• Ciri-Ciri Komunis :
- Ideologi komunisme menekankan teori pertentangan kelas sosial di masyarakat.
- Dalam paham komunis, terdapat sistem politik satu partai yaitu partai komunis dan
tidak ada partai oposisi, sehingga lebih condong tidak menghormati Hak Asasi
Manusia.
- Negara dan hukum lama-lama akan hilang karena tidak dibutuhkan dalam ideologi
Komunisme.
- Semua kekayaan alam serta alat-alat produksi merupakan milik pemerintah
seutuhnya dan tidak mengakui adanya kepemilikan individu selain pakaian,
perabotan, dan upah.
- Ada fase diktator proletariat yang bertugas menyingkirkan lawan komunisme,
terutama tuan tanah.
- Tidak ada sistem pasar seperti yang terdapat di negara lain karena penguasaan
penuh negara.
- Rakyat tidak bisa menentukan sendiri jenis pekerjaan yang dilakukannya karena
semua sudah diatur oleh pemerintah.
• Kelebihan Komunis (ini mungkin nanti bisa dijadiin opini tim lawan) :
- Lebih mudah menekan angka pengangguran, inflasi, dan lainnya karena
pemerintahlah yang memiliki kendali penuh.
Sannggahan kita : Memang benar menekan angka pengangguran, namun masyarakat
tidak bebas menentukan pekerjaan yang dia mau sendiri. Dari situ tidak terwujudnya
Hak Asasi Manusia dan kebebasan alias manusia hidup dalam peraturan penuh
pemerintah.
- Setiap individu atau rakyat memiliki hak yang sama dan tidak ada yang merasa lebih
unggul atau lebih rendah.
Sanggahan kita : Namun nyatanya penerapan ideologi komunis contohnya di negara
China tidak sepenuhnya menghilangkan kelas sosial karena disana masih jelas adanya
kelas sosial. Dan pemerintah yang memegang kendali otomatis juga termasuk
kedalam ‘kalangan atas’ itu.
- Secara umum, jarang terjadi krisis ekonomi atau kasus kelaparan karena
pemerintah sudah mengelola dan mengatur masalah ekonomi secara terpusat dan
masyarakat hanya mengikuti saja.
• Kekurangan Komunis :
- Menyebabkan tingginya potensi terjadinya monopoli yang dilakukan oleh
pemerintah atau aparat pemerintahan yang tentu akan dapat merugikan rakyat.
Pada pelaksanaannya, paham komunisme lebih condong tidak menghargai Hak Asasi
Manusia atau HAM.
- Tidak adanya kebebasan individu untuk bisa berkembang sehingga masyarakatnya
cenderung pasif dan tidak memilik motivasi untuk berkembang dan lebih maju.
- Tidak adanya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimana diajarkan
pertama kali oleh Karl Marx.
- Masyarakat edikit pun tidak memiliki kebebasan secara individu karena segala hal
yang dilakukan disetir penuh oleh pihak pemerintah.
- Tidak adanya motivasi masyarakat untuk lebih berkembang karena sekeras apapun
usahanya maka kedudukannya juga akan tetap sama dengan orang lain.
- Pemimpin pemerintahan cenderung otoriter atau berdasar kekerasan dan
pemaksaan.
- Privasi dan kehidupan masyarakat akan terganggu karena semua diatur oleh
negara, termasuk media massa juga dipegang dan diatur negara.
SEJARAH G30S PKI
PKI merupakan salah satu partai tertua dan terbesar di Indonesia. Partai ini
mengakomodir kalangan intelektual, buruh, hingga petani. Pada pemilu tahun 1955,
PKI berhasil meraih 16,4 persen suara dan menempati posisi keempat di bawah PNI,
Masyumi, dan NU. Peristiwa G30S PKI terjadi pada tahun 1965 dan dimotori oleh
Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di bawah kendali DN
Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem
parlementer.
G30S PKI terjadi pada malam hingga dini hari, tepat pada akhir tanggal 30 September
dan masuk 1 Oktober 1965. Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI
mengincar perwira tinggi TNI AD Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi
target langsung dibunuh di kediamannya. Sedangkan lainnya diculik dan dibawa
menuju Lubang Buaya. Keenam perwira tinggi yang menjadi korban G30S PKI antara
lain Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor
Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir
Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
• Tujuan G30S PKI : dikutip dari buku Sejarah Prawoto, beberapa tujuan G30S PKI
adalah sebagai berikut: Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dan menjadikannya sebagai negara komunis, Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan
merebut kekuasaan pemerintahan, Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan
ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai
alat untuk mewujudkan masyarakat komunis, Mengganti ideologi Pancasila menjadi
ideologi komunis.
Komunisme mendapat cap buruk karena pelaksanaannya di Uni Soviet yang sangat
keras. Cap buruk ini semakin menjadi-jadi setelah Perang Dunia II. PKI juga mendapat
cap buruk akibat keterlibatannya dalam pemberontakan pada tahun 1926, 1948, dan
1965. Komunisme dilarang di Indonesia karena adanya Tap MPRS Nomor XXV Tahun
1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi
Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai Komunis
Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan
Faham atau Ajaran Komunis/Marxisme-Leninisme. Tap MPRS Nomor XXV/1966
ditetapkan oleh Ketua MPRS Jenderal TNI AH Nasution pada 5 Juli 1966. Komunisme
Dianggap Bertentangan dengan Sila Ketuhanan. Sila pertama Pancasila memiliki arti
bahwa negara Indonesia memegang teguh kepercayaan terhadap Tuhan dan
menolak paham antiTuhan.
Komunisme Membunuh Nasionalisme, Paham komunisme dianggap membunuh rasa
nasionalis karena di dalam komunisme semua hal diatur oleh negara. Apa yang
dikatakan benar oleh negara, adalah benar dan apa yang dikatakan salah oleh
negara, adalah salah.
Pasal 1 : Menambah 6 (enam) ketentuan baru di antara Pasal 107 dan Pasal 108 Bab
I, Buku 11 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Kejahatan Terhadap
Keamanan Negara yang dijadikan Pasal 107 a, Pasal 107 b, Pasal 107 c, Pasal 107 d,
Pasal 107 e, dan Pasal 107 f yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 107 A : Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,
tulisan, dan atau melalui media apapun, menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisme/ Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan perwujudan, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
Pasal 107 B : Barang siapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,
tulisan dari atau melalui media apapun, menyatakan keinginan untuk meniadakan
atau mengganti Pancasila sebagai dasar negara yang berakibat timbulnya kerusuhan
dalam masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa atau kerugian harta benda,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 107 C : Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,
tulisan dan atau melalui media apapun, menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisnie/ Marxisme-Leninismce yang berakibat timbulnya kerusuhan dalam
masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa atau kerugian harta benda, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
Pasal 107 D : Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,
tulisan dan atau melalui media apapun, menyebarkan atau mengembangkan ajaran
Komunisme/ Marxisinc-Leninisme dengan maksud mengubah atau mengganti
Pancasila sebagai dasar Negara, dipidana dengan pidana penjara paling lama 20 (dua
puluh) tahun.
Pasal 107 E : Dipidana dcngan pidana pcnjara paling lama 15 (lima belas tahun:
a. barang siapa yang mendirikan organisasi yang diketahui atau patut diduga
menganut ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme atas dalam segala bentuk dan
perwujudannya; atau
Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat.
Kisah ini dimulai pada abad ke-19, ketika manusia sudah mengenal alat
berbasis mesin uap dan mengembangkan berbagai inovasi di bidang
industri seperti alat pintal.Seiring dengan berkembangnya revolusi
industri yang pertama, pabrik dan buruh terus bertambah. Orang yang
dulunya bekerja sebagai tukang pembuat sepatu, penjahit, dan pengusaha
rumahan mandiri, berubah pekerjaan menjadi pekerja atau buruh.
Mereka nggak mungkin melanjutkan usaha mereka yang dulu. Produk
buatan pabrik jauh lebih murah dan cepat untuk dibuat. Selain itu, mereka
juga nggak punya uang buat membeli alat atau teknologi pabrik. Ratusan
deretan manusia bekerja dan asap abu-abu mengepul dari gerbong pabrik,
menandakan betapa sibuk dan suburnya dunia industri. Sekilas, ini
terdengar seperti kemajuan yang hakiki, bukan? Produksi meningkat pesat,
ribuan tenaga kerja terserap, dan teknologi terus berkembang.
Masalahnya, revolusi industri ini nggak berpihak kepada kaum buruh yang
susah payah membanting tulang dengan jam kerja yang nggak manusiawi.
Selain upah yang sangat minim, keamanan para pekerja juga nggak
terjaga. Singkatnya, kaum buruh ini diperas oleh orang-orang yang
berkuasa akan modal dan peralatan industri yang ada.
Kaum pekerja ini nggak punya banyak pilihan. Kalo berhenti bekerja, tuan
tanah dan rentenir sudah menunggu bayaran. Selain itu, para pekerja ini
juga nggak punya modal maupun alat untuk memulai usaha sendiri. Jadi,
mau nggak mau, mereka terperangkap dalam eksploitasi para pemegang
modal. Situasi ini mendorong tercetusnya sebuah pemahaman atau
pemikiran yang dikenal sebagai marxisme, yang menjadi dasar dari
komunisme.
Komunisme : Nggak ada properti atau aset pribadi, semua hal serba
dimiliki bersama. Semua diatur oleh pemerintah sentral.
Sosialisme : Tiap individu masih boleh memiliki properti atau aset pribadi,
namun produksi industri tetap dimiliki bersama dan diatur oleh pemerintah
terpilih.
Salah seorang pengguna Facebook bernama Aby Arjuna Jaka menulis bahwa
Presiden Jokowi bukan anak kandung Sudjiatmi melainkan anak
kandung Sulami, perempuan yang diduga mantan anggota Gerwani,
organisasi perempuan yang berafiliasi dengan PKI. Berdasarkan
penelusuran Turnbackhoax.id -- jaringan Suara.com pada Selasa (31/3/2020),
diperoleh sejumlah fakta yang menunjukkan bahwa tidak benar jika Jokowi
adalah keturunan keluarga PKI. Pasalnya, unggahan tersebut merupakan
hasil olahan dari berbagai sumber yang dipelintir.
Nama Sulami yang dimaksud oleh Aby Arjuna Jaka sempat viral pada April
2019. Saat itu seorang pengguna Facebook bernama Hendi Subandi
melampirkan sebuah foto perempuan tua yang diduga Sulami, sedang berdiri
di samping Jokowi. Ia menyebut perempuan itu sebagai anggota Gerwani
sekaligus ibu kandung Jokowi. Pria itu kemudian mengaku mendapatkan
informasi tersebut dari buku berjudul Jokowi Undercover yang ditulis
Bambang Tri Mulyono.
Capres atau cawapres harus menyertakan surat keterangan tidak terlibat organisasi
terlarang dan G.30.S/ PKI dari kepolisian sebagai syarat mendaftar ke KPU. Hal ini
diatur dalam pasal 227 huruf m UU Pemilu.
Di sisi lain, UU Pemilu justru memperbolehkan mantan anggota PKI dan organisasi
massanya untuk mencalonkan diri sebagai kandidat calon anggota legislatif seperti
DPR/DPRD/DPD di Pemilu 2024.
Dalam aturan syarat anggota DPR/DPRD pasal 240, tidak ada larangan khusus bagi
mantan anggota PKI untuk mendaftar sebagai calon anggota DPR/DPRD. Hal yang
sama juga tidak diatur secara khusus dalam pasal 182 UU Pemilu tentang syarat
calon anggota DPD.