Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK 6

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

JUDUL : TEORI TEORI NEGARA

DOSEN PENGAMPU :

OLEH :

QURROTA A’YUNI
SAHLA MAHDIYYAH IMADUDIN
MUHAMMAD HUSNI MUBAROK
MUHAMMAD FIKRI RADHEA

KELAS 1B

JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah "TEORI
TEORI NEGARA " tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena kerterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung,9 September 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Teori ketuhanan.........................................................................................2
B . Teori hukum alam ....................................................................................3
C. Teori kekuatan............................................................................................6
D . Teori kontrak sosial .................................................................................9
BAB III PENUTUP.............................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Spekulasi tentang asal mula lahirnya negara menumbuhkan minat para
pemikir untuk melahirkan berbagai teori sengga teori spekulatif itu menjadi
bagian dari pembahasan imu tentang negara dan hukum tata negara. Dengan
pendekatan spekulatif tersebut, dapat dikatakan bahwa teori teori itu
sedimikian rupa dibangun melalui filsafat.Oleh karena itu,pandangan tentang
negara lebih mengedepankan kebenaran logis dan konsistensi dari premis-
premis yang dipaparkan dalam pemahaman kontemplatif para filsuf.

B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa definisi teori ketuhanan
2. Apa definisi teori hukum alam
3. Apa definisi teori kekuatan
4. Apa definisi teori kontrak sosial

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI KETUHANAN
Teori ketuhanan berpandangan bahwa negara berasal dari Tuhan,
Oleh karena itu, para pemimpin negara merupakan wakil Tuhan, yang
merupakan kepanjangantangan kekuasaan Tuhan di muka bumi. Rakyat
harus berserah diri kepada para pemimpin negara karena dengan berserah
diri, rakyat berarti berbakti kepada Tuhan.
Para sarjana Eropa abad pertengahan nenyempurnakan pandangan-
nya tentang kekuasaan absolut dari para raja karena kekuasaan Tuhan
adalah kekuasaan absolut. Karena kekuasaan raja bersifat absolut, raja
tidak pernah salah. Kekuasaan raja adalah doktrin yang berasal dari Tuhan.
Perintah-perintah raja adalah hak-hak yang harus dihormati dan ditaati.
Tuhanlah yang mengangkat raja-raja. Oleh karena itu, raja-raja
sepenuhnya bertanggung jawab kepada Tuhan, bukan kepada rakyat yang
memosis kan diri ingin menyamai Tuhan. Rakyat tidak lebih hanyalah
budak-budak para raja.
Doktrin tentang raja-raja sebagai penerima kekuasaan dari Tuhan à
dalam sabda Paulus dalam Rum XIII ayat 1 dan 2. Dalam sabda Paulus itu
berlaku teori teokrasi yang menganggap Tuhan sebagai dinyatakan
prinsipium semua kekuasaan. Hal itu tampak identik dengan pandangan
tentang iradah Allah. Dalam ajaran Islam, Allah Pemegang Kedaulatan
Tertinggi. Semua yang ada di muka bumi berasal dari kekuasaan-Nya.
Oleh karena itu, Allah mempertegas kekuasaan-Nya agar semua manusia
yang beriman menaati Allah dan menaati Rasul. Jika terjadi perselisihan
dalam masalah kekuasaan dan segala aspek kehidupan, kembalikan
solusinya kepada kekuasaan Allah (lihat Al-Quran Surat An- Nisa ayat
159).
Doktrin teokrasi tersebut merupakan kebalikan dari teori asal mula
negara lainnya karena asal mula negara dan sumber kekuasaan raja
2
dipandang berasal dari makhluk yang berada di luar dunia ini. Dalam teori
kontrak sosial, manusia menduduki porsi terbesar dalam terwujudnya
negara meskipun akhirnya absolutisme kekuasaan muncul di tengah-
tengah terbentuknya kontrak sosial.

Dalam teori ketuhanan, terwujudnya negara sepenuhnya bukan


karya cipta manusia, melainkan kehendak Tuhan. Demikian pula raja-raja
diutus Tuhan, bukan hanya sebagai raja, melainkan sekaligus dewa yang
membawa titah Tuhan dengan kebenaran absolut. Rakyat sepenuhnya
harus tunduk kepada raja, dan raja sepenuhnya bertanggung jawab kepada
Tuhan. Jadi, menurut teori ketuhanan, Tuhan adalah raja diraja.
B. TEORI HUKUM ALAM
Teori alamiah berpandangan bahwa negara berasal dari alam karena
alamiah yang menciptakan negara. Asal asul pandangan ini berasal dari
Aristoteles. Menurutnya, alam yang membenarkan terwujudnya negara
karena ia sendiri adalah bagian dari alam. Semua alam saling memiliki
keterkaitan, sebagaimana manusia saling berhubungan dan saling mem-
butuhkan. Oleh karena itu, menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk
sosial (zoon politicon). Oleh sebab itu, manusia membutuhkan negara
untuk mengatur hubungan interaksional antarmanusia.
Teleologi Aristoteles terdiri atas dua wajah. Wajah pertama me-
nyerupai kepercayaan agama. Aristoteles berpendapat bahwa segala
sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah suatu perbuatan yang terwujud
oleh Tuhan Pembangun Alam, oleh Nus, yang mengatur segala-galanya.
Selain itu, ia berpendapat bahwa alam ini dan setiap yang hidup di
dalamnya merupakan berbagai jenis organisme yang berkembang masing-
masing menurut suatu gerak tujuan.
Aristoteles memandang perubahan pada alam potensial menjadi
aktualita seperti perkembangan biji yang mengandung kemungkinan, di
dalamnya menjadi pohon yang hidup menurut hukum yang tidak
kelihatan. Dengan pandangan metafisika semacam itu, Aristoteles
3
meletakkan dasar bagi prinsip perkembangan. Pandangan itu
menunjukkan bahwa gerak merupakan hukum alam yang tidak pernah
berubah, melainkan perubahan itu merupakan asas gerak itu sendiri.
Dalam pandangan Aristoteles, alam meliputi semuanya yang ber-
hubung dengan materi dan badan-badan yang bergerak dan diam.
Perubahan atau gerakan dalam arti yang luas dapat dibagi dalam timbul
dan lenyap. Gerakan dalam arti yang terbatas merupakan perubahan
kuantitas, perubahan kualitas, dan perubahan tempat. Perubahan ber-
gantung pada tempat dan waktu. Tempat adalah batas ke dalam dari
badan- badan yang meliputi semuanya. Tidak ada tempat yang kosong
dan luas alam pun sangat terbatas. Di luar itu, tidak ada tempat lagi.
Waktu adalah ukuran gerak terhadap yang dahulu dan yang kemudian.
Waktu tidak berhingga, tidak ada awal, dan tidak ada akhir.
Menurut Aristoteles, alam ada untuk selama-lamanya. Ini kelanjutan
pendapatnya bahwa waktu tidak berhingga. Bagian alam yang paling
Sempurna dijadikan Tuhan sebagai Penggerak Pertama adalah langit,
tempat bintang-bintang beredar saling terpaut dan tersangkut. Di dalam-
ya ada jwa yang mengemudikan perjalanan bintang-bintang itu. Di bawah
langit itu terdapat beberapa lingkungan yang berputar oleh matahari,
planet-planet, dan bulan. Di tengah-tengah alam terle bumi, bagian alam
yang terletak di tengah, yang keadaannya paling kurang sempurna. Bumi
terbentuk dari anasir yang empat, seperti yang dikemuk kan oleh
Empedokles: api, udara, air, dan tanah. Anasir-anasir itu adalah
pemangku sifat-sifat yang bertentangan: berat dan ringan, panas dan
dingin kering dan basah. Semakin ke bumi semakin berat, semakin ke
lang semakin ringan. Keempat anasir itu termasuk ke dalam lingkungan
bum sedangkan ruang alam yang luas itu diisi oleh eter. Dari eter itu pula,
bintang-bintang dan lingkungan yang mengendalikan peredarannya.
Aristoteles dalam filsafatnya tentang alam dipengaruhi oleh peng
alaman pendidikannya tentang ilmu pengetahuan fisika dan metafisika
sehingga pandangannya tentang alam senantiasa melibatkan asas gerak
4
yang nyata dari alam fisika dan dalam metafisika. Bagi Aristoteles, alam
tidak berubah-ubah, melainkan mengubah. Ia berfilsafat bahwa dunia in
tersusun menurut tujuan yang tertentu dengan kedudukan makhluk yang
bertingkat-tingkat. Binatang yang terendah terjadi dari lumpur dan
kotoran Binatang-binatang yang tidak berdarah dan tidak bertulang lebih
rendah tingkatnya daripada binatang-binatang yang berdarah dan
bertulang Dalam susunan yang bertingkat itu, yang rendah mengabdi dan
mem- berikan jasa kepada yang di atasnya. Tanaman memberikan jasa
kepada binatang, binatang kepada manusia, kaum perempuan kepada
kaum laki- laki, badan kepada jiwa.
Pendapat Aristoteles tentang bentuk negara terpadu dari dua hal.
Pertama, sebagai kelanjutan dari paham etiknya sebagai hasil dari pe
nyelidikannya terhadap 158 buah undang-undang dasar negara-kota
dalam dunia Greek pada waktu itu. la tidak mengemukakan cita-cita yang
luar biasa seperti Plato. la condong pada pendirian bahwa pendapat yang
dianjurkan itu harus sepadan dengan kepentingan hidup yang nyata pada
masa itu. la mengemukakan tiga macam bentuk tata negara, yaitu:
a. monarki;
b. aristokrasi, yaitu pemerintahan oleh orang-orang yang sedikit
jumlahnya;
c. politeia atau menurut etik Aristoteles disebut "timokrasi, yaitu
pemerintahan berdasarkan kekuasaan seluruh rakyat. Dalam
istilah sekarang disebut "demokrasi"
Ketiga macam sistem pemerintahan itu dapat dibelokkan ke jalan
yang buruk. Pemerintahan raja menjadi tirani, kekuasaan aristokrasi
menjadi oligarki, kekuasaan politeia menjadi demokrasi atau ochlokrasi,
sewenang- wenang orang banyak.
Menurut bentuknya, monarki adalah yang terbaik sebab yang
pemerintah adalah seorang yang ada di dalam didikan dan asuhan lebih
dari siapa pun, seperti Tuhan di tengah-tengah manusia. Akan tetapi,
manusia semacam itu tidak terdapat lagi. Manusia seperti itu hanya ada
5
pada masa yang jauh silam, sebelum masa heroisme. Sesudah itu, hanya
terdapat penyelewengan yang sangat jauh menyimpang dari bentuk yang
sebenarnya. Dalam praktiknya, monarki merupakan bentuk pemerintahan
yang paling buruk. Pada umumnya, kekuasaan yang besar dan budi yang
besar jarang sejalan. Letaknya berjauhan karena pada hakikatnya,
aristokrasilah yang terbaik. Pemerintahan dijalankan oleh orang-orang
yang sedikit jumlahnya, tetapi mempunyai pembawaan dan kecakapan.
Akan tetapi, aristokrasi tidak boleh didasarkan atas sistem turunan.
Mereka tidak mempunyai dasar ekonomi yang tetap. Ada kemungkinan
mereka digantikan oleh aristokrasi uang. Orang-orang kaya yang kembali
turun- temurun ke atas kursi pemerintahan membahayakan keselamatan
negara. Jabatan diperjualbelikan. Orang yang memberikan tawaran
tertinggi dapat menjabat. Apabila kecakapan tidak lagi diutamakan,
aristokrasi yang sebenarnya tidak ada lagi. Demokrasi pada umumnya
adalah tantangan terhadap plutokrasi, kaum pemodal.
Aristoteles memandang demokrasi lebih rendah daripada aristokrasi
sebab dalam demokrasi keahlian diganti dengan jumlah. Karena rakyat
mudah tertipu, hak memilih lebih baik dibatasi hingga lingkungan kaum
cerdik-pandai saja. Kombinasi antara aristokrasi dan demokrasi adalah
yang sebaik-baiknya. Pandangan inilah yang menggambarkan pendirian
Aristoteles sebagai orang yang berada di "jalan tengah."
Pemikiran Aristoteles tentang tujuan dibentuknya negara ditujukan
untuk mencapai keselamatan bagi semua penduduknya. Manusia sifat
dasarnya memiliki moral buruk, yang hanya dapat dikembangkan melalui
hubungan dengan orang lain.
C. TEORI KEKUATAN
Teori kekuatan adalah teori yang berpandangan bahwa negara ter-
wujud karena adanya kekuatan yang luar biasa dari sekelompok manusia
yang mendominasi kelompok manusia lainnya. Kelompok yang lemah
ditaklukkan oleh kelompok yang kuat, kemudian wilayahnya dicaplok dan
diduduki. Rakyat yang berasal dari wilayah kelompok yang lemah dipaksa
6
menyerahkan kedaulatannya. Semua sistem pemerintahan di- bentuk
menurut kehendak kelompok yang dominan.
Pandangan tentang teori kekuatan dianut oleh negara penjajah yang
selalu merampas dan menaklukkan negara lain. Sistem pemerintahan negara
dengan cara yang ilegal, yang merupakan bentuk-bentuk kolonialisme
sampai dengan hari ini masih ada. Israel yang terus-menerus ingin
memperluas wilayahnya di Palestina adalah salah satu negara yang menurut
teori kekuatan.
Pada mulanya, teori kekuatan berasal dari pandangan para p tentang
kehidupan manusia masa lampau yang selalu berpindah-pindah penel
(nomaden). Setiap perpindahan dimulai dengan penyerangan terut
sekelompok manusia yang telah menjadi penghuni pertama wilaya tersebut.
Jika tidak memiliki kekuatan yang memadai, wilayahnya akan direbut.
Demikian pula, kehidupan sukuistik zaman primitif, yang bertahan hidup
dengan cara berperang. Peperangan semacam ideologi uma bertahan hidup.
Dengan peperangan pula, negara terwujud. Belanda din Jepang, yang pernah
menjajah negara Indonesia pun bermula dari paham tentang teori kekuatan,
atau menganut paham negara sukuistik yang pertahanan negaranya selalu
dilakukan dengan cara merebut wilayah lain dan menaklukkan penduduknya.
Kini, teori ini ditentang habis-habisan oigh semua negara modern. Hal ini
terbukti dengan adanya Dewan Keamanan di Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan perjanjian antarnegara yang bertujuan saling menjaga keamanan negara.
Teori kekuatan dengan kehidupan masyarakat primitif yang sukuistik,
yang setiap hari mempertahankan wilayahnya dengan cara berperang Hal itu
dapat diilustrasikan dengan kehidupan suku-suku di Arab, yang pada zaman
Jahiliah memiliki corak kenegaraan yang primitif dalam mempertahankan
negaranya. Suku-suku di Arab yang jumlahnya sangat banyak merupakan ide
dasar terbentuknya negara Madinah yang konsti- tusional, yang dibentuk
oleh Rasulullah SAW. Dalam berbagai sumber valid yang menurut
penelitian berasal dari masa-masa awal karier politik Muhammad, ditemukan

7
dokumen yang sangat tepat disebut sebagai "Konstitusi Madinah" atau
Piagam Madinah.
Pandangan umum yang dapat diangkat terhadap dokumen ini adalah
sebagai berikut.
a. Berbagai dokumen tersebut tidak merupakan satu kesatuan, tetapi
merupakan kompilasi dan, paling tidak dua dokumen berbeda seperti
terlihat adanya pengulangan atau kalimat dalam beberapa artikel.
b. Dalam bentuknya yang ada sekarang ini, beberapa dokumen umum-
nya bertanggal sesudah tahun 627. Sebagaimana diketahui, pada
masa tersebut tiga suku utama Yahudi (Qaynuqa, An-Nadir, dan
Quryza) telah diusir atau dihukum - dua klan yang disebutkan
terakhir tidak tercakup dalam penjelasan dokumen. Akan tetapi, dari
dokumen tersebut diketahui pula bahwa pada tahun 624 terdapat
beberapa kelompok kecil Yahudi sebagai warga kota Madinah.
c. Berbagai dokumen yang berasal dari waktu Hijrah sekitar tahun 622,
atau paling tidak tahun 624. Berbagai artikel mengenai peristiwa
yang terjadi pada masa itu barangkali telah dihilangkan atau
dimodifikasi, sementara beberapa artikel lainnya telah ditambah.
Pandangan ini membenarkan penggunaan berbagai materi yang
terdapat dalam Konstitusi tersebut sebagai bahan studi tentang sifat
dasar negara Madinah. Pada pihak lain, jika para ahli berusaha
memperoleh bukti (dokumen) yang bertanggal lebih awal, setiap
kesimpulan yang diperoleh atas dasar pandangan ini tidak akan
berpengaruh secara serius.
Munawir Sjadzali berpendapat bahwa dasar yang telah diletakkan
oleh Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk
masyarakat majemuk di Madinah adalah:
a. semua pemeluk Islam meskipun berasal dari banyak suku
merupakan satu komunitas;
b. hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara
anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas lain didasarkan
8
atas prinsip-prinsip: (1) bertetangga baik; (2) saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama; (3) membela mereka yang
teraniaya; (4) saling menasihati; dan (5) menghormati kebebasan
beragama.
D. TEORI KONTRAK SOSIAL
Teori kontrak sosial, artinya teori tentang perjanjian masyarakat. Teori
ini berpandangan bahwa asal mula negara adalah adanya perjanjian sosial
Masyarakat melakukan kontrak politik dengan orang-orang yang akan dipilih
untuk menjadi pengelola negara. Sampai sekarang, teori ini banyak dipilih
oleh masyarakat, termasuk di Indonesia. Berbagai tuntutan elemen
masyarakat, mulai lembaga swadaya masyarakat, mahasiswa, organisasi
sosial, partai politik, para tokoh masayarakat, dan dari kalangan ilmuwan,
menghendaki kontrak sosial dan kontrak politik antara masyarakat dengan
para pemimpin bangsa, sehingga para penguasa memegang kebijakan
mendasar dalam menyelenggarakan pemerintahan. Misalnya, seorang calon
gubernur yang akan dipilih diminta tanda tangannya sebagai kontrak politik
oleh para mahasiswa, terutama yang berkaitan dengan upaya perbaikan
bangsa dan negara, peningkatan kesejahteraan sosial, pen- didikan, dan
pemberantasan korupsi.
Kontrak politik yang diharapkan biasanya merupakan kehendak
masyarakat untuk menghapuskan kekuasaan yang otoriter, tirani, feodalistis,
kemiskinan dan kezaliman penguasa terhadap rakyatnya, juga karena
banyaknya praktik inkonstitusional dari pemegang pemerintahan atau
penyelenggaraan negara.
Hanya, patut dipertanyakan bahwa teori tentang kontrak sosial yang
dipraktikkan sekarang ini, secara kasat mata bukan sebagai bagian paling
orisinal dari teori kontrak sosial. Hal ini karena secara filosofis, realitas yang
sekarang muncul ke permukaan dari gagasan-gagasan keharusan adanya
kontrak politik antara masyarakat dan penguasa adalah ketika negaranya
sendiri sudah terbentuk, sedangkan spekulasi tentang teori kontrak
sosial"seharusnya”sebelum negara itu sendiri lahir.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
DAFTAR PUSTAKA

Ismatullah dedi. “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”

11

Anda mungkin juga menyukai