kerja, Pemindahan
• Plant Facilities and Design : Tata Letak Fasilitas Pabrik, Pengadaan dan Penggantian Peralatan,
Aliran Tradisional ini menemukan masa-masa gemilangnya hingga menjelang perang dunia II. Pada
saat itu, industri sudah beralih dari produksi masal (mass production) kepada pemasaran masal
(mass
permasalahan tidak lagi terpusat didalam wilayah industri itu sendiri tetapi sangat dipengaruhi oleh
system dan lingkungan yang berada diluarnya. Maka dimulailah era Teknik Industri Modern yang
ditandai dengan lahirnya disiplin ilmu Operations Research. Operations Research pada dasarnya
merupakan aplikasi matematika tingkat tinggi untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata.
Analisa ini dimulai selama PDII berlangsung yang dikembangkan untuk menyelesaikan masalah-
masalah
dan strategi militer yang rumit, khususnya yang berkaitan dengan pengadaan logistic. Pada
perkembangannya, ilmu ini berhasil diadaptasikan dan diaplikasikan di dunia usaha dan industri.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan teknologi terutama electronic digital computer (1946),
Teknik Industri Modern semakin tumbuh khususnya dalam komputasi dan simulasi problematic
industri
yang semakin kompleks dan abstrak. Orientasi baru dari hal-hal praktis dan nyata kepada masalah-
American Society of Mechanical Engineering (ASME) adalah forum yang pertama kali
mendiskusikan konsep-konsep Teknik Industri terutama dipelopori oleh Taylor dan kawan-kawan.
Pada tahun 1912 berdirilah The Efficiency Society dan The Society to Promote the Science of
Management yang kemudian pada tahun 1915 keduanya bergabung menjadi The Taylor Society.
dicetuskan oleh Taylor. Pada tahun 1917 berdirilah Society of Industrial Engineers (SIE) yang
mewadahi para spesialis produksi maupun para manager. The American Management Association
(AMA) berdiri tahun 1922. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing Engineer (SME) yang
sumber daya organisasi untuk riset, menulis, publikasi dan penyebarluasan informasi. Selanjutnya
pada tahun 1936, The Taylor Society bergabung dengan SIE menjadi The Society for Advancement
Management (SAM). Setelah beberapa tahun, pada 1948 berdirilah The American Institute of
Industrial Engineers (AIIE) yang menerbitkan Journal of Industrial Engineering. Pada tahun 1981,
didukung oleh sekitar 70 negara, AIIE berkembang menjadi organisasi internasional dengan nama
Di Indonesia sendiri, pada tahun 1967 berdirilah Persatuan Ahli Teknik Industri yang hanya aktif
beberapa tahun, kemudian pada tanggal 22 November 1986 telah berdiri organisasi profesi di
Jakarta yang bernama Ikatan Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri (ISTMI).
Topik-topik yang erat hubungannya dengan disiplin Teknik Industri mulai diajarkan pertama kali
oleh Prof. Hugo Diemer di Departemen Teknik Mesin, University of Kansas, Amerika Serikat pada
tahun 1902, dengan mengambil pokok bahasan perancangan pabrik, peralatan, dan organisasi.
Kemudian pada tahun 1904, Prof. Dexter Kimball menawarkan mata kuliah pilihan Teknik Industri
kepada mahasiswa akhir teknik mesin di Cornel University. Pada tahun 1908, Prof. William Kent
1908 dengan Prof. Diemer sebagai kepala program studi. Istilah-istilah klasik maupun popular
seperti manufaktur, produktifitas, efisiensi, manajemen, factor manusia, time and motion study,
teknik tata cara, ekonomi gerakan, dsb, telah mewarnai dan mendasari konsep Teknik Industri
Tulisan pertama Diemer tentang Teknik Industri diberi judul Factory Organization and
Administration (1910). Tiga tahun kemudian, Kimball dari Cornell University membuat tulisan
Sebelum PD II, program pendidikan Teknik Industri memang tumbuh dari departemen Teknik
Mesin, tetapi setelah PD II, dengan munculnya Operations Research, Manajemen Bisnis, dan
Komputer, membawa perspektif baru bagi pendidikan teknik industri. Perkembangan lebih lanjut
adalah masuknya beberapa disiplin ilmu statistic, psikologi industri, dan ilmu-ilmu social, sebagai
Pendidikan Teknik Industri di Indonesia mulai diperkenalkan oleh Matthias Aroef MSc.PhD. pada
tahun 1958 setelah menyelesaikan study di Cornell University. Tahun 1960, ITB membuka sub
jurusan Teknik Produksi di Jurusan Teknik Mesin. Baru pada tahun 1971, didirikanlah Jurusan
Teknik Industri yang terpisah dari Teknik Mesin. Atas jasanya, nama Prof. DR. Matthias Aroef ini
diabadikan oleh ISTMI dalam bentuk Matthias Aroef Award, yaitu penghargaan yang diberikan
kepada mereka yang dianggap berjasa mengaplikasikan dan mengembangkan profesi Teknik
Industri di Indonesia.