Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS HUKUM QARDH TERHADAP PINJAMAN

ONLINE YANG BELUM TERDAFTAR DI OTORITAS JASA


KEUANGAN

MAKALAH

oleh:
QURROTA A’YUNI
NISN: 0058490546

Pembimbing : Muhammad Aufarul Mawahib, S.HI., M.H.

KELAS XII
JURUSAN MIPA
MADRASAH ALIYAH MASLAKUL HUDA
PONDOK PESANTREN MASLAKUL HUDA
2023
I
KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang berjudul " ANALISIS HUKUM
QARDH TERHADAP PINJAMAN ONLINE YANG BELUM TERDAFTAR
DI OTORITAS JASA KEUANGAN ". Tidak lupa pula dukungan baik secara
materil dan nonmateril yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Muhammad Aufarul Mawahib S.HI., M.H, selaku wali kelas dan
guru pembimbing yang memberikan dukungan dan saran kepada penulis.
2. Orang tua penulis yang telah memberikan doa, dorongan, dan semangat
selama penyusunan makalah ini.
3. Teman seperjuanganku yang satu bimbingan penelitian makalah, kelas 12
MIPA A yang telah berjuang bersama-sama penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
4. Kak yoser selaku teman saya yang banyak memberikan materi pendukung,
bimbingan, dan masukan kepada penulis.
5. Sahabat saya (kiya,ziha,winda) selalu memberikan motivasi dalam
penyusunan makalah ini
Penulis sadar bahwa makalah yang disusun ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, dengan rendah hati penulis memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Lamongan, 14 maret 2023

Qurrota A’yuni

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................3
E. Batasan Masalah........................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.....................................................................................4
A. Qardh.........................................................................................................4
B. Pinjaman online.........................................................................................7
C. Otoritas Jasa Keuangan………………………….……………………….9
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................12
A. Jenis penelitian...........................................................................................12
B. Bentuk dan Sumber Data ..........................................................................12
C. Teknik Gali Data .......................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................13
A. Praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
...................................................................................................................13
B. Tinjauan hukum Qardh terhadap praktik pinjam online yang belum
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan...........................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................20
A. Kesimpulan ...............................................................................................20
1. Praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
.............................................................................................................20
2. Tinjauan hukum qardh terhadap praktik pinjam online yang belum
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.....................................................20
B. Saran .........................................................................................................21
III
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................22

IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang tidak terbatas oleh era digital saat ini,
Dengan adanya aplikasi teknologi informasi di bidang keuangan semakin
lengkap seperti pinjaman online. Pinjaman online adalah tawaran pinjaman
uang dari penyedia jasa keuangan yang terintegrasi dengan teknologi
informasi dari aplikasi untuk persetujuan dan pembayaran online.
Pinjaman online pertama kali muncul di Indonesia pada akhir tahun 2014.
Setelah itu dikembangkan pada tahun 2016 dan banyak digunakan untuk
membantu kelompok usaha mikro kecil dan menengah dan semakin
berkembang sampai saat ini.1
Sebelumnya pinjaman online secara umum diatur oleh Undang Undang
No.11 Tahun 2011 tentang OJK dan secara khusus oleh Peraturan OJK
No.77 Tahun 2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis
Teknologi Informasi. Pinjaman online menjadi salah satu produk finansial
yang paling banyak dicari oleh masyarakat Indonesia karena proses
pengajuannya yang cepat, persyaratan yang mudah, dan keuntungan yang
praktis. Meski sudah ada regulasi terkait pendaftaran dan perizinan,masih ada
beberapa platform pinjaman online ilegal yang meresahkan yang muncul
kembali meski sudah ditutup oleh SATGAS OJK.
Apabila berdasarkan hukum Islam pada dasarnya pinjaman uang disebut
dengan qardh. Dalam bahasa Arab secara etimologi qardh berarti potongan.
Yaitu akad tertentu dengan membayarkan harta mitsil kepada orang lain supaya
membayar harta yang sama kepadanya. Kegiatan pinjam meminjam
merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat sebagai sarana dan prasarana dalam kehidupan sehari-hari. Pinjam

1?
Finpedia,”Sejarah Munculnya Pinjaman Online di Indonesia”, http://www.finpedia.id, diakses
pada tanggal 20 maret 2023

1
meminjam pada dasarnya merupakan suatu praktik tolong menolong terhadap
sesama manusia.2
Ketentuan mengenai penyelenggaraan sistem operasional terkait layanan
pembiayaan berbasis teknologi informasi berdasarkan prinsip syariah tidak
boleh bertentangan dengan prinsip syari‟ah yaitu antara lain terhindar dari
riba, gharar, maysir, tadlis, dharar, zhulm dan haram. Sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah Al-Qur‟an surah An-Nisa‟ ayat 29:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن‬
‫ِبُك ْم َرِح ْيًم ا‬

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.
Berdasarkan dari beberapa dasar hukum di atas maka dapat diketahui
bahwa platfrom pinjaman online banyak merugikan masyarakat, seperti dalam
perjanjian yang tidak sesuai dengan kesepakatan, waktu pengembalian yang
tidak sesuai dengan jatuh tempo yang seharusnya, serta dapat membahayakan
bagi si borrower dan juga orang lain yang memiliki hubungan dengan
siborrower karena sering diteror dan diancam lewat via telepon. 3
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik dan berkeinginan
untuk mengetahui dan menganalisis mengenai layanan pinjaman online yang
belum terdaftar dan tidak berizin oleh OJK serta bagaimana tinjauan hukum
Islam terhadap praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan. Karena itu, penulis ingin membahas masalah tersebut dalam sebuah
penelitian yang berjudul ’’Analisis hukum qardh terhadap pinjaman online
yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan’’

B. Rumusan Masalah

2
Fortune indonesia,’’qardh’’, https://www.fortuneidn.com/sharia/desy/qardh-adalah, di akses pada
tanggal 16 maret 2023
3
Tanahlautkab,’’perlindungan hukum nasabah pinjaman online’’
https://jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/lemahnya-perlindungan-hukum-bagi-nasabah-
pinjaman-online diakses pada tanggal 20 maret 2023

2
Bertitik tolak dari latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan
2. Bagaimana Tinjauan hukum islam terhadap praktik pinjam online yang
belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan tentang praktik pinjaman online pada fintech lending
pinjaman tunai yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
2. Untuk menjelaskan pandangan hukum Islam terhadap pinjaman online pada
pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
C. Manfaat Penelitian
Adapun maksud peneliti mengadakan penelitian ini diharapkan dapat
berguna untuk:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam hukum bisnis syariah
terkait tinjauan hukum Islam terhadap praktik pinjaman online.
2. agar dapat membantu memberi pemahaman sehingga berguna bagi
masyarakat khususnya bagi konsumen yang melakukan pinjaman online.
D. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembahasan materi
Dalam penelitian Ini hanya terbatas pada hukum islam terhadap pinjaman
online pada yang belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
2. Subjek penelitian
Subjek penelitian fokus pada pinjaman online yang belum terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan

BAB II
3
KAJIAN TEORI

A. QARDH
1. Pengertian Qardh
Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan
dalam jangka waktu tertentu. Qardh berlaku tanpa imbalan karena
meminjamkan uang dengan imbalan adalah riba. Riba qardh tidak boleh
dilakukan karena akad qardh dalam Islam bertujuan untuk tolong-
menolong dan bukan untuk mengambil keuntungan. 4
Ulama secara umum mendefinisikan qardh adalah harta yang diberikan
atau dipinjamkan oleh seseorang kepada orang lain, pinjaman tersebut
dimaksudkan untuk membantu pihak peminjaman dan dia harus
mengembalikannya dengan nilai yang sama. Adapun qardh menurut para
ahli fiqih yaitu antara lain:
a. Golongan Hanafiyah yaitu Akad tertentu atas penyerahan harta kepada
orang lain agar orang tersebut mengembalikan dengan nilai yang sama.
b. Golongan Syafi‟iyah berpendapat bahwa qardh adalah Syafi‟iyah
berpendapat bahwa qardh diartikan dengan sesuatu yang diberikan
kepada orang lain (yang pada suatu saat harus dikembalikan).

c. Golongan Hanabilah berpendapat bahwa qardh adalah Menyerahkan


harta kepada orang yang memanfaatkan dengan ketentuan dia
mengembalikan gantinya.

d. Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa qardh adalah Harta yang diberikan


kepada orang yang berhutang agar dikembalikan dengan nilai yang
sama kepada pemiliknya ketika orang.

e. Al-Bahuti mendefinisikan qardh secara etimologi adalah potongan,


adapun secara istilah adalah pembayaran atau penyerahan sejumlah
4
Fortune indonesia,’’qardh’’, https://www.fortuneidn.com/sharia/desy/qardh-adalah, di akses
tanggal 16 maret 2023
4
uang kepada orang yang akan menggunakannya, namun ada kewajiban
untuk mengembalikannya.

f. Wahbah Al-Zuhaili mendefinisikan qardh secara bahasa sebagai


potongan, maksudnya adalah harta yang dipinjamkan kepada seseorang
yang membutuhkannya. Harta tersebut merupakan potongan dari harta
orang yang memberi pinjaman tersebut.5
Maka dapat dipahami bahwa qardh adalah pinjaman uang yang diberikan
seseorang kepada pihak lainnya, dimana pinjaman tersebut digunakan
untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu. Pihak peminjam
berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan jumlah
yang dipinjamanya.
2. Syarat dan rukun qardh
Ada beberapa syarat dan rukun qardh yang harus dipenuhi, di antaranya:
a. Peminjam (muqtaridh)
Peminjam adalah seseorang yang telah balig, berakal sehat, dan
tidak mahjur (berdasarkan syariat tidak mengatur hartanya sendiri).
b. Barang/utang (mauqud ‘alaih)
Barang yang dapat di akad salam. Setelahnya, barulah
akad qardh sah dan barang bisa diutangkan.
c. Pemberi pinjaman (muqridh)
Pemberi pinjam seseorang yang bisa menggunakan hartanya
sesuai dengan syariat islam. Dalam akad qardh, pemberi pinjaman
harus meminjamkan dananya sukarela tanpa adanya paksaan.
d. Ijab kabul (shighat)
Dalam proses akad qardh, ijab kabul harus diucapkan dengan
jelas, sehingga bisa dipahami antara peminjam dan pemberi
pinjaman. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kesalahpahaman.

5
An nadwah,’’Qardh dalam pandangan islam’’,
http://ejournal.an-nadwah.ac.id/index.php/Siyasah/article/download/121/94/ ,diakses pada tanggal
22 maret 2023

5
3. Jenis qardh
Menurut lembaga keuangan Syariah, akad qardh terdiri dari dua jenis
yaitu:
a. Akad qardh yang berdiri sendiri dan hanya bermaksud sebagai tujuan
sosial, sesuai dengan apa yang tertera di Fatwa MUI DSN Nomor
19/DSN-MUI/IV/2001 yang menjelaskan bahwa Al-Qardh ada bukan
sebagai kelengkapan transaksi atau sarana untuk mencari keuntungan.
b. Akad qardh yang terjadi sebagai sarana untuk melengkapi transaksi
lain yang bersifat komersial atau termasuk ke dalam akad-
akad mu’awadhah untuk mendapatkan keuntungan. Pihak ketiga hanya
dalam menggunakan dana tersebut untuk tujuan komersial, seperti
pembiayaan pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, produk
Rahn Emas, pengalihan utang, dan ajakan piutang.
4. Fungsi qardh
Qardh memiliki beberapa fungsi berikut.
a. Membantu nasabah yang sedang membutuhkan dana cepat untuk
kebutuhan yang mendesak.
b. Qardh Hasan yang menjadi pembeda Lembaga Keuangan Syariah
dengan Lembaga Keuangan Konvensional, karena membawa misi
sosial di dalamnya.

c. Misi sosial ini dapat meningkatkan citra positif dan loyalitas


masyarakat pada Lembaga Keuangan Syariah.
5. Ketentuan akad qardh
Berdasarkan Fatwa MUI DSN Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Al-Qardh, pelaksanaan akad qardh memiliki sejumlah keuntungan yang
harus diperhatikan dan dipatuhi sebelumnya, berikut di antaranya:
a. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan.
b. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.

6
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang


perlu.

e. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan


sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh


kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat: memperpanjang
jangka waktu pengembalian, atau menghapus (write off) sebagian
atau seluruh kewajibannya.6
B. PINJAMAN ONLINE
1. Pengertian pinjaman online
Pinjaman online adalah fasilitas pinjaman uang oleh penyedia jasa
keuangan yang beroperasi secara online. Karena sistemnya yang virtual,
pinjaman online tidak membutuhkan jaminan atau agunan. Pinjaman daring
termasuk sebuah inovasi di bidang teknologi keuangan yang memudahkan
masyarakat dalam meminjam uang
Pinjaman online diminati banyak masyarakat karena tidak membutuhkan
jaminan yang sulit, dan bisa dengan mudah dilakukan melalui telepon
genggam. Pengguna yang mengakses aplikasinya dapat langsung mendaftar
dan mendapatkan pinjaman melalui transaksi daring. Pemohon tidak harus
pergi ke bank, mengisi formulir dan persyaratan lain.
Peminjam cukup mengikuti langkah yang diminta, seperti verifikasi
identitas diri, nomor kontak, memilih jumlah pinjaman, dan memberi
informasi rekening bank pribadi.
2. Jenis-jenis pinjaman onlie

6
Fortune indonesia,’’qardh’’, https://www.fortuneidn.com/sharia/desy/qardh-adalah, di akses
tanggal 16 maret 2023

7
Jenis pinjaman daring ditentukan atas jumlah pinjaman, tenor (jangka
waktu pinjaman), suku bunga, agunan dan tujuan pembiayaan. Terdiri atas:

a. KTA (Kredit Tanpa Agunan): Produk pinjaman online pribadi yang


tidak mensyaratkan agunan/jaminan. Biasanya syarat yang diminta
adalah kartu kredit.

b. Kredit Karyawan: Berlaku khusus bagi karyawan yang masih aktif


bekerja di instansi, perusahaan, badan usaha maupun lembaga.
Syaratnya adalah slip gaji dan surat rekomendasi atasan

c. Kredit Kendaraan: Syaratnya slip gaji, bukti kepemilikan tempat


tinggal sendiri, dan uang muka.

d. KPR (Kredit Pemilikan Rumah): Berlaku bagi yang ingin membeli


rumah dengan mencicil. Biasanya fintech bekerjasama dengan bank.
Syaratnya slip gaji, bukti kepemilikan tempat tinggal sendiri, dan uang
muka.

e. Pinjaman usaha: Berlaku bagi nasabah yang ingin membuka usaha atau
tambahan modal usaha.7

3. Syarat Penerima dan Pemberi Pinjaman Online


a. Penerima pinjaman adalah orang dan atau badan hukum yang
mempunyai utang karena perjanjian layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi. Syaratnya sebagai berikut:
1) Penerima pinjaman harus berasal dan berdomisili di wilayah
hukum negara kesatuan republik Indonesia.
2) Penerima pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri
dari:
a) Orang perseorangan warga negara Indonesia atau
b) Badan hukum Indonesia

7?
Wikipedia Indonesia, "Pinjaman online",https://id.wikipedia.org/wiki/Pinjaman_daring, diakses
pada 25 maret 2023
8
b. Pemberi pinjaman adalah orang,badan hukum, dan/atau badan usaha
yang mempunyai piutang karena perjanjian layanan pinjam meminjam
uang berbasis teknologi informasi, syaratnya sebagai berikut:
1) Pemberi Pinjaman dapat berasal dari dalam atau luar negeri.
2) Pemberi Pinjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari:
a) Orang perseorangan warga negara Indonesia
b) Orang perseorangan warga negara asing

c) Badan hukum Indonesia/asing

d) Badan usaha Indonesia/asing; dan atau

e) Lembaga internasional 8

4. Resiko-resiko dalam Utang Piutang Melalui Media Online


a. Bunga Tinggi
b. Data Pribadi di Aplikasi Pinjaman Online

c. Tidak Bayar Tagihan, Penagih Menghubungi

d. Pinjaman Online yang Belum Terdaftar OJK

e. Biaya Administrasi Penagihan 9


C. OTORITAS JASA KEUANGAN
1. Pengertian OJK
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan. OJK dibentuk berdasarkan UU Nomor 21
Tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan
pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan. OJK didirikan untuk menggantikan peran Bapepam-
8
Ojk,’’ Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi’’,https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/fintech/Documents/FAQ
%20Fintech%20Lending.pdf, diakses pada tanggal 27 maret 2023
9
Wikipedia Indonesia, "Pinjaman online",https://id.wikipedia.org/wiki/Pinjaman_daring, diakses
pada 25 maret 2023
9
LK dalam pengaturan dan pengawasan pasar modal dan lembaga
keuangan, serta menggantikan peran Bank Indonesia dalam pengaturan
dan pengawasan bank, serta untuk melindungi konsumen industri jasa
keuangan.
2. Tugas dan wewenang OJK
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
a. kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan serta non perbankan.
b. kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal dan

c. kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga


pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya.

Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai wewenang:


a. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
b. menetapkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan
c. menetapkan peraturan dan keputusan OJK.
d. menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan.

e. menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK.

f. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis


terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu.

g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter


pada Lembaga Jasa Keuangan.

h. menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,


memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban dan

i. menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Untuk melaksanakan tugas pengawasan, OJK mempunyai wewenang:

10
a. menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan.
b. mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh
Kepala Eksekutif.

c. melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan


Konsumen, dan tindakan lain terhadap Lembaga Jasa Keuangan, pelaku,
atau penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

d. memberikan perintah tertulis kepada Lembaga Jasa Keuangan atau pihak


tertentu.

e. melakukan penunjukan pengelola statute.

f. menetapkan penggunaan pengelola statute.

g. menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan


pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan dan memberikan atau mencabut:
1) izin usaha.
2) izin orang perseorangan.

3) efektifnya pernyataan pendaftaran.


4) surat tanda terdaftar.

5) persetujuan melakukan kegiatan usaha.

6) pengesahan.

7) persetujuan atau penetapan pembubaran dan

8) penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturanperundang-


undangan di sektor jasa keuangan.10

10
Wikipedia Indonesia, "Otoritas jasa keuangan"
https://id.wikipedia.org/wiki/Otoritas_Jasa_Keuangan,diakses pada tanggal 18 maret 2023
11
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian literatur, Di mana penelitian
literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan metode mengumpulkan
data pustaka yang merujuk pada sumber-sumber tertulis buku dan data studi 11
B. Data dan sumber data
Data dapat diartikan sebagai fakta atau keterangan-keterangan yang akan
diolah dalam kegiatan penelitian. Bentuk data dari penelitian ini yaitu data
sekunder, yang mana merupakan data yang di gunakan untuk menjelaskan
suatu masalah yang diperoleh dari luar objek tetapi masih berhubungan
dengan masalah yang akan di teliti. Adapun sumber data sekunder diperoleh
dari studi pustaka, data dari penelitian ini adalah hasil keputusan hukum qardh
terhadap pinjaman online yang belum terdaftar OJK, serta sumber-sumber lain
yang menunjang. 12
C. Teknik gali data

11
Eka Diah Kartiningrum, “Panduan Penyusunan Studi Literatur”,
https://stikesmajapahit.ac.id/Ippm/wp-content/uploads/2019/04/panduan-penyusunan-studi-
literatur.pdfj, diakses tanggal 20 maret 2023
12 ?
Duniadosen, “Pengertian Data Penelitian”, https://www.duniadosen.com/data-penelitian/,
diakses 20 maret 2023

12
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik gali data dengan
pengumpulan keperpustakaan di mana dalam proses pencarian tersebut
peneliti melakukan pencarian dari beberapa buku dan artikel.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan
Berdasarkan penjelasan yang diberikan pada sub-sub topik Sebelumnya,
peneliti disini berbicara secara jelas dan komprehensif tentang masalah
yang diteliti. Dalam Pasal 7 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No
77/POJK.01/2016 tentang LPMUBTI menyebutkan bahwa penyelenggara
wajib mengajukan pendaftaran dan perizinan kepada OJK. Adapun maksud
dari Pasal tersebut adalah bahwa bagi setiap penyelenggara pinjaman
online wajib telah terdaftar dan berizin.
Namun, terkait pinjaman online berdasarkan data SATGAS Waspada
Investasi ( Satuan Tugas Waspada Investasi) bahwa pinjaman online belum
terdaftar bahkan berizin pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sehingga
dapat dikatakan bahwa pinjaman online tersebut adalah ilegal.
Dapat diketahui bahwa pinjaman online ilegal yang sering menjadi
modus bagi penyelenggara tersebut adalah mengeruk keuntungan sebesar-
besarnya dari masyarakat tanpa memperdulikan aturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk mendapatkan keuntungan, ternyata kegiatan
pinjaman online ilegal justru menjebak dan merugikan masyarakat. Korban
dikenakan bunga dan denda yang tinggi, jangka waktu yang singkat,

13
menyalin daftar kontak yang kemudian dipergunakan untuk mengintimidasi
atau meneror korbannya kalau tidak mau melunasi pinjaman. 13
Pinjaman online ilegal lebih mendominasi terhadap pelanggaran, artinya
presentase jumlah pinjaman online berizin lebih sedikit dibandingakan
dengan pinjaman online ilegal. Sayangnya, dalam pengawasan dan
pengaturan pinjaman online ilegal atau tidak diatur dalam pengaturan OJK
( Otoritas Jasa Keuangan ). Apalagi, sanksi yang diterapkan OJK ( Otoritas
Jasa Keuangan ) hanya dikenakan sanksi admisitrasi, yaitu pencabutan
beroperasi. Artinya tidak ada sanksi yang lebih berat untuk menjerahkan
pelaku penyelenggara pinjol ilegal. Sementara itu, kebanyakan masyarakat
tidak bisa membedakan pinjol yang terdaftar dan tidak dikarenakan
keduanya sangat mirip.
Selanjutnya mengenai mekanisme sistem operasional dalam pinjaman
online juga terdapat ketidak sesuaian terhadap perjanjian yang telah dibuat.
Dalam hal ini yaitu seperti praktik pada pinjaman onine memiliki bunga
yang sangat besar, batas waktu pengembalian pinjaman atau tenornya
minimal 91 hari dan maksimal 180 hari. Namun yang terjadi batas waktu
pengembalian pinjamannya hanya 7 hari akan tetapi 2 hari sebelum waktu
jatuh tempo pihak pinjaman tunai tersebut sudah menagih hingga
menghubugi nomor kontak yang ada di handphone si borrower.
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas maka salah satu cara
kegiatan yang mampu melindungi kepentingan konsumen adalah dengan
memberikan kewajiban kepada penyelenggara peminjaman uang online
untuk memiliki layanan pengaduan konsumen. Mengenai mekanisme
penanganan konsumen, Pasal 14 POJK Nomor 18/POJK.07/2018
menyebutkan bahwa setelah menerima pengaduan konsumen dan/atau
perwakilan konsumen, pelaku usaha jasa keuangan wajib melakukan tindak
lanjut berupa pemeriksaaan internal atas pengaduan secara kompeten,
13
Kominfo,’’Praktik Pinjaman Online illegal”,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/39935/pemerintah-tidak-berikan-toleransi-pada-praktik-
pinjaman-online-ilegal/0/berita,diakses pada tanggal 28 maret 2023

14
benar, serta objektif, dan analisis untuk memastikan kebenaran
pengaduan.14
Dalam hal pengaduan secara lisan, pelaku usaha jasa keuangan wajib
melakukan tindak lanjut dan menyelesaikan pengaduan secara lisan paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak pengaduan diterima berdasarkan Pasal 15
POJK Nomor 18/POJK.07/2018, sedangkan untuk tindak lanjut pengaduan
secara tertulis diatur dalam Pasal 16 POJK Nomor 18/POJK.07/2018 yang
menyebutkan pelaku usaha jasa keuangan wajib melakukan tindak lanjut
dan melakukan penyelesaian pengaduan secara tertulis paling lama 20 (dua
puluh) hari kerja sejak dokumen yang berkaitan langsung dengan
pengaduan diterima secara lengkap.15
Bedasarkan penjelasan di atas, maka yang pertama praktik pinjaman
online tidak sesuai dengan peraturan yang telah ada mengenai aturan
pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yaitu Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang LPMUBTI.
Yang mana pada hal ini pinjaman online masih ilegal atau belum terdaftar
dan berizin di OJK. Kemudian mengenai pengaduan perlindungan
konsumen, maka bentuk perlindungan yang diberikan oleh OJK adalah
apabila terdapat dan ditemukannya tindakan-tindakan yang melanggar dan
mengakibatkan kerugian maka OJK akan meminta untuk menghentikan
kegiatan usahanya tersebut.
Selain itu OJK akan melakukan pembelaan hukum kepentingan
masayarakat sebagai konsumen yang berupa pengajuan gugatan di
14
Ojk,’’ Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi’’,https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/fintech/Documents/FAQ
%20Fintech%20Lending.pdf, diakses pada tanggal 27 maret 2023

15 ?
Tanahlautkab,’’perlindungan hukum nasabah pinjaman online’’
https://jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/lemahnya-perlindungan-hukum-bagi-nasabah-
pinjaman-online diakses pada tanggal 20 maret 2023

15
pengadilan terhadap pihak yang mengakibatkan kerugian tersebut. OJK
juga akan memberikan teguran berupa peringatan terhadap para
penyelenggara kegiatan usaha yang dianggap menyimpang untuk dapat
segera memperbaikinya, kemudian OJK memberikan informasi terkait
dengan aktivitas yang dapat merugikan terhadap para konsumen ataupun
masyarakat umum.
B. Tinjauan hukum qardh terhadap praktik pinjam online yang belum
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
Dalam hukum qardh, pinjaman online termasuk kedalam akad utang
piutang dimana merupakan salah satu kegiatan bermuamalah yang berbasis
tolong menolong antar sesama manusia sehingga umat Islam boleh
melakukannya apabila memenuhi akad utang piutang dengan benar.
Sebagaimana bahwasanya Islam juga telah mengatur kesepakatan yang
mengatur segala macam baik mengenai hak dan kewajiban antara dua
orang yang berakad, terdiri dari muqridh (yang memberikan utang) dan
muqtaridh (orang yang berutang) agar terjadi kesepakatan yang benar antar
keduanya.16
Pinjaman online pada dasarnya merupakan sebuah aplikasi yang
melakukan transaksi peminjaman tunai dengan service online dan tanpa
jaminan dengan proses pengajuan yang singkat dan pencarian yang cepat.
Namun pinjaman online tidak terlalu memberikan kejelasan terhadap
sistem operasional yang tertera pada aplikasi atau yang sudah ada
diperjanjian.
Seharusnya semuanya harus jelas dari awal maka telah terpenuhilah
salah satu rukun dan syarat dari utang piutang. Begitu pula dalam transaksi
utang piutang harus sesuai dengan rukun dan syaratnya sahnya akad, yakni
orang yang melakukan akad harus cakap untuk melakukan tindakan hukum,

16
Dompetduafa,’’pinjaman online menurut islam dan fatwa MUI’’
,https://www.dompetdhuafa.org/hukum-pinjol-menurut-agama-islam-dan-fatwa-mui/
#:~:text=Berdasarkan%20putusan%20dalam%20Ijtima%20Ulama,peminjaman%20online%20ada
%20unsur%20riba., diakses pada tgl 30 maret 2023

16
baligh, berakal, objek atau barangnya harus diketahui jumlah atau nilainya,
dan sehingga pada waktu pembayaran tidak menyulitkan karena harus sama
jumlah atau nilainya dengan jumlah atau nilai barang yang diterima.
Pada dasarnya dalam hukum qardh boleh pinjam meminjam dengan
tidak mengandung unsur riba, maysir, gharar, tadlis, dharar, zhulm, dan
haram. Sebagaimana yang telah diatur dalam Fatwa MUI Nomor
117/DSN-MUI/II/2018 tentang layanan pembiayaan berbasis teknologi
informasi berdasarkan prinsip syari‟ah. Namun pada pinjaman online ini
masih ada unsur ketidakjelasan dalam hal uang yang cair hingga batas
waktu pengembalian uang atau tenor waktunya.
Demikian pula bahwa pinjaman online ini ilegal, yang mana dapat
menimbulkan adanya dharar bagi pengguna transaksi pinjaman tunai ini.
Kemudian selain itu, pada sistem operasional pinjaman online adanya
ketidakjelasan dalam pemberian pinjaman yang mana dalam peminjaman
ada potongan terhadap pinjaman pokok awal. Sementara dalam perjanjian
awal tidak ada dijelaskan dan kesepakatan antara si peminjam dengan pihak
pinjaman online .
Selanjutnya mengenai batas waktu pengembalian atau tenor pinjaman.
Dalam hal ini batas waktu pengembalian atau tenor waktunya minimal 91
hari namun, pada saat si peminjam mengklik tenor waktu 91 hari pada
aplikasi pinjaman tunai, ternyata yang tersedia atau muncul hanya 7 hari.
Selain itu, setelah transaksi pinjaman dengan batas waktu 7 hari
pengembalian, namun dalam waktu 5 hari pihak pinjaman online sudah
menagih uang pinjaman kepada si borrower dan menghubungi semua
nomor kontak telepon yang ada pada handphone si borrower.
Hal demikian tentunya mengandung unsur gharar (ketidakpastian atau
kejelasan) sebab tidak adanya kesepakatan atau perjanjian di awal
transaksi, serta adanya unsur zhulm ( hal merugikan) bagi peminjam atau
pengguna pinjaman online. 17

17 ?
ojk.’’perbankan Syariah dan kelembagaanya’’ https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-
syariah/pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx, diakses pada tanggal 1 april 2023
17
Kemudian pada pinjaman online memiliki bunga pinjaman yang tinggi
serta adanya denda atau dana tambahan dari pinjaman pokok yang harus
dibayar, akan tetapi hal ini tidak ada penjelasan di awal perjanjian atau
yang tertera dalam operasional pinjaman online. Maka borrower banyak
yang tidak tahu hal mengenai dana tambahan dari utang pokok yang harus
dibayar, jumlah uang yang mereka pinjam setiap harinya terus meningkat
karena adanya dana tambahan dari utang pokok.
Sehingga di dalam pinjaman online ini terkadang ada yang meminta
melebihkan bayaran dari dana yang kita pinjam yakni termasuk riba. Secara
bahasa, riba berarti tambahan. Dalam hukum Islam, riba berarti tambahan
baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak peminjam
untuk membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang
meminjamkan pada hari jatuh tempo waktu mengembalikan uang pinjaman
itu.
Demikian pula didalam pinjaman online ini bisa disebut termasuk riba
utang piutang yang terdiri dari riba jahiliyah dan riba qardh. Denda
keterlambatan setelah jatuh tempo di dalam pinjaman online ini termasuk
riba jahiliyah adalah jenis riba yang harus dibayarkan oleh pihak pemilik
utang kepada orang yang memberikan utang dan melebihi pokoknya
adanya keterlambatan pembayaran sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Biasanya penambahan bunga utang ini akan semakin besar jika waktu
keterlambatan untuk mengembalikan utang semakin lama.
Riba di dalam bermuamalah salah satunya di dalam akad utang piutang
dalam hal ini pinjaman online sudah pasti praktik riba adalah haram.
Praktik riba lebih mengutamakan keuntungan diri sendiri dengan
mengorbankan orang lain. Menimbulkan kesenjangan sosial yang semakin
besar antara yang kaya dan miskin, serta dapat mengurangi rasa
persaudaraan.
Oleh karena itu, Allah mengharamkan riba karena banyak dampak
negatif yang ditimbulkan dari praktik riba tersebut. Larangan dari praktik

18
ini adalah bertujuan menolak kemudaratan dan mewujudkan kemaslahatan
manusia.18
Sebab riba diharamkan sebagaimana dalam firman Allah dalam Alqur‟an
surah Ali-Imran ayat 130 yaitu:
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلوا الِّر ٰب ٓو ا َاْض َع اًفا ُّم ٰض َع َفًةۖ َّو اَّتُقوا َهّٰللا َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحْو َن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan harta
riba dengan berlipat ganda dan takutlah kepada Allah, mudah-mudahan
kamu menang”.(Q.S.Ali-Imran:130)
Dengan demikian bila dikaitkan dengan hukum qardh praktik pinjaman
online tidak sesuai dengan hukum Islam sebab mengandung riba. Pertama,
riba adanya penambahan dari utang pokok yang termasuk riba qardh.
Kedua, riba adanya denda jika terlambat dalam pelunasan atau melewati
jatuh tempo yang termasuk riba jahiliyah.
Oleh sebab itu, Islam mengaharamkan riba. Allah mengharamkan riba
karena banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari praktik riba tersebut.
Selanjutnya praktik pinjaman online ini juga mengandung unsur gharar
karena adanya ketidakpastian dan ketidakjelasan dalam sistem operasional
atau perjanjian yang telah dibuat, kemudian dharar, dalam hal ini dapat
membahayakan pengguna pinjaman online karena pinjaman online ini
ilegal serta adanya unsur zhulm, yang mana dapat menimbulkan kerugian
bagi pengguna pinjaman online ini.

BAB V

18
Dompetduafa,’’pinjaman online menurut islam dan fatwa MUI’’
,https://www.dompetdhuafa.org/hukum-pinjol-menurut-agama-islam-dan-fatwa-mui/
#:~:text=Berdasarkan%20putusan%20dalam%20Ijtima%20Ulama,peminjaman%20online%20ada
%20unsur%20riba., diakses pada tgl 30 maret 2023

19
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Praktik pinjaman online yang belum terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan
Dalam praktik pinjaman online yang terjadi adalah menghimpun
dana tambahan dari pinjaman utama pada saat pembayaran tagihan.
Kemudian, batas waktu pelunasan uang pinjaman paling singkat 91 hari
dan paling lama 180 hari, akan hal tersebut tidak sesuai dengan perjanjian
antara pihak pinjaman online dengan si peminjam, karena faktanya tenor
atau batas waktu pengembalian uang pinjaman tersebut adalah 7 hari,
bahkan 5 hari sebelum jatuh waktu tempo pihak pinjaman online sudah
menagih uang pinjaman dari si peminjam. Hal ini dilakukan tanpa
sepengetahuan peminjam dan pada dasarnya tidak sesuai dengan apa yang
tercantum dalam kontrak awal dan system pinjaman online. Lebih lanjut,
pinjaman online masih ilegal atau tidak terdaftar dan tidak berizin pada
Otoritas Jasa Keuangan. Hal ini memang melanggar peraturan Otoritas Jasa
Keuangan yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
2. Tinjauan hukum islam terhadap praktik pinjam online yang belum
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
Berdasarkan tinjauan hukum Islam, praktik pinjaman online yang
belum terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan tidak sesuai dengan hukum
Islam, sebab mengandung riba. Pertama, riba adanya penambahan dari
utang pokok yang termasuk riba qardh. Kedua, riba adanya denda jika
terlambat dalam pelunasan atau melewati jatuh tempo yang termasuk riba
jahiliyah. Selanjutnya praktik pinjaman online tidak sesuai dengan hukum
Islam sebab mengandung unsur gharar karena adanya ketidakpastian dan
ketidakjelasan dalam sistem operasional atau perjanjian yang telah dibuat,
kemudian dharar, karena dalam hal ini dapat membahayakan pengguna
pinjaman online karena ilegal serta adanya unsur zhulm, yang mana dapat
menimbulkan kerugian bagi pengguna pinjaman online.
20
B. Saran
1. Berdasarkan pemaparan peneliti tentang praktik pinjaman online sebaiknya
masyarakat harus lebih teliti, sebab tidak sedikit pada masa sekarang ini
banyak pinjaman online yang belum terdaftar bahkan tidak berizin Otoritas
Jasa Keuangan atau sering disebut dengan istilah ilegal. Kemudian
hendaknya masyarakat lebih berhati-hati mengenai soal cara operasional
dan ketentuan- ketentuan yang ada di dalam pinjaman online agar sesuai
hukum syara’ dan tidak menimbulkan kerugian antara salah satu pihak
maupun kedua belah pihak.
2. Pada pihak yang berwenang misalnya Otoritas Jasa Keuangan harus
memberikan pengawasan yang lebih ketat, kemudian hendaknya pihak
Otoritas Jasa Keuangan atau yang berwenang memberikan teguran maupun
arahan yang benar kepada aplikasi-aplikasi yang memberatkan masyarakat.

3. Untuk pihak yang berwenang yaitu Kementrian Komunikasi dan


Informatika (KOMINFO) sebaiknya dan seharusnya melakukan tindakan
yang tegas yaitu mencabut seluruh pinjol yang belum terdaftar dan tidak
berizin atau disebut dengan ilegal, agar tidak ada lagi masyarakat yang
mendapatkan dampak negatif dari berbagai macam pinjaman online ilegal
yang marak berkembang dikalangan saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
21
An nadwah.2019.’’Qardh dalam pandangan islam’’, http://ejournal.an-
nadwah.ac.id/index.php/Siyasah/article/download/121/94/ ,diakses pada
tanggal 22 maret 2023
Dompetduafa.2022.’’pinjaman online menurut islam dan fatwa MUI’’
,https://www.dompetdhuafa.org/hukum-pinjol-menurut-agama-islam-dan-
fatwa-mui/#:~:text=Berdasarkan%20putusan%20dalam%20Ijtima
%20Ulama,peminjaman%20online%20ada%20unsur%20riba., diakses pada
tanggal 30 maret 2023
Duniadosen.2022.“Pengertian Data Penelitian”,
https://www.duniadosen.com/data-penelitian/, diakses 20 maret 2023
Finpedia.2021”Sejarah Munculnya Pinjaman Online di Indonesia”,
http://www.finpedia.id, diakses pada tanggal 20 maret 2023
Fortune indonesia,2023’’qardh’’, https://www.fortuneidn.com/sharia/desy/qardh-
adalah, di akses pada tanggal 16 maret 2023
Kartiningrum, Eka Diah.2022.“Panduan Penyusunan Studi Literatur”,
https://stikesmajapahit.ac.id/Ippm/wp-content/uploads/2019/04/panduan-
penyusunan-studi- literatur.pdfj, diakses tanggal 20 maret 2023
Kominfo.2022’’Praktik Pinjaman Online illegal”,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/39935/pemerintah-tidak-berikan-
toleransi-pada-praktik-pinjaman-online-ilegal/0/berita,diakses pada tanggal
28 maret 2023
Ojk. 2017. ’’perbankan Syariah dan kelembagaanya’’
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/PBS-dan-
kelembagaan.aspx, diakses pada tanggal 1 april 2023
Ojk.2017 ’’ Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi
Informasi’’,https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/data-dan-statistik/direktori/
fintech/Documents/FAQ%20Fintech%20Lending.pdf, diakses pada tanggal
27 maret 2023

22
Tanahlautkab.2020,’’perlindungan hukum nasabah pinjaman online’’
https://jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/lemahnya-perlindungan-
hukum-bagi-nasabah-pinjaman-online diakses pada tanggal 20 maret 2023
WikipediaIndonesia.2023."Otoritasjasakeuangan"https://id.wikipedia.org/wiki/
Otoritas_Jasa_Keuangan,diakses pada tanggal 18 maret 2023
WikipediaIndonesia.2023."Pinjamanonline",https://id.wikipedia.org/wiki/
Pinjaman_daring, diakses pada 25 maret 2023

23

Anda mungkin juga menyukai