TIES 1301
3 SKS
pengetahuan
dan
menerapkan
teknik,
ketrampilan dan tools di bidang industri.
Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang dimilikinya dan terbiasa dengan penggunaan prinsip
matematik, fisika, sains, ekonomi teknik dan rekayasa
untuk memecahkan persoalan industri.
Memiliki
kemampuan
merancang,
menanalisis,
memperbaiki, mengoperasikan dan menginstalasi sistem
integral yang terdiri dari manusia, material, peralatan,
informasi dan sumber daya lain.
Memiliki
kemampuan
untuk
mengidentifikasi,
memformulasi, memecahkan persoalan dan keputusan
sistem
integral
menggunakan
alat-alat
analitik,
komputasional, dan atau eksperimental.
Memiliki kemampuan untuk memahami tanggung jawab
profesi, etika, dan sosial.
KONTRAK PERKULIAHAN
Diskripsi Perkuliahan
Kuliah pengantar teknik industri terdiri dari 7 pokok
bahasan meliputi : pengantar, perancangan sistem
produksi,
perancangan
dan
pengawasan
operasi,
perencanaan dan perancangan fasilitas, optimasi, analisis
ekonomi teknik, pengendalian kualitas statistik.
Strategi Perkuliahan
Kriteria Penilaian
20%
20%
RENCANA PEMBELAJARAN
Minggu 1 : Penjelasan GBPP dan Kontrak perkuliahan,
BAHAN BACAAN
1. Hilk, Philip E., 1977, Introduction to Industrial
Engineering
And
Management
Science,
Mc Graw-Hill Kogukusha, Tokyo.
2. Hari Purnomo, 2004, Pengantar Teknik
Industri,
Graha Ilmu,
Yogyakarta.
3. I Nyoman Pujawan, 1995, Ekonomi Teknik,
Guna
Widya, Jakarta
4. P. Siagian, 1987, Penelitian Operasional,
Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
5. Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Pengantar
Teknik Industri, Guna Widya, Jakarta.
6. Wayne C. Turner, 1993, Introduction to
Industrial
And
Systems Engineering,
Prentice-Hall, Inc,
New Jersey.
MODUL I
Menurut
Blanchard
8.
Kualitas.
Waktu.
Biaya
Material Handling
Riset Operasional
Meliputi penentuan pola-pola distribusi barang,
pola-pola jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi
Aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan
sumber daya (resources) yang ada dlm
memproduksi barang/ jasa dengan tujuan efisiensi
dan efektifitas dalam proses produksi.
Termasuk dalam aktivitas proses produksi al :
pemilihan mesin, estimasi biaya, sistem perawatan,
sistem produksi tepat waktu (just in time),
pengawasan persedian, pengendalian kualitas, dll.
Manajemen
Merupakan
karya
seni
dan
ilmu
dalam
memerintah,
mengatur
orang
dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), dan pengawasan (controlling).
Simulasi
Suatu metodologi untuk melakukan percobaan
dengan menggunakan model dari sistem nyata.
Seperti antrian orang di airport, antrian mobil di
SPBU/parkir, nasabah di Bank, barang yang antri
di proses produksi dll.
Diagram Aliran
Tugas 1 :
Pembuatan Peta Kerja (OPC dab FPC)
Tugas 2 :
Pengukuran kerja ( mencari Waktu siklus,
Waktu normal dan Waktu baku).
PENGUKURAN KERJA
(WORK MEASUREMENT)
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu ratarata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg
memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam
melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi
dan tempo kerja yang normal.
2. Kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran
waktu (time study), yaitu waktu standar atau
waktu baku.
Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
Pengukuran dengan stop watch
Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak
langsung
Data waktu baku
Data waktu gerakan, dll.
Pengujian
Kecukupan
data
Faktor
Penyesuaian
Waktu
Waktu Siklus
Siklus
Rata-rata
Waktu
Normal
Waktu Standar
(Baku)
Pengujian
Faktor
keseragaman
data
Kelonggaran
PENGUJIAN DATA
Menunjukkan
penyimpangan
Derajat ketelitian (degree of accuracy)
maksimum
hasil pengukuran dari
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil
waktu penyelesaian
sebenarnya.
pengukuran
dari waktu penyelesaian
sebenarnya.
Tingkat keyakinan (convidence level)
Tingkat keyakinan
(convidence
Menunjukkan
besarnya keyakinan
pengukurlevel
akan )
ketelitian data waktu yang telah diamati dan
Menunjukkan besarnya keyakinan
dikumpulkan.
akan
ketelitian
Ujipengukur
kecukupan data
digunakan
rumus data
sbb. : waktu
N =
Dengan :
k
= Tingkat keyakinan
k
= 99% = 3
k
= 95% = 2
s
= Derajat ketelitian
N
= Jumlah data pengamatan
N
= Jumlah data teoritis
Jika N N, maka data dianggap cukup, jika N > N data
dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.
Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15
kali dengan menggunakan stop watch. Bila tingkat
keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah
jumlah pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
X
= 107
(X)2 = 11449
X2
= 791
k
= 95% = 2
s
= 10%
N =
k / s N X 2 X 2
107
14,53
2
(
X
X
)
N 1
Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch, jika batas kontrol 3.
Tentukan apakah data seragam atau
tidak.
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke
10
11
12
13
14
15
Data Pengamt.
X
(X X)2
BKA
BKB
= 7,13
= 27,73
= 1,4
= 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
= 7,13 3 (1,4) = 2,93
nya
- Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
- Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).
4. Objective Rating
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode
ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas,
tetapi juga mempertimbangkan tingkat kesulitan
pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesulitan pekerjaan
adalah : jumlah anggota
badan yang digunakan, pedal
kaki,
penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan
tangan, penanganan dan bobot.
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada
waktu kerja operator, karena operator dalam
melakukan pekerjaannya sering tergangu pada halhal yang tidak diinginkan namun bersifat alamiah,
sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang
(lama).
4.
Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak
kardus terdiri dari empat elemen kegiatan dengan
setiap elemen kegiatan dilakukan 10 kali
pengamatan seperti pada table berikut. Apabila
kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu standar.
3
10
0,08
0,07
0,06
0,68
0,07
1,1
0,07
0,17
0,15
0,14
0,16
1,53
0,15
0,9
0,13
0,23
0,26
0,22
0,22
2,29
0,23
1,05
0,24
0,08
100 0,08
0,11
0,12
0,08
0,97
0,09
0,95
0,08
1 Mengambil
Kotak Kardus
0,06
0,08
0,07
0,05
0,07
0,06
0,08
2 Memasukkan
Barang
0,15
0,17
0,14
0,14
0,16
0,15
3 Menutup
Kotak Kardus
0,21
0,23
0,22
0,21
0,25
0,24
4 Meletakan
Hasil
0,08
0,10
0,09
0,12
0,11
Elemen
Kegiatan
100 15
Waktu Baku
= 0,52 x 100
100 15
RF
WN
Pengujian Data
Kecukupan Data
SP
p (1 p )
n
k 2 1 p
N
=
Dengan :
S2p
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N = Ukuran sample/data
Keseragaman Data
Batas kontrol
untuk p
p (1 p )
BKA= p k n
BKB= p k p (1n p)
Dengan pengertian sbb:
BKA= Batas kontrol atas
BKB= Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10
hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja
adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan
kecukupan dan keseragaman data.
Tgl Pengamatan
1/1
2/1
3/1
4/1
5/1
6/1
7/1
8/1
9/1
10/1
Kondisi idle
10
Kondisi kerja
45
46
42
40
43
47
46
45
44
46
Prosentase idle
0,1
0,12
0,16
0,2
0,16
0,06
0,08
0,1
0,12
0,08
Prosentase kerja
0,9
0,88
0,84
0,8
0,86
0,94
0,92
0,9
0,88
0,92
BKA =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
1,019
50
BKB =
0,884 3
0,884 (1 0,664)
0,748
50
Waktu Baku
Waktu Normal x
100
100 Kelonggaran ( All )
Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari
untuk melakukan penyortiran surat-surat. Dari pengamatan
yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam kondisi
bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila jumlah
surat yang disortir sebanyak 2345 surat, maka tentukan
waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah 115%
dan kelonggaran 20%.
Waktu Normal (Wn)
Waktu Baku (Wb) =
Output Standar
0,2 x
100
0,25 menit / surat
100 20
1
1
4 surat / menit
Wb
0,25
Modul
III
Pengawasan
Perencanaan
Operasi
dan
Bahan
- TK
- Mesin
- Fasilitas
- Dll.
Proses transformasi
atau perubahan
Produk/
Jasa
Kegiatan
Perencanaan
Operasi al :
&
Pengawasan
1. Peramalan
Perkiraan atau estimasi tingkat permintaan
suatu produk untuk periode yang akan datang
berdasarkan data penjualan masa lampau yang
dianalisis dengan cara tertentu.
2. Perencanaan Operasi/produksi
Digunakan untuk mengetahui jumlah barang
yang
harus diproduksi dengan didasarkan
pada hasil peramalan dan persediaan yang
ada.
Merupakan pegangan untuk merancang jadual
produksi.
Peramalan(Forecast)
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.
2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturanaturan matematis dan statistik.
Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi
permintaan histories tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor
eksternal
yang
mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan.
Untuk peramalan jangka pendek, Analisis deret
waktu (Time Series)
Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan
dimasa datang.
Peramalan
jangka
panjang,
karena
dapat
menunjukkan hubungan sebab-akibat
(disebut
metode kausal), Metode Regresi.
Regresi Linier
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara
suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat
dinyatakan dengan suatu garis lurus.
Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y = a + bx
y b x
a=
N
N xy x y
b = N x 2 x 2
Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar
Contoh
Data penjualan produk PT ABC seperti pada tabel
berikut, kemudian perusahaan ingin meramal
penjualan pada periode ke 11, 12, 13, 14, 15.
Penjualan (Y)
Periode (X)
X2
XY
45
45
35
70
30
90
50
16
200
40
25
200
60
36
360
30
49
210
45
64
360
55
81
494
65
10
100
650
455
55
385
2680
b=
10 2680 455 55
a=
10 385 55 55
2,15
F(t+1) =
i 1
Xt
t
t 1
F(t+2) = Xt
i 2
t 2
F(t+3) =
i 3
Xt
t
dst.
Dengan :
F(t+i)= Peramalan pada periode t+1
Xi
= Nilai aktual
t
= Periode rata-rata bergerak
Contoh :
Bulan
Data
Rata-rata bergerak
Tiga bulanan
Rata-rata bergerak
Lima bulanan
386
340
390
368
372
425
366
440
394,3
381,8
410
411
392,6
466
425
406,6
330
438,7
421,8
10
350
402
414,2
11
375
382
399,2
12
380
351,7
386,2
Fungsi lain :
1. Metode Kualitatif :
Rasio persediaan, konsensus manajemen,
grafik dll.
Bulan
Peramalan
2. Metode Kuantitattif :
Heuristik, model matematik, simulasi
dll.
1
103
Contoh :
2
117
Data dari hasil peramalan :
3
115
Komulatif
103
220
335
121
456
123
579
109
688
89
777
74
851
71
922
10
73
995
11
81
1.076
12
98
1.174
Perama lan
Komu latif
Rencana Produksi 1
Rencana Produksi 2
Persediaan
Awal
Produksi
Persediaan
Akhir
Persedia an
Awal
Produksi
Persediaan
Akhir
103
103
340
70
307
100
120
117
117
220
307
70
260
117
120
120
115
335
260
70
215
120
120
125
121
456
215
70
164
125
120
124
123
579
164
70
111
124
120
121
109
688
111
70
72
121
120
132
89
777
72
70
53
132
60
103
74
851
53
70
49
103
60
89
71
922
49
70
48
89
60
78
10
73
995
48
70
45
78
60
65
11
81
1.076
45
70
34
65
60
44
12
98
1.174
34
70
44
60
Metode Tradisional
Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)
Metode Kanban
t = Q/D
Waktu ( t )
Ti
n
g
k
at
P
er
s
e
di
a
a
n
(
Q
)
D
k
periode
h : biaya simpan per unit
per
k
2 Dk
h
EOQ
D
to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
to=
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan
100 unit, Biaya pemesanan diketahui Rp 100,setiap kali pesan. Biaya penyimpanan harian setiap
unit persediaan Rp 0,02,- tentukan jumlah
2 Dk
EOQ =
Waktu antar pemesanan :
to =
2 x100 x100
1000 unit
0,02
EOQ 1000
10 hari
D
100
bahan
(material
dibangun/didirikan, dengan tujuan menempatkan fasilitasfasilitas/pabrik yang sesuai dari segi biaya dan keuntungan.
Dua hal pokok dalam Perancangan Fasilitas :
- Perancangan lokasi pabrik
- Perancangan fasilitas produksi
Metode Pendekatan
- Kontinyu (Penentuan satu/lebih lokasi optimal)
. Metode Analisa Pusat Gravitasi Gravity
- Analisis Kuantitatif (Faktor Obyektifitas)
. Metode Analisis Transportasi Program Linier
- Analisis Hibrid (Kombinasi Faktor Obyektif &
Subyektif)
. Metode Brown-Gibson
Analisa Pusat Gravitasi :
Dalam metode ini ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu :
- Lokasi sumber bhn baku/material (input produksi).
- Lokasi daerah pemasaran (output produksi).
Soal Latihan :
Sebuah perusahaan Elektronik bermaksud
mendirikan pabrik baru, berdasarkan hasil studi
kelayakan diperoleh alternatif dan jarak koordinat
lokasi (dalam satuan puluhan kilometer) sebagai
berikut :
Daerah Pemasaran :
(ton)
Pemasaran A (2, -15)
Pemasaran B (-5, -10)
Pemasaran C (8, 8)
8
Pemasaran D (0, -7)
Pemasaran E (-15, 8)
Demand
5
10
15
20
Metode Kuantitatif
Transportasi Program Linier
Aplikasi metode transportasi digunakan untuk
menentukan pola distribusi yang terbaik dari
lokasi pabrik ke daerah pemasaran tertentu.
Keputusan yang dipilih didasarkan pada lokasi
yang memberikan total biaya terkecil.
Dalam menyelesaikan masalah trensportasi
ada beberapa cara/metode yang dapat
digunakan yaitu : cara/metode heuristics,
vogel dan north west corner.
Daerah Pemasaran
Kapasitas
(ton/mgg)
Jogja
Solo
P Kerto
Mg-lang
Semarang
18
20
25
15
650
Bandung
40
45
30
42
600
Surabaya
55
50
60
55
tak terbatas
Malang
58
55
62
60
tak terbatas
400
500
300
450
Demand
(ton/mgg)
1650
Solo
P Kerto
Semarang
18
20
25
Bandung
40
45
30
Surabaya
55
Demand
(ton/mgg)
400
50
500
60
300
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
15
42
55
450
650
600
400
1650
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Semarang
Bandung
Surabaya
Demand
(ton/mgg)
18
200
40
200
55
Solo
20
45
100
50
P Kerto
Mg-lang
25
15
30
300
60
450
500
650
42
600
55
400
400
400
Kapasitas
(ton/mgg)
300
450
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
Semarang
Solo
20
-3
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
200
40
Bandung
Solo
100
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Surabaya
Jogja
55
10
Surabaya
Solo
400
50
Surabaya
P Kerto
60
25
Surabaya
Magelang
55
13
Semarang
Jogja
18
100
Bandung
40
Solo
20
50
P Kerto
25
100
45
300
Surabaya
Kapasitas
(ton/mgg)
Daerah Pemasaran
Mg-lang
15
450
30
30
300
50
60
55
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
650
300
450
600
400
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
Semarang
Solo
100
20
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
300
40
Bandung
Solo
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Surabaya
Jogja
55
Surabaya
Solo
400
50
Surabaya
P Kerto
60
22
Surabaya
Magelang
55
10
Daerah Pemasaran
Jogja
Solo
P Kerto
Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang
58
40
18
Semarang
Bandung
Malang
Demand
(ton/mgg)
18
20
25
15
40
45
30
42
58
55
62
60
400
500
300
450
650
600
400
1650
Semarang
Daerah Pemasaran
58
45
40
18
Jogja
18
Solo
20
P Kerto
Mg-lang
25
15
450
200
Bandung
40
200
Malang
58
Kapasitas
(ton/mgg)
45
100
55
30
42
300
62
60
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
650
600
400
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
200
18
Semarang
Solo
20
-3
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
200
40
Bandung
Solo
100
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Malang
Jogja
58
Malang
Solo
400
55
Malang
P Kerto
62
19
Malang
Magelang
60
13
Lokasi
Daerah Pemasaran
Jogja
Semarang
Solo
20
18
Mg-lang
15
450
40
45
30
42
300
300
58
Malang
25
100
100
Bandung
P Kerto
55
62
60
400
Demand
(ton/mgg)
400
500
300
450
Kapasitas
(ton/mgg)
650
600
400
1650
To
Shipment
Cost/profit
Oport.
Cost
Semarang
Jogja
100
18
Semarang
Solo
100
20
Semarang
P Kerto
25
17
Semarang
Magelang
450
15
Bandung
Jogja
300
40
Bandung
Solo
45
Bandung
P Kerto
300
30
Bandung
Magelang
42
Malang
Jogja
58
Malang
Solo
400
55
Malang
P Kerto
62
19
Malang
Magelang
60
10
Berdasarkan
perhitungan
diatas
jika
dibangun pabrik di lokasi Surabaya biaya
transportasinya sebesar Rp 51.550,- dan
jika dibangun pabrik di lokasi Malang biaya
transportasinya
sebesar
Rp
53.550-,
dengan demikian pendirian pabrik yang
lebih menguntungkan adalah di lokasi
Surabaya.
proses kerja.
Aktivitas inspeksi selama proses produksi relatif
sedikit.
Aktivitas MH dari satu SK ke SK yang lain dapat
dilaksanakan secara mekanis.
Bahan
Baku
Gudang
Bahan
Baku
SK-1
SK-2
SK-3
SK-4
Gudang
Produk
Jadi
Produk
Jadi
Press
1
2
Bubut
3
Drill
4
Pengepakan
2
1
2
Gerinda Frais
4
3
PengeBubut pakan
Keuntungan :
4.
Kerugian :
1. Breakdown dari satu mesin menyebabkan terhentinya seluruh aliran
produksi.
2. Jika terjadi perubahan terhadap desain produk, maka akan merubah
aliran produk dan lay out.
3. Kelancaran proses produksi akan ditentukan oleh proses mesin yang
paling lambat.
4. Memerlukan investasi mesin tinggi (Special Purpose Machine).
Tata Letak Proses :
Denaturant dan penempatan mesin/fasilitas produksi yang
semacam dalam satu departemen.
Semua fasilitas produksi yang memiliki ciri/fungsi kerja yang sama
diletakan dalam satu departemen.
Diaplikasikan pada industri berskala kecil.
Faktor manufaktur dan jasa pelayanan.
Pertimbangan :
Bahan
Baku
Gudang Bahan
Baku
A
SK-1
Press
SK-2
SK-3
Bubut
SK-4
1
Pengecoran
3
Frais
Produk
Jadi
Gerinda
Drill
Gudang
Produk Jadi
4
Pengepakan
Keuntungan :
1. Investasi mesin dan fasilitas produksi rendah, karena mesin yang
2.
3.
Kerugian :
1. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC lebih mahal.
2. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih banyak dijumpai karena
waktu operasi sulit diseimbangkan.
3. Karena diversifikasi produk adalah job order, maka diperlukan
operator skill tinggi.
Mesin-2
Mesin-2
Produk
Utama
Mesin-2
Keuntungan :
Kerugian :
1. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas
produksi atau operato pada saat proses operasi.
2. Memerlukan operator dengan skill tinggi.
3. Membutuhkan space area yang luas untuk peralatan
kerja dan WIP.
4. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang
ketat.
B
C
Bubut
Bor
Gerinda
Perakitan
Milling
Perakitan
Bor
Finising
Press
Bubut
Bor
Gerinda
Bor
Perakitan
Press
Bor
Perakitan
Gerinda
Kerugian :
1. Diperlukan TK dengan skill tinggi.
2. Kelancaran kerja sangat tergantung pada
kegiatan pengendalian produksi terutama aliran
kerja.
3. Jika keseimbangan aliran sulit dicapai maka
diperlukan WIP Storage.
4. Beberapa kerugian dari product dan procces lay
out juga akan dijumpai.
5. Kesempatan untuk mengaplikasikan faslitas
produksi tipe special purpose sulit dilakukan.
Modul V : Optimasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu
melakukan
penilaian/evaluasi,
membandingkan dan menjaring berbagai
pilihan jawaban, sehingga dapat mengambil
keputusan yang terbaik.
Mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan pertimbangan criteria-criteria dan
pembatas-pembatas tertentu dengan tujuan
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai.
OPTIMASI :
PROGRAM DINAMIS
Program Dinamis
Keputusan mendatang
dipengaruhi
Keputusan saat ini
Keputusan kemarin
Contoh :
Skema jaringan jalan beserta lama waktu
tempuhnya dalam menit, seperti di bawah ini.
Pilihlah route state A (asal) ke state I (tujuan) yang
H
G
dapat ditempuh
paling cepat.
I
3
10
Stage 5
Stage 4
10
12
8
A
B
Stage 1
C
Stage 2
Stage 3
Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari
stage (tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route
submasalah dimulai dari H (state H) ke I dan dimulai
dari D ke I. Berarti hanya terdapat satu pilihan,
route manakah yang mempunyai waktu tercepat.
Keputusan
Keputusan
Waktu tercepat
SudahState
barang
tentu route
H-I
mempunyai
waktu
Optimum
ke I (menit)
I
tercepat 10 menit,
dan keputusan optimumnya
adalahHroute H-I.
10
I
10
D
11
11
Tahap 3 :
Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah, yaitu dari
state G, E, C. Route manakah yang tercepat apabila
tujuannya ke I.
Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu melewati D
atau H. Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika
keputusannya adalah route G-H waktu yang ditempuh
adalah 8 menit. Dengan demikian total waktu yang
ditempuh adalah 18 menit (tercepat).
Jika route yang ditempuh adalah E-H, maka waktu yang
dempuh untuk mencapai I adalah 7 menit ditambah
jarak dari H ke I (10 menit), sehingga total waktu yang
ditempuh adalah 17 menit.
Jika route yang ditempuh adalah E-D, maka waktu yang
ditempuh 7 menit ditambah 11 menit, sehingga total 18
menit.
Jika dimulai route C-D, maka waktu yang ditempuh
adalah 9 menit ditambah 11 menit, sehingga total
waktu yang ditempu adalah 20 menit.
State
Keputusan
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
18
18
17
18
17
20
20
Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan
3, maka tabel analisa tahap 2 adalah sebagai
berikut :
State
Keputusan
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
21
26
21
22
32
22
Tahap 1 :
Dalam tahap 1, hasil analisa route terpendek adalah
sebagai berikut :
State
Keputusan
F
31
30
Keputusan
Optimum
Waktu tercepat
ke I (menit)
30
10
10
I
11
12
SISTEM ANTRIAN
Keberadaan sistem antrian diperlukan/
dipergunakan ketika para pelanggan (konsumen)
menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan.
Beberapa contoh sistem antrian digunakan dalam
melancarkan pelayanan kpd pelanggan atau
konsumen :
2
Pelanggan masuk
ke dalam sistem
antrian
Garis tunggu
atau antrian
Pelanggan keluar
dari sistem
S
Fasilitas pelayanan
Fasilitas pelayanan
Keberangkatan
Antrian
2
Pelanggan masuk
dalam sistem
antrian
3
Konsumen antri
dalam garis tunggu
Pelanggan keluar
dari sistem
Fasilitas
pelayanan
Populasi
2.
3.
4.
5.
6.
Pn P n (1 P )
1 P
2
P2
Lq
( ) 1 P
W
Wq
( )
metode-
Memahami
depresiasi.
dan
mampu
mengitung
Ekonomi Teknik
$ 1 + bunga
N-1
Cara
Thn.
Bunga pada
awal tahun.
(Rp)
Pembayaran
akhir tahun.
(Rp)
0
1
2
3
4
2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000
II
0
1
2
3
4
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
12.000.000
9.000.000
6.000.000
3.000.000
4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000
10.000.000
7.500.000
5.000.000
2.500.000
0
III
0
1
2
3
4
2.000.000
1.627.422
1.180.327
643.815
12.000.000
9.764.531
7.081.967
3.862.891
=
3.862.891
3.862.891
3.862.891
3.862.891
10.000.000
8.137.109
5.901.640
3.219.076
0
0
1
2
3
4
2.000.000
2.400.000
2.880.000
3.456.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
20.736.000
0
0
0
20.736.000
10.000.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
0
IV
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.12 )1 = Rp 112.000,Jika suku bunga tersebut dibayarkan setiap 6 bulan
sekali, maka suku bunga menjadi 12% : 2 = 6% per
bulan, maka nilai uang satu tahun (12 bulan)
kemudian menjadi :
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.06 )2 = Rp 112.360,Jadi suku bunga efektif = 12,360
- Dari perhitungan diatas dapat diketahui hubungan
antara tingkat suku bunga nominal dan efektif
sebagai berikut :
( 1 + i ) = ( 1 + r/t ) t
i
= ( 1 + r/t ) t 1
Dimana : i
= suku bunga efektif
r
= suku bunga nominal
t = jumlah periode pembungaan
n-2 n-1
n-2 n-1
n-2 n-1
n-2
n-1
/ /
....
n-2
n-1
Rumus :
F = P(1+i)
atau
F = P ( F/P, i, n )
Contoh :
Seseorang menginvestasikan uang di sebuah Bank
sebesar Rp 20.000.000,00 dengan tingkat bunga 6% per
tahun. Berapa jumlah uang setelah diinvestasikan
selama 5 tahun ?.
Penyelesaian :
P = Rp 20.000.000,00 ; i = 6% ; n = 5
F = P (1 + i )n
= ( Rp 20.000.000,00) ( 1 + 0,06)5
atau :
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000,00)*(1,338) = Rp
26.760.000,00
2. Mencari P bila diketahui F
Berapa modal P yang harus diinvestasikan pada
saat sekarang (t = 0), dengan tingkat bunga i%,
per tahun, sehingga pada akhir n periode didapat
uang sebesar F rupiah.
Rumus :
atau
P = F
P =
1/(1+i)
F ( P/F, i, n )
Contoh :
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan
datang anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi,
untuk itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp
35.000.000,00. Bila tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa
ia harus menabungkan uangnya sekarang ?
Penyelesaian :
F
= Rp 35.000.000,00 ; i = 5% ; n = 15
P
= (Rp 35.000.000,00) (P/F, 5 , 15)
= (Rp 35.000.000,00) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00
A
Rumus :
/ /
A
A = F
n-2
n-1
A
i/(1+i)
A
n
-1
atau
A = F ( A/F, i, n )
Contoh :
Tuan Sastro ingin mengumpulkan uang untuk
membeli rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan
10 tahun lagi dia pensiun. Jumlah uang yang
diperlukan Rp 225.000.000,00. Tingkat bunga 12 %
setahun. Berapa jumlah yang harus ditabung setiap
tahunnya ?
Penyelesaian :
F
= Rp 225.000.000,00 ; i = 12% ; n = 10
A
= (Rp 225.000.000,00)(A/F, 12% , 10)
= (Rp 225.000.000,00)( 0,0570)
= Rp 12.825.000,00.
F = A { (1 + i) n - 1} / i
atau
F = A ( F/A, i , n )
Contoh :
Bila setiap tahun ditabung uang sebesar Rp 12.000.000,00
selama 8 tahun dengan tingkat bunga 6%. Berapa besar
uang yang akan terkumpul setelah akhir periode tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 12.000.000,00 ; i = 6% ; n = 8
F = ( Rp 12.000.000,00 )( F/A, 6%, 8 )
= ( Rp 12.000.000,00 )( 9,897 )
= Rp 118.764.000,00
3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila
diketahui P)
Bila uang sebesar P rupiah diinvestasikan pada saat
sekarang dengan tingkat bunga i%, maka berapa
A rupiah
yang dapat diterima setiap akhir periode
selama n periode,
sehinggga jumlah uang yang
diterima selama n periode
tersebut sesuai
dengan modal P rupiah yang ditanam pada
awal
periode pertama.
Contoh :
Seorang ayah menabung uang sebesar Rp
17.500.000,00 disebuah bank. Bank tersebut akan
membayar sejumlah uang setiap tahun yang
besarnya sama kepada udin anaknya, sebagai
biaya pendidikan. Pembayaran dimulai akhir tahun
pertama selama 7 tahun. Jika tingkat bunga 10%
setahun, berapa jumlah yang akan diterima oleh
udin setiap tahunnya ?.
Penyelesaian :
P = Rp 17.500.000,00 ; i = 10% ; n = 7
A = ( Rp 17.500.000,00 )( A/P, 10% , 7 )
= ( Rp 17.500.000,00 )( 0,2054 )
= Rp 3.594.500,00
atau
P = A ( P/A, i , n )
Contoh :
Perusahaan Go Public mempunyai kewajiban untuk
membayar royalti sebesar Rp 250.000,00 setiap akhir
tahun selama 5 tahun berturut-turut. Jika perusahaan
tersebut menyetujui membayar sekaligus pada awal
tahun pertama dengan tingkat bunga sebesar 15%,
maka berapa jumlah uang yang harus dibayar oleh
perusahaan tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 250.000,00; i = 15%; n = 5
P = ( Rp 250.000,00 )( P/A , 15%, 5 )
= ( Rp 250.000,00 )( 3,3522 )
= Rp 838.050,00.
A+(n-1)G
A1+(n-2)G
A1+2G
A1+G
A1
/ /
0
Rumus
n-1
: A = A1 + A2
A2 = G [ 1/i - n/(1 + i)n 1]
= G (A/G, i , n)
Keterangan :
A = pembayaran per periode dengan
jumlah
yang sama
Penyelesaian :
0
1
10 jt
10
10.2
10.4
10.6
10.8
11
11.2
11.4
11.6
11.8
A = A1 + A2
= A1 + G (A/G, 8, 10)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 200.000,00 (3,8713)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 774.260,00
= Rp 10.744.260,00
D. Aliran Kas Yang Tidak Teratur
Pada pembahasan sebelumnya aliran kas yang
teratur
dimana aliran kas terjadi sekali (tunggal)
atau terjadi
beberapa kali atau terjadi perubahan
tetapi secara seragam. Pada aliran kas yang tidak
teratur besarnya aliran kas pada
tiap periode tidak
memiliki pola yang teratur.
Untuk itu menangani permasalahan aliran kas yang
tidak teratur harus melakukan konversi satu persatu ke
awal atau ke akhir periode sehingga didapat nilai
total dari P, F atau A
dari aliran kas tersebut.
Contoh :
Dari diagram alir gambar dibawah, dengan tingkat
bunga 12% tentukan nilai P, F dan A dari keseluruhan
aliran kas tersebut.
Gambar0 Cash Flow
:
1
Rp 3.000
Rp 8.000
Rp 6.000
Rp 10.000
Rp 12.000
P0
= Rp 6.000
P1
= Rp 10.000 (P/F, 12%, 1) = Rp 10.000
(0.8929)
= Rp 8.929
P2
= Rp 3.000 (P/F, 12%, 2) = Rp 3.000 (0.7972)
= Rp 2.391,6
P3
=0
P4
= Rp 12.000 (P/F, 12%, 4) = Rp 12.000
(0.6355)
= Rp 7.626
P5
= Rp 8.000 (P/F, 12%, 5) = Rp 8.000 (0.5674)
= Rp 4.359,2
Nilai P dari keseluruhan aliran kas tersebut adalah :
= P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= Rp 6.000 + Rp 8.929 + Rp 2.391,6 + 0 + Rp
7.626 + Rp 4.359,2
= Rp 29.485,8
= P (A/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (A/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (0.27741)
= Rp 8.179,66
Soal-soal Latihan
1. Seorang investor meminjam uang dari sebuah bank
sebesar $ 100.000 dengan suku bunga pertahun
sebesar
12%. Investor bermaksud mengembalikan
pinjamannya tersebut pada akhir tahun ke 10.
Berapakah uang yang harus dibayarkan kelak?
2. Seorang investor berkeinginan mengivestasikan
uangnya pada tahun ini pada sebuah bank yang
memberikan suku bunga 15% pertahun. Dia berharap
setelah 10 tahun jumlah uang yang diinvestasikan
akan mencapai jumlah sebesar $200.000. Berapakah
uang
yang harus diinvestasikan sekarang?
Tentukan besarnya nilai sekarang (Present Value)
dari cash flow berikut ini dengan suku bunga 10 %
per tahun :
3.
$ 3.000
(+)
$ 2.000
$ 2.000
$ 4.000
(-)
$ 3.000
DEPRESIASI
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari
suatu
barang
sebagai
akibat
berlangsungnya
waktu.
Depresiasi didefinisikan sebagai :Sejumlah
biaya yang harus disediakan oleh seseorang
atau suatu perusahaan atau unit-unit
tertentu pada setiap periode waktu untuk
melakukan
penggantian
dari
mesin,
peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain
setelah umur dari mesin, peralatan, ataupun
fasilitas-fasilitas lain tersebut dilampaui.
Jenis depresiasi :
1. Depresiasi Fisis :
Sebagai akibat dari penggunaan/operasi yang
mengakibatkan
menurunnya
kemampuan
secara fisis
yang
berarti
kemampuan
operasional dari suatu barang/peralatan
menurun. Salah satu cara untuk mengurangi
kecepatan menurunnya kemampuan fisis
suatu
barang/peralatan
adalah
dengan
melakukan perawatan yang baik.
2. Depresiasi Fungsional :
Permintaan suatu produk yang meningkat
dan
tidak
simbang
dengan
kapasitas
produksinya, sehingga perusahaan tidak dapat
lagi sepenuhnya melakukan fungsi pemilikan
atas permintaan.
3. Depresiasi Teknologi :
Adanya penemuan baru mengakibatkan
peralatan yang
sudah ada menjadi tidak ekonomis lagi yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi.
Metode-metode Depresiasi
Banyak metode yang bisa digunakan untuk
menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu
aset. Diantara metode tersebut yang sering
digunakan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line = SL).
2. Metode jumlah anka tahun (sum of year
digit = SOYD).
3. Metode keseimbangan menurun
(declining balance = DB).
4. Metode dana sinking (sinking found = SF).
5. Metode unit produksi (production unit =
UP).
Dt
P - SV
n
BVt = P - t Dt
d
= 1/n
Keterangan :
Dt = nilai depresiasi tahunan
t = tahun (t = 1,2,3 ........,n)
P = investasi awal/first cost
n = periode pendapatan (umur depresiasi
diharapkan)
Bvt = book value
d = tingkat depresiasi
yg
Contoh :
Jika diketahui nilai investasi awal adalah $ 50.000
dengan nilai sisa $ 10.000 setelah 5 tahun, maka
hitungkah nilai depresiasi tahunan, book value.
Dt = P - SV / n
= $ 50.000 - $ 10.000 / 5
= $ 8.000/tahun
Perhitungan depresiasi selama umur pakai dapat
dilihat pada tabel berikut :
Akhir tahun ke-t
0
1
2
3
4
5
$ 8.000
8.000
8.000
8.000
8.000
atau
n-t+1
Dt =
(P - SV)
n
= j =
j=1
n (n + 1)
2
t (n - t/2 + 0.5)
Bvt = P -
dt =
n-t+1
S
(P - SV)
Keterangan :
S
n
Bvt
dt
P
SV
Dt
= nilai depresiasi
= sum of year digit (sampai n)
= periode depresiasi
= book value periode ke t
= tingkat depresiasi
= Fisrt cost
= salvage value
D2 =
3.500
D3 =
(8 - 2 + 1)
36
(8 - 3 + 1)
36
Nilai depresiasi berkurang (D1>D2>D3)
BV3 = 25.000 -
3 (3 - 3/2 + 1/2)
36
(25.000 - 4.000)
3 (7)
= 25.000 (21.000) = $ 12750
36
Memahami
definisi
kualitas
serta
peranannya sebagai salah satu strategi
manajemen.
Tujuan :
Keuntungan :
3. Tabel sampling
Macam Variasi :
Variasi dalam objek
Mis : kehalusan dari salah satu sisi daru
suatu
produk tidak sama dengan sisi yang
lain, lebar bagian atas suatu produk tidak sama
dengan
lebar bagian bawah, dll.
Variasi antar objek
Mis : sautu produk yang diproduksi pada
saat yang hampir sama mempunyai kualitas
yang berbeda/ bervariasi.
Peta X dan R
Peta kendal X :
Memantau perubahan suatu sebaran atau
distribusi suatu variabel asal dalam hal
lokasinya (pemusatannya).
Apakah proses masih berada dalam batasbatas
pengendalian atau tidak.
Apakah rata-rata produk yang dihasilkan
sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Peta kendali R :
Memantau perubahan dalam hal spread-nya
(penyebarannya).
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang
diukur dengan mencari range dari sampel yang
diambil.
= X + (A2 . R)
= X (A2 . R)
A2 =
3
d2
= D4 . R
= D3 . R
Dimana :
USL LSL
6S
N X X
=
2
S
R/d2
N N 1
atau S =
Kriteria penilaian :
Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat
baik
Jika 1,00 Cp 1,33, maka kapabilitas proses
baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah
USL X
CPU =
3S
dan CPL =
X LSL
3S
Kriteria penilaian :
Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk
yang sesuai dengan spesifikasi
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk
yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk
Contoh Kasus
PT XYZ adalah suatu perusahaan pembuatan
suatu produk industri. Ditetapkan spesifikasi
adalah : 2.40 0,05 mm. Untuk mengetahui
kemampuan proses dan mengendalikan proses
itu bagian pengendalian PT XYZ telah
melakukan pengukuran terhadap 20 sampel.
Masing-masing berukuran 5 unit (n=5).
Hasil Pengukuran
Sampel
X1
X2
X3
X4
X5
2,38
2,45
2,40
2,35
2,42
2,39
2,40
2,43
2,34
2,40
2,40
2,37
2,36
2,36
2,35
2,39
2,35
2,37
2,39
2,38
2,38
2,42
2,39
2,35
2,41
2,41
2,38
2,37
2,42
2,42
2,36
2,38
2,35
2,38
2,37
2,39
2,39
2,36
2,41
2,36
2,35
2,38
2,37
2,37
2,39
10
2,43
2,39
2,36
2,42
2,37
11
2,39
2,36
2,42
2,39
2,36
12
2,38
2,35
2,35
2,35
2,39
13
2,42
2,37
2,40
2,43
2,41
14
2,36
2,38
2,38
2,36
2,36
15
2,45
2,43
2,41
2,45
2,45
16
2,36
2,42
2,42
2,43
2,37
Perhitungan
Sampel
Rata-rata
Range
2,40
0,10
2,39
0,09
2,37
0,05
2,38
0,04
2,39
0,07
2,40
0,05
2,37
0,03
2,38
0,05
2,37
0,04
10
2,39
0,07
11
2,38
0,06
12
2,36
0,04
13
2,41
0,06
14
2,37
0,02
15
2,44
0,04
16
2,40
0,07
X = ( X)/k
R = ( R)/k
= 47.78 / 20
= 1.19 / 20
= 2.39
= 0.06
Peta Kendali X :
CL = X = 2.39
UCL = X + (A2 * R) = 2.39 + (0.577*0.06) = 2.42
LCL = X - (A2 * R) = 2.39 (0.577*0.06) = 2.36
Peta Kendali R
CL = R = 0.06
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.06 = 0.12
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Pada Peta X ada data yang out of control, maka
data pada sampel tersebut dibuang
Rata-rata
Range
2,40
0,10
2,39
0,09
2,37
0,05
2,38
0,04
2,39
0,07
2,40
0,05
2,37
0,03
2,38
0,05
2,37
0,04
10
2,39
0,07
11
2,38
0,06
12
2,36
0,04
13
2,41
0,06
14
2,37
0,02
16
2,40
0,07
N X X
=
2
N N 1
USL LSL
=
6S
USL X
CPU =
3S
CPL =X LSL
3S
2,54 2,35
0,6410
=
6( 0,06)
2,45 2,386
= 3(0,06) 0,8205
2,386 2,35
= 3(0,06) 0,4615
Kesimpulan :
Nilai Cpk sebesar 0.4615 yang diambil dari nilai
CPL menunjukkan bahwa proses cenderung
mendekati batas spesifikasi bawah.
Nilai Cp sebesar 0.6410 ternyata kurang dari 1,
hal ini menunjukkan kapabilitas proses untuk
memenuhi spesifikasi yang ditentukan rendah.
LCL = p
p 1 p
3
n
Contoh :
Sebuah perusahaan ingin membuat peta kendali
untuk periode mendatang dengan mengadakan
inspeksi terhadap proses produksi pada bulan ini.
Perusahaan melakukan 20 kali observasi dengan
mengambil 50 buah sample untuk setiap kali
observasi. Hasil selengkapnya adalah :
Observasi
Ukuran
Banyaknya
Proporsi
Sampel
Produk Cacat
Cacat
50
0,08
50
0,04
50
0,10
50
0,06
50
0,04
50
0,02
50
0,06
50
0,04
50
0,10
10
50
0,08
11
50
0,06
12
50
0,10
13
50
0,10
14
50
0,04
15
50
0,06
16
50
0,04
17
50
0,08
p 1 p
n
= 0,065 3
= - 0,039
0,0651 0,065
50