Anda di halaman 1dari 4

Munculnya Pendekatan Kognitif untuk Terapi

Pendekatan “kognitif” dari konseling cognitive-behavioural dimulai dari bidang terapi seks
(Ellis, 1989). Terapi ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengubah cara berpikir
mereka tentang seksualitas dan variasi perilaku seks.

Albert Ellis sebagai pendiri terapi perilaku emotif rasional dan Aaron Beck sebagai pendiri
terapi kognitif merasa tidak puas dengan metode psikoanalitik. Mereka merasa bahwa cara
berpikir klien tentang diri mereka sendiri sangatlah penting. Dalam bukunya yang berjudul
Terapi Kognitif dan Gangguan Emosional (1976), Aaron Beck menuliskan bahwa kognisi
klien memiliki dampak yang besar pada perasaan dan perilakunya. Beck menyadarinya ketika
seorang klien datang kepadanya dan mengatakan bahwa dia merasa bersalah tetapi, klien
tersebut juga memiliki pemikiran yang bersifat kritis pada dirinya sendiri sehingga Beck
menyimpulkan bahwa klien merasa bersalah karena dia telah mengkritik dirinya sendiri atas
ekspresi kemarahannya pada Beck dan bukan rasa bersalah yang menjadi masalahnya,
melainkan cara berpikir klien tentang bersalah.

Cara berpikir seperti seperti itu kemudian dinamakan sebagai “pemikiran otomatis” oleh
Beck (1976) dimana kesulitan emosional dan perilaku yang dialami seseorang dalam
hidupnya tidak disebabkan oleh peristiwa tersebut tetapi, dengan bagaimana cara mereka
menafsirkan dan memahami peristiwa tersebut. Sebenarnya, sejak awal, Beck sudah
menyoroti kesamaan antara pendekatan kognitif dan perilaku untuk terapi yang sama-sama
menggunakan pendekatan terstruktur, menggunakan pemecahan masalah atau pengurangan
gejala dengan gaya terapis yang aktif dan sama-sama menekankan “here and now” (Beck
1976: 321).

Beck berpendapat bahwa pengalaman yang mengancam membuat hilangnya kemampuan


untuk memproses informasi secara efektif:

“Individu mengalami tekanan psikologis ketika mereka melihat situasi atau peristiwa sebagai
ancaman yang kemudian terjadi gangguan fungsional dalam proses kognitif normal.
Akibatnya, persepsi dan interpretasi individu akan sebuah situasi atau peritsiwa menjadi
sangat selektif, egosentris dan kaku. Individu tersebut kemudian mengalami penurunan
kemampuan untuk menghindari pemikiran yang menyimpang, kemampuan berkonsentrasi,
kemampuan mengingat, kemampuan bernalar dan melemahnya fungsi korektif yang
memungkinkan pengujian realitas dan penyempurnaan konseptualisasi global.”
Beck (1976) telah mengidentifikasi beberapa jenis distorsi kognitif yang dapat diatas dalam
konseling, yaitu:

1. Generalisasi yang berlebihan, hal ini melibatkan penarikan kesimpulan secara umum
atau general dari bukti yang terbatas. Contohnya, jika seseorang gagal dalam tes
mengemudinya, dia kemudian menggeneralisasi kegagalannya tersebut secara
berlebihan dengan menyimpulkan bahwa dia tidak akan pernah lulus jika harus
mencoba lagi.
2. Pemikiran dikotomis, pemikiran ini mengacu pada kecenderungan untuk melihat
situasi dalam hal yang berlawanan. Contohnya, melihat seseorang sebagai orang yang
sepenuhnya baik atau orang yang sepenuhnya buruk.
3. Personalisasi, hal ini terjadi ketika seseorang memiliki kecenderungan untuk
membayangkan suatu peristiwa selalu disebabkan oleh tindakannya (biasanya karena
kekurangannya). Contohnya, dalam suatu hubungan, salah satu pasangan percaya
bahwa suasana hati pasangannya selalu disebabkan oleh perilakunya, meskipun
suasana pasangannya disebabkan oleh hal lain, bukan karena dirinya.

Selain Aaron Beck, Albert Ellis juga mengikuti jalan yang sama seperti Beck satu dekade
sebelumnya. Ellis (1962) berpendapat bahwa masalah emosional disebabkan oleh pemikiran
yang timbul dari bagaimana cara individu melihat kehidupan dalam istilah “harus” dan
“harus”. Contohnya, saat seseorang berada dalam suatu hubungan, individu tersebut
bertindak berdasarkan keyakinannya yang irasional dan terinternalisasi, seperti “saya harus
memiliki atau mendapatkan cinta dari semua orang penting dalam hidup saya”. Pemikiran
seperti ini akan mengarahkan individu pada perasaan cemas atau depresi jika ada yang salah
dalam suatu hubungan.

Kumpulan “keyakinan irasional” yang diidentifikasi oleh Ellis memberikan konselor titik
awal untuk mengeksplorasi konten kognitif klien. Terapis kognitif akan membantah
pemikiran atau keyakinan irasional ini dengan menanamkan pemikiran pada klien.

Ide-ide yang mendukung terapi kognitif Beck dan Ellis adalah ide-ide yang akrab dalam
bidang psikologi kognitif yang lebih luas. Contohnya, individu sering menggeneralisasi
secara berlebihan berdasarkan bukti yang sedikit dan menyangkal bukti yang kontradiktif
karena terlalu berpegang teguh pada suatu interpretasi.

Model distorsi kognitif dari pemrosesan kognitif memiliki keserupaan dengan ide Freudian
tentang pemikiran “proses utama” dimana Freud menganggap manusia mampu terlibat dalam
pemikiran rasional dan logis tetapi, juga sangat rentan untuk kembali ke pemikiran “proses
utama” yang kurang matang dan didominasi oleh kebutuhan emosional. Perbedaan antara
proses utama Freudian dengan model distorsi kognitif adalah pada proses utama Freudian,
emosilah yang mengendalikan pikiran, sedangkan pada model distorsi kognitif, pikiranlah
yang mengendalikan emosi.

Dimensi lain yang penting dari distorsi kognitif terletak pada area memori. Penelitian
Williams (1996) menunjukkan bahwa individu yang cemas atau mengalami pengalaman
hidup yang sulit seringkali merasa sulit untuk mengingat peristiwa yang menyakitkan secara
rinci karena ingatan mereka telah digeneralisasi sehingga mereka hanya mengingat bahwa
“sesuatu telah terjadi” dan tidak mengingat detailnya. Jenis distorsi kognitif ini disebabkan
oleh hubungan antara peristiwa yang di ingat dan emosi negatif. Konselor perlu menyadari
kesulitan yang dapat dialami klien dengan memberikan tugas mengingat kepada klien untuk
membangun analisis mikro terperinci.

Pendekatan lanjut dalam memahami proses kognitif dalam konseling dan terapi kognitif
berkaitan dengan operasi metakognisi (Meichenbaum 1977, 1985, 1986) yang mengacu pada
kemampuan orang untuk merefleksikan proses kognitif mereka sendiri untuk menyadari
bagaimana mereka memikirkan sesuatu atau mencoba memecahkan masalah. Contohnya,
merefleksikan pengalaman kita saat menyelesaikan teka-teki gambar. Kita akan menyadari
serangkaian strategi yang dapat dipilih sesuai kebutuhan.

Terapis kognitif telah aktif dalam membuat katalog berbagai konten kognitif yang
bermasalah, yaitu keyakinan irasional (Ellis, 1962), pemikiran disfungsional atau otomatis
(Beck, 1976), self-talk atau dialog internal (Meichenbaum, 1986) dan “hot cognitions”
(Zajonc, 1980) yang menekankan aktivitas sehari-hari dan memperkenalkan respons
emosional yang mengganggu dan merusak perilaku efektif. Tujuan utama dari terapis kognitif
adalah untuk menggantikan keyakinan yang berkontribusi pada perilaku menyalahkan diri
sendiri dan keyakinan yang terkait dengan penerimaan diri dan pemecahan masalah yang
konstruktif. Beck dkk. (1979) mencirikan struktur yang mendasari lapisan kognisi sebagai
skema kognitif, yaitu pernyataan umum yang dipegang teguh yang merangkum asumsi yang
dipegang klien.

Konsep skema telah dielaborasi lebih lengkap dalam terapi skema yang dikembangkan oleh
Jeffery Young (Young et al. 2003). Young mendefinisikan skema sebagai pola atau tema
yang luas dari kognisi, memori, perilaku dan emosi yang muncul ketika kebutuhan dasar
masa kanak-kanak tidak terpenuhi. Contoh skema maladaptif adalah pengabaian yang
merupakan asumsi mendasar bahwa orang lain tidak akan memberikan dukungan karena
mereka tidak stabil secara emosional, tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diandalkan. Bagi
Young, konsep skema menyediakan sarana untuk menghubungkan pemikiran disfungsional
saat ini dengan pengalaman masa kanak-kanak tentang hubungan disfungsional.

Terapi kognitif menjadi pendekatan yang khas dalam merancang strategi kognitif (Leahy
2003; Neenan dan Dryden 2004; Wills dan Sanders 1997). Namun, kontribusi paling
signifikan dari terapi kognitif adalah dalam kombinasi ide dan metode kognitif dan perilaku
yang kemudian dikenal sebagai terapi perilaku kognitif atau CBT (Cognitive Behavioural
Therapy).

Anda mungkin juga menyukai