id
BAB IV
A. Deskripsi Data
Hasil belajar IPA dengan jumlah responden (N) = 35 siswa, skor tertinggi
89,71 dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 82,07 dan simpangan
baku 8,8571.
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model CTL Secara
Keseluruhan
N = 35
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5,095
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
77 78 4 11,42 %
79 80 6 17,14 %
81 82 2 5,71 %
83 84 12 34,29 %
85 86 9 25,71 %
87 88 0 0 %
89 90 2 5,71 %
35 100 %
Hasil belajar IPA dengan jumlah responden (N) = 35 siswa dengan skor
tertinggi 85,83 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 80,20 dan
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative
N = 35
Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 35
= 1 + 5,095
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
73 74 3 8,57 %
75 76 1 2,86 %
77 78 8 22,86 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79 80 5 14,29 %
81 82 8 22,86 %
83 84 6 17,14 %
85 86 4 11,43 %
35 100 %
Interval
125, skor terendah 53, rata-rata 104,77. Kategori motivasi belajar tinggi kisaran
skor 120 s/d 125 sebanyak 17 siswa, kategori motivasi sedang kisaran skor 80
s/d 119 sebanyak 13 siswa, kategori motivasi rendah kisaran skor 53 s/d 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kelompok eksperimen.
Pembelajaran CTL
53 65 1 2,86 %
66 78 4 11,43 %
79 91 5 14,29 %
92 104 5 14,29 %
Jumlah 35 100 %
Interval
Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil angket dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut: skor tertinggi
126, skor terendah 71, rata-rata 95,91. Kategori motivasi belajar tinggi kisaran
skor 120 s/d 126 sebanyak 8 siswa, kategori motivasi sedang kisaran skor 80 s/d
109 sebanyak 16 siswa, kategori motivasi rendah kisaran skor 71 s/d 75 sebanyak
11 anak.
Interval
Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi tinggi.
89,71 dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 84,32 dan simpangan
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual
N = 17
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 17
= 1 + 4,060
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
motivasi tinggi.
78 80 1 5,88 %
81 83 5 29,41 %
84 86 8 47,06 %
87 89 2 11,76 %
90 92 1 5,88 %
17 100 %
Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi sedang.
Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan model
86,43 dan skor terendah 77,43 sedangkan skor rata-rata 82,14 dan simpangan
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual
N = 13
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 13
= 1 + 3,676
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
motivasi sedang.
77 78 2 15,38 %
79 80 4 30,77 %
81 82 0 0%
83 84 5 38,46 %
85 86 2 15,38 %
13 100 %
Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi rendah.
Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan model
83,33 dan skor terendah 76,86 sedangkan skor rata-rata 79,75 dan simpangan
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual
N =5
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 5
= 1 + 2,307
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
motivasi rendah
77 78 2 40 %
79 80 1 20 %
81 82 0 0%
83 84 2 40 %
5 100 %
Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi tinggi dengan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 85,83 dan skor
terendah 76,67 sedangkan skor rata-rata 82,50 dan simpangan baku (SD)
3,3333.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative
N =8
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 8
= 1 + 2,280
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
tinggi
77 79 2 25 %
80 82 1 12,5 %
83 85 3 37,5 %
86 88 2 25 %
8 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi sedang dengan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 85,83 dan skor
terendah 76,67 sedangkan skor rata-rata 80,83 dan simpangan baku (SD)
2,2973.
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative
N = 16
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 16
= 1 + 3,974
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
sedang
77 78 3 18,75 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79 80 4 25 %
81 82 5 31,25 %
83 84 3 18,75 %
85 86 1 6,25 %
16 100 %
Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi rendah dengan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 82,50 dan skor
terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 77,27 dan simpangan baku (SD)
3,3151.
Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative
N = 11
a. Distribusi Frekuensi
= 1 + 3,3 log 11
= 1 + 3,437
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model
rendah
73 75 3 27,27 %
76 78 5 45,45 %
79 81 1 9,09 %
82 84 2 18,18 %
11 100 %
tidak. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas kemampuan awal kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
Dari Tabel tampak bahwa harga L hit untuk masing-masing sampel tidak
tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk uji
homogenitas diperoleh Lhit = 0,3204 dan Ltab = 5,991. Karena harga Lhit tidak
melebihi harga Ltab akibatnya H0 diterima yang berarti sampel tersebut berasal dari
tobs = 0,3164. Karena tobs = 0,3164 DK = {t | t < 1,96 atau t > 1,96 maka H0
diterima. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari
dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
harga statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai
berikut:
Tabel 4.13. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas
sedang, motivasi belajar rendah tidak melebihi harga L tab, sehingga H0 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hal ini berarti masing-masing sampel tersebut berasal dari populasi yang
dan 27).
b. Uji Homogenitas
homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini
digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada
2 2
Sumber obs ta be l Keputusan Uji
Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah
2 2
obs = 0,1467 sedangkan ta be l untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah
2 2 2
0 ,05;1 = 3,841. Karena obs = 0,1467 < 0 ,05;1 = 3,841 maka H0 diterima. Hal ini
Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi,
2 2
sedang, dan rendah adalah obs = 1,4074 sedangkan tab e l untuk tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2 2 2
signifikansi 0,05 adalah 0 ,05; 2 = 5,991. Karena obs = 1,4074 < 0 ,05; 2 = 5,991
C. Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Total 862,3762 69 - - - -
Fhit = 7,8527 > Ftabel = 3,979 maka H0A ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan
Fhit = 14,2777 > Ftabel = 3,129 maka H0B ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan
hasil belajar IPA siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, dan
Fhit = 1,5451 < Ftabel = 3,129 maka H0AB ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil
Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi maka dilakukan uji komparasi
ganda yaitu dengan metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05. Tujuannya
untuk mengetahui beda rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan
setiap pasangan sel. Dari hasil perhitungan diperoleh rerata skor hasil belajar IPA
Contextual Teaching
And Learning (CTL) 84,3189 82,1438 79,7523 82,0717
Cooperative Learning
Tipe STAD 82,5000 80,8333 77,2721 80,2018
Rataan Marginal 83,4095 81,4886 78,5122
1 1
Komparasi xi x j 2 n n RKG F Kritik Keputusan
i j
FA12 = 26,5577 > F0.05; 1.44 = 3,979 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
2
Komparasi xi x j 1 1 RKG F Kritik Keputusan
ni nj
1 vs 2 5,3641 0,0745 8,3323 8,6433 6,2573 Ho ditolak
FB12 = 8,6433 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (motivasi tinggi)
FB13 = 37,9043 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (motivasi tinggi)
FB23 = 11,3814 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B2 (motivasi sedang)
Dari hasil analisis variansi dengan sel tak sama diperoleh H0AB diterima,
berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
belajar siswa. Oleh karena itu, uji komparasi ganda pasca analisis variansi
antar sel tidak perlu dilakukan.
N 8 16 11 35
Standar Deviasi 3,3333 2,2973 3,3151 8,9457
a. Hasil belajar IPA siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching And
Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 89,71 dan skor terendah 76,86
85,83 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 80,20 dan standar
deviasi 8,9457.
c. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan
model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 89,71
dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 84,32 dan standar deviasi
2,7248.
d. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan menggunakan
model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 86,43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dan skor terendah 77,43 sedangkan skor rata-rata 82,14 dan standar deviasi
3,0081.
e. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan
model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 83,33
dan skor terendah 76,86 sedangkan skor rata-rata 79,75 dan standar deviasi
3,1242.
f. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan
(STAD) diperoleh skor tertinggi 85,83 dan skor terendah 76,67 sedangkan skor
g. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan menggunakan
(STAD) diperoleh skor tertinggi 85,83 dan skor terendah 76,67 sedangkan
h. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan
(STAD) diperoleh skor tertinggi 82,50 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor
1. Hipotesis Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Teaching And Learning (CTL) dan Cooperative Learning Tipe Student Teams
Dari perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Tabel diperoleh Fhit = 7,8527 > 3,979 = F tabel, sehingga H 0A ditolak. Hal ini berarti
ada perbedaan hasil belajar IPA antara model pembelajaran Contextual Teaching
And Learning (CTL) dan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD
pembelajaran CTL pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi lebih
termotivasi dalam belajar. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran CTL
akademis yang mereka pelajari. (Sears, 2002: 2-5; Johnson, 2002:2; Deen, 2006:
15; Suprijono, 2012: 79). Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
sebuah cara dengan menggunakan berbagai teknik pembelajaran aktif, fokus pada
yang ada sehingga mereka diharapkan dapat belajar dan siswa belajar mata
pelajaran secara terpadu, multidisplin dan dalam konteks yang tepat. (Bern dan
sendiri dan untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasi untuk
negara, dan sebagai pekerja sehingga CTL merupakan model pembelajaran yang
harus dikembangkan sebagai salah satu alternatif. Ini dianggap efektif karena
proses belajar benar-benar akan terjadi jika siswa dapat menemukan hubungan
yang bermakna antara pemikiran abstrak dan aplikasi praktis dalam konteks dunia
nyata. CTL bersandar pada asumsi berikut: Pengajaran dan pembelajaran adalah
proses interaksional, Siswa secara individu harus memutuskan untuk belajar dan
untuk terlibat dalam proses attentional, intelektual dan emosional yang dibutuhkan
untuk melakukan belajar, Pengajaran tidak akan terjadi jika pembelajaran tidak
dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa, siswa lebih
banyak praktek sehingga dalam pembelajaran siswa terhindar dari verbalisme dan
kelompok karena siswa dapat bekerjasama dengan temannya tetapi banyak siswa
2. Hipotesis Kedua
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh Fhit = 14,277 > 3,129 = F tabel, maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA. Hasil
kelompok motivasi rendah 76,86. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dalam pencapaian hasil belajar IPA
daripada siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dan motivasi belajar
rendah.
belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Apabila motivasi
belajar siswa tinggi maka hasil belajar yang di capai akan lebih baik karena siswa
mungkin dengan berbagai cara untuk mencapai hasil yang di inginkan sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
siswa yang memiliki motivasi rendah tidak maksimal dalam mengikuti proses
memprakarsai tindakan yang diarahkan pada tujuan tertentu, berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan itu, seberapa intensif mereka terlibat
dalam kegiatan itu, dan seberapa persisten mereka dalam usahanya untuk
mencapai tujuan dan apa yang mereka pikirkan dan rasakan di sepanjang
komponen emosi, motivasi terkait dengan rasa ingin tahu, konsep diri dan nilai-
(Cole dan Chan, 1994: 348; Henson dan Eller, 1999: 371).
3. Hipotesis Ketiga
Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
diperoleh Fhit = 1,5451 < 3,129 = Ftabel, maka H0AB diterima sehingga sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan diterimanya H0AB berarti tidak
siswa terhadap hasil belajar IPA siswa pada standar kompetensi menerapkan sifat-
sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model. Dengan kata lain,
Achievment Division (STAD) mempunyai hasil belajar yang sama untuk setiap
terhadap hasil belajar IPA. Siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan
belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
motivasi belajar sedang dan motivasi belajar rendah, demikian pula siswa yang
Learning Tipe STAD juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki
belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar sedang
dan motivasi belajar rendah pada setiap model pembelajaran yang diterapkan
Tipe STAD. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
belajar yang kuat, memiliki rasa ingin tahu yang besar serta kemandirian belajar
E. Keterbatasan Penelitian
yaitu:
belajar.