Dr, Aaron Beck dari University of Pennsykvania tokoh awal yang mengembangkan teori kognitif di tahun 1960-an. Teori tersebut memolutasikan bahwa selama perkembangan kognitifnya klien belajar kebiasaan yang tidak tepat untuk memproses dan menginterpretasi informasi. Terapis kognitif berusaha menguraikan distorsi klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan lebih realistis untuk memproses dan menguji-realitas informasi. Dalam teori kognitif menempatkan manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara aktif pada lingkungan dengan cara berfikirir, mempelajari bagaimana informasi yang ditangkap indrea danperoses dalam jiwa seseorang sebelum diletakan dalam kesadaran atau diwujudkan dalam bentuk tingkah laku,. Konsepsi manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi rasional yang mengarah pada penyediaan, penyimpanan, dan pemanggilan informasi yang digunakan untuk memecahkan persoalan. Dalam konsep ini manusia menurut teori kognitif disebut sebagain (homo sepiens) yakni manusia yang berfikir. Namun, disini kita akan membahas bagaimana konsep dan proses pelaksaan serta teknik-teknik yang digunakan dalam teori kognitif secara lebih mendalam. Aaron Temkin “Tim” Beck lahir pada 18 Juli 1921, di Providence, Rhode Island, sebagai anak keempat. Pada umur 7 tahun, Aaron mengalami penyakit yang nyaris merenggut nyawanya, dan hal ini memperkuat sikap over protektif ibunya. Sementara itu, ayahnya adalah seorang yang tenang. Di SMA Beck menjadi editor Koran sekolah dan menjadi orang pertama yang lulus diantara teman-teman sekelasnya. Setelah dewasa ia mengembangkan banyak kemasan dan fobia, termasuk takut di tingalkan, takut operasi, takut mati lemas, takut bicara di depan umum, dan takut ketinggian (Wei Shaar,1993). Pada 1942 Beck lulusdari Brown University, mengambil jurusan Bahasa Inggris dan Ilmu Politik. Beck mengambil kuliah premedical sebelum dan setelah lulus dan, pada 1946, ia menerima MD-nya dari Yale University School Of Medicine. Pada akhir 1950-an, Beck memulai penelitian tentang mimpi pada para pasien depresi untuk menguji teoripsikoanalisis bahwa depresi adalah kemarahan yang diarah kan kedalam. Periode 1960-1963 menjadi saksi perkembangan terapi kognitif. Beck melihat “saya tidak mengidentifikasikan diri dengan apapun sejak 1963, yang benihnya pun belum ada dalam artikel-artikel antara 1962-1964. Periode itu adalah periode kritis: peralihan dan psikoanalisis ke teori terapi baru berkembang” (Wei Shaar:1993). Proses yang di tempuh Beck dalam mengembangkan teori dalam adalah sebagai berikut. Mula-mula ia mengobservasi para pasien, setelah itu mengembangkan cara-cara untuk mengukur observasi-observasi tersebut, lalu memformulasikan sebuah teori jika obserasi-observasi itu divalidasi oleh sejumlah kasus, kemudian merancang intervensi yang sejalan dengan teorinya, lalu dari waktu kewaktu dan melalui eksperimentasi lebih lanjut ia terus-menerus mengakses apakah teorinya di konfirmasi atau di bantah dan setelah itu menyempurnakannya. Terakhir, protokol-protokol penanganan di uji melalui outcome studies (kajianhasil), termasuk pemeriksaan relapse (kekambuhan) dan perjalanan pasca penanganan (Padeskydan Beck, 2003). Beck dan yang lainnya terus mengembangkan terapi kognitif berdasarkan riset-risetbaru. Beck telah menlis atau menulis bersama (choauthored) lebih dari 375 artikel dalam jurnal-jurnal professional dan ilmiah. Buku-bukunya termasuk Cognitive Therapy and The Emotional Disorders (1976), Cognitive Therapy of Depression (Beck et al, 1976), dan sebagainya. Beck terus aktif di bidang menulis, penelitian, dan pelatihan. Pada 1950.Ia menikahi istrinya Phillys, yang selalu menjadi sumber kekuatan dan dukungannnya, dan mengembangkan karirnya dengan menjadi Hakim Pengadilan Tinggi Pennsylvania. Beck memunyai empat anak dan beberapa cucu. B. Pengertian kognitif Suatu pendekatan yang mengombinasikan penggunakan teknik kognitif dan perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan prilakunya dengan mengubah pikiran yang merusak diri merupakan penertian dari kognitif. Alford dan Beck menuis : “kognisi didefinisikan sebagai fungsi yang melibatkan inferensi tentang pengalaman seseorang dan tentang terjadinya peristiwa di masa mendatang dan pengontrolannya” (1994). Manusia perlu beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah. Kognisi termasuk proses-proses yang melibatkan mengidentifikasikan dan memprediksi berbagai hubungan kompleks di antara berbagai kejadian untuk tujuan adaptasi. Manusia memiliki kapasitas untuk melakukan pemprosesan kognitif primal atau primitive dan tingkat pemrosesan kognitif yang lebih tinggi. C. Hubungan konsep dasar manusia dengan kognitif a) Skema Skema adalah struktur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan dan asumsi-asumsi fundamental manusia. Skema adalah struktur kognitif yang menciptakan makna. Ada dua kategori makna : pertama, makna objektif atau makna publik suatu kejadian, yang mungkin hanya memiliki sedikit implikasi signifikan bagi individu; dan kedua, makna personal atau pribadinya. Tugas makna mengontrol sistem-sistem psikologis seperti perilaku, emosional, atensional, dan ingatan, sehingga individu dapat mengaktifkan strategi-strategi adaptasi. Skema adalah pola kognitif yang relatif stabil yang memengaruhi, melalui keyakinannya, bagaimana orang menyeleksi dan menyintesis informasi yang masuk. Skema dikembangkan sejak awal kehidupan dari pengalaman pribadi dan pengidentifikasikan diri dengan significant others dan diperkuat oleh pengalaman belajar lebih lanjut. b) Moda Teori kognitif kontemporer menekankan konsep modes (moda). Moda adalah jaringan kognitif, afektif, motivasional, dan perilaku. Moda fundamental bagi kepribadian karena menginterpretasikan dan menyesuaikan diri dengan situasi yang timbul dan sedang berjalan (Beck & Weishaar, 2005). Kognisi dilihat sebagai variable perantara yang memicu sistem afeksi, motivasi, dan perilaku orang. Moda bersifat primal, yang berarti bahwa moda itu universal, dan berkaitan dengan kelangsungan hidup. Kecemasan adalah salah satu contoh moda primal. Moda-moda primal termasuk pemikiran proses primer yang primitif dan yang mengonseptualisasikan berbagai situasi dengan cara global, aku, terbias, dan relatif mentah. c) Kerentanan kognitif Kerentanan kognitif mengacu pada keringkihan kognitif manusia. Oleh karena skema-skema mereka, masing-masig orang memiliki seperangkat kerentanan dan sensitivitas unik yang mempredisposisikannya untuk mengalami distres psikologi. Skema dan keyakinan orang mempengaruhi caranya memproses data tentang dirinya. d) Pikiran otomatis Pikiran otomatis kurang dapat diakses oleh kesadaran dibanding pikiran yang disengaja, tetapi tidak terkubur terlalu dalam seperti keyakinan dan skema. Pikiran ini serupa dengan apa yang oleh Freud diistilahkan pikiran “prasadar”. D. Hakikat manusia dan tujuan konseling kognitif Terapi kognitif pada awalnya di kembangkan pada awal 1960-an oleh Dr, Aaron Beck dari University of Pennsykvania. Teori tersebut memolutasikan bahwa selama perkembangan kognitifnya klien belajar kebiasaan yang tidak tepat untuk memproses dan menginterpretasi informasi. Terapis kognitif berusaha menguraikan distorsi klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan lebih realistis untuk memproses dan menguji-realitas informasi. Konseling kognitif adalah konseling yang berfokus pada wawasan yang menekankan pengakuan dan mengubah pikiran negatif dan keyakinan maladaptif. Inti dari konseling kognitif didasarkan pada alasan teoritis bahwa cara manusia merasa dan berperilaku ditentukan bagaimana mereka memandang pengalaman mereka. Derubeis dan Beck menyatakan bahwa teori dasar konseling kognitif adalah untuk memahami hakikat dari peristiwa emosional atau gangguan perilaku adalah mutlak untuk fokus pada isi kognitif dari reaksi individu. Tujuannya adalah untuk mengubah cara klien berpikir dengan menggunakan pikiran-pikiran otomatis mereka untuk mencapai skema inti dan mulai memperkenalkan gagasan skema. Klien diberi tahu bahwa tujuan terapi kognitif adalah agar klien belajar menjadi terapis bagi dirinya sendiri (Beck & Weishaar, 2005). Ketika menangani kognisi klien, tujuannya termasuk mengajarinya untuk : 1. Memonitor pikiran otomatik negatifnya 2. Mengenali hubungan antara kognisi, afek, dan perilaku 3. Menggantikan kognisi-kognisi terbias dengan interpretasi-interprestasi yang realistis dan, 4. Belajar mengidentifikasi dan mengubah keyakinan untuk mendistorsi pengalaman (Beck et.al., 1979)
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita