akan memiliki nilai antara 88 sampai 92
persen. Didasarkan bahwa metode non-invasif
ini aman, presisi yang tinggi dengan biaya
yang terjangkau, Pulse Oximetry optik dan
sistem pengukuran denyut jantung banyak
diadopsi sebagai standar teknik monitoring
pasien (Jahan, et al., 2014).
Menurut Andrey, 2005 (dalam
Hariyanto, Tanpa Tahun) Oksimeter
merupakan salah satu alat yang sering
digunakan dirumah sakit saat dilakukan
proses pembedahan untuk mengetahui
saturasi oksigen dalam darah. Saturasi adalah
persentase dari pada hemoglobin yang
mengikat oksigen dibandingkan dengan
jumlah total hemoglobin yang ada didalam
darah.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
sebanyak kurang lebih 937 Rumah Sakit
dengan berbagai tipe di Indonesia, masih
mengalami kekurangan sebesar 2.484 tenaga
dokter spesialis. Hal ini memungkinkan
dokter akan menangani pasien di lebih dari 2
rumah sakit. Dan hal yang lebih sulit terjadi
di wilayah timur. Meskipun Menkes
memaparkan bahwa rasio dokter spesialis
(12,6 per 100.000 penduduk per 31 Desember
2015) sudah mencapai target rencana
pengembangan tenaga kesehatan Tahun 2011-
2025 (12,2 per 100.000 penduduk). Namun,
terdapat ketimpangan antara kota besar
dengan wilayah timur. Rasio dokter spesialis
terendah ada di Provinsi Papua (3,0 per
100.000 penduduk), sedangkan rasio dokter
spesialis tertinggi ada di provinsi DKI Jakarta
(52,2 per 100.000 penduduk). Sehingga akan
ada ketimpangan pelayanan dan penanganan
pasien yang semakin lamban, dan selain
penambahan sumber daya manusia harus ada
hal yang dapat membantu mengatasi masalah
ini (Brawijaya, 2017).
Dari sudut pandang sistem, manusia
adalah objek yang lambat, rawan kesalahan,
pengantar data yang tidak efisien dan
memiliki batasan dalam hal kualitas dan
kuantitas, bahkan memiliki kemungkinan
untuk mengurangi keaslian data. Semakin
banyaknya tuntutan pekerjaan dan
keterbatasan manusia inilah yang menjadi
penghambat suatu sistem untuk dapat berjalan
dengan baik. Dalam suatu sistem, akan lebih
efisien jika hasil dari input perangkat dapat
dimasukkan ke internet tanpa harus ada
perantara manusia. Internet of Things (IoT)
ada untuk menjawab masalah ini (Peter
Waher, 2015).
IoT pertama kali dimunculkan oleh
Kevin Ashton pada tahun 1999 disalah satu
presentasinya. Banyak yang memprediksi
bahwa pengaruh Internet of Things adalah
“the next big thing” didunia teknologi
informasi, karena di IoT perangkat dapat
mengirimkan data mereka secara langsung ke
server cloud yang kemudian dapat dilakukan
analisis / diolah oleh pemilik akun yang
kemudian dapat disebarkan ke media
komunikasi di Internet yang terhubung
dengan IoT. Serta dapat terjadi komunikasi 2
arah antara perangkat, user, dan antara
perangkat dengan user (Ramadhoni, 2014).
Contohnya adalah koordinasi aplikasi seperti
sistem lalu lintas, pemantauan kesehatan
mobile dalam aplikasi medis dan metode
keamanan industri, gerak pergelangan tangan
cerdas, pil navigasi dan metode lain yang
semua ini memerlukan antarmuka internet
untuk memperbarui info kesehatan atau untuk
mengendalikan perangkat dengan ponsel
cerdas (Kondamudi Siva dkk, 2016).
Internet of Things dalam penerapannya
juga dapat mengidentifikasi, menemukan,
melacak, memantau objek dan memicu event
terkait secara otomatis dan real time (Q. Zhou
& Zhang, 2011 dalam Junaidi, 2015). Sebagai
contoh penerapannya dalam bidang medis,
Internet of Things dilakukan pada aktifitas
konsultasi pasien dengan dokter yang
dilakukan tanpa perlu bertatap muka, dengan
menggunakan jaringan WLAN dan internet.
(Y. Wang, 2011 dalam Junaidi, 2015).
Menurut UNESCAP dalam Alkadri
(2010), teknologi merupakan kombinasi dari
4 komponen dasar yaitu technoware,
humanware, infoware, dan orgaware (THIO)
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya
dalam suatu proses transformasi. (Pradana
dkk, 2016).
Alat sebelumnya, yang ingin
dikembangkan oleh penulis, merupakan
pengembangan dari pengukuran yang
hasilnya langsung tampil dilayar pada alat
tersebut, atau termasuk dalam salah satu
indikator pada pasien monitor. Alat ini
membantu proses monitoring saturasi oksigen
sehingga perawat tidak perlu melakukan
metode invasif kepada pasien, bahkan dokter
dapat melihat bentuk sinyal SpO2 yang
kemudian dapat digunakan untuk membuat
diagnosa. Untuk mengetahui posisi kondisi