Anda di halaman 1dari 8

NAMA : ALYA HADI KESUMA PUTRI

NPM : 2010104010087
KELAS : KOMUNIKASI PEMERINTAHAN 04

UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Sebelum memberikan pendapat terkait ke-relevanan definisi Pers, harus dipahami terlebh
dahulu mengenai kata perkata sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Undang-Undang
No. 40 Tahuun 1999. Pengertian yang dijelaskan berdasarkan Undang-Undang yang
menjelaskan mengenai Pers, bahwa pers adalah wahana komunikasi serta lembaga sosial
yang melakukan berbagai jenis kegiatan jurnalistik serta berdasarkan dari
keberlanjutannya. Dimana Undang-Undang tersebut dikeluarkan pada tahun 1999 yang
dimana pada tahun 90-an tersebut, teknologi informasi yang beredar pada saat itu belum
semaju dan sepesat saat ini. Pada zaman tersebut, kebanyakan media yang beredar untuk
melakukan kegiatan komunikasi terlebih komunikasi massa kebanyakan masih
menggunakan penyampaian informasi dalam bentuk tulisan dan gambar atau biasa
menggunakan koran dan majalah, kemudian menggunakan penyampaian informasi
dalam bentuk suara dapat kita dapatkan di siaran radio, serta juga penyampaian informasi
dengan penggunaan gambar serta suara dapat kita temukan di televisi. Menilik hal itu,
dapat kita tarik sebuah garis lurus bahwa media yang beredar dan dipergunakan untuk
menyampaikan informaasi kepada khalayak ramai pada saat itu dengan zaman sekarang
tidak jauh berbeda, dan yang membedakan hanya sedikit dari kemajuan-kemajuan berupa
semakin banyaknya variasi media yang muncul namun tidak berubah secara signifikan,
Definisi yang dipaparkan pada Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 ini juga
merujuk kepada kegiatan mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai. Adapun kegiatan-kegiatan yang
dimaksudkan adalah kegiatan-kegiatan seperti meliput narasumber untuk mencari sumber
informasi sebelum bahan wawancara dan liputan tersebut diolah kembali untuk
disalurkan kepada khalayak ramai baik melalui media cetak, media massa, media
elektronik, dan media-media lainnya yang tersedia pada saat itu.
Dalam menyikapi definisi dari Pers yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui
Undang-Undang pada tahun 1999 silam, maka muncul pertanyaan-pertanyaan
menyangkut apakah definisi dari Pers ynag dikeluarkan oleh Pemerintah pada zaman itu
masih relevan digunakan untuk mendefinisikan pers pada saat ini yang lebih berkembang
dengan pesat dibandingkan saat itu? Nah, pertanyaan-pertanyaan seputar pendapat hanya
dapat dijawab oleh orang-orang ynag bersangkutan karena pendapat yang diluncurkan
oleh setiap orang akan berbeda-beda tergantung bagaimana orang tersebut menanggapi.
Disini saya akan mencoba memaparkan pendapat pribadi saya mengenai
pertanyaan yang mengarah kepada ke-relevanan definisi dari Pers yang dikeluarkan
Undang-Undang tersebut. Menurut saya, definisi pers yang dikemukakan di dalam UU
No. 40 Tahun 1999 masih relevan digunakan hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan
definisi pers secara umum berupa lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang
melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi masih dilakukan pada saat ini. Walaupun
perkembangan media saat ini telah jauh berkembang daripada tahun 1999, namun
kegiatan jurnalistik yang dilakukan untuk mencari informasi masih sama seperti pada
tahun tersebut. Yang saat ini berkembang hanyalah kebanyakan dari sistem informasi
untuk memperoleh informasi yang diberitakan oleh media karena sudah banyak media
penyalur yang ditawarkan dari ponsel pintar dan ketersediaan internet.
Kegiatan jurnalistik seperti mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi yang dilakukan oleh berbagai media masih
dilakukan hingga saat ini untuk kemudian diolah dan disalurkan kepada khalayak ramai.
Sehingga dapat diperoleh inti dari pemaparan saya bahwa definisi Pers yang dikeluarkan
oleh Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 masih relevan digunakan hingga saat ini
dikarenakan yang banyak berkembang dari Pers pada tahun 1999 hingga saat ini adalah
kebanyakan dari sistem informasi untuk memperoleh informasi, namun perolehan
informasi masih menggunakan kegiatan jurnalistik seperti mencari dan mengolah sumber
informasi untuk kemudian dalam bentuk gambar, suara dan tulisan yang ditujukan kepada
khalayak ramai.
2. Komunikasi Pemerintahan dapat dikategorikan kedalam komunikasi jenis komunikasi
organisasi dikarenakan konteks yang dipergunakan dalam komunikasi pemerintahan
mencakup daripada komunikasi ynag ditujukan dari organisasi (pemerintah) kepada
sekelompok individu atau masyarakat. Komunikasi Publik ynag dipergunakan oleh
Pemerintah bertujuan untuk mempercepat proses transfer berbagai informasi yang akan
diberikan pemerintah selaku pembuat berbagai kebijakan dan program yang harus dituruti
dan diikuti oleh masyarakat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai melalui
jalinan sinergi yang akan terbangun.
Beberapa tahun silam, muncul pemberitaan dan wacana untuk Pemerintah,
tepatnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) akan melakukan
pemblokiran terhadap aplikasi berbasis layanan chatting yaitu tidak lain dan tidak bukan
adalah Telegram. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap aplikasi bergambar ikon
pesawat kertas tersebut dikarenakan terdapat indikasi yang bermuatan tindak kegiatan
radikalisme serta terorisme. Tidak sampai disitu, ditemukan pula indikasi penyerangan
organisasi tertentu, berbagai ujaran kebencian, berbaga bentuk penyerangan dan
disturbing image bahkan memberikan tata cara perakitan bom yang ditakutkan akan
merusak nasonalisme di Indonesia.
Adanya kemunculan hal-hal yang berbau perpecahan di dalam negara ini
dikarenakan kurangnya pengawasan yang tidak dilakukan oleh pihak Telegram terkait
penerapan Standard Operating Procedure (SOP) terkait pengamanan akan berbagai
konten yang berpotensi mengancam kesatuan negara serta melanggar hukum di dalam
tiap negara yang memberlakukan penggunaan aplikasi Telegram. Pasalnya, setiap
konten-konten bebas tersebut dapat diakses secara mudah dan cepat oleh setiap orang
termasuk anak-anak dibawah umur yang berakibat pada kerusakan moral dan etika bagi
siapa saja yang mengaksesnya dan berpotensi mengancam kesatuan negara Republik
Indonesia.
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) selaku pihak dari
Pemerintahan yang memiliki kewenangan dalam melakukan pengawasan dan pencabutan
hak izin serta pemblokiran setiap media yang menjadi sumber informasi masyarakat di
Indonesia sangat berperan penting terhadap pemberian sanksi yang harus ditaati oleh
setiap perusahaan media terkait untuk melakukan pendistribusian media elektronik yang
menjadi sumber informasi masyarakat.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam konteks Komunikasi
Pemerintahan bahwa tinndakan pemblokiran aplikasi berbasis chatting berupa Telegram
ini dilakukan pemblokiran adalah dengan tujuan untuk menghindari adanya tindakan-
tindakan yang mengindikasikan adalah perpecahan atau kasus-kasus yang berpotensi
merugikan negara dan merupakan tindakan yang tepat untuk diberlakukan. Serta telah
disebutkan di atas bahwa konteks komunikasi pemerintahan mencakup hubungan
komunikasi antar manusia ynag terjadi di dalam konteks organisasi pemerintahan.
Dimana hal tersebut berarti bahwa hubungan komunikasi yang dibangun oleh Pemerintah
selaku organisasi yang berperan sebagai pengatur jalannya kehidupan di negara berupa
pemberlakuan pemblokiran Telegram yang diinformasikan kepada masyarakat Indonesia
memang tindakan yang dibenarkan apabila Telegram tidak mengatur SOP yang mengatur
keamanan konten-konten di dalam aplikasi tersebut.
Dengan tujuan menjaga keamanan serta kesatuan negara yang daitakutkan akan
terancam dengan indikasi-indikasi yang telah disebutkan, maka dapat kita analisis
berdasarkan teori komunikasi organisasi yang dikemukakan oleh Goldhaber (1986) yang
mengemukakan bahwa komunikasi dalam konteks organisasi dapat didefinisikan sebagai
suatu teknik atau gaya tukar menukar pesan dalam hubungan yang terhubung antara satu
sama lain demi menangani permasalahan yang tidak pasti.
Berdasarkan analisis teori yang dikemukakan oleh Goldhaber dan ditarik
hubungannya dengan permasalahan pemblokiran Telegram ini dapat ditarik satu garis
lurus yang mengarah kepada arah bahwa Pemerintah (dalam hal ini Kemenkominfo)
berperan untuk menginformasikan kepada masyarakat bahwa terdapat indikasi berbahaya
yang ada di dalam Telegram yang berpotensi mengganggu keutuhan negara, maka
langkah paling tepat yang diambil adalah dengan memblokir fitur-fitur yang menjadi
sumber indikasi tersebut namun fitur chatting masih dapat dipergunakan.
Penginformasian ini ditujukan kepada masyarakat guna memberitahukan apa latar
belakang dan akar dari permasalahan mengapa beberapa fitur di Telegram tidak dapat
digunakan, agar masyarakat tidak kebingungan dan lebih waspada dalam menggunakan
sosial media.
3. Fungsi Komunikasi yang ada di dalam pemerintahan juga dikategorikan sama halnya
dengan fungsi komunikasi yang ada di dalam komunikasi organisasi. Hal ini dikarenakan
pemerintah termasuk kedalam organisasi besar di dalam suatu negara yang berperan
sebagai pihak tertinggi yang dapat mengatur dan menjalankan roda pemerntahan di dalam
negara, serta membuat aturan dan regulasi yang nantinya akan ditaati dan dijalankan oleh
masyarakat di dalam negara tersebut.

Berbicara mengenai fungsi komunikasi di dalam pemerintahan, hal ini sejalan dengan
4 fungsi komunikasi dalam organisasi yang dikemukakan oleh Lee Thayer. Dimana
fungsi-fungsi tersebut meliputi :

a. Fungsi Informatif
b. Fungsi Regulatif
c. Fungsi Persuasif
d. Fungsi Integratif

Untuk detail dari masing-masing fungsi komunikasi tersebut, mari kita bahas satu-persatu
:

a. Fungsi Informatif, dimana fungsi informatif ini merupakan salah satu fungsi
komunikasi yang memliki tujuan untuk mendapatkan informasi terkait bagaimana
lingkungan dan tata cara yang harus dilakukan oleh setiap individu dalam
berorganisasi dan berperan sebagai penyampai pesan. Jika kita konversikan pada
situasi di pemerntahan, dapat dicontohkan dengan penginformasian terkait
pelaksanaan suatu program yang akan dijalankan oleh Pemerintah Indonesia kepada
seluruh daerah di Indonesia yang berarti akan melakukan sinergitas atau bentuk kerja
sama dengan pemerintah daerah yang ada di seluruh Indonesia, salah satu bentuk
contohnya adalah penyelenggaraan distribusi vaksinasi yang akan segera masuk di
Indonesia dan akan dilakukan oleh seluruh masyarakat di Indonesia dengan tujuan
untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 di Indonesia. Maka dari itu sebelum
melaksanakan program-program tersebut, perlu dilakukan penginformasian bagi
seluruh anggota yang ada di dalam organisasi (dalam hal ini pemerintah pusat dan
daerah) secara vertikal dan mengerucut untuk dapat memperoleh informasi lebih
banyak terkait pelaksanaan dan pendistribusian vaksinasi di daerah agar program
distribusi vaksin dapat berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Informasi-
informasi yang tersebut diperoleh dan didapatkan dari pimpinan atau Pemerintah
Pusat kepada seluruh aparatur birokrasi selaku orang-orang yang berada dibawah
kewenangannya agar dapat mendengarkan informasi yang diberikan dan pihak-pihak
dari Pemerintah Daerah dapat mencerminkan pemberlakuan vaksinasi di daerah
sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Pemreintah Pusat. Dari hasil informasi
yang diperoleh, nantinya akan memungkinkan bagi setiap birokrat di organisasi
pemerintahan dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik dan lebih teliti.
Berbicara mengenai efektivitas fungsi komunikasi berupa fungsi informatif dalam
pemerintahan ini, saya rasa sudah sangat efektif dilakukan mengingat dalam membuat
kebijakan atau regulasi, perlu rasanya dilakukan sinergitas atau kerja sama antar
pemerintah di daerah yang ada di Indonesia agar setiap kebijakan atau regulasi yang
diberlakukan dapat diterapkan dan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya. Maka,
fungsi informatif diperlukan sebagai bentuk jalinan kerja sama antara birokrasi
pemerintahan di dalam negara dengan tujuan untuk menjalankan program di
pemerintahan dengan sebaik-baiknya.

b. Fungsi Regulatif, fungsi regulatif dapat diartikan sebaga fungsi yang menopang
kelancaran pedoman serta aturan-aturan yang telah menjadi ketetapan di dalam
organisasi dan wajib dipatuhi oleh setiap anggota organisasi termasuk pemimpin di
dalamnya. Dapat juga diartikan sebagai kejelasan mengenai tata cara berorganisasi,
tanggung jawab dan wewenang yang harus dijalankan. Orang yang memiliki
pengaruh penting dalam penerapan fungsi regulatif ini adalah para pemimpin atau
atasan yang berada di dalam lingkaran tatanan manajemen organisasi. Namun selain
itu, fungsi regulatif ini juga mengacu kepada ketentuan kerja yang diberlakukan di
dalam organisasi. Jika dikonversikan dengan organisasi pemerintahan di Indonesia,
salah satu bentuk contoh yang dapat diambil adalah dengan penerapan dan
pemberlakuan kode etik yang harus dilaksanakan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang memuat aturan serta norma-norma yang berakar dari nila-nilai etika di
masyarakat Indonesia ynag berfungsi untuk dijadikan sebagai pedoman bagi aparatur-
aparatur di pemerintahan untuk bertindak dan berfkir sehingga tidak menyalahi aturan
yang menjad tanggung jawab di profesi ASN selaku pelayan masyarakat. Dalam
menjalankan fungsi regulatif, ke efektivitasan penerapan fungsi tersebut tergantung
dari konteks yang dimaksud. Sehingga, fungsi tersebut belum dapat berjalan dengan
optimal di Pemerintahan di Indonesia. Seperti contoh yang telah saya jelaskan di atas
mengenai penerapan kode etik di ASN, nilai-nilai etika yang dituntut belum
sepenuhnya dijalankan oleh aparatur-aparatur pemerintahan. Padahal jelas-jelas kode
etik ASN tertuangn di dalam regulasi yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang seharusnya di taati dan dijalankan sebagai
pedoman tanggung jawab dari sebuah profesi ASN. Namun untuk regulasi yang
memicu pada ketentuan kerja yang hanya dimiliki oleh organisasi tertentu masih
dijalankan dengan baik apabila atasan juga berperan penting dalam penerapannya.

c. Fungsi Persuasif, dapat diartikan sebagai fungsi yang dilakukan oleh organisasi yang
berperan untuk memengaruhi orang-orang yang ada di sekitar melalui pendekatan
dengan berdasarkan kepada unsur kepercayaan danpendekatan dengan kemampuan
komunikasi yang dimiliki. Fungsi komunikasi dengan sistem persuasif dalam konteks
Pemerintahan ini dapat kita jumpai pada kampanye politik dalam masa menjelang
pemilu, dimana banyak kita jumpai para calon anggota legislatif yang melakukan
kampanye kepada masyarakat dengan mengumbar program kerja yang akan
dijalankan apabila beliau berhasil menjadi anggota legislatif yang dimaksud. Bentuk
komunikasi secara persuasif pada masa menjelang pemilu ini tidak hanya dilakukan
dengan kampanye, namun peranan dari pamflet atau selebaran yang tertempel dengan
foto calon anggota legislatif serta slogannya juga menjadi media persuasi yang
membantu calon anggota legislatif dalam hal perolehan suara dari masyarakat.
Dengan ini, kemampuan berkomunikasi para calon anggota legislatif diuji apakah
mampu menarik perhatian masyarakat untuk memilihnya menjadi anggota legislatif
atau tidak. Fungsi Persuasif sangat berperan penting dan diperlukan dalam dunia
organisasi pemerintahan, terlebih dalam organisasi politik karena dalam dunia
perpolitikan diperlukan suara dari masyarakat untuk membantu aktor politik
mencapai suatu jabatan yang diinginkan. Berbicara mengenai apakah fungsi persuasif
sudah berjalan efektif pada dunia pemerintahan, jawabannya actually yes, karena
fungsi komunikasi secara persuasif memang hal yang diperlukan dan selalu
diberlakukan oleh kancah perpolitikan yang menjadi latar belakang dan berhubungan
dengan dunia pemerintahan.

d. Fungsi Integratif, dapat diartikan sebagai fungsi yang difasilitasi oleh organisasi
dengan tujuan untuk mempererat hubungan individu antar organisasi atau bertujuan
untuk menyatukan seluruh elemen organisasi agar dapat menngkatkan produktivitas
serta diharapkan untuk mampu meningkatkan pekerjaan atau program yang dituju
dengan baik. Bentuk fungsi komunikasi integrarif dapat dilakukan secara formal
maupun non-formal (informal). Contoh yang dapat diberikan apabila dengan
melakukan konversi ke dalam ruang lingkup Pemerintahan adalah dengan dua cara.
Pertama melalui Saluran komunikasi organisasi formal yang dapat diartikan sebagai
komunikasi yang dilakukan secara formal atau baku dengan tujuan untuk
mewujudkan keefektifan kinerja aparatur dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Contohnya adalah laporan kemajuan yang dicapai dalam organisasi pemerintahan
daerah. Kemudian dalam saluran informal dapat dikategorikan kedalam kegiatan
seperti berbincang-biincang antar aparatur pada saat jam istirahat atau organisasi
memfasilitasi kegiatan outbound aparatur seperti kegiatan rutinitas darmawisata
setiap beberapa kurun waktu sekali. Berbicara mengenai keefektivitasan fungsi
integratif dalam dunia pemerintahan sendiri pada saat ini, saya rasa fungsi integratif
sangat dijalankan dengan efektif mengingat fungsi komunikasi integratif secara
informal masih banyak dilakukan oleh organisasi pemerintahan. Selain itu, penerapan
fungsi komunikasi integratif ini sangat diperlukan untuk menunjang keaktifan dan
partisipasi anggota di dalam organisasi yang dimaksud untuk menumbuhkan rasa
kontribusi yang lebih besar di dalam organisasi sehingga tujuan yang ingin dicapai
dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya dan terwujud.

Anda mungkin juga menyukai