Anda di halaman 1dari 219

PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIES 1301
3 SKS

Ir. Joko Susetyo, MT

Jurusan Teknik Industri


Fakultas Teknologi Industri

KOMPETENSI MATA KULIAH


Menguasai

pengetahuan
dan
menerapkan
teknik,
ketrampilan dan tools di bidang industri.
Memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang dimilikinya dan terbiasa dengan penggunaan prinsip
matematik, fisika, sains, ekonomi teknik dan rekayasa
untuk memecahkan persoalan industri.
Memiliki
kemampuan
merancang,
menanalisis,
memperbaiki, mengoperasikan dan menginstalasi sistem
integral yang terdiri dari manusia, material, peralatan,
informasi dan sumber daya lain.
Memiliki
kemampuan
untuk
mengidentifikasi,
memformulasi, memecahkan persoalan dan keputusan
sistem
integral
menggunakan
alat-alat
analitik,
komputasional, dan atau eksperimental.
Memiliki kemampuan untuk memahami tanggung jawab
profesi, etika, dan sosial.

KONTRAK PERKULIAHAN

Diskripsi Perkuliahan
Kuliah pengantar teknik industri terdiri dari 7 pokok
bahasan meliputi : pengantar, perancangan sistem
produksi,
perancangan
dan
pengawasan
operasi,
perencanaan dan perancangan fasilitas, optimasi, analisis
ekonomi teknik, pengendalian kualitas statistik.

Strategi Perkuliahan

Kuliah tatap muka mengantarkan pokok bahasan dan


menjelaskan isi dari sub pokok bahasan, pendalaman
berupa diskusi, studi kasus, latihan mengerjakan soal-soal
secara perorangan dan kelompok.

Kriteria Penilaian

Ujian tengah semester (UTS)


Ujian akhir semester (UAS)
Tugas-tugas
50%
Presensi
10%

20%
20%

RENCANA PEMBELAJARAN
Minggu 1 : Penjelasan GBPP dan Kontrak perkuliahan,

pengantar sejarah perkembangan disiplin teknik industri.


Minggu 2, 3 : Perancangan sistem produksi.
Minggu 4, 5 : Perancangan dan pengawasan operasi.
Minggu 6, 7 : Perencanaan dan perancangan fasilitas,
Minggu 8, 9 : UTS
Minggu 10, 11 : optimasi,
Minggu 12, 13 : Analisis ekonomi teknik,
Minggu 14, 15 : Ppengendalian kualitas statistik.

BAHAN BACAAN
1. Hilk, Philip E., 1977, Introduction to Industrial
Engineering
And
Management
Science,
Mc Graw-Hill Kogukusha, Tokyo.
2. Hari Purnomo, 2004, Pengantar Teknik
Industri,
Graha Ilmu,
Yogyakarta.
3. I Nyoman Pujawan, 1995, Ekonomi Teknik,
Guna
Widya, Jakarta
4. P. Siagian, 1987, Penelitian Operasional,
Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
5. Sritomo Wignjosoebroto, 1995, Pengantar
Teknik Industri, Guna Widya, Jakarta.
6. Wayne C. Turner, 1993, Introduction to
Industrial
And
Systems Engineering,
Prentice-Hall, Inc,
New Jersey.

MODUL I

Kompetensi Pokok Bahasan :


Memahami permasalahan dalam ruang
lingkup teknik industri yang melibatkan
manusia, mesin, energi dan informasi
secara efisien dan efektif.
Sub Pokok bahasan :
1.Definisi
2. Perkembangan teknik industri
3. Peranan disiplin teknik industri
4. Ilmu dasar disiplin teknik industri

Definisi Teknik Industri


Menurut Engineering Council for Professional
Development (ECPD) :
Profesi dimana suatu pengetahuan (Mat &
IPA) melalui studi, pengalaman & praktek
diaplikasikan
dengan
tujuan
untuk
mengembangkan
cara-cara
mendayagunakan, material dan kekuatan
alam secara ekonomis untuk kemanfatan
bagi
manusia.

Menurut

Blanchard

Aplikasi sistematis dari kombinasi sumberdaya fisik


dan alam dengan suatu cara tertentu untuk
menciptakan, mengembangkan, memproduksi dan
mendukung suatu produk atau suatu proses dimana
secara ekonomis mencakup beberapa bentuk
kegunaan
bagi
manusia.

Menurut Institute of Industrial Engineering


(IIE)
:
Disiplin ilmu teknik/engineering yang menangani
pekerjaan-pekerjaan
perancangan
(design),
perbaikan
(improvement),
penginstalasian
(installation), dan menangani masalah manusia,
peralatan, bahan/material, informasi, energi secara
efektif dan efisien.

Aktifitas-aktivitas yg dpt dilakukan disiplin Teknil


Industri (menurut American Institute of Industrial
Engineering = AIIE) adalah :
1. Perencanaan dan pemilihan metode kerja

dalam proses produksi


2. Pemilihan dan perancangan perkakas kerja
serta peralatan yang dibutuhkan dalam
proses
produksi
3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan
tata letak asilitas produksi, peralatan
pemindahan material.

4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan

pengendalian untuk distribusi barang/jasa,


pengendalian
persediaan,
pengendalian
kualitas
5. Pengembangan system pengendalian ongkos
produksi (pengendalian budget, analisa biaya
standar produksi, dll).
6. Perancangan dan pengembangan produk.
7. Desain
dan
pengembangan
system
pengukuran performans serta standar kerja.

8.

Pengembangan dan penerapan system


pengupahan dan pemberian insentif.

9. Perencanaan dan pengembangan


organisasi,
prosedur kerja.
10. Analisa lokasi dengan mempertimbangkan
pemasaran, bahan baku, suplai TK.
11. Aktivitas penyelidikan operasional dengan
analisa matematik, simulasi, program
linier, teori pengambilan
keputusan dll.

Perkembangan dan Organisasi yang mendukung


berdirinya disiplin Teknik Industri :
a. American Society of Mechanical Engineering
(ASME). Organisasi ini pertama kali mendiskusikan
konsep-konsep teknik industri dan merupakan
persemaian dari timbulnya konsep teknik industri.
b. Pada thn 1912 berdiri organisasi bernama. The
Efficiency Society dan The Society to Promote
the
Science of Management yang kemudian pada
tahun 1915 keduanya bergabung menjadi The
Taylor Society. Org ini bertujuan mengembangkan
konsepkonsep manajemen umum yang yang
diperkenalkan oleh Frederick Winslow Taylor.

c. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering


(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi manajemen
umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
d. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering
(SIE) yang mewadahi para spesialis produksi
maupun
para manajer sbg pembanding thd filosofi
manajemen umum yang telah dikembangkan oleh
Taylor.
e. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing
Engineer (SME) untuk mengembangkan pengetahuan
di bidang manufaktur.

f. Tahun 1936 The taylor Society dan The Society of


Industrial Engineering bergabung menjadi The Society
for Advancement Management(SAM).
g. Program studi Teknik Industri pertama kali dibuka
pada tahun 1908 di Pennsylvania State University
h. Tahun 1948 berdiri The American Society of Industrial
Engineering dengan didukung sekitar 70 negara AIIE
berkembang menjadi organisasi internasional dengan
nama Institute of Industrial Engineering (IIE).
i. Pendidikan Teknik Industri di Indonesia diperkenalkan
oleh Bapak
Matthias Aroef pada tahun 1958 setelah
menyelesaikan studi di Cornell University.

j. Tahun 1960 membuka sub jurusan Teknik Produksi di


Jurusan Teknik Mesin, sebagai embrio berdirinya Teknik
Industri.
k.Tahun 1971 berdiri Jurusan Teknik Industri yang
terpisah dengan Teknik Mesin yang kemudian
mengawali pendidikan Teknik Industri di Indonesia.
l. Pada saat ini telah berkembang pendidikan Teknik
Industri baik di PTN maupu PTS.
M. Tahun 1967 berdiri Persatuan Ahli Teknik Industri
(Persati), kemudian pada tahun 1987 berdiri Ikatan
Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri
Indonesia (ISTMI) sampai saat ini.

Hubungan Disiplin Teknik Industri dengan Disiplin Ilmu lain :

ILMU DASAR DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI

Ilmu-ilmu operasional yang meliputu :


Analisis dan perancangan kerja.
Pengawasan operasi.
Manajemen operasi
Tiga kriteria yang harus dilakukan agar
aplikasi TI dapat berhasil yaitu :

Kualitas.
Waktu.
Biaya

Tujuan TI ~ menjamin bahwa produk/jasa


yang dihasilkan berkualitas, tepat waktu dan
dengan biaya yang sesuai.
Ilmu yang termasuk dalam analisis dan
perancangan operasi adalah :
Analisis Perancangan Kerja
(Method engineering)
Merupakan studi yang mempelajari secara
sistematis seluruh operasi langsung & tdk
langsung unt mendapatkan perbaikanperbaikan sistem kerja.

Dalam ME dibahas studi kerja (work study)


& pengukuran kerja (work measurement).
Studi kerja berkaitan dengan pencarian
prosedur pelaksanaan kerja.
Pengukuran kerja berkaitan dengan
penentuan waktu standar yang digunakan
dalam melaksanaan kegiatan kerja.

Ergonomi (Human factor)


Ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan orang
dengan lingkungan kerjanya.
Ilmu
ini
muncul
akibat
banyaknya
kesalahan yang dilakukan dalam proses
kerja yaitu kesalahan dalam perancangan
atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan
kerja dirancang tdk sesuai dengan kondisi
fisik, psikis dan lingkungannya.

Empat dasar subkategori utama dlm ergonomi,


yaitu : skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory
(alat indera); environmental (lingkungan) dan
mental.

Perencanaan dan Perancangan Fasilitas


Meliputi penentuan/penempatan lokasi fasilitas, tat
letak fasilitas. Tujuan dari perencanaan &
perancangan fasilitas adalah untuk mendapatkan
biaya yang minimaum.

Material Handling

Tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC,


karena seringkali Mh menimbulkan biaya yang tdk
sedikit.

Riset Operasional
Meliputi penentuan pola-pola distribusi barang,
pola-pola jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi
Aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan
sumber daya (resources) yang ada dlm
memproduksi barang/ jasa dengan tujuan efisiensi
dan efektifitas dalam proses produksi.
Termasuk dalam aktivitas proses produksi al :
pemilihan mesin, estimasi biaya, sistem perawatan,
sistem produksi tepat waktu (just in time),
pengawasan persedian, pengendalian kualitas, dll.

Manajemen
Merupakan
karya
seni
dan
ilmu
dalam
memerintah,
mengatur
orang
dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen seperti
perencanaan
(planning),
pengorganisasian
(organizing), dan pengawasan (controlling).
Simulasi
Suatu metodologi untuk melakukan percobaan
dengan menggunakan model dari sistem nyata.
Seperti antrian orang di airport, antrian mobil di
SPBU/parkir, nasabah di Bank, barang yang antri
di proses produksi dll.

Modul II : Perancangan dan Pengukuran Kerja


Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu melakukan pengukuran kerja,
prosedur pengukuran kerja dengan beberapa
metode pengukuran kerja (Stop Watch dan
sampling Kerja).
Mampu melakukan evaluasi dan perbaikan
metode kerja.

Mampu melaksanakan perancangan fasilitas


dan alat kerja.

ANALISIS PERANCANGAN KERJA


(METHOD ENGINEERING)

Tujuan dari method engineering adalah


melakukan perbaikan metode kerja disetiap
bagian untuk meningkatkan fleksibilitas
sistem kerja, kepuasan pelanggan dan
meningkatkan produktivitas kerja.
STUDI KERJA (WORK STUDY)

Perbaikan proses, prosedur dan tata cara


pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
Perbaikan dan penghematan penggunaan
material, mesin/fasilitas kerja serta tenaga
kerja.

Perbaikan tata ruang kerja yang mampu


memberikan suasana kerja/lingkungan kerja
yang lebih aman dan nyaman.
Pendayagunaan usaha manusia dan
pengurangan gerakan-gerakan (motion) kerja
yang tidak perlu ataupun penyederhanaan
kerja (work simplification).
Tujuan penyederhanaan kerja : Mencari
cara kerja yang terbaik (lebih mudah, lebih
cepat, efisien, efektif, dan menghindari
pemborosan material, waktu, tenaga dll).

Lima langkah penyederhanaan kerja :


1. Memilih kegiatan kerja : yaitu kegiatan yang tdk efisien atau
kegiatan yang penyelesaiannya lambat dan ingin diperbaiki.
2. Pengumpulan dan pencatatan data / fakta Yang berkaitan dengan
metode kerja yang selama ini dilaksanakan : informasi yang
berkaitan dg urutan kegiatan, gerakan-gerakan kerja, layout dll.
3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. Langkah2 yg tdk efisien
dicari sebab-sebabnya.
4. Usulan altrnatif metode kerja yang lebih baik Diusulkan MK yg
dianggap efisien dan efektif, sebelum usulan diputuskan terlebih
dahulu di uji coba.
5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru.
Mengaplikasikan alternatif MK yang lebih baik untuk
menggantikan metode yang lama, evaluasi.

PETA PETA KERJA


PETA PROSES (PROCESS CHART)

Pendekatan tradisional yang digunakan untuk


menganalisis metode kerja.
Merupakan alat yang menggambarkan kegiatan
kerja secara sistematis dari tahap awal sampai
akhir.
Lambang yang digunakan :
= Operasi
= Transportasi
= Pemeriksaan
= Penyimpanan

MACAM PETA KERJA


Peta Proses Operasi

Peta Proses Operasi

Diagram Aliran

Peta Pekerja dan Mesin

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta Proses Operasi


Diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan
dialami bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan.
Kegunan peta aliran proses
1. Mengetahui aliran bahan mulai masuk proses sampai aktivitas
berakhir.
2. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan selama proses
berlangsung.
3. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan proses atau metode kerja
4. Memberikan informasi waktu penyelesaian suatu proses.

Perbedaan Peta Aliran Proses dan Peta Proses


Operasi.
1. Peta aliran proses memperlihatkan semua aktivitasaktivitas dasar termasuk transportasi, menunggu dan
penyimpanan. Sedangkan peta proses operasi
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Peta aliran proses menganalisa setiap komponen yang
diproses secara lebih lengkap dibandingkan peta
proses operasi.
3. Peta aliran proses tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan.
4. Peta aliran proses hanya menggambarkan dan
digunakan untuk menganalisa salah satu komponen
dari produk yang dirakit.

Tugas 1 :
Pembuatan Peta Kerja (OPC dab FPC)
Tugas 2 :
Pengukuran kerja ( mencari Waktu siklus,
Waktu normal dan Waktu baku).

PENGUKURAN KERJA
(WORK MEASUREMENT)
1. Suatu aktivitas untuk menentukan waktu ratarata yang dibutuhkan oleh seorang operator (yg
memiliki skill rata-rata dan terlatih) dalam
melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi
dan tempo kerja yang normal.
2. Kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran
waktu (time study), yaitu waktu standar atau
waktu baku.

Pengukuran waktu :
1. Pengukuran waktu secara langsung :
Pengukuran dengan stop watch
Sampling kerja
2. Pengukuran waktu secara tidak
langsung
Data waktu baku
Data waktu gerakan, dll.

Pengukuran Waktu dengan Stop Watch


Prosedur/urutan Pengukuran Waktu Kerja

Pengujian
Kecukupan
data

Faktor
Penyesuaian

Waktu

Waktu Siklus

Siklus

Rata-rata

Waktu
Normal

Waktu Standar
(Baku)

Pengujian

Faktor

keseragaman
data

Kelonggaran

PENGUJIAN DATA

Uji kecukupan data.


Untuk memastikan bahwa data yang telah
dikumpulkantelah
cukup
secara
obyektif.
Pengujian kecukupan data dilakukan dengan
berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat
ketelitian dan tingkat keyakinan/ kepercayaan.
Derajat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan
oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
melakukan pengukuran dalam jumlah yang
banyak (populasi).

Derajat ketelitian (degree of


accuracy)

Menunjukkan
penyimpangan
Derajat ketelitian (degree of accuracy)
maksimum
hasil pengukuran dari
Menunjukkan penyimpangan maksimum hasil
waktu penyelesaian
sebenarnya.
pengukuran
dari waktu penyelesaian
sebenarnya.
Tingkat keyakinan (convidence level)
Tingkat keyakinan
(convidence

Menunjukkan
besarnya keyakinan
pengukurlevel
akan )
ketelitian data waktu yang telah diamati dan
Menunjukkan besarnya keyakinan
dikumpulkan.
akan
ketelitian
Ujipengukur
kecukupan data
digunakan
rumus data
sbb. : waktu

yang telah diamati dan dikumpulkan.

Uji kecukupan data digunakan rumus sbb. :


2
k/s N

N =

Dengan :
k
= Tingkat keyakinan
k
= 99% = 3
k
= 95% = 2
s
= Derajat ketelitian
N
= Jumlah data pengamatan
N
= Jumlah data teoritis
Jika N N, maka data dianggap cukup, jika N > N data
dianggap tidak cukup (kurang) dan perlu dilakukan
penambahan data.

Contoh :
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan sebanyak 15
kali dengan menggunakan stop watch. Bila tingkat
keyakinan 95% dan derajat ketelitian 10%, apakah
jumlah pengamatan cukup?
Pengamatan (menit)
Pengamatan ke

10

11

12

13

14

15

Data Pengamt.

X
= 107
(X)2 = 11449
X2
= 791
k
= 95% = 2
s
= 10%
N =

k / s N X 2 X 2

2 / 0,1 15 x791 11449

107

14,53

Karena N < N , maka data dianggap cukup.


Uji Keseragaman data
Untuk memastikan bahwa data yang terkumpul
berasal dari system yang sama dan untuk
memisahkan data yang memiliki karakteristik yang
berbeda.
BKA
= X + k
BKB
= X - k

2
(
X

X
)

N 1

Dengan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Nilai Rata-rata
= Standar Deviasi
k = Tingkat Keyakinan
Contoh:
Suatu pengukuran elemen kerja dilakukan
sebanyak 15 kali dengan menggunakan
stop watch, jika batas kontrol 3.
Tentukan apakah data seragam atau
tidak.

Pengamatan (menit)
Pengamatan ke

10

11

12

13

14

15

Data Pengamt.

X
(X X)2

BKA
BKB

= 7,13
= 27,73
= 1,4
= 7,13 + 3 (1,4) = 11,33
= 7,13 3 (1,4) = 2,93

Semua data masuk dalam range antara BKA dan BKB,


maka data dikatakan seragam

Penyesuaian (Rating Factor)

Sering terjadi bahwa operator dalam melakukan pekerjaannya tdk


selamanya bekerja dlm kondisi wajar, ketidakwajaran dapat terjadi misalanya
tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
terjadi kesulitan-kesulitan sehingga menjadi lamban dalam bekerja.

Bila terjadi demikian maka pengukur harus mengetahui dan menilai


seberapa jauh ketidakwajaran tersebut dan pengukur harus menormalkannya
dengan melakukan penyesuaian.
Penyesuaian dapat dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata
dengan faktor penyesuaian (p).
Tiga kondisi faktor penyesuaian yaitu :
- Bila operator bekerja diatas normal (terlalu cepat), maka harga p
lebih besar dari satu (p > 1).

nya

- Operator bekerja dibawah normal (terlalu lambat), maka harga p nya lebih
kecil dari satu (p< 1).
- Operator bekerja dengan wajar, maka harga p nya sama dengan satu (p =
1).

Metode-metode untuk menentukan


penyesuaian
1. The Westing House System
Sistem ini dikembangkan oleh Westing House
Electric
Corporation dengan
mempertimbangkan empat factor al : ketrampilan,
usaha, kondisi dan konsistensi.
2. Synthetic Rating
Dikembangkan oleh Morrow, Synthetic Rating
mengevaluasi kecepatan operator dari nilai
waktu gerakan
yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu.
3. Speed Rating/Performance Rating
Sistem ini mengevaluasi performansi dengan
mempertimbangkan tingkat ketrampilan

4. Objective Rating
Dikembangkan oleh Munder dan Danner, Metode
ini tdk
hanya menentukan kecepatan aktivitas,
tetapi juga mempertimbangkan tingkat kesulitan
pekerjaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kesulitan pekerjaan
adalah : jumlah anggota
badan yang digunakan, pedal
kaki,
penggunaan kedua tangan, koordinasi mata dengan
tangan, penanganan dan bobot.
Kelonggaran (Allowance)
Adalah faktor koreksi yang harus diberikan kepada
waktu kerja operator, karena operator dalam
melakukan pekerjaannya sering tergangu pada halhal yang tidak diinginkan namun bersifat alamiah,
sehingga waktu penyelesaian menjadi lebih panjang
(lama).

Kelonggaran dapat dibedakan menjadi tiga


yaitu :
1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.
Kegiatan yang termasuk kebutuhan pribadi : minum
untuk menghilangkan rasa haus, pergi ke kamar kecil,
bercakap-cakap dengan sesama pekerja, dll.
2. Kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatigue).
Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil
produksi, bila rasa fatique ini berlangsung terus maka
akan terjadi fatigue total, yaitu anggota badan tdk dapat
melakukan gerakan kerja sama sekali. Untuk
mengurangi kelelahan si pekerja dapat mengatur
kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga
lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk
mengilangkan rasa fatigue tersebut.

4.

Kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang


tidak dapat dihindari.
Beberapa kelonggaran untuk hambatan tak
terhindarkan :
Menerima atau meminta petunjuk pada pengawas.
Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti
mengganti alat potong (komponen) yang patah,
memasang kembali komponen yang lepas dll.
Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus
dari gudang.

Mesin berhenti karena aliran listrik mati, dll.

Waktu Baku (Waktun Standar)


Setelah penentuan penyesuaian dan kelonggaran,
maka untuk menghitung waktu
100baku dapat
menggunakan formulasi 100
sebagai
berikut :
ALL
WB = [ W siklus x RF ] x
Waktu Normal
Keterangan :
WB = waktu baku
RF
= Penyesuaian (Rating Faktor/Performance

Contoh
Suatu pekerjaan pengemasan barang dalam kotak
kardus terdiri dari empat elemen kegiatan dengan
setiap elemen kegiatan dilakukan 10 kali
pengamatan seperti pada table berikut. Apabila
kelonggaran adalah 15% Tentukan waktu standar.
3

10

0,08

0,07

0,06

0,68

0,07

1,1

0,07

0,17

0,15

0,14

0,16

1,53

0,15

0,9

0,13

0,23

0,26

0,22

0,22

2,29

0,23

1,05

0,24

0,08
100 0,08

0,11

0,12

0,08

0,97

0,09

0,95

0,08

1 Mengambil
Kotak Kardus

0,06

0,08

0,07

0,05

0,07

0,06

0,08

2 Memasukkan
Barang

0,15

0,17

0,14

0,14

0,16

0,15

3 Menutup
Kotak Kardus

0,21

0,23

0,22

0,21

0,25

0,24

4 Meletakan
Hasil

0,08

0,10

0,09

0,12

0,11

Elemen
Kegiatan

100 15

0,61 menit / unit

Waktu Normal = 0,52 menit/unit

Waktu Baku

= 0,52 x 100

100 15

0,61 menit / unit

RF

WN

Pengukuran Waktu dengan Sampling Kerja

Melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tk


dalam kondisi kerja atau menganggur.

Pengamatan tidak dilakukan secara terus-menerus

melainkan hanya sesaat pada waktu yang telah


ditentukan secara acak/random.
Melakukan kunjungan ke tk yang akan diukur waktunya
secara acak, yaitu setiap kali kunjungan dengan selang
waktu yang tidak sama dan didasarkan pada bilangan
random yang dikonversi ke satuan waktu.
Misal, kunjungan dilakukan sebanyak 100 kali dengan
waktu pengamatan secara acak dan 90 kali
pengamatan tk dalam kondisi kerja/sibuk, maka
prosentase tk dalam kondisi sibuk adalah 90/100 = 0,9.
Tk dalam kondisi idle/menganggur adalah 10/100 =0,1

Pengujian Data

Kecukupan Data
SP

p (1 p )
n

k 2 1 p
N
=
Dengan :
S2p
S = Derajat ketelitian
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
N = Ukuran sample/data

Keseragaman Data
Batas kontrol
untuk p
p (1 p )

BKA= p k n
BKB= p k p (1n p)
Dengan pengertian sbb:
BKA= Batas kontrol atas
BKB= Batas kontrol bawah
p = Prosentase sibuk/produktif
k = Tingkat keyakinan
Contoh :
Suatu pengamatan sampling kerja dilakukan selama 10
hari kerja dengan waktu pengamatan setiap hari kerja
adalah 6 jam. Ukuran sample adalah 50 setiap hari,
tingkat keyakinan 99% dan derajat ketelitian 5%. Tentukan
kecukupan dan keseragaman data.

Tgl Pengamatan

1/1

2/1

3/1

4/1

5/1

6/1

7/1

8/1

9/1

10/1

Kondisi idle

10

Kondisi kerja

45

46

42

40

43

47

46

45

44

46

Prosentase idle

0,1

0,12

0,16

0,2

0,16

0,06

0,08

0,1

0,12

0,08

Prosentase kerja

0,9

0,88

0,84

0,8

0,86

0,94

0,92

0,9

0,88

0,92

Prosentase idle = 0,116,


prosentase kerja (p) = 1 0,016 = 0,884
k
= 99% = 3
N = 500
S
= 0,05
n
= 50
3 (1 0,884)
N
= (0,05) (0,884) 472,39
Karena N < N, maka data dianggap cukup
2

BKA =

0,884 3

0,884 (1 0,664)
1,019
50

BKB =

0,884 3

0,884 (1 0,664)
0,748
50

Karena nilai prosentase kerja semuanya masuk


dalam range BKA dan BKB, maka data seragam.

Waktu Baku

Penentuan waktu baku dengan sampling kerja


dihitung dengan menggunakan rumus :
Waktu Normal =
Waktu Baku

Total waktu x Pr osentase sibuk x Rating Factor ( RF )


Jumlah produk yang dihasilkan

Waktu Normal x

100
100 Kelonggaran ( All )

Contoh :
Seorang pekerja kantor pos bekerja delapan jam sehari
untuk melakukan penyortiran surat-surat. Dari pengamatan
yang dilakukan ternyata 85% pekerja tersebut dalam kondisi
bekerja dan 15% dalam kondisi menganggur. Apabila jumlah
surat yang disortir sebanyak 2345 surat, maka tentukan
waktu bakunya dengan asumsi rating factor adalah 115%
dan kelonggaran 20%.
Waktu Normal (Wn)
Waktu Baku (Wb) =
Output Standar

480 menit x 0,85 x 1,15


0,2 menit / surat
2345

0,2 x

100
0,25 menit / surat
100 20

1
1

4 surat / menit
Wb
0,25

Jadi, pekerja mampu mengerjakan penyortiran surat


sebanyak 4 surat per menit.
Tugas 2 : Penentuan Waktu Baku (Stop Watch &
sampling Kerja)

Modul
III
Pengawasan

Perencanaan
Operasi

dan

Kompetensi Pokok Bahasan :

Mampu melakukan peramalan produksi


dengan beberapa metode peramalan.

Mampu melakukan perencanaan produksi


berdasarkan hasil peramalan.

Mampu melakukan pengawasan dan

perencanaan persediaan dengan beberapa


metode.

Perencanaan dan Pengawasan


Operasi

Aktivitas utama dalam system produksi


adalah perencanaan dan pengawasan
operasi.

Sistem produksi adalah suatu aktivitas

untuk mengatur penggunaan sumber daya


(resources) yang ada dalam proses
pembuatan produk/barang atau jasa yang
bermanfaat dengan melakukan optimasi
terhadap tujuan perusahaan.

Bahan
- TK
- Mesin
- Fasilitas
- Dll.

Proses transformasi
atau perubahan

Informasi umpan balik hasil


untuk pengawasan proses

Produk/
Jasa

Kegiatan
Perencanaan
Operasi al :

&

Pengawasan

1. Peramalan
Perkiraan atau estimasi tingkat permintaan
suatu produk untuk periode yang akan datang
berdasarkan data penjualan masa lampau yang
dianalisis dengan cara tertentu.
2. Perencanaan Operasi/produksi
Digunakan untuk mengetahui jumlah barang
yang
harus diproduksi dengan didasarkan
pada hasil peramalan dan persediaan yang
ada.
Merupakan pegangan untuk merancang jadual
produksi.

3. Pengawasan dan Perencanaan Persediaan


Persediaan : sumber daya menganggur (idle
resources) yang menunggu proses lebih lanjut,
berupa
kegiatan
produksi
pada
system
manufaktur, kegiatan pemasaran pada system
distribusi atau kegiatan konsumsi pada system
rumah tangga.
Persediaan digunakan untuk mempermudah atau
memperlancar jalannya opersi perusahaan yang
dilakukan berturut-turut untuk memproduksi
barang untuk dipasarkan pada konsumen.

4. Material Requirement Planning


Metode Perencanaan Kebutuhan Material adalah
prosedur logis, aturan keputusan dan teknik
pencatatan terkomputerisasi yang dirancang
untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi
(Master Production Schedule) menjadi kebutuhan
bersih (net requirement) material untuk semua
item komponen produk.

5. Line Balancing (Keseimbangan Lintasan)


Upaya
untuk
meminimumkan
ketidakseimbangan diantara mesin-mesin untuk
mendapatkan waktu yang sama di setiap stasiun
kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang
diinginkan.

6. Konsep Just In Time.


Memproduksi output yang diperlukan, pada
waktu
dibutuhkan,
dalam
jumlah
sesuai
kebutuhan. Pada setiap tahap proses dalam
system produksi. Dengan cara yang paling
ekonomis dan efisien.

Peramalan(Forecast)
Metode Peramalan
1. Peramalan Subyektif.

Menekankan pada keputusan-keputusan hasil


diskusi, pendapat pribadi dan institusi.
- Metode Delphi.
peramalan yang didasarkan pada keputusan
bersama dari suatu grup yang terdiri dari para
ahli
yang berbeda.
- Metode Penelitian Pasar :
metode ini menganalisa fakta secara sistematis
pada
bidang yang berhubungan dengan
pemasaran.
(teknik
survei
konsumen
:
kuisioner).

2.Peramalan Obyektif.
Prosedur peramalan yang mengikuti aturanaturan matematis dan statistik.

Metode Intrinsik
Peramalan yang hanya berdasarkan proyeksi
permintaan histories tanpa mempertimbangkan
faktor-faktor
eksternal
yang
mungkin
mempengaruhi besarnya permintaan.
Untuk peramalan jangka pendek, Analisis deret
waktu (Time Series)

Metode Ekstrinsik
Memepertimbangkan faktor-faktor eksternal yang
mungkin mempengaruhi besarnya permintaan
dimasa datang.

Peramalan
jangka
panjang,
karena
dapat
menunjukkan hubungan sebab-akibat
(disebut
metode kausal), Metode Regresi.

Regresi Linier
Dalam metode regresi linear, pola hubungan antara
suatu
variabel yang mempengaruhinya dapat
dinyatakan dengan suatu garis lurus.
Persamaan regresi linear dapat dinyatakan sbb:
Y = a + bx

y b x
a=
N

N xy x y
b = N x 2 x 2

Dengan :
Y = Besarnya nilai yang diramal
a = Nilai trend pada periode dasar
b = Tingkat perkembangan nilai yang diramal
x = Unit tahun yang dihitung dari periode dasar

Contoh
Data penjualan produk PT ABC seperti pada tabel
berikut, kemudian perusahaan ingin meramal
penjualan pada periode ke 11, 12, 13, 14, 15.
Penjualan (Y)

Periode (X)

X2

XY

45

45

35

70

30

90

50

16

200

40

25

200

60

36

360

30

49

210

45

64

360

55

81

494

65

10

100

650

455

55

385

2680

b=

10 2680 455 55

a=

455 2 ,15 55 33,675


10
10

10 385 55 55

2,15

Persamaan garis regresinya adalah :


Y = 33,675 + 2,15 (X)
Ramalan ke 11
57,325
Ramalan ke 12
59,325
Ramalan ke 13
61,325
Ramalan ke 14
63,475
Ramalan ke 15
65,925

Y = 33,675 + 2,15 (11) =


Y = 33,675 + 2,15 (12)

Y = 33,675 + 2,15 (13)

Y = 33,675 + 2,15 (14)

Y = 33,675 + 2,15 (15)

Rumus yang digunakan :


t

F(t+1) =

i 1

Xt
t

t 1

F(t+2) = Xt
i 2
t 2

F(t+3) =
i 3

Xt
t

dst.
Dengan :
F(t+i)= Peramalan pada periode t+1
Xi
= Nilai aktual
t
= Periode rata-rata bergerak

Contoh :
Bulan

Data

Rata-rata bergerak
Tiga bulanan

Rata-rata bergerak
Lima bulanan

386

340

390

368

372

425

366

440

394,3

381,8

410

411

392,6

466

425

406,6

330

438,7

421,8

10

350

402

414,2

11

375

382

399,2

12

380

351,7

386,2

PERENCANAAN OPERASI / PRODUKSI


Digunakan untuk mengetahui jumlah barang/produk yang harus
diproduksi dengan didasarkan pada hasil peramalan dan
persediaan yang ada, juga merupakan pegangan untuk
merancang jadual produksi.

Fungsi lain :

- Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten


terhadap
rencana strategi perusahaan.
- Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana
produksi.
- Sebagai alat monitor hasil produksi aktual terhadap rencana
produksi.
- Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target
produksi dan
rencana produksi.
- Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadual induk
produksi.

Untuk melakukan perencanaan produksi dapat


dilakukan dengan beberapa strategi :
Dengan mengendalikan persediaan, (dilakukan pada

saat kapasitas produksi dibawah permintaan dan


digunakan pada saat diatas kapasitas produksi)
Dengan mengendaliakan jumlah tenaga kerja sesuai
dengan laju produksi yang diinginkan.
Mengadakan subkontrak untuk menaikan kapasitas
pada saat perusahaan dalam keadaan sibuk.
Mempengaruhi permintaan (potongan harga,
pemberian hadiah, layanan-layanan khusus).

Perencanaan Operasi dapat diklasifikasikan


menjadi dua metode yaitu :

1. Metode Kualitatif :
Rasio persediaan, konsensus manajemen,
grafik dll.
Bulan
Peramalan
2. Metode Kuantitattif :
Heuristik, model matematik, simulasi
dll.
1
103
Contoh :
2
117
Data dari hasil peramalan :
3
115

Komulatif
103
220
335

121

456

123

579

109

688

89

777

74

851

71

922

10

73

995

11

81

1.076

12

98

1.174

Berdasarkan hasil peramalan maka dapat dilakukan


rencana produksi untuk 12 periode.
Dimisalkan pada rencana 1 tingkat produksi adalah
70 unit/ bln dengan menganggap persediaan awal
adalah 340 unit.
Pada rencana 2 tingkat produksi 120 unit/bln untuk 6
bulan pertama dan 60 unit/bln untuk 6 bulan
terakhir, dengan persediaan awal 100 unit, sehingga
hasil akhir persediaan seperti pada table berikut :

Tabel Rencana Produksi


Bln

Perama lan

Komu latif

Rencana Produksi 1

Rencana Produksi 2

Persediaan
Awal

Produksi

Persediaan
Akhir

Persedia an
Awal

Produksi

Persediaan
Akhir

103

103

340

70

307

100

120

117

117

220

307

70

260

117

120

120

115

335

260

70

215

120

120

125

121

456

215

70

164

125

120

124

123

579

164

70

111

124

120

121

109

688

111

70

72

121

120

132

89

777

72

70

53

132

60

103

74

851

53

70

49

103

60

89

71

922

49

70

48

89

60

78

10

73

995

48

70

45

78

60

65

11

81

1.076

45

70

34

65

60

44

12

98

1.174

34

70

44

60

Dari dua rencana produksi tersebut akan dipilih salah satu


dari rencana yang ada dengan mempertimbangkan biaya
yang terjadi, yaitu biaya terkecil yang akan digunakan
sebagai rencana produksi.
PENGAWASAN DAN
PERENCANAAN PERSEDIAAN

Fungsi utama persediaan yaitu :


- Sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi
dan distribusi untuk memperoleh efisiensi.
- Sebagai stabilitor harga terhadap fluktuasi permintaan.

Masalah umum persediaan dalam suatu system dapat


dibedakan menjadi dua, yaitu masalah kuantitatif dan
masalah kualitatif.
1. Masalah kuantitatif : semua hal yang
berhubungan dengan penentuan kebijakan
persediaan al:
- Berapa banyak jumlah barang yang akan
dipesan.
- Kapan pemesanan barang harus dilakukan.
- Berapa jumlah persediaan pengaman.
2. Masalah kualitatif : Semua hal yang berhubungan
- Metode pengendalian persediaan mana yang
dg
paling tepat.
system pengoperasian persediaan al:
- Jenis bahan/barang apa yang masih ada
- Dimana barang tersebut ditempatkan
- Berapa banyak barang dalam proses pemesanan
- Siapa saja yang ditunjuk sebagai pemasok, dsb.

Komponen biaya dlm rangka penentuan persediaan


1. Biaya pembelian (Purchasing Cost = c
- Biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang persediaan.
- Besarnya biaya tergantung dari jumlah barang yang dibeli
dari harga satuan.
2. Biaya pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis yaitu :
- Biaya pemesanan (Ordering Cost = k)
Semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar.
- Biaya penentuan pemasok, administrasi pesanan,
pengiriman pesanan, pengangkutan, penerimaan dsb.

Biaya persiapan (Setup Cost = k)


- Semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang.
- Biaya menyusun peralatan produksi, menyetel
mesin,
persiapan gambar kerja dsb.
Biaya penyimpanan (Holding Cost = h)
Semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang,
meliputi : - Biaya modal
- Biaya gudang
- Biaya asuransi
- Biaya administrasi
- Biaya kadaluarsa
- Biaya kerusakan dan penyusutan

4. Biaya kekurangan persediaan/kehabisan


stock (Shortage Cost = p)
Biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan lebih kecil dari jumlah yang diperlukan.
Metode Pengendalian Persediaan

Metode Tradisional
Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)
Metode Kanban

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional/EOQ


Dalam metode ini pada dasarnya mencari jawaban optimal
dalam menentukan :
- Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ)
- Titik pemesanan kembali (RO)
- Jumlah cadangan pengaman yang diperlukan (SS)

Model EOQ didasarkan pada asumsi-asumsi sbb :


Hanya

satu item barang (produk) yang diperhitungkan


Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui
Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia
Waktu ancang-ancang (lead time) bersifat konstan
Setiap pesanan dikirim dan langsung digunakan
Tidak ada pesanan ulang (back order)
Tidak ada diskon

Tujuan model ini adalah menentukan jumlah ekonomis


setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga total biaya
persediaan minimal.

Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding


cost + Purchasing cost.
Parameter yang dipakai adalah :
D : jumlah kebutuhan barang selama satu periode
k
: ordering cost sekali pesan
h
: holding cost persatuan nilai persediaan
persatuan waktu
c
: purchasing cost persatuan nilai persediaan
t
: waktu antara satu pesanan ke pesanan
berikutnya

Model Persediaan EOQ


Titik saat pemesanan diterima (order point)

Rata-rata persediaan = Q/2

t = Q/D

Waktu ( t )

Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost +


Purchasing cost.

Ti
n
g
k
at
P
er
s
e
di
a
a
n
(
Q
)

a). Biaya pesan =

D
k

k : biaya pesan setiap kali pesan


D : permintaan per periode
Q : jumlah pemesanan optimal
b). Biaya simpan =

periode
h : biaya simpan per unit
per
k

Q : jumlah pemesanan optimal

c). Biaya pembelian = c


Rumus persediaan model Q (EOQ) adalah sbb :
Q (EOQ) =

2 Dk
h

EOQ
D
to (waktu antar pemesanan optimal) diperoleh :
to=
Contoh :
Permintaan harian suatu jenis barang diperkirakan
100 unit, Biaya pemesanan diketahui Rp 100,setiap kali pesan. Biaya penyimpanan harian setiap
unit persediaan Rp 0,02,- tentukan jumlah

2 Dk

Jumlah pemesanan ekonomis :h

EOQ =
Waktu antar pemesanan :
to =

2 x100 x100
1000 unit
0,02

EOQ 1000

10 hari
D
100

Modul IV : Perencanaan &


Perancangan
Tata
Letak Fasilitas
Kompetensi Pokok Bahasan :

Memahami aspek-aspek yang berkaitan


dengan penetapan lokasi fasilitas/pabrik

Memahami teknik dan mampu melakukan


perancangan tata letak fasilitas produksi

Memahami permasalahan yang berkaitan


dengan
pemindahan
handling).

bahan

(material

Memahami macam/type tata letak fasilitas


produksi.

Perencenaan & Perancangan Tata Letak Fasilitas


Perencanaan Fasilitas :
- Perancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan

dibangun/didirikan, dengan tujuan menempatkan fasilitasfasilitas/pabrik yang sesuai dari segi biaya dan keuntungan.
Dua hal pokok dalam Perancangan Fasilitas :
- Perancangan lokasi pabrik
- Perancangan fasilitas produksi

Penentuan Lokasi Pabrik/Fasilitas :


Lokasi pabrik yang ideal adalah terletak pada tempat yang akan mampu
memberikan total biaya dari proses produksi dan distribusi yang rendah
serta harga dan volume penjualan produk yang mampu memberikan
keuntungan yang maksimal.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam


penentuan lokasi pabrik :
1. Market location
5. Climate
2. Raw material location
6. Labor & wage
salary
3. Transportation
7. Law & taxation
4. Power
8. Water & waste
Model-model Analisa Lokasi Fasilitas
Cara yang dapat dipergunakan untuk menganalisis
dan mengambil keputusan untuk memilih lokasi
pabrik/ perusahaan.

Metode Pendekatan
- Kontinyu (Penentuan satu/lebih lokasi optimal)
. Metode Analisa Pusat Gravitasi Gravity
- Analisis Kuantitatif (Faktor Obyektifitas)
. Metode Analisis Transportasi Program Linier
- Analisis Hibrid (Kombinasi Faktor Obyektif &
Subyektif)
. Metode Brown-Gibson
Analisa Pusat Gravitasi :
Dalam metode ini ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi yaitu :
- Lokasi sumber bhn baku/material (input produksi).
- Lokasi daerah pemasaran (output produksi).

Dalam metode ini diasumsikan bahwa :


Biaya produksi dan distribusi tidak diperhitungkan
(biaya produksi dan distribusi untuk masing-masing
lokasi baik dari sumber material, pemasaran
menuju lokasi pabrik dianggap sama).
Untuk menganalisa dengan metode ini input yang
diperlukan adalah :
- Kebutuhan/demand produk jadi atau baham baku
dari masing daerah pemasaran atau lokasi sumber
bhn baku.
- Koordinat geografis dari lokasi pabrik yang
direncanakan,
daerah pemasaran ataupun
daerah sumber bhn baku.

Fungsi Tujuan adalah :


m
n
Minimum f (X,Y) =
Wj . di
I=1 j=1
Dimana :
di
= [ ( Xi aj ) 2 + ( Yi bj ) 2 ] 1/2
m
= banyaknya alternatif lokasi yang akan
dipilih
n
= banyaknya daerah pemasaran/sumber bhn
baku
Wj = Kebutuhan/demand produk jadi atau
kapasitas
suplay dari sumber bhn baku.
( Xi ; Yi )
., m
( aj ; bj )
atau

= koordinat alternatif lokasi, 1, 2, 3, 4,


= koordinat lokasi daerah pemasaran
lokasi sumber bhn baku, 1, 2, 3, 4,.,

Soal Latihan :
Sebuah perusahaan Elektronik bermaksud
mendirikan pabrik baru, berdasarkan hasil studi
kelayakan diperoleh alternatif dan jarak koordinat
lokasi (dalam satuan puluhan kilometer) sebagai
berikut :

Alternatif lokasi P (-10, 7)


Alternatif lokasi Q (5, -30)
Alternatif lokasi R (10, 0)
Daerah pemasaran yang harus dipenuhi
kebutuhannya terletak di 5 (lima) kota dengan
koordinat dan kebutuhan masing-masing (dalam
satuan ton) sebagai berikut :

Daerah Pemasaran :
(ton)
Pemasaran A (2, -15)
Pemasaran B (-5, -10)
Pemasaran C (8, 8)
8
Pemasaran D (0, -7)
Pemasaran E (-15, 8)

Demand
5
10
15
20

Dengan menggunakan analisa gravitasi, tentukan

Metode Kuantitatif
Transportasi Program Linier
Aplikasi metode transportasi digunakan untuk
menentukan pola distribusi yang terbaik dari
lokasi pabrik ke daerah pemasaran tertentu.
Keputusan yang dipilih didasarkan pada lokasi
yang memberikan total biaya terkecil.
Dalam menyelesaikan masalah trensportasi
ada beberapa cara/metode yang dapat
digunakan yaitu : cara/metode heuristics,
vogel dan north west corner.

Contoh persoalan pemakaian metode


transportasi untuk memilih lokasi yang
baik.
Perusahan XYZ mempunyai dua pabrik di
kota Semarang dan Bandung yang
mensuplai produk ke empat daerah
pemasaran yaitu : Jogja, Solo, Purwokerto
dan Magelang.
Berkaitan dengan permintaan produk yang
terus meningkat perusahaan
merencanakan untuk membangun sebuah
pabrik baru lagi.

Alternatif lokasi yang diusulkan adalah : di kota


Surabaya atau kota Malang
Data mengenai kapasitas produksi, biaya
transportasi, serta data kebutuhan (demand) untuk
masing-masing daerah seperti dalam tabel berikut
(dlm puluhan ribu rp) :
Lokasi

Daerah Pemasaran

Kapasitas
(ton/mgg)

Jogja

Solo

P Kerto

Mg-lang

Semarang

18

20

25

15

650

Bandung

40

45

30

42

600

Surabaya

55

50

60

55

tak terbatas

Malang

58

55

62

60

tak terbatas

400

500

300

450

Demand
(ton/mgg)

1650

Dengan analisa secara terpisah antara alternatif


lokasi di kota Surabaya dan Malang, maka dapat
dialokasikan ke setiap daerah pemasaran dengan
memperhatikan kapasitas masing-masing pabrik
yang ada.
Lokasi
Daerah Pemasaran
Alternatif
lokasi Surabaya
Jogja

Solo

P Kerto

Semarang

18

20

25

Bandung

40

45

30

Surabaya

55

Demand
(ton/mgg)

400

50

500

60

300

Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang

15

42

55

450

650

600

400

1650

Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di


Surabaya

Lokasi

Daerah Pemasaran
Jogja

Semarang

Bandung

Surabaya

Demand
(ton/mgg)

18

200

40

200

55

Solo

20

45

100

50

P Kerto

Mg-lang

25

15

30

300

60

450

500

650

42

600
55

400

400
400

Kapasitas
(ton/mgg)

300

450

1650

Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif


lokasi SBY
From

To

Shipment

Cost/profit

Oport.
Cost

Semarang

Jogja

200

18

Semarang

Solo

20

-3

Semarang

P Kerto

25

17

Semarang

Magelang

450

15

Bandung

Jogja

200

40

Bandung

Solo

100

45

Bandung

P Kerto

300

30

Bandung

Magelang

42

Surabaya

Jogja

55

10

Surabaya

Solo

400

50

Surabaya

P Kerto

60

25

Surabaya

Magelang

55

13

Minimized OBJ = 51.850

Iterasi 2 (perbaikan) unt alternatif lokasi pabrik di


Sby.
Lokasi
60
50
55
30
45
40
18

Semarang

Jogja

18
100

Bandung

40

Solo

20

50

P Kerto

25

100
45

300
Surabaya

Kapasitas
(ton/mgg)

Daerah Pemasaran
Mg-lang

15
450

30

30

300
50

60

55

400
Demand
(ton/mgg)

400

500

650

300

450

600

400

1650

Perhitungan Transportasi Iterasi 2 unt alternatif


lokasi SBY
From

To

Shipment

Cost/profit

Oport.
Cost

Semarang

Jogja

100

18

Semarang

Solo

100

20

Semarang

P Kerto

25

17

Semarang

Magelang

450

15

Bandung

Jogja

300

40

Bandung

Solo

45

Bandung

P Kerto

300

30

Bandung

Magelang

42

Surabaya

Jogja

55

Surabaya

Solo

400

50

Surabaya

P Kerto

60

22

Surabaya

Magelang

55

10

Minimized OBJ = 51.550

Alternatif lokasi Malang


Lokasi

Daerah Pemasaran
Jogja

Solo

P Kerto

Kapasitas
(ton/mgg)
Mg-lang

58
40
18

Semarang

Bandung

Malang

Demand
(ton/mgg)

18

20

25

15

40

45

30

42

58

55

62

60

400

500

300

450

650

600

400

1650

Iterasi 1 analisa untuk alternatif lokasi pabrik di


Malang
Lokasi

Semarang

Daerah Pemasaran
58
45
40
18

Jogja

18

Solo

20

P Kerto

Mg-lang

25

15
450

200
Bandung

40
200

Malang

58

Kapasitas
(ton/mgg)

45
100
55

30

42

300
62

60

400
Demand
(ton/mgg)

400

500

300

450

650

600

400

1650

Perhitungan transportasi iterasi 1 unt alternatif


lokasi Mlg.
From

To

Shipment

Cost/profit

Oport.
Cost

Semarang

Jogja

200

18

Semarang

Solo

20

-3

Semarang

P Kerto

25

17

Semarang

Magelang

450

15

Bandung

Jogja

200

40

Bandung

Solo

100

45

Bandung

P Kerto

300

30

Bandung

Magelang

42

Malang

Jogja

58

Malang

Solo

400

55

Malang

P Kerto

62

19

Malang

Magelang

60

13

Minimized OBJ = 53.850

Iterasi 2 (perbaikan) untuk alternatif lokasi pabrik di


Malang

Lokasi

Daerah Pemasaran
Jogja

Semarang

Solo

20

18

Mg-lang

15
450

40

45

30

42

300

300
58

Malang

25

100

100
Bandung

P Kerto

55

62

60

400
Demand
(ton/mgg)

400

500

300

450

Kapasitas
(ton/mgg)

650

600

400

1650

Perhitungan transportasi iterasi 2 untuk alternatif


lokasi Mlg
From

To

Shipment

Cost/profit

Oport.
Cost

Semarang

Jogja

100

18

Semarang

Solo

100

20

Semarang

P Kerto

25

17

Semarang

Magelang

450

15

Bandung

Jogja

300

40

Bandung

Solo

45

Bandung

P Kerto

300

30

Bandung

Magelang

42

Malang

Jogja

58

Malang

Solo

400

55

Malang

P Kerto

62

19

Malang

Magelang

60

10

Minimized OBJ = 53.550

Berdasarkan
perhitungan
diatas
jika
dibangun pabrik di lokasi Surabaya biaya
transportasinya sebesar Rp 51.550,- dan
jika dibangun pabrik di lokasi Malang biaya
transportasinya
sebesar
Rp
53.550-,
dengan demikian pendirian pabrik yang
lebih menguntungkan adalah di lokasi
Surabaya.

Macam Tipe Tata Letak Fasilitas

Tata Letak Produk


(Product Lay Out = Aliran produk).
Tata Letak Proses
(Process Lay Out = Aliran proses).
Tata Letak Posisi Tetap
(Fixed Position Lay Out).
Tata Letak Kelompok Produk
(Product Famili/Group Teknologi)

Tata Letak Produk :

Semua fasilitas produksi diatur/ditempatkan


dalam satu departemen khusus.
Diaplikasikan untuk industri skala besar dan
proses produksinya berlangsung secara kontinyu.
Industri Gula, semen, kertas, perakitan (mobil,
elektronik).

Pertimbangan atas dasar Tata Letak Produk :


1. Produk yang dibuat hanya satu atau beberapa
produk standar.
2. Produk dibuat dalam jumlah/volume besar untuk
jangka waktu relatif lama.
3. Keseimbangan lintasan produksi lebih baik.

4. Satu mesin hanya digunakan unt satu macam


5.
6.

proses kerja.
Aktivitas inspeksi selama proses produksi relatif
sedikit.
Aktivitas MH dari satu SK ke SK yang lain dapat
dilaksanakan secara mekanis.

Bahan
Baku

Gudang
Bahan
Baku

SK-1

SK-2

SK-3

SK-4

Gudang
Produk
Jadi

Produk
Jadi

Press
1

2
Bubut

3
Drill

4
Pengepakan

2
1

2
Gerinda Frais

4
3
PengeBubut pakan

Tata Letak Aliran Produk

Keuntungan :

1. MHC rendah sebagai akibat Lay Out disusun


2.
3.

4.

berdasarkan urutan operasi, shg jarak


perpindahan bahan minimum.
Total waktu yang dipergunakan untuk produksi
relatif singkat.
Work In Procces jarang terjadi karena lintasan
produksi sudah seimbang. Output satu proses
langsung dipergunakan sebagai input proses
berikutnya.
Tiap unit produksi atau SK memerlukan luas
area yang minimal karena tidak diperlukan WIP
Storege.

Kerugian :
1. Breakdown dari satu mesin menyebabkan terhentinya seluruh aliran
produksi.
2. Jika terjadi perubahan terhadap desain produk, maka akan merubah
aliran produk dan lay out.
3. Kelancaran proses produksi akan ditentukan oleh proses mesin yang
paling lambat.
4. Memerlukan investasi mesin tinggi (Special Purpose Machine).
Tata Letak Proses :
Denaturant dan penempatan mesin/fasilitas produksi yang
semacam dalam satu departemen.
Semua fasilitas produksi yang memiliki ciri/fungsi kerja yang sama
diletakan dalam satu departemen.
Diaplikasikan pada industri berskala kecil.
Faktor manufaktur dan jasa pelayanan.

Pertimbangan :

1. Produk yang dibuat berbagai macam


2.
3.
4.
5.
6.

model/type dan tiap model dibuat dalam jumlah


kecil serta jangka waktu yang relatif singkat.
Aktivitas berubah-ubah sehingga studi waktu
dan gerak untuk menentukan metode dan
waktu standar sulit dilakukan.
Sulit mengatur line balanchng antar operator
dan mesin.
Memerlukan pengawasan yang ekstra selama
proses operasi.
Satu jenis mesin dapat melakukan bebagai
macam produk (General Purpose).
Banyak menggunakan peralatan berat untuk
kegiatan MH.

Bahan
Baku

Gudang Bahan
Baku
A

SK-1

Press

SK-2

SK-3

Bubut

SK-4

1
Pengecoran

3
Frais

Produk
Jadi

Gerinda

Drill

Gudang
Produk Jadi

4
Pengepakan

Tata Letak Aliran Proses

Keuntungan :
1. Investasi mesin dan fasilitas produksi rendah, karena mesin yang
2.
3.

digunakan mesin-mesin type umum (General Purpose).


Jika terjadi breakdown mesin mudah diatasi, yaitu dengan
memindahkan ke mesin lain.
Karena ada spesialisasi kerja, aktivitas supervisi lebih baik dan efisien.

Kerugian :
1. Karenna lintasan produksi lebih panjang, MHC lebih mahal.
2. Total waktu produksi lebih lama, WIP lebih banyak dijumpai karena
waktu operasi sulit diseimbangkan.
3. Karena diversifikasi produk adalah job order, maka diperlukan
operator skill tinggi.

Tata Letak Posisi Tetap :

Material dan komponen dari produk utama akan

ditempatkan pada posisi tetap, sedangkan fasilitas


produksi seperti tools, mesin, manusia serta
komponen-komponen kecil akan bergerak menuju
lokasi material atau komponen produk utama.
Diaplikasikan pada industri yang menghasilkan
produk-produk skala ukuran besar :
Industri
pesawat, kapal dll.

Mesin-2

Mesin-2

Produk
Utama

Mesin-2

Keuntungan :

1. Karena posisi material dan komponen produk


2.

utama tetap, maka MH dapat dikurangi.


Fleksibilitas kerja tinggi, karena fasilitas produksi
dapat diakomodasikan untuk mengantisipasi
perubahan dalam rancangan produk.

Kerugian :
1. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas
produksi atau operato pada saat proses operasi.
2. Memerlukan operator dengan skill tinggi.
3. Membutuhkan space area yang luas untuk peralatan
kerja dan WIP.
4. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang
ketat.

Product Family (Group Tecnology) :

Didasarkan pada pengelompokan produk atau


komponen yang akan dibuat.
Pada dasarnya merupakan kombinasi dari product lay
out dan procces lay out.
Produk-produk yang tidak identik dikelompokan
berdasarkan langkah pemrosesan, bentuk, mesin atau
peralatan.
Keuntungan :
Dengan pengelompokan produk sesuai dengan proses
pembuatannya, maka pendayagunaan mesin akan
diperoleh secara maksimal.
Jarak perpindahan material
lebih pendek sehingga
lintasan aliran lebih
lebi lancar.
Memiliki keuntungan yang bisa diperoleh dari produk lay
out dan proses lay out.
Umumnya menggunakan mesin-mesin general purpose
sehingga investasinya juga lebih rendah.

B
C

Bubut

Bor

Gerinda

Perakitan

Milling

Perakitan

Bor

Finising

Press

Bubut

Bor

Gerinda

Bor

Perakitan

Press

Bor

Perakitan

Gerinda

Tata Letak Group Teknologi

Kerugian :
1. Diperlukan TK dengan skill tinggi.
2. Kelancaran kerja sangat tergantung pada
kegiatan pengendalian produksi terutama aliran
kerja.
3. Jika keseimbangan aliran sulit dicapai maka
diperlukan WIP Storage.
4. Beberapa kerugian dari product dan procces lay
out juga akan dijumpai.
5. Kesempatan untuk mengaplikasikan faslitas
produksi tipe special purpose sulit dilakukan.

Modul V : Optimasi
Kompetensi Pokok Bahasan :
Mampu
melakukan
penilaian/evaluasi,
membandingkan dan menjaring berbagai
pilihan jawaban, sehingga dapat mengambil
keputusan yang terbaik.
Mampu menyelesaikan persoalan-persoalan
dengan pertimbangan criteria-criteria dan
pembatas-pembatas tertentu dengan tujuan
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai.

OPTIMASI :

PROGRAM DINAMIS

Program Dinamis

Suatu teknik optimasi untuk menyelesaikan


masalah yang melibatkan sekumpulan pengambilan
keputusan yang saling berhubungan, dengan tujuan
agar secara keseluruhan mencapai keefektifan.

Prinsip Optimasi Bellman :

Menyatakan bahwa suatu kebijakan menyeluruh


yang optimal harus dibentuk oleh sub-sub kebijakan
yang optimal pula.
Dalam program dinamis keputusan mendatang
ditentukan berdasarkan keputusan saat ini,
keputusan
saat
ini
ditentukan
berdasarkan
keputusan
kemarin
dan
keduanya
saling
mempengaruhi.

Keputuam saat ini

Keputusan mendatang

dipengaruhi
Keputusan saat ini

Keputusan kemarin

Penggunaan Program Dinamis :


1. Pemilihan route/jalur terpendek.
- Seseorang yang akan pergi kesuatu tujuan.
- Pembuatan jaringan pipa/listrik dll.
2. Permasalah Produksi.
- Pemesanan persediaan.
- Perencanaan produksi.
- Penjadwalan perbaikan mesin dll.

Contoh :
Skema jaringan jalan beserta lama waktu
tempuhnya dalam menit, seperti di bawah ini.
Pilihlah route state A (asal) ke state I (tujuan) yang
H
G
dapat ditempuh
paling cepat.
I
3

10

Stage 5

Stage 4

10

12

8
A

B
Stage 1

C
Stage 2

Stage 3

Penyelesaian :
Perhitungan dari I ke A secara mundur daimulai dari
stage (tahap) 4
Tahap 4 :
Jika dimulai dari tahap 4, terdapat dua route
submasalah dimulai dari H (state H) ke I dan dimulai
dari D ke I. Berarti hanya terdapat satu pilihan,
route manakah yang mempunyai waktu tercepat.
Keputusan
Keputusan
Waktu tercepat
SudahState
barang
tentu route
H-I
mempunyai
waktu
Optimum
ke I (menit)
I
tercepat 10 menit,
dan keputusan optimumnya
adalahHroute H-I.
10
I
10
D

11

11

Tahap 3 :
Dari tahap 3, terdapat tiga route submasalah, yaitu dari
state G, E, C. Route manakah yang tercepat apabila
tujuannya ke I.
Untuk mencapai ke I harus terlebih dahulu melewati D
atau H. Berarti hanya tersedia dua keputusan. Jika
keputusannya adalah route G-H waktu yang ditempuh
adalah 8 menit. Dengan demikian total waktu yang
ditempuh adalah 18 menit (tercepat).
Jika route yang ditempuh adalah E-H, maka waktu yang
dempuh untuk mencapai I adalah 7 menit ditambah
jarak dari H ke I (10 menit), sehingga total waktu yang
ditempuh adalah 17 menit.
Jika route yang ditempuh adalah E-D, maka waktu yang
ditempuh 7 menit ditambah 11 menit, sehingga total 18
menit.
Jika dimulai route C-D, maka waktu yang ditempuh
adalah 9 menit ditambah 11 menit, sehingga total
waktu yang ditempu adalah 20 menit.

State

Keputusan

Keputusan
Optimum

Waktu tercepat
ke I (menit)

18

18

17

18

17

20

20

Tahap 2 :
Dengan cara yang sama seperti dalam tahap 4 dan
3, maka tabel analisa tahap 2 adalah sebagai
berikut :
State

Keputusan

Keputusan
Optimum

Waktu tercepat
ke I (menit)

21

26

21

22

32

22

Tahap 1 :
Dalam tahap 1, hasil analisa route terpendek adalah
sebagai berikut :
State

Keputusan
F

31

30

Keputusan
Optimum

Waktu tercepat
ke I (menit)

30

Dari tabel tahap 1, dapat disimpulkan bahwa apabila kita


mengambil route A-F, maka waktu yang harus ditempuh
menuju ke I adalah 31 menit.
Apabila kita mengambil route A-B, maka waktu yang harus
ditempuh untuk menuju ke I adalah 30 menit.
Jadi route yang memiliki waktu tempuh tercepat dari A ke I
adalah route A B E - H I, dengan total waktu tempuh
30 menit.

10

10

I
11

12

SISTEM ANTRIAN
Keberadaan sistem antrian diperlukan/
dipergunakan ketika para pelanggan (konsumen)
menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan.
Beberapa contoh sistem antrian digunakan dalam
melancarkan pelayanan kpd pelanggan atau
konsumen :

Pelanggan menunggu pelayanan didepan kasir.


Mahasiswa menunggu untuk regristrasi dan

pembayaran uang kuliah.


Para penumpang Kereta Api menunggu pelayanan
loket penjualan karcis.
Para pengendara kendaraan menunggu untuk mendapatkan pelayanan pengisian bahan bakar.
Beberapa peralatan menunggu untuk disservice. dll.

Struktur Sistem Antrian


Model antrian memiliki dua komponen utama
yaitu :
Garis tunggu atau antrian (queue).
Fasilitas pelayanan (service facility)
Pelanggan atau konsumen menunggu untuk
mendapat-kan pelayanan : menunggu giliran
memasuki fasilitas pelayanan, menerima
pelayanan, dan akhirnya keluar dari sistem
pelayanan.

2
Pelanggan masuk
ke dalam sistem
antrian

Garis tunggu
atau antrian

Pelanggan keluar
dari sistem
S

Fasilitas pelayanan

Langkah-langkah dalam analisa antrian


1. Tentukan sistem antrian apa yang harus dipelajari.
2. Tentukan model antrian yg cocok dlm menggambakan
sistem.
3. Gunakan formulasi matematik atau metode simulasi
untuk menganalisa model antrian.
Sistem Antrian memiliki beberapa komponen sbb:
Populasi masukan (input population) ~ banyaknya
pelanggan potensial yang dapat memasuki system
antrian.
Distribusi kedatangan (arrival distribution) ~
Menggambarkan bagaimana distribusi pelanggan
memasuki system.
Para pelanggan datang setiap lima menit (constan
arrival distribution) atau datang secara acak (arrival
patern random).

Disiplin pelayanan ~ menunjukkan pelanggan yang


mana yang akan dilayani lebih dulu.
FCFS (first come, first served) atau LCFS (last
come, first served).
Fasilitas pelayanan ~ mengelompokan fasilitas
pelayanan menurut jumlah yang tersedia.
Sistem single channel = satu saluran untuk
memasuki sistem pelayanan dengan satu fasilitas
pelayanan.
Kedatangan

Fasilitas pelayanan

Keberangkatan

Antrian

Multiple channel = mempunyai beberapa saluran.

2
Pelanggan masuk
dalam sistem
antrian

3
Konsumen antri
dalam garis tunggu

Pelanggan keluar
dari sistem

Fasilitas
pelayanan

Distribusi pelayanan ~ (1) Berapa banyak pelanggan

yang dapat dilayani per satuan waktu, atau (2) Berapa


lama setiap pelanggan dapat dilayani.

Kapasitas sistem pelayanan ~ memaksimumkan

jumlah pelanggan yang diperbolehkan masuk dalam


sistem.
Notasi dalam Sistem Antrian
N = Jumlah pelanggan dalam sistem.
Pn = Probabilitas kepastian n pelanggan dalam
sistem.
= Jumlah rata-rata pelanggan yg datang per
satuan
waktu.
= Jumlah rata-rata pelanggan yang dilayani per
satuan waktu.
Po = Probabilitas tdk ada pelanggan dalam system.
P = Tingkat intensitas fasilitas pelayanan.
L = Jumlah rata-rata pelanggan yang diharapkan
dalam sistem.
Lq = Jumlah pelanggan yang diharapkan menunggu
dalam antrian.

W = Waktu yang diharapkan oleh pelanggan


selama
dalam sistem.
Wq = Waktu yang diharapkan oleh pelanggan
selama
menunggu dalam antrian.
1/ = Waktu rata-rata pelayanan.
1/ = Waktu rata-rata antar kedatangan.
S = Jumlah fasilitas pelayanan.
Salah satu model antrian yang paling sederhana
adalah model saluran tunggal (single channel
model) yang ditulis dengan notasi sistem M/M/1
Komponen dari sistem ini adalah sbb :

Populasi

input tak terbatas yaitu jumlah


kedatangan pelanggan tak terbatas.
Distribusi
pelanggan
potensial
mengikuti
distribusi poison. Rata-rata jumlah kedatangan
pelanggan per satuan waktu adalah variable
random. Dalam notasi M/M/1 M pertama
menunjukkan
rata-rata
kedatangan
yang
mengikuti distribusi probabilitas poison. M yang
kedua menunjukkan tingkat pelayanan yang
mengikuti distribusi probabilitas poison. Angka 1
(satu) menunjukkan jumlah fasilitas pelayanan
dalam sistem atau saluran (one channel).
Disiplin pelayanan mengikuti pedoman FCFS.
Fasilitas terdiri dari saluran tunggal.
Jumlah rata-rata kedatangan pelanggan per
satuan waktu lebih kecil dari rata-rata jumlah
pelanggan yang dilayani per satuan waktu (< ).
Kapasitas system diasumsikan tak terbatas.

Persamaan yang digunakan dalam system (M/M/1) :


1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pn P n (1 P )

1 P

2
P2
Lq

( ) 1 P
W

Wq

( )

Modul VI : Analisa Ekonomi Teknik


Kompetensi Pokok Bahasan :

Memahami konsep nilai uang terhadap


perubahan waktu

Memahami konsep bunga dan mampu


menghitung bunga dengan
metode perhitungan bunga.

metode-

Memahami berbagai teknik ekivalensi


untuk berbagai pola cash flow.

Memahami
depresiasi.

dan

mampu

mengitung

Ekonomi Teknik

Difinisi Ekonomi Teknik :


Adalah ilmu yang mempelajari tentang analisis ekonomi
untuk pekerjaan teknik dengan kriteria efisiensi
ekonomi agar diperoleh suatu keputusan yang baik
secara ekonomi.

Tujuan mempelajari ekonomi teknik secara garis besar

adalah untuk memberikan dasar-dasar pemikiran


tentang pengambilan keputusan dalam investasi yang
dilakukan
dengan kriteria efisiensi ekonomi.

Dua investasi : investasi finansial dan investasi nyata.


Dua faktor yang terlibat dalam investasi yaitu factor
waktu dan resiko.

Proses pengambilan keputusan pada Ekonomi Teknik

terjadi karena (1) setiap investasi/proyek bias dikerjakan


lebih dari satu cara, shg harus ada proses pemilihan, (2)
karena sd yang tersedia untuk melakukan investasi
selalu terbatas, shg tidak semua alternatif bias
dikerjakan,
namun
harus
dipilih
yang
paling
menguntungkan.

Ada tiga sudut pandang yang berbeda dalam kaitannya

pengambilan keputusan pada ekonomi teknik, yaitu


sudut pandang seorang akuntan dan sudut pandang
seorang ahli ekonomi teknik serta manajer teknik.

Ongkos dalam Ekonomi Teknik


- Ongkos siklus hidup
- Ongkos histories
- Ongkos mendatang
- Ongkos langsun & tidak langsung
- Ongkos tetap & variabel

Konsep Nilai Uang dari Waktu


Kesempatan untuk mendapatkan bunga
$1

$ 1 + bunga

N-1

Tahun sekarang, harga suatu barang x rp, lima thn yang

akan datang menjadi y rp (nilai uang berubah turun


dengan berjalannya waktu) Inflasi
lima thn yang lalu, investasi uang, x rp, saat ini akan
dating menjadi [x + i(bunga)] rp (uang x rp pada lima thn
yang lalu scr finansial sama dengan (x + I) pada saat ini.
Kesamaan nilai finansial Ekivalensi
Bunga (interest) dapat didifinisikan sebagai :
Sejumlah uang yang diterima sebagai hasil dari menanam
modal. Bunga dalam hal ini disebut sebagai keuntungan
(profit).
Sejumlah uang yang dibayarkan sebagai kewajiban
karena meminjam modal. Bunga dalam hal ini disebut
sebagai biaya (cost).
Tingkat suku bunga (interest rate)
Perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dari
penanaman modal dengan modal yang ditanam dalam
periode waktu tertentu

Atau perbandingan antara jumlah uang yang jarus


dibayarkan untuk penggunaan modal dengan modal
yang digunakan tersebut. Bunga 20 %, berarti tingkat
suku bunga 20 % per tahun.
Cara Pembayaran Hutang
Hutang dapat dibayar kembali dalam berbagai cara,
sesuai dengan perjanjian antara yang berhutang dan
yang berpiutang.
Seperti diketahui bahwa nilai uang sangat dipengaruhi
oleh waktu, dengan demikian jumlah bunga yang
harus dibayar dalam berhutang juga sangat
dipengaruhi oleh lamanya/ waktu peminjaman. Oleh
karena itu perlu dipahami pengertian bunga
sederhana (simple interest) dan bunga majemuk
(compound interest).
Bunga Sederhana
Adalah bunga yang harus dibayar untuk sejumlah
hutang yang besarnya sebanding dengan jangka
waktu peminjaman uang tersebut.

Misalnya sejumlah P rupiah dipinjam untuk jangka n


periode dengan tingkat bunga i, maka besar bunga
(sederhana) yang harus dibayar adalah : I = P . n . i
Misalnya, uang sejumlah Rp 10.000 dipinjam dalam
jangka waktu 2 thn. dengan tingkat bunga 18% per
thn.. Besar bunga yang harus dibayar setelah 2 thn.
adalah I = (Rp 10.000)(2)(0,18) = Rp 3.600. Dengan
demikian sipeminjam harus mengembalikan
pinjamannya ditambah bunga, seluruhnya berjumlah
Rp 13.600 pada akhir tahn ke 2.
Bunga Majemuk,
Adalah bila pembayaran hutang dilakukan dalam
beberapa kali periode bunga, dimana bunga dihiung
pada akhir tiap periode.

Terdapat beberapa cara pembayaran hutang yang


umum dilakukan :
Misal P = 10.000.000 ; n = 4 tahun ; i = 20 %
Cara I : Bunga dibayar setiap tahun, tetapi modal/
hutang pokok dibayar pada periode terakhir.
Cara II
: Dalam setiap akhir periode , selain
dibayar
bunga hutang pokok diangsur secara
sistematis dengan jumlah yang sama.
Cara III: Dalam setiap akhir periode besarnya
angsuran dibuat seragam. Pembayaran
bunga ditambah angsuran hutang pokok
pada setiap periode besarnya sama.
Cara IV:Hutang pokok dan bunga dibayar serentak
pada periode yang paling akhir.

Cara

Thn.

Bunga pada
awal tahun.
(Rp)

Jumlah hutang sebelum pembayaran


akhir tahun.
(Rp)

Pembayaran
akhir tahun.
(Rp)

Jumlah hutang setelah pembayaran


akhir tahun.
(Rp)

0
1
2
3
4

2.000.000
2.000.000
2.000.000
2.000.000

12.000.000
12.000.000
12.000.000
12.000.000

2.000.000
2.000.000
2.000.000
12.000.000

II

0
1
2
3
4

2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000

12.000.000
9.000.000
6.000.000
3.000.000

4.500.000
4.000.000
3.500.000
3.000.000

10.000.000
7.500.000
5.000.000
2.500.000
0

III

0
1
2
3
4

2.000.000
1.627.422
1.180.327
643.815

12.000.000
9.764.531
7.081.967
3.862.891

=
3.862.891
3.862.891
3.862.891
3.862.891

10.000.000
8.137.109
5.901.640
3.219.076
0

0
1
2
3
4

2.000.000
2.400.000
2.880.000
3.456.000

12.000.000
14.400.000
17.280.000
20.736.000

0
0
0
20.736.000

10.000.000
12.000.000
14.400.000
17.280.000
0

IV

10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
0

SUKU BUNGA NOMINAL DAN


SUKU BUNGA EFEKTIF

Suku bunga nominal dan efektif dipertimbangkan

apabila periode pembungaan kurang dari satu


tahun.
Misal suku bunga 24% per tahun, jika dibayarkan
setiap bulan menjadi 24% : 12 = 2% per bulan.
Suku bunga yang bernilai 2% per bulan disebut
suku bunga nominal .
Suku bunga efektif yaitu suku bunga yang
diterima sebenarnya yang besarnya lebih besar
dari suku bunga per tahun.
Misal uang Rp 25.000 ditabung di sebuah bank
dengan tingkat suku bunga 12% per tahun. Berapa
uang yang diterima satu tahun kemudian?

F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.12 )1 = Rp 112.000,Jika suku bunga tersebut dibayarkan setiap 6 bulan
sekali, maka suku bunga menjadi 12% : 2 = 6% per
bulan, maka nilai uang satu tahun (12 bulan)
kemudian menjadi :
F = P ( 1 + i )n
= Rp 100.000,- ( 1 + 0.06 )2 = Rp 112.360,Jadi suku bunga efektif = 12,360
- Dari perhitungan diatas dapat diketahui hubungan
antara tingkat suku bunga nominal dan efektif
sebagai berikut :
( 1 + i ) = ( 1 + r/t ) t
i
= ( 1 + r/t ) t 1
Dimana : i
= suku bunga efektif
r
= suku bunga nominal
t = jumlah periode pembungaan

RUMUS-RUMUS BUNGA MAJEMUK DAN


EKIVALENSINYA
Notasi yang dipergunakan dalam rumus bunga, yaitu :
i (Interest)
= tingkat suku bunga per periode.
n (Number)
= jumlah periode bunga.
P (Present Worth) = jumlah uang/modal pada saat
sekarang (awal
periode/tahun).
F (Future Worth) = jumlah uang/modal pada masa
mendatang (akhir periode/tahun).
A (Annual Worth) = pembayaran/penerimaan yang
tetap pd
tiap periode/tahun.
G (Gradient)
= pembayaran/penerimaan dimana
dari
satu periode ke periode berikutnya

Bila digambarkan dalam bentuk grafik cash flow


dari masing-masing notasi diatas adalah sebagai
berikut
:
Bila digambarkan dalam bentuk grafik cash flow
dari masing-masing notasi diatas adalah sebagai
berikut :
F
P

n-2 n-1

n-2 n-1

n-2 n-1

n-2

n-1

P : Selalu terjadi pada awal tahun pertama (titik 0).


A : Selalu terjadi pada setiap akhir tahun, mulai tahun
ke-1 sampai tahun ke-n, dengan besar yang sama.
F
: Selalu terjadi pada akhir tahun terakhir yg ditinjau
(titik n).
Berdasarkan cara pembayarannya, rumus-rumus
bunga majemuk dapat dikelompokkan menjadi :

A. Pembayaran Tunggal (Single Payment)


1. Compoun Amount Factor (Mencari F bila diketahui P)
2. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui F)
B. Deret Seragam (Uniform Series )
1. Sinking Fund Factor (Mencari A bila diketahui F)
2. Compound Amount Factor (Mencari F bila diketahui A)

3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila diketahui P)


4. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui A)
A. Pembayaran Tunggal
Single payment, yaitu pembayaran dan penerimaan
uang masing-masing dibayarkan sekaligus pada
awal atau akhir dari suatu periode.
1. Mencari F bila diketahui P
Bila modal sebesar P rupiah diinvestasikan
sekarang
(t = 0) dengan tingkat bunga i% , dibayar
per periode
selama n periode, berapa jumlah uang
yang akan
diperoleh pada peroide terakhir ?

Cash flow diagram

/ /

....

n-2

n-1

Rumus :

F = P(1+i)

atau

F = P ( F/P, i, n )

Contoh :
Seseorang menginvestasikan uang di sebuah Bank
sebesar Rp 20.000.000,00 dengan tingkat bunga 6% per
tahun. Berapa jumlah uang setelah diinvestasikan
selama 5 tahun ?.

Penyelesaian :
P = Rp 20.000.000,00 ; i = 6% ; n = 5
F = P (1 + i )n
= ( Rp 20.000.000,00) ( 1 + 0,06)5
atau :
F = P (F/P, i, n)
= (Rp 20.000.000,00)*(1,338) = Rp
26.760.000,00
2. Mencari P bila diketahui F
Berapa modal P yang harus diinvestasikan pada
saat sekarang (t = 0), dengan tingkat bunga i%,
per tahun, sehingga pada akhir n periode didapat
uang sebesar F rupiah.

Rumus :
atau

P = F
P =

1/(1+i)

F ( P/F, i, n )

Contoh :
Seseorang memperhitungkan bahwa 15 tahun yang akan
datang anaknya yang sulung akan masuk perguruan tinggi,
untuk itu diperkirakan membutuhkan biaya sebesar Rp
35.000.000,00. Bila tingkat bunga adalah 5 %, maka berapa
ia harus menabungkan uangnya sekarang ?
Penyelesaian :
F
= Rp 35.000.000,00 ; i = 5% ; n = 15
P
= (Rp 35.000.000,00) (P/F, 5 , 15)
= (Rp 35.000.000,00) (0,4810)
= Rp 16.835.000,00

B. Deret Seragam (Uniform Series )


1. Sinking Factor (Mencari A bila diketahui F)

Agar pada akhir periode n dapat diperoleh


uang sejumlah F rupiah, maka berapa A
rupiah yg harus dibayarkan pada setiap akhir
periode dengan tingkat bunga i% ?
F
0

A
Rumus :

/ /

A
A = F

n-2

n-1

A
i/(1+i)

A
n

-1

atau

A = F ( A/F, i, n )

Contoh :
Tuan Sastro ingin mengumpulkan uang untuk
membeli rumah setelah dia pensiun. Diperkirakan
10 tahun lagi dia pensiun. Jumlah uang yang
diperlukan Rp 225.000.000,00. Tingkat bunga 12 %
setahun. Berapa jumlah yang harus ditabung setiap
tahunnya ?
Penyelesaian :
F
= Rp 225.000.000,00 ; i = 12% ; n = 10
A
= (Rp 225.000.000,00)(A/F, 12% , 10)
= (Rp 225.000.000,00)( 0,0570)
= Rp 12.825.000,00.

2. Compound Amount Factor (Mencari F bila


diketahui
A)
Bila uang sebesar A rupiah dibayarkan pada setiap
akhir periode selama n periode dengan tingkat bunga i
%, maka berapa besar F rupiah yang terkumpul pada
akhir periode
tersebut ?.
Rumus:

F = A { (1 + i) n - 1} / i

atau

F = A ( F/A, i , n )

Contoh :
Bila setiap tahun ditabung uang sebesar Rp 12.000.000,00
selama 8 tahun dengan tingkat bunga 6%. Berapa besar
uang yang akan terkumpul setelah akhir periode tersebut ?.

Penyelesaian :
A = Rp 12.000.000,00 ; i = 6% ; n = 8
F = ( Rp 12.000.000,00 )( F/A, 6%, 8 )
= ( Rp 12.000.000,00 )( 9,897 )
= Rp 118.764.000,00
3. Capital Recovery Factor (Mencari A bila
diketahui P)
Bila uang sebesar P rupiah diinvestasikan pada saat
sekarang dengan tingkat bunga i%, maka berapa
A rupiah
yang dapat diterima setiap akhir periode
selama n periode,
sehinggga jumlah uang yang
diterima selama n periode
tersebut sesuai
dengan modal P rupiah yang ditanam pada
awal
periode pertama.

Contoh :
Seorang ayah menabung uang sebesar Rp
17.500.000,00 disebuah bank. Bank tersebut akan
membayar sejumlah uang setiap tahun yang
besarnya sama kepada udin anaknya, sebagai
biaya pendidikan. Pembayaran dimulai akhir tahun
pertama selama 7 tahun. Jika tingkat bunga 10%
setahun, berapa jumlah yang akan diterima oleh
udin setiap tahunnya ?.
Penyelesaian :
P = Rp 17.500.000,00 ; i = 10% ; n = 7
A = ( Rp 17.500.000,00 )( A/P, 10% , 7 )
= ( Rp 17.500.000,00 )( 0,2054 )
= Rp 3.594.500,00

4. Present Wort Factor (Mencari P bila diketahui


A)
Untuk dapat menerima uang sebesar A rupiah
setiap akhir periode, selama n periode dengan
tingkat bunga i, maka berapa besar modal yang
harus ditanam pada awal periode pertama ?.
Rumus :
P = A { ( 1 + i ) n 1} / { i ( 1 + i ) n }

atau

P = A ( P/A, i , n )

Contoh :
Perusahaan Go Public mempunyai kewajiban untuk
membayar royalti sebesar Rp 250.000,00 setiap akhir
tahun selama 5 tahun berturut-turut. Jika perusahaan
tersebut menyetujui membayar sekaligus pada awal
tahun pertama dengan tingkat bunga sebesar 15%,
maka berapa jumlah uang yang harus dibayar oleh
perusahaan tersebut ?.
Penyelesaian :
A = Rp 250.000,00; i = 15%; n = 5
P = ( Rp 250.000,00 )( P/A , 15%, 5 )
= ( Rp 250.000,00 )( 3,3522 )
= Rp 838.050,00.

C. Uniform Gradient Series Factor


Pembayaran per periode kadang-kadang tidak
dilakukan dalam suatu seri pembayaran yang
besarnya sama, tetapi dilakukan dengan
penambahan/pengurangan yang seragam pada
setiap akhir periode.
Misalnya : Rp 100.000,00 ; Rp 90.000,00 ; Rp
80.000,00 ;
dst, untuk seri pembayaran dengan
penurunan yang seragam
atau Rp 100.000,00 ; Rp
150.000,00 ; Rp 200.000,00 ; dst, untuk seri
pembayaran dengan kenaikan yang seragam.
Cara pembayaran tersebut di atas dapat dinyatakan
sebagai
berikut :

A+(n-1)G
A1+(n-2)G
A1+2G
A1+G
A1

/ /
0

Rumus

n-1

: A = A1 + A2
A2 = G [ 1/i - n/(1 + i)n 1]
= G (A/G, i , n)

Keterangan :
A = pembayaran per periode dengan
jumlah
yang sama

Keterangan : A = pembayaran per periode dengan


jumlah yang sama
A1 = pembayaran pada akhir peroide
pertama
G = gradient, perubahan per periode
n = jumlah periode
Contoh :
Si Doel pada thn pertama merencanakan
menginvestasikan uangnya sebesar Rp
10.000.000,00 dari sebagian hasil usahanya. Ia
merasa bahwa kemampuannya menginvestasikan
uangnya bertambah Rp 200.000,00 tiap tahun,
dimana hal ini berlangsung selama 9 tahun
berikutnya. Bila tingkat bunga adalah 8%, berapa
rata-rata tabungan Si Doel setiap tahunnya?

Penyelesaian :
0

1
10 jt

10

10.2
10.4
10.6
10.8
11

11.2
11.4
11.6
11.8

A = A1 + A2
= A1 + G (A/G, 8, 10)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 200.000,00 (3,8713)
= Rp 10.000.000,00 + Rp 774.260,00
= Rp 10.744.260,00
D. Aliran Kas Yang Tidak Teratur
Pada pembahasan sebelumnya aliran kas yang
teratur
dimana aliran kas terjadi sekali (tunggal)
atau terjadi
beberapa kali atau terjadi perubahan
tetapi secara seragam. Pada aliran kas yang tidak
teratur besarnya aliran kas pada
tiap periode tidak
memiliki pola yang teratur.
Untuk itu menangani permasalahan aliran kas yang
tidak teratur harus melakukan konversi satu persatu ke
awal atau ke akhir periode sehingga didapat nilai
total dari P, F atau A
dari aliran kas tersebut.

Contoh :
Dari diagram alir gambar dibawah, dengan tingkat
bunga 12% tentukan nilai P, F dan A dari keseluruhan
aliran kas tersebut.
Gambar0 Cash Flow
:
1

Rp 3.000
Rp 8.000
Rp 6.000
Rp 10.000

Rp 12.000

Untuk memperoleh nilai P dari keseluruhan diagram, maka


dilakukan konversi pada setiap ada aliran kas ke nilai
sekarang/awal (pada titik/tahun 0), sehingga :

P0
= Rp 6.000
P1
= Rp 10.000 (P/F, 12%, 1) = Rp 10.000
(0.8929)
= Rp 8.929
P2
= Rp 3.000 (P/F, 12%, 2) = Rp 3.000 (0.7972)
= Rp 2.391,6
P3
=0
P4
= Rp 12.000 (P/F, 12%, 4) = Rp 12.000
(0.6355)
= Rp 7.626
P5
= Rp 8.000 (P/F, 12%, 5) = Rp 8.000 (0.5674)
= Rp 4.359,2
Nilai P dari keseluruhan aliran kas tersebut adalah :

= P0 + P1 + P2 + P3 + P4 + P5
= Rp 6.000 + Rp 8.929 + Rp 2.391,6 + 0 + Rp
7.626 + Rp 4.359,2
= Rp 29.485,8

Dengan didapatkannya nilai P maka Nilai F (pada


tahun ke 5) dan Nilai A (selama 5 tahun) dapat
dihitung sebagai berikut :
F
= P (F/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (F/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (1.762) = Rp 51.95398
dan
A

= P (A/P, i%, N)
= Rp 29.485,8 (A/P, 12%, 5)
= Rp 29.485,8 (0.27741)
= Rp 8.179,66

Soal-soal Latihan
1. Seorang investor meminjam uang dari sebuah bank
sebesar $ 100.000 dengan suku bunga pertahun
sebesar
12%. Investor bermaksud mengembalikan
pinjamannya tersebut pada akhir tahun ke 10.
Berapakah uang yang harus dibayarkan kelak?
2. Seorang investor berkeinginan mengivestasikan
uangnya pada tahun ini pada sebuah bank yang
memberikan suku bunga 15% pertahun. Dia berharap
setelah 10 tahun jumlah uang yang diinvestasikan
akan mencapai jumlah sebesar $200.000. Berapakah
uang
yang harus diinvestasikan sekarang?
Tentukan besarnya nilai sekarang (Present Value)
dari cash flow berikut ini dengan suku bunga 10 %
per tahun :

3.
$ 3.000

(+)

$ 2.000

$ 2.000

$ 4.000

(-)
$ 3.000

4. Berapa nilai cash flow diatas pada akhir periode ke 8 ?


5. Pada awal tahun 2000, seorang investor menyimpan
uang sebesar 50 juta, dan sebesar 30 juta pada
awal tahun 2004. Mulai tahun 2000 s/d 2005 setiap akhir
tahun dia selalu meminjam dari Bank yang sama
masing-masing Rp 10 juta /tahun.

6. Pada awal tahun 2003 karena keperluan mendadak


dia mengambil pinjaman tambahan 20 juta rupiah.
Berapakah kekayaan investor tersebut pada tahun
2007? Bunga Bank
yang berlaku 10%/tahun.
7. Seorang investor menyimpan uang di Bank
sebesar Rp 40
juta pada awal tahun 2000.
Kemudian dari tahun 2002
s/d 2006 dia meminjam
uang dari Bank yang sama yang
besarnya adalah
sebagai berikut :
Akhir tahun
Pinjaman
2002
10 juta
2002
10 juta
2003
30 juta
2004
20 juta
2006
20 juta

Investor tersebut bermaksud melihat apakah masih


ada sisa atau bahkan berhutang pada bank yang
sama pada akhir tahun 2008. Berapakah sisa uang
atau hutang tersebut pada akhir tahun 2008? Suku
bunga bank yang berlaku 10 %/tahun.

DEPRESIASI
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari
suatu
barang
sebagai
akibat
berlangsungnya
waktu.
Depresiasi didefinisikan sebagai :Sejumlah
biaya yang harus disediakan oleh seseorang
atau suatu perusahaan atau unit-unit
tertentu pada setiap periode waktu untuk
melakukan
penggantian
dari
mesin,
peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain
setelah umur dari mesin, peralatan, ataupun
fasilitas-fasilitas lain tersebut dilampaui.

Karena depresiasi merupakan penurunan


nilai, maka perrlu didefinisikan arti nilai
yang sebenarnya. Nilai merupakan suatu
pengertian
komersial
dari
semua
pendapatan yang diterima sebagai akibat
adanya kegiatan usaha ditinjau dari waktu
sekarang.

Jenis depresiasi :
1. Depresiasi Fisis :
Sebagai akibat dari penggunaan/operasi yang
mengakibatkan
menurunnya
kemampuan
secara fisis
yang
berarti
kemampuan
operasional dari suatu barang/peralatan
menurun. Salah satu cara untuk mengurangi
kecepatan menurunnya kemampuan fisis
suatu
barang/peralatan
adalah
dengan
melakukan perawatan yang baik.

2. Depresiasi Fungsional :
Permintaan suatu produk yang meningkat
dan
tidak
simbang
dengan
kapasitas
produksinya, sehingga perusahaan tidak dapat
lagi sepenuhnya melakukan fungsi pemilikan
atas permintaan.
3. Depresiasi Teknologi :
Adanya penemuan baru mengakibatkan
peralatan yang
sudah ada menjadi tidak ekonomis lagi yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi.

Metode-metode Depresiasi
Banyak metode yang bisa digunakan untuk
menentukan beban depresiasi tahunan dari suatu
aset. Diantara metode tersebut yang sering
digunakan adalah :
1. Metode garis lurus (straight line = SL).
2. Metode jumlah anka tahun (sum of year
digit = SOYD).
3. Metode keseimbangan menurun
(declining balance = DB).
4. Metode dana sinking (sinking found = SF).
5. Metode unit produksi (production unit =
UP).

1. Metode garis lurus (SL)


Metode ini merupakan metode yang paling
sederhan dan paling mudah dimengerti. Dalam
metode ini ongkos depresiasi merupakan
harga
yang konstan (tetap), sehingga nilai
buku (book
value) besarnya berkurang
secara linier akibat
adanya depresiasi .
Besarnya depresiasi per tahun dihitung
dengan
rumus :

Dt

P - SV

n
BVt = P - t Dt
d
= 1/n
Keterangan :
Dt = nilai depresiasi tahunan
t = tahun (t = 1,2,3 ........,n)
P = investasi awal/first cost
n = periode pendapatan (umur depresiasi
diharapkan)
Bvt = book value
d = tingkat depresiasi

yg

Contoh :
Jika diketahui nilai investasi awal adalah $ 50.000
dengan nilai sisa $ 10.000 setelah 5 tahun, maka
hitungkah nilai depresiasi tahunan, book value.
Dt = P - SV / n
= $ 50.000 - $ 10.000 / 5
= $ 8.000/tahun
Perhitungan depresiasi selama umur pakai dapat
dilihat pada tabel berikut :
Akhir tahun ke-t
0
1
2
3
4
5

Besarnya penyusutan pada


tahun ke-t
-

$ 8.000
8.000
8.000
8.000
8.000

Nilai buku pada akhir tahun ke-t


$ 50.000
42.000
34.000
26.000
18.000
10.000 (salveVa lue)

2. Metode jumlah angka tahun


Metode ini menghasilkan ongkos depresiasi yang
pada awal periode paling besar, sedangkan pada
tahun-tahun berikutnya makin mengecil hingga
akhir umur ekonomisnya. Ongkos depresiasi setiap
tahun dihitung dengan membagi sisa umur hidup
pada awal tahun terhadap jumlah angka tahun dari
umur hidup seluruhnya dan dikalikan dengan
jumlah ongkos yang didepresiasikan.
Hubungan tersebut di atas dapat dinyatakan
sebagai :
Deprecible year remaining
Dt =

(first cost - salvage value)


sum of year digits

atau
n-t+1
Dt =

(P - SV)

n
= j =
j=1

n (n + 1)
2
t (n - t/2 + 0.5)

Bvt = P -

dt =

n-t+1
S

(P - SV)

Keterangan :
S
n
Bvt
dt
P
SV

Dt
= nilai depresiasi
= sum of year digit (sampai n)
= periode depresiasi
= book value periode ke t
= tingkat depresiasi
= Fisrt cost
= salvage value

Contoh : Hitung depresiasi untuk 3 tahun pertama


serta book value untuk tahun ke 3, jika diketahui
first cost = $ 25.000 dengan salvage value = $
4.000 dan umur = 8 tahun.
(8 - 1 + 1)
D1 =
(25.000 - 4.000) = $ 4.667
36

D2 =

3.500

D3 =

(8 - 2 + 1)
36
(8 - 3 + 1)

(25.000 - 4.000) = $ 4.083


(25.000 - 4.000) = $

36
Nilai depresiasi berkurang (D1>D2>D3)
BV3 = 25.000 -

3 (3 - 3/2 + 1/2)
36

(25.000 - 4.000)

3 (7)
= 25.000 (21.000) = $ 12750
36

Modul VII : Pengendalian Kualitas


Statistik
Kompetensi Pokok Bahasan :

Memahami

definisi
kualitas
serta
peranannya sebagai salah satu strategi
manajemen.

Memahami konsep pengendalian kualitas


statistik.

Memahami pengendalian proses statistik


(aplikasi peta kendali variabel dan atribut)

Pengendalian Kualitas Statistik


Kualitas / Mutu :
Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg
standar/spesifikasi
yang
telah
ditentukan/
ditetapkan.
Pengendalian Kualitas Statistik (PKS) :
Ilmu yang mempelajari tentang teknik /metode
pengendalian kualitas berda-sarkan prinsip/
konsep statistik.

Cara menggambarkan ukuran kualitas


Variabel : karakteristik kualitas suatu produk
dinyatakan dengan besaran yang dapat diukur
(besaran kontinue). Seperti : panjang, berat,
temperatur, dll.
Attribut : karakteristik kualitas suatu produk
dinyatakan dengan apakah produk tersebut
memenuhi kondisi/persyaratan tertentu, bersifat
dikotomi, jadi hanya ada dua kemungkinan baik
dan buruk. Seperti produk cacat atau produk
baik, dll.

Tujuan :

Memperoleh jaminan kualitas (quality Assuran-ce)


dapat dilakukan dengan Aceceptance sampling
Plans.
Menjaga konsistensi Kualitas, dilaksanakan dengan
Control Chart.

Keuntungan :

Untuk mempertinggi kualitas atau mengurangi


biaya.
Menjaga kualitas lebih uniform.
Penggunaan alat produksi lebih efisien.
Mengurangi rework dan pembuangan.
Inspeksi yang lebih baik.

Memperbaiki hubungan produsenkonsumen.


Spesifikasi lebih baik.

Teknik Pengendalian Kualitas Statistik


Ada 4 metode Statistik yang dapat digunakan :
1. Distribusi Frekuensi
Suatu tabulasi atau cacah (tally) yang
menyatakan banyaknya suatu ciri kualitas
muncul dalam sampel yang diamati.
Untuk melihat kualitas sampel dpt digunakan :
a. Kualitas rata-rata
b. Penyebaran kualitas
c. Perbandingan kualitas dengan spesifikasi
yang
diinginkan.

2. Peta kontrol/kendali (control chart)


Grafik yang menyajikan keadaan produksi secara
kronologi (jam per jam atau hari per hari).
Tiga macam control chart :
a. Control Chart Shewart
Peta ini disebut peta untuk variabel atau peta untuk x dan
R (mean dan range) dan peta untuk x dan (mean
dan deviasi standard).
b. Peta kontrol untuk proporsi atau perbandingan antara
banyaknya produk yang cacat dengan seluruh
produksi,
disebut peta-p (p-chart).
c. Peta kontrol untuk jumlah cacat per unit, disebut peta-c
(cchart).

3. Tabel sampling

Tabel yang terdiri dari jadual pengamatan


kualitas, biasanya dalam bentuk presentase.
4. Metode Khusus
Metode ini digunakan untuk pengendalian
kualitas
dalam industri, al : korelasi, analisis
variansi, analisis toleransi, dll.

PETA KENDALI (CONTROL CHART)


Metode Statistik untuk menggambarkan adanya
variasi atau penyimpangan dari mutu (kualitas)
hasil produksi yang diinginkan.
Dengan Peta kendali :
Dapat dibuat batas-batas dimana hasil produksi
menyimpang dari ketentuan.
Dapat diawasi dengan mudah apakah proses
dalam kondisi stabil atau tidak.
Bila terjadi banyak variasi atau penyimpangan
suatu produk dapat segera menentukan
keputusan apa yang harus diambil.

Macam Variasi :
Variasi dalam objek
Mis : kehalusan dari salah satu sisi daru
suatu
produk tidak sama dengan sisi yang
lain, lebar bagian atas suatu produk tidak sama
dengan
lebar bagian bawah, dll.
Variasi antar objek
Mis : sautu produk yang diproduksi pada
saat yang hampir sama mempunyai kualitas
yang berbeda/ bervariasi.

Variasi yg ditimbulkan oleh perbedaan waktu


produksi
Mis : produksi pagi hari berbeda hasil produksi
siang hari.
Penyebab Timbulnya Variasi

Penyebab Khusus (Special Causes of


Variation)
Man, tool, mat, ling, metode, dll.
(berada di luar batas kendali)

Penyebab Umum (Common Causes of


Variation)
Melekat pada sistem.
(berada di dalam batas kendali)

Jenis Peta Kendali


Peta Kendali Variabel (Shewart)
Peta kendali untuk data variabel :
- Peta X dan R, Peta X dan S, dll.
Peta Kendali Attribut
Peta kendali untuk data atribut :
- Peta-P, Peta-C dan peta-U, dll.

Peta X dan R
Peta kendal X :
Memantau perubahan suatu sebaran atau
distribusi suatu variabel asal dalam hal
lokasinya (pemusatannya).
Apakah proses masih berada dalam batasbatas
pengendalian atau tidak.
Apakah rata-rata produk yang dihasilkan
sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.

Peta kendali R :
Memantau perubahan dalam hal spread-nya
(penyebarannya).
Memantau tingkat keakurasian/ketepatan proses yang
diukur dengan mencari range dari sampel yang
diambil.

Langkah dalam pembuatan Peta X dan R


1. Tentukan ukuran subgrup (n = 3, 4, 5, ).
2. Tentukan banyaknya subgrup (k) sedikitnya 20
subgrup.
3. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgrup, yaitu
X.
4. Hitung nilai rata-rata seluruh X, yaitu X, yang
merupakan center line dari peta kendali X.
5. Hitung nilai selisih data terbesar dengan data
terkecil dari setiap subgrup, yaitu Range ( R ).

6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh R, yaitu R yang


merupakan center line dari peta kendali R.
7. Hitung batas kendali dari peta kendali X :
UCL
LCL

= X + (A2 . R)
= X (A2 . R)

A2 =

3
d2

8. Hitung batas kendali untuk peta kendali R


UCL
LCL

= D4 . R
= D3 . R

9. Plot data X dan R pada peta kendali X dan R


serta amati apakah data tersebut berada dalam
pengendalian atau tidak.

Hitung Indeks Kapabilitas Proses (Cp)


Cp

Dimana :

USL LSL
6S

N X X
=
2

S
R/d2

N N 1

atau S =

Kriteria penilaian :
Jika Cp > 1,33 , maka kapabilitas proses sangat
baik
Jika 1,00 Cp 1,33, maka kapabilitas proses
baik
Jika Cp < 1,00, maka kapabilitas proses rendah

Hitung Indeks Cpk :


Cpk = Minimum { CPU ; CPL }
Dimana :

USL X
CPU =
3S

dan CPL =

X LSL
3S

Kriteria penilaian :
Jika Cpk = Cp, maka proses terjadi ditengah
Jika Cpk = 1, maka proses menghasilan produk
yang sesuai dengan spesifikasi
Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk
yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Kondisi Ideal : Cp > 1,33 dan Cp = Cpk

Contoh Kasus
PT XYZ adalah suatu perusahaan pembuatan
suatu produk industri. Ditetapkan spesifikasi
adalah : 2.40 0,05 mm. Untuk mengetahui
kemampuan proses dan mengendalikan proses
itu bagian pengendalian PT XYZ telah
melakukan pengukuran terhadap 20 sampel.
Masing-masing berukuran 5 unit (n=5).

Hasil Pengukuran

Sampel

X1

X2

X3

X4

X5

2,38

2,45

2,40

2,35

2,42

2,39

2,40

2,43

2,34

2,40

2,40

2,37

2,36

2,36

2,35

2,39

2,35

2,37

2,39

2,38

2,38

2,42

2,39

2,35

2,41

2,41

2,38

2,37

2,42

2,42

2,36

2,38

2,35

2,38

2,37

2,39

2,39

2,36

2,41

2,36

2,35

2,38

2,37

2,37

2,39

10

2,43

2,39

2,36

2,42

2,37

11

2,39

2,36

2,42

2,39

2,36

12

2,38

2,35

2,35

2,35

2,39

13

2,42

2,37

2,40

2,43

2,41

14

2,36

2,38

2,38

2,36

2,36

15

2,45

2,43

2,41

2,45

2,45

16

2,36

2,42

2,42

2,43

2,37

Perhitungan
Sampel

Rata-rata

Range

2,40

0,10

2,39

0,09

2,37

0,05

2,38

0,04

2,39

0,07

2,40

0,05

2,37

0,03

2,38

0,05

2,37

0,04

10

2,39

0,07

11

2,38

0,06

12

2,36

0,04

13

2,41

0,06

14

2,37

0,02

15

2,44

0,04

16

2,40

0,07

X = ( X)/k
R = ( R)/k

= 47.78 / 20
= 1.19 / 20

= 2.39
= 0.06

Peta Kendali X :
CL = X = 2.39
UCL = X + (A2 * R) = 2.39 + (0.577*0.06) = 2.42
LCL = X - (A2 * R) = 2.39 (0.577*0.06) = 2.36
Peta Kendali R
CL = R = 0.06
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.06 = 0.12
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Pada Peta X ada data yang out of control, maka
data pada sampel tersebut dibuang

Data setelah perbaikan


Perhitungan
Sampel

Rata-rata

Range

2,40

0,10

2,39

0,09

2,37

0,05

2,38

0,04

2,39

0,07

2,40

0,05

2,37

0,03

2,38

0,05

2,37

0,04

10

2,39

0,07

11

2,38

0,06

12

2,36

0,04

13

2,41

0,06

14

2,37

0,02

16

2,40

0,07

X = ( X)/k = 45.34 / 19 = 2.386


R = ( R)/k = 1.15 / 19 = 0.0605
Peta Kendali X :
CL = X = 2.386
UCL = X + (A2 * R) = 2.386 + (0.577*0.0605) = 2.4209
LCL = X - (A2 * R) = 2.386 (0.577*0.0605) = 2.3511
Peta Kendali R
CL = R = 0.0605
UCL = D4 * R = 2.114 * 0.0605 = 0.1280
LCL = D3 * R = 0 * 0.06 = 0
Karena sudah tdk ada data yang out of control, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung kapabilitas
proses.

Perhitungan Kapabilitas Proses :

N X X
=
2

N N 1

atau S = R/d2 = 0.0605/2.326 = 0.026


Cp

USL LSL
=
6S

USL X
CPU =
3S

CPL =X LSL
3S

2,54 2,35
0,6410
=
6( 0,06)
2,45 2,386
= 3(0,06) 0,8205
2,386 2,35
= 3(0,06) 0,4615

Cpk = Minimum { CPU ; CPL } = 0.4615

Kesimpulan :
Nilai Cpk sebesar 0.4615 yang diambil dari nilai
CPL menunjukkan bahwa proses cenderung
mendekati batas spesifikasi bawah.
Nilai Cp sebesar 0.6410 ternyata kurang dari 1,
hal ini menunjukkan kapabilitas proses untuk
memenuhi spesifikasi yang ditentukan rendah.

Peta Kontrol Untuk Atribut


1. Peta Kendali - p : untuk proporsi cacat
Dan peta kendali np untuk proporsi unit
cacatnya relaitif kecil.
2. Peta Kendali c : untuk cacat (defective)
3. Peta Kendali u : untuk cacat per unit.
Peta kendali p
Perbandingan antara banyaknya cacat dengan
semua pengamatan, yaitu setiap produk yang
diklasifikasikan sebagai diterima atau ditolak
(yang diperhatikan banyaknya produk cacat).

Langkah-langkah pembuatan peta kendali - p :


1. Tentukan ukuran contoh/subgrup yang cukup
besar (n > 30),
2. Kumpulkan banyaknya subgrup (k) sedikitnya
2025 sub-grup,
3. Hitung untuk setiap subgrup nilai proporsi unit
yang cacat, yaitu :
p = jumlah unit cacat/ukuran subgrup
4. Hitung nilai rata-rata dari p, yaitu p dapat
dihitung dengan :
p = total cacat/total inspeksi.

5. Hitung batas kendali dari peta kendali p :


p 1 p
UCL = p + 3
n

LCL = p

p 1 p
3
n

6. Plot data proporsi (persentase) unit cacat serta


amati apakah data tersebut berada dalam
pengendalian atau diluar pengendalian.

Contoh :
Sebuah perusahaan ingin membuat peta kendali
untuk periode mendatang dengan mengadakan
inspeksi terhadap proses produksi pada bulan ini.
Perusahaan melakukan 20 kali observasi dengan
mengambil 50 buah sample untuk setiap kali
observasi. Hasil selengkapnya adalah :

Observasi

Ukuran

Banyaknya

Proporsi

Sampel

Produk Cacat

Cacat

50

0,08

50

0,04

50

0,10

50

0,06

50

0,04

50

0,02

50

0,06

50

0,04

50

0,10

10

50

0,08

11

50

0,06

12

50

0,10

13

50

0,10

14

50

0,04

15

50

0,06

16

50

0,04

17

50

0,08

p = (pi)/k = 1,30/20 = 0,065


p 1 p
UCL = p + 3
n
0,0651 0,065
= 0,065 + 3
50
= 0,17
LCL = p 3

p 1 p
n

= 0,065 3
= - 0,039

0,0651 0,065
50

Anda mungkin juga menyukai