Anda di halaman 1dari 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Data Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) Secara Keseluruhan.

Hasil belajar IPA dengan jumlah responden (N) = 35 siswa, skor tertinggi

89,71 dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 82,07 dan simpangan

baku 8,8571.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model CTL Secara

Keseluruhan

N = 35

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 5,095

= 6,095 (jumlah kelas 6 atau 7)

Nilai terendah = 76,86 (dibulatkan 77)

Nilai tertinggi = 89,71(dibulatkan 90)

Panjang interval = = 2,14 (panjang interval 2 )


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Contextual Teaching And Learning (CTL) Secara Keseluruhan

Interval Frekuensi Prosentasi

77 78 4 11,42 %

79 80 6 17,14 %

81 82 2 5,71 %

83 84 12 34,29 %

85 86 9 25,71 %

87 88 0 0 %

89 90 2 5,71 %

35 100 %

Hasil Belajar IPA Model CTL


Frekuensi

Gambar 1 Histogram Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Model CTL


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Data Hasil Belajar IPA dengan menggunakan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe STAD secara keseluruhan.

Hasil belajar IPA dengan jumlah responden (N) = 35 siswa dengan skor

tertinggi 85,83 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 80,20 dan

simpangan baku (SD) 8,9457.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative

Learning Tipe STAD.

N = 35

Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 35

= 1 + 5,095

= 6,095 (jumlah kelas 6 atau 7)

Nilai terendah = 73,33 (dibulatkan 73)

Nilai tertinggi = 85,83 (dibulatkan 86)

Panjang interval = = 1,78 (panjang interval 2)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Cooperative Learning Tipe STAD Secara Keseluruhan.

Interval Frekuensi Prosentasi

73 74 3 8,57 %

75 76 1 2,86 %

77 78 8 22,86 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79 80 5 14,29 %

81 82 8 22,86 %

83 84 6 17,14 %

85 86 4 11,43 %

35 100 %

Hasil Belajar IPA Model Cooperative Learning Tipe STAD


Frekuensi

Interval

Gambar 2 Histogram Distribusi Skor Hasil Belajar IPA Model Cooperative

Learning Tipe STAD

3. Deskripsi Motivasi Belajar Siswa

Hasil angket dari kelompok eksperimen sebagai berikut: skor tertinggi

125, skor terendah 53, rata-rata 104,77. Kategori motivasi belajar tinggi kisaran

skor 120 s/d 125 sebanyak 17 siswa, kategori motivasi sedang kisaran skor 80

s/d 119 sebanyak 13 siswa, kategori motivasi rendah kisaran skor 53 s/d 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebanyak 5 siswa. Berikut distribusi frekuensi motivasi belajar siswa dari

kelompok eksperimen.

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi Motivasi Belajar Siswa Dengan Model

Pembelajaran CTL

Interval Frekuensi Prosentasi

53 65 1 2,86 %

66 78 4 11,43 %

79 91 5 14,29 %

92 104 5 14,29 %

105 117 3 8,57 %

118 130 17 48,57 %

Jumlah 35 100 %

Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen


Frekuensi

Interval

Gambar 3 Histogram Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa Kelompok

Eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hasil angket dari kelompok kontrol adalah sebagai berikut: skor tertinggi

126, skor terendah 71, rata-rata 95,91. Kategori motivasi belajar tinggi kisaran

skor 120 s/d 126 sebanyak 8 siswa, kategori motivasi sedang kisaran skor 80 s/d

109 sebanyak 16 siswa, kategori motivasi rendah kisaran skor 71 s/d 75 sebanyak

11 anak.

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi Motivasi Belajar Siswa Dengan Model

Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

Interval Frekuensi Prosentasi


71 80 11 31,43 %
81 90 4 11,43 %
91 100 4 11,43 %
101 110 8 22,86 %
111 120 2 5,71 %
121 130 6 17,14 %
Jumlah 35 100 %

Motivasi Belajar Kelompok Kontrol


Frekuensi

Interval

Gambar 4 Grafik Histogram Distribusi Skor Motivasi Belajar Siswa

Kelompok Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi tinggi.

Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi tinggi dengan model

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan skor tertinggi

89,71 dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 84,32 dan simpangan

baku (SD) 2,7248.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual

Teaching And Learning (CTL) dengan motivasi tinggi.

N = 17

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 17

= 1 + 4,060

= 5,060 (jumlah kelas 5)

Nilai terendah = 78,86 (dibulatkan 79)

Nilai tertinggi = 89,71 (dibulatkan 90)

Panjang interval = = 2,17 (panjang interval 2 atau 3)

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Contextual Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki

motivasi tinggi.

Interval Frekuensi Prosentasi


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

78 80 1 5,88 %

81 83 5 29,41 %

84 86 8 47,06 %

87 89 2 11,76 %

90 92 1 5,88 %

17 100 %

5. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi sedang.

Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan model

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan skor tertinggi

86,43 dan skor terendah 77,43 sedangkan skor rata-rata 82,14 dan simpangan

baku (SD) 3,0081.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual

Teaching And Learning (CTL) dengan motivasi sedang.

N = 13

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 13

= 1 + 3,676

= 4,676 (jumlah kelas 5)

Nilai terendah = 77,43 (dibulatkan 77)

Nilai tertinggi = 86,43 (dibulatkan 86)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Panjang interval = = 2,25 (panjang interval 2)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Contextual Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki

motivasi sedang.

Interval Frekuensi Prosentasi

77 78 2 15,38 %

79 80 4 30,77 %

81 82 0 0%

83 84 5 38,46 %

85 86 2 15,38 %

13 100 %

6. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki motivasi rendah.

Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan model

pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan skor tertinggi

83,33 dan skor terendah 76,86 sedangkan skor rata-rata 79,75 dan simpangan

baku (SD) 3,1242.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Contextual

Teaching And Learning (CTL) dengan motivasi rendah.

N =5

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

= 1 + 3,3 log 5

= 1 + 2,307

= 3,307 (jumlah kelas 3 atau 4)

Nilai terendah = 76,86 (dibulatkan 77)

Nilai tertinggi = 83,33 (dibulatkan 83)

Panjang interval = = 2,16 (panjang interval 2)

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Contextual Teaching And Learning (CTL) pada siswa yang memiliki

motivasi rendah

Interval Frekuensi Prosentasi

77 78 2 40 %

79 80 1 20 %

81 82 0 0%

83 84 2 40 %

5 100 %

7. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi tinggi.

Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi tinggi dengan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 85,83 dan skor

terendah 76,67 sedangkan skor rata-rata 82,50 dan simpangan baku (SD)

3,3333.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative

Learning Tipe STAD dengan motivasi tinggi.

N =8

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 8

= 1 + 2,280

= 3,280 (jumlah kelas 3 atau 4)

Nilai terendah = 76,67 (dibulatkan 77)

Nilai tertinggi = 85,83 (dibulatkan 86)

Panjang interval = = 3,05 (panjang interval 3)

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Cooperative Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi

tinggi

Interval Frekuensi Prosentasi

77 79 2 25 %

80 82 1 12,5 %

83 85 3 37,5 %

86 88 2 25 %

8 100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

8. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi sedang.

Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi sedang dengan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 85,83 dan skor

terendah 76,67 sedangkan skor rata-rata 80,83 dan simpangan baku (SD)

2,2973.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative

Learning Tipe STAD dengan motivasi sedang.

N = 16

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 16

= 1 + 3,974

= 4,974 (jumlah kelas 5 )

Nilai terendah = 76,67 (dibulatkan 77)

Nilai tertinggi = 85,83 (dibulatkan 86)

Panjang interval = = 1,83 (panjang kelas 2)

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Cooperative Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi

sedang

Interval Frekuensi Prosentasi

77 78 3 18,75 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

79 80 4 25 %

81 82 5 31,25 %

83 84 3 18,75 %

85 86 1 6,25 %

16 100 %

9. Data Hasil Belajar IPA menggunakan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi rendah.

Hasil belajar IPA yang memiliki motivasi rendah dengan model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe STAD dengan skor tertinggi 82,50 dan skor

terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 77,27 dan simpangan baku (SD)

3,3151.

Statistik Dasar Variabel Skor Hasil Belajar IPA dengan model Cooperative

Learning Tipe STAD dengan motivasi rendah.

N = 11

a. Distribusi Frekuensi

Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 11

= 1 + 3,437

= 4,437 (jumlah kelas 4)

Nilai terendah = 73,33 (dibulatkan 73)

Nilai tertinggi = 82,50 (dibulatkan 83)

Panjang interval = = 2,29 (panjang kelas 2 atau 3)


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA dengan model

Cooperative Learning Tipe STAD pada siswa yang memiliki motivasi

rendah

Interval Frekuensi Prosentasi

73 75 3 27,27 %

76 78 5 45,45 %

79 81 1 9,09 %

82 84 2 18,18 %

11 100 %

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Pengujian Persyaratan Eksperimen

Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

mempunyai kemampuan awal sama atau tidak. Sebelum diuji keseimbangan,

masing-masing sampel terlebih dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau

tidak. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas kemampuan awal kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.11. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas

Sampel Lhit Ltab Keputusan Uji

1. Kelompok Eksperimen 0,1162 0,1498 H0 diterima


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Kelompok Kontrol 0,1354 0,1498 H0 diterima

3. Uji Coba Instrumen 0,1408 0,1437 H0 diterima

Dari Tabel tampak bahwa harga L hit untuk masing-masing sampel tidak

melebihi harga Ltab, sehingga H0 diterima yang berarti masing-masing sampel

tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk uji

homogenitas diperoleh Lhit = 0,3204 dan Ltab = 5,991. Karena harga Lhit tidak

melebihi harga Ltab akibatnya H0 diterima yang berarti sampel tersebut berasal dari

populasi yang variansinya homogen. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 24).

Tabel 4.12. Uji Keseimbangan

Sumber N Rerata Variansi

Kelas Eksperimen 35 64,57 87,31

Kelas Kontrol 35 63,71 103,45

Uji Coba Instrumen 38 61,97 87,22

Hasil uji keseimbangan dengan menggunakan uji-t diperoleh

tobs = 0,3164. Karena tobs = 0,3164 DK = {t | t < 1,96 atau t > 1,96 maka H0

diterima. Hal ini berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari

dua populasi yang memiliki kemampuan awal sama. Akibatnya dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kesimpulan bahwa kemampuan awal kedua kelompok tersebut dalam keadaan

seimbang. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23).

2. Persyaratan Analisis

a. Uji Normalitas

Untuk melakukan uji normalitas masing-masing sampel digunakan

pendekatan Lilliefors. Dengan menggunakan pendekatan Lilliefors diperoleh

harga statistik uji untuk taraf signifikan 0,05 pada masing-masing sampel sebagai

berikut:

Tabel 4.13. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Uji Normalitas

Sumber Lmaks Ltab Keputusan Uji

1. Kelompok Eksperimen 0,0782 0,1498 H0 diterima

2. Kelompok Kontrol 0,0668 1,1498 H0 diterima

3. Motivasi Belajar Tinggi 0,1219 0,1730 H0 diterima

4. Motivasi Belajar Sedang 0,0929 0,1610 H0 diterima

5. Motivasi Belajar Rendah 0,1270 0,2130 H0 diterima

Dari tabel tampak bahwa harga L = Maksimal {| F (zi) - S (zi) |} pada

kelompok eksperimen, kelompok kontrol, motivasi belajar tinggi, motivasi belajar

sedang, motivasi belajar rendah tidak melebihi harga L tab, sehingga H0 diterima.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Hal ini berarti masing-masing sampel tersebut berasal dari populasi yang

berdistribusi normal (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25

dan 27).

b. Uji Homogenitas

Untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang

homogen atau tidak, maka dilakukan uji homogenitas. Dalam penelitian ini

digunakan metode Bartlett untuk uji homogenitas yang hasilnya disajikan pada

Tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 14. Harga Statistik Uji dan Harga Kritik Homogenitas

2 2
Sumber obs ta be l Keputusan Uji

Model Pembelajaran 0,1467 3,841 H0 diterima

Motivasi Belajar Siswa 1,4074 5,991 H0 diterima

Nilai statistik uji dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah

2 2
obs = 0,1467 sedangkan ta be l untuk tingkat signifikansi 0,05 adalah

2 2 2
0 ,05;1 = 3,841. Karena obs = 0,1467 < 0 ,05;1 = 3,841 maka H0 diterima. Hal ini

berarti kedua kelompok tersebut homogen.

Nilai statistik uji dari kelompok siswa dengan motivasi belajar tinggi,

2 2
sedang, dan rendah adalah obs = 1,4074 sedangkan tab e l untuk tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2 2 2
signifikansi 0,05 adalah 0 ,05; 2 = 5,991. Karena obs = 1,4074 < 0 ,05; 2 = 5,991

maka H0 diterima. Hal ini berarti kedua kelompok tersebut homogen

(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 28).

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.15. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama

Sumber JK Dk RK Fhit Ftabel Kep. Uji

A 65,4308 1 65,4308 7,8527 3,979 H0A ditolak

B 237,9309 2 118,9655 14,2777 3,129 H0B ditolak

AB 25,7485 2 12,8743 1,5451 3,129 H0AB diterima

Galat 533,2660 64 8,3323 - - -

Total 862,3762 69 - - - -

Tabel di atas menunjukkan bahwa,

1. Pada efek utama baris (A), H0A ditolak

Fhit = 7,8527 > Ftabel = 3,979 maka H0A ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan

hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran Contextual


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Teaching And Learning (CTL) dan model pembelajaran Cooperative Learning

Tipe STAD pada Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui

kegiatan membuat suatu karya/model.

2. Pada efek utama kolom (B), H0B ditolak

Fhit = 14,2777 > Ftabel = 3,129 maka H0B ditolak. Hal ini berarti ada perbedaan

hasil belajar IPA siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, sedang, dan

rendah pada Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui

kegiatan membuat suatu karya/model.

3. Pada efek utama interaksi (AB), H0AB diterima.

Fhit = 1,5451 < Ftabel = 3,129 maka H0AB ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat

interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil

belajar siswa pada Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui

kegiatan membuat suatu karya/model (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 30).

2. Uji Komparasi Ganda

Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi maka dilakukan uji komparasi

ganda yaitu dengan metode Scheffe dengan taraf signifikansi 0,05. Tujuannya

untuk mengetahui beda rerata setiap pasangan baris, setiap pasangan kolom dan

setiap pasangan sel. Dari hasil perhitungan diperoleh rerata skor hasil belajar IPA

siswa yang disajikan pada tabel 4.16 berikut.


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.16. Rataan Skor Hasil Belajar IPA Siswa

Motivasi Belajar Siswa


Model Pembelajaran
Tinggi Sedang Rendah Rataan Marginal

Contextual Teaching
And Learning (CTL) 84,3189 82,1438 79,7523 82,0717

Cooperative Learning
Tipe STAD 82,5000 80,8333 77,2721 80,2018
Rataan Marginal 83,4095 81,4886 78,5122

a. Uji Komparasi Antar Baris

1 1
Komparasi xi x j 2 n n RKG F Kritik Keputusan
i j

1 vs 2 7,6375 0,0345 8,3323 26,5577 3,979 Ho Ditolak

FA12 = 26,5577 > F0.05; 1.44 = 3,979 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara kolom A1 (penggunaan

model Contextual Teaching And Learning) dan kolom A2 (penggunaan model

Cooperative Learning tipe STAD) terhadap hasil belajar IPA.

b. Uji Komparasi Antar Kolom

2
Komparasi xi x j 1 1 RKG F Kritik Keputusan
ni nj
1 vs 2 5,3641 0,0745 8,3323 8,6433 6,2573 Ho ditolak

1 vs 3 32,3725 0,1025 8,3323 37,9043 6,2573 Ho ditolak

2 vs 3 11,3814 0,0970 8,3323 14,0844 6,2573 Ho ditolak


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

FB12 = 8,6433 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (motivasi tinggi)

dengan baris B2 (motivasi sedang) terhadap hasil belajar IPA.

FB13 = 37,9043 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B1 (motivasi tinggi)

dengan baris B3 (motivasi rendah) terhadap hasil belajar IPA.

FB23 = 11,3814 > F0.05; 1.88 = 6,2573 maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa ada perbedaan rerata yang signifikan antara baris B2 (motivasi sedang)

dengan baris B3 (motivasi rendah) terhadap hasil belajar IPA.

c. Uji Komparasi Antar Sel

Dari hasil analisis variansi dengan sel tak sama diperoleh H0AB diterima,
berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
belajar siswa. Oleh karena itu, uji komparasi ganda pasca analisis variansi
antar sel tidak perlu dilakukan.

Tabel 4.17. Rangkuman Data Hasil Belajar IPA

Model Sumber Statistik Motivasi Belajar Siswa


Total
Pembelajaran Tinggi Sedang Rendah
N 17 13 5 35
Standar Deviasi 2,7248 3,0081 3,1242 8,8571

Rata-Rata 84,32 82,14 79,75 82,07


CTL
Skor Max 89,71 86,43 83,33 259,47

Skor Min 78,86 77,43 76,86 233,15


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Jumlah 272,6148 262,0081 248,0642 782,6871

N 8 16 11 35
Standar Deviasi 3,3333 2,2973 3,3151 8,9457

Rata-Rata 82,50 80,83 77,27 80,20


Cooperative
Skor Max 85,83 85,83 82,50 254,16
Tipe STAD
Skor Min 76,67 76,67 73,33 226,67

Jumlah 256,3333 267,6273 247,4151 765,3757

Rataan Marginal 83,4095 81,4886 78,5122


Dari hasil di atas diinterpretasikan hasil sebagai berikut:

a. Hasil belajar IPA siswa dengan model pembelajaran Contextual Teaching And

Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 89,71 dan skor terendah 76,86

sedangkan skor rata-rata 82,07 dan standar deviasi 8,8571.

b. Hasil belajar IPA siswa dengan model pembelajaran Cooperative Learning

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diperoleh skor tertinggi

85,83 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor rata-rata 80,20 dan standar

deviasi 8,9457.

c. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan

model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 89,71

dan skor terendah 78,86 sedangkan skor rata-rata 84,32 dan standar deviasi

2,7248.

d. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan menggunakan

model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 86,43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan skor terendah 77,43 sedangkan skor rata-rata 82,14 dan standar deviasi

3,0081.

e. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan

model Contextual Teaching And Learning (CTL) diperoleh skor tertinggi 83,33

dan skor terendah 76,86 sedangkan skor rata-rata 79,75 dan standar deviasi

3,1242.

f. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi tinggi dengan menggunakan

model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) diperoleh skor tertinggi 85,83 dan skor terendah 76,67 sedangkan skor

rata-rata 82,50 dan standar deviasi 3,333.

g. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi sedang dengan menggunakan

model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) diperoleh skor tertinggi 85,83 dan skor terendah 76,67 sedangkan

skor rata-rata 80,83 dan standar deviasi 2,2973.

h. Hasil belajar IPA siswa yang memiliki motivasi rendah dengan menggunakan

model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) diperoleh skor tertinggi 82,50 dan skor terendah 73,33 sedangkan skor

rata-rata 77,27 dan standar deviasi 3,3151.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Hipotesis Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran Contextual

Teaching And Learning (CTL) dan Cooperative Learning Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA.

Dari perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada

Tabel diperoleh Fhit = 7,8527 > 3,979 = F tabel, sehingga H 0A ditolak. Hal ini berarti

ada perbedaan hasil belajar IPA antara model pembelajaran Contextual Teaching

And Learning (CTL) dan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD

pada Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan

membuat suatu karya/model.

Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran CTL pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa menjadi lebih

termotivasi dalam belajar. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran CTL

guru membantu siswa menghubungkan materi akademik dengan situasi kehidupan

siswa. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah model pembelajaran

yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan dunia sebenarnya siswa

sehingga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga

dan masyarakat dan memotivasi siswa untuk memimpin pembelajaran mereka

sendiri sehingga membantu siswa untuk menemukan makna dalam materi

akademis yang mereka pelajari. (Sears, 2002: 2-5; Johnson, 2002:2; Deen, 2006:

15; Suprijono, 2012: 79). Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

sebuah cara dengan menggunakan berbagai teknik pembelajaran aktif, fokus pada

connection, konstruktivis yang dirancang guru untuk membantu siswa dengan


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

cara memanfaatkan pengalaman siswa sebelumnya dan membangun pengetahuan

yang ada sehingga mereka diharapkan dapat belajar dan siswa belajar mata

pelajaran secara terpadu, multidisplin dan dalam konteks yang tepat. (Bern dan

Erikson 2001:3; Hudson dan Whisler 2002: 1).

CTL memotivasi peserta didik untuk memimpin pembelajaran mereka

sendiri dan untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasi untuk

berbagai konteks kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, sebagai warga

negara, dan sebagai pekerja sehingga CTL merupakan model pembelajaran yang

harus dikembangkan sebagai salah satu alternatif. Ini dianggap efektif karena

proses belajar benar-benar akan terjadi jika siswa dapat menemukan hubungan

yang bermakna antara pemikiran abstrak dan aplikasi praktis dalam konteks dunia

nyata. CTL bersandar pada asumsi berikut: Pengajaran dan pembelajaran adalah

proses interaksional, Siswa secara individu harus memutuskan untuk belajar dan

untuk terlibat dalam proses attentional, intelektual dan emosional yang dibutuhkan

untuk melakukan belajar, Pengajaran tidak akan terjadi jika pembelajaran tidak

terjadi, Belajar adalah proses perkembangan yang berlangsung sepanjang hidup.

Model pembelajaran CTL sangat cocok dengan siswa khususnya

SD karena konsep pembelajarannya menitikberatkan pada keterkaitan materi

akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari, proses pembelajaran CTL yaitu

dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru oleh siswa, siswa lebih

banyak praktek sehingga dalam pembelajaran siswa terhindar dari verbalisme dan

dengan banyaknya praktek langsung siswa lebih mudah memahami pelajaran

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Penggunaan model pembelajaran


perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Cooperative Learning Tipe STAD sebenarnya siswa senang dalam kegiatan

kelompok karena siswa dapat bekerjasama dengan temannya tetapi banyak siswa

yang mngandalkan teman dalam kelompok yang lebih pintar sehingga

kemandirian siswa kurang yang berakibat siswa kurang menguasai materi

pelajaran dan akhirnya hasil belajar yang di capai kurang maksimal.

2. Hipotesis Kedua

Perbedaan pengaruh antara siswa yang yang memiliki motivasi tinggi,

motivasi sedang dan motivasi rendah terhadap hasil belajar IPA.

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh Fhit = 14,277 > 3,129 = F tabel, maka H0B ditolak. Hal ini berarti terdapat

pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA. Hasil

analisis yang ditunjukkan dalam pembelajaran CTL kelompok motivasi tinggi

memperoleh rata-rata 83,37, kelompok motivasi sedang 77,81 sedangkan

kelompok motivasi rendah 76,86. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang

memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik dalam pencapaian hasil belajar IPA

daripada siswa yang memiliki motivasi belajar sedang dan motivasi belajar

rendah.

Berdasarkan hasil yang diperoleh maka membuktikan bahwa motivasi

belajar siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Apabila motivasi

belajar siswa tinggi maka hasil belajar yang di capai akan lebih baik karena siswa

yang memiliki motivasi tinggi akan terdorong sehingga berupaya semaksimal

mungkin dengan berbagai cara untuk mencapai hasil yang di inginkan sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

siswa yang memiliki motivasi rendah tidak maksimal dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga hasil yang di capai kurang maksimal. Sejalan dengan

beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:

Motivasi belajar adalah keadaan internal dan eksternal yang

membangkitkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku yang penuh energi.

Studi tentang motivasi difokuskan pada bagaimana dan mengapa orang

memprakarsai tindakan yang diarahkan pada tujuan tertentu, berapa lama waktu

yang dibutuhkan untuk memulai kegiatan itu, seberapa intensif mereka terlibat

dalam kegiatan itu, dan seberapa persisten mereka dalam usahanya untuk

mencapai tujuan dan apa yang mereka pikirkan dan rasakan di sepanjang

perjalanannya. (Woolfolk, 2009: 186 ; Mudjiman, 2011: 39 ; Suprijono, 2012 :

163). Motivasi belajar merupakan salah satu karakteristik manusia yang

mempengaruhi perilaku siswa dalam pembelajaran di sekolah serta mempengaruhi

komponen emosi, motivasi terkait dengan rasa ingin tahu, konsep diri dan nilai-

nilai. Cara menerapkan motivasi dengan menggunakan penguatan untuk

meningkatkan perilaku dan menghapus penguatan untuk memadamkan perilaku.

(Cole dan Chan, 1994: 348; Henson dan Eller, 1999: 371).

3. Hipotesis Ketiga

Interaksi Pengaruh Penggunaan Antara Model Pembelajaran dan Motivasi

Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPA.

Dari hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama

diperoleh Fhit = 1,5451 < 3,129 = Ftabel, maka H0AB diterima sehingga sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidak perlu dilakukan uji pasca anava. Dengan diterimanya H0AB berarti tidak

terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan motivasi belajar

siswa terhadap hasil belajar IPA siswa pada standar kompetensi menerapkan sifat-

sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model. Dengan kata lain,

siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Contextual Teaching And

Learning (CTL) maupun model Cooperative Learning Tipe Student Teams

Achievment Division (STAD) mempunyai hasil belajar yang sama untuk setiap

kategori motivasi belajar siswa.

Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa

terhadap hasil belajar IPA. Siswa yang mendapat perlakuan dengan menggunakan

model pembelajaran CTL menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki

motivasi belajar sedang dan motivasi belajar rendah, demikian pula siswa yang

mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi

belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki

motivasi belajar sedang dan motivasi belajar rendah.

Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi selalu mendapatkan hasil

belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar sedang

dan motivasi belajar rendah pada setiap model pembelajaran yang diterapkan

yaitu model pembelajaran CTL dan model pembelajaran Cooperative Learning

Tipe STAD. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki semangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

belajar yang kuat, memiliki rasa ingin tahu yang besar serta kemandirian belajar

yang mampu membuat dirinya mencapai hasil belajar yang memuaskan.

E. Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mempunyai keterbatasan atau

kekurangan sehingga menjadi kendala selama penelitian. Keterbatasan tersebut

yaitu:

1. Peneliti kurang mengkondisikan siswa agar siswa benar benar mandiri

dalam pengisian angket motivasi belajar. Siswa belum terbiasa mengisi

angket sehingga siswa masih bingung dalam pengisian angket sehingga

masih banyak siswa yang kerjasama dalam pengisian angket motivasi

belajar.

2. Peneliti tidak mampu membimbing semua kelompok secara optimal saat

kegiatan diskusi dikarenakan keterbatasan waktu

Anda mungkin juga menyukai