Eksistensi manusia saat ini sangat aktif di media sosial. Hampir setiap hari, bahkan hampir
setiap waktu manusia membuat status atau meng-upload gambar-gambar berupa foto diri,
keluarga atau aktivitas hariannya di media sosial.
Hendaknya sebagai manusia harus berhati-hati men-share foto atau video kita, keluarga kita
atau anak kita di sosial media, karena penyakit ‘ain bisa terjadi melalui foto ataupun video.
Meskipun tidak pasti setiap foto yang di-share terkena ‘ain tetapi lebih baik kita berhati-hati,
karena sosial media akan dilihat oleh banyak orang.
‘Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh
Syaikh Abdurrahman bin Hasan:
Pada dasarnya, semua orang bisa dan sangat mungkin terkena penyakit, baik laki-laki atau
perempuan, muda atau tua dan lain sebagainya. Selain itu, juga penyakit ain timbul dari siapa
saja, baik dari orang saleh dan orang yang mencintai karena takjub atau dari orang yang
dengki dan jahat karena iri. Hanya saja anak yang masih kecil atau bayi lebih rentan terkena
penyakit ain atau gangguan setan lainnya.
Salah satu tanda bahwa bayi terkena penyakit ain adalah menangis secara tidak wajar dan tak
kunjung berhenti, kejang-kejang tanpa sebab yang jelas, tidak mau menyusu pada ibunya
tanpa ada sebab tertentu atau tubuh bayi tersebut kurus dan kering. Jika kondisinya demikian,
maka bayi tersebut segera diruqyah karena kemungkinan sudah terkena penyakit ain.
“Suatu Nabi SAW. bertanya kepada Asma’ binti Umais, ‘Mengapa aku lihat badan anak-anak
saudaraku ini kurus kering? Apakah mereka kelaparan?’ Asma menjawab, ‘Tidak, akan tetapi
mereka tertimpa ain.’ Kemudian Nabi SAW. berkata, ‘Kalau begitu bacakan ruqyah untuk
mereka.”
“Suatu Nabi SAW. masuk rumah dan tiba-tiba mendengar jeritan bayi menangis. Kemudian
beliau bersabda, ‘Kenapa bayi ini menangis terus? Mengapa kalian tidak segera meruqyahnya
untuk mengobatinya dari penyakit ain.”
Hal ini dimaksudkan untuk berbagai motif, dari yang motifnya hanya untuk berbagi dan
informasi.
Namun, dengan banyaknya foto-foto yang dibagikan di media sosial tentu memberikan kesan
yang berbeda-beda pada setiap orang yang melihatnya. Mulai dari yang positif sampai yang
negatif.
Rasa kagum yang dibarengi dengan rasa benci atau iri saat seseorang melihat foto-foto yang
dibagikan di media social, bisa memberikan dampak negatif pada orang yang ada di dalam
foto tersebut, atau yang biasa dikenal dengan penyakit ‘ain.
Secara sederhana, penyakit ‘ain adalah penyakit yang disebabkan oleh rasa dengki ataupun
kagum pada seseorang. Inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh setan untuk mengirimkan
panah hasad pada orang yang di benci atau dikagumi tersebut. Sehingga menimbulkan
penyakit bagi orang tersebut. Baik penyakit fisik maupun penyakit psikis.
Penyakit ain tidak dapat ditangani dengan menggunakan obat-obatan karena bukan
merupakan penyakit medis. Namun, penyakit ini dapat mengganggu kesehatan secara mental.
Penyakit ini paling sering diderita oleh anak–anak dan balita. Karena mereka masih lemah
dan belum bisa membentengi dirinya sendiri dari pengaruh jahat di sekitarnya. Orang dewasa
juga bisa terkena penyakit ain ini bahkan hewan dan harta benda.
Penyakit ‘ain sangat berbahaya karena munculnya sering tidak disadari. Namun akibatnya
bisa berlangsung terus-menerus, hingga bisa sampai menyebabkan kematian pada orang yang
terkena kemalangan penyakit ‘ain ini.
Contoh sederhana dari penyakit ain ini adalah ketika dua orang ibu-ibu yang tengah
mengobrol dan ibu pertama terlalu memuji kelebihan anaknya yang tidak dimiliki oleh
anaknya ibu kedua.
Hadist di atas menunjukkan bahwa bayi rentan terkena penyakit ain. Hal ini karena pada
umumnya banyak orang yang takjub pada bayi, gemes melihatnya dan kadang orang-orang
sekitarnya banyak memujinya tanpa diiringi dengan zikir dan doa keberkahan. Akibatnya,
karena banyak yang takjub dan memuji-muji bayi tersebut, maka dia rentan terkena penyakit
ain.
Kemudian setan berperan dan meniupkan rasa iri dan dengki pada ibu kedua terhadap
kelebihan anak ibu pertama. Sehingga terlepaslah panah hasad tersebut yang mengenai anak
dari ibu pertama dan menyebabkan anak tersebut menjadi sakit atau mengalami perubahan
perilaku yang meresahkan hati orangtuanya. Seperti membangkang ataupun tiba-tiba
menjauh.
Hal inilah yang dinamakan penyakit ain, yakni penyakit pada seseorang yang timbul akibat
sebuah kata-kata pujian yang disertai dengan rasa dengki, yang kemudian direspon oleh setan
untuk panah ‘Ain dan mengenai sasarannya. Sehingga menimbulkan reaksi-reaksi negatif
seperti sakit secara fisik maupun mental.
Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya: “Ah,
mana mungkin sekedar memandang akan menimbulkan penyakit?!”, “bagaimana bisa
sekadar pandangan membuat seseorang mati?”. Atau bahkan sebagian orang mengingkari
adanya ‘ain karena tidak masuk akal.
Kemudian di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain adalah dengan menjaga dan memelihara
semua kewajiban dan menjauhi segala larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan
dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan)
yang disyariatkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan
kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs.
Asy-Syuura: 30).
Allah Ta’ala juga berfirman:
“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du: 28)
Rutinkan dzikir-dzikir pagi dan sore, serta dzikir-dzikir harian seperti dzikir keluar/masuk
rumah, rumah, dzikir keluar/masuk kamar mandi, dzikir hendak tidur atau bangun tidur,
dzikir keluar rumah, dzikir naik kendaraan, dzikir ketika akan makan, dzikir setelah shalat,
dan lainnya.
Di antara dzikir pencegah ‘ain yang bisa dibaca kepada anak-anak agar tidak terkena ‘ain
adalah sebagaimana yang ada dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, bahwa
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa:
“Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari
gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu
ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no.
4737, Ibnu Hibban no.1012, dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban).
Dari ayat dan hadist yang telah disampaikan, menyampaikan bahwa kita harus berhati-hati
dalam share foto ataupun video demi mendapatkan eksistensitas semata. Semoga
Allah Subhanallah Wa Ta'ala menjauhkan kita dari penyakit ‘Ain. Aamiin yaa
Robbal’alamin. (hmz/foto: afternoonvoice)