Anda di halaman 1dari 18

Kebijakan Komunikasi di Indonesia:

Gambaran Implementasi UU No. 14 tahun 2008


tentang Keterbukaan Informasi Publik

Agusly Irawan Aritonang


Alumnus Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY dan telah menyelesaikan
Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi, UGM

Abstract

Freedom of getting information is also one of democracy state’s features since it is


expected to stimulate participation of citizen. Furthermore, if there is more public
information which can be got freely, it will strengthen the tendency of the change of
society type into informative society. Indonesia tried to facilitate its citizens by provided
such a basic bill in order to access the public information. As a communication policy,
this regulation has been implemented since its validity 2 years ago. This implementation
of policy such as Bill No. 14 of 2008 talks about The Transparency of Public Information
become such a complicated problem. Problem related to regulation’s article which has
to be as operational as possible when it will be implemented and also about its accuracy
are factors that become a success key for public policy implementation involved the
communication policy.
Keyword : Transparency of Public Information, Regulation Implementation,
Communications Regulation

Pendahuluan berbagai LSM. Alasannya sederhana


Pemerintah Republik Indonesia yaitu sebuah informasi merupakan
bersama DPR menyepakati terbitnya UU sebuah hak asasi yang dimiliki setiap
No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan manusia. Selain itu harapan keterbukaan
Informasi Publik (KIP), secara resmi UU informasi yang bisa difasilitasi melalui
ini disahkan pada tanggal 30 April 2008 sebuah dasar hukum yang kuat juga
dan resmi berlaku pada tanggal 1 Mei akan mendorong transparansi dalam
2010. Jeda waktu ini dimaksudkan agar pengelolaan negara yang pada akhirnya
UU ini bisa tersosialisasikan dengan juga akan meningkatkan partisipasi
baik sehingga UU ini harapannya masyarakat. Singkatnya, UU ini memiliki
dapat berjalan dengan maksimal bagi cita-cita yang mulia. Namun prakteknya
masyarakat sebagai penggunanya. hingga saat ini pelaksanaan UU ini masih
sangat lambat, bisa dilihat dari indikator-
UU No. 14 tahun 2008 tentang
indikator sederhana yang mudah dilihat
KIP ini awalnya merupakan inisiatif
dan diukur mulai dari kesiapan organ-
DPR bersama civil society yang diwakili

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 261


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

organ pendukung seperti KI (Komisi sedikit gambaran mengenai rumitnya


Informasi) baik Pusat hingga Provinsi implementasi UU N0. 14 tahun 2008
yang harus ada di setiap provinsi hingga tentang Keterbukaan Informasi Publik.
tataran yang paling sulit untuk dinilai Namun sebelum membahas tentang
dan diukur seperti budaya transparansi UU ini secara lebih lanjut diperlukan
di tiap badan publik. sebuah perspektif untuk memberikan
Harus diakui UU no. 14 tahun 2008 alur pemikiran dalam memahami se-
tentang KIP ini berimplikasi luas dan buah kebijakan khususnya kebijakan
serius. Jika benar-benar diterapkan, badan komunikasi.
publik tidak bisa lagi menyepelekan
sebuah informasi karena sewaktu-waktu Kebijakan Komunikasi : Sebuah
bisa saja pemohon informasi publik Perspektif
mengajukan permohonan informasi Salah satu perpektif yang dikenal
publik ke badan publik tersebut. Bahkan dalam ilmu komunikasi yaitu perspektif
terhadap sebuah informasi yang bersifat kebijakan. Istilah perspektif digunakan
rahasia bisa saja dibuka jika informasi oleh Ashadi Siregar (1998) untuk merujuk
tersebut sudah diputuskan oleh Komisi pada teori yang digunakan untuk
Informasi untuk dibuka. Artinya, badan keperluan analisis dalam suatu disiplin
publik harus benar-benar mempersiapkan keilmuan dengan objek formal yang
dirinya secara jeli agar bisa menjalankan berbeda. Pendapat ini berangkat dari
amanat UU ini secara optimal. kenyataan bahwa komunikasi bukanlah
Ada banyak faktor yang membuat sebuah ilmu murni melainkan sebuah
UU ini lambat untuk diimplementasikan. kajian yang perlu meminjam teori-teori
Tidak seperti Kebijakan Komunikasi dari bidang keilmuan lainnya.
lainnya seperti UU No. 32 tahun 2002 Kebijakan komunikasi sendiri
tentang Penyiaran yang “hanya” memiliki pengertian yang beragam.
mengatur lembaga penyiaran atau UU Salah satu pendapat mengenai kebijakan
Informasi dan Transaksi Elektronik, komunikasi yaitu pengertian menurut
UU ini menyasar badan publik (dengan Unesco yang dikutip Ugboajah (1980:5)
defenisinya yang luas) yang harus yang menyampaikan bahwa kebijakan
menyediakan setiap informasi kepada komunikasi sebagai kumpulan prinsip-
masyarakat. Tentu badan publik harus prinsip dan norma-norma yang sengaja
hati-hati dalam menyikapi persoalan ini. diciptakan untuk mengatur perilaku
Beberapa faktor yang bisa dikedepankan sistem komunikasi. Pengertian sederhana
dalam tulisan ini adalah faktor UU No. ini mengandung pemahaman bahwa
14 tahun 2008 itu sendiri maupun faktor sebuah kebijakan komunikasi lahir setelah
implementasinya di lapangan. Kedua adanya sebuah sistem komunikasi yang
faktor ini cukup penting karena selain berlaku di sebuah negara. Setiap negara
implementasi di lapangan yang menemui diyakini memiliki sebuah pola-pola
banyak persoalan namun faktor UU nya komunikasi yang berjalan dan berproses
sendiri juga memiliki beberapa kendala. membentuk sebuah sistem. Sistem yang
Tulisan ini mencoba untuk memberikan terdiri dari sub-subsistem menjalankan

262 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

fungsi masing-masing dan memerlukan Kebijakan komunikasi dilahirkan


sebuah regulasi agar subsistem oleh perangkat pemerintahan. Kebi-
tersebut dapat berjalan tanpa saling jakan komunikasi setingkat UU mi-
berbenturan satu sama lain. Singkatnya, salnya, dilahirkan oleh DPR setelah
Kebijakan Komunkasi dilahirkan untuk berkonsultasi dengan pemerintah.
memperlancar sistem komunikasi. Secara teknis UU memerlukan
Kebijakan komunikasi setidaknya perangkat aturan lebih rendah
memiliki 3 bagian penting. Bagian ini dibawahnya agar dapat berjalan lebih
dikenal dengan konteks, domain, dan maksimal. Peraturan Pemerintah
paradigma. Konteks berarti keterkaitan (PP), Keputusan Presiden (Kepres),
kebijakan komunikasi dengan sesuatu Keputusan Mentri (KepMen)
yang melingkupi dirinya seperti politik- merupakan bagian-bagian dari
ekonomi, politik komunikasi,dll. Domain pemerintah. Artinya setiap produk
kebijakan komunikasi berarti muatan kebijakan merupakan hasil tindakan
nilai yang dikandung dalam sebuah pemerintah karena dihasilkan oleh
kebijakan komunikasi seperti globalisasi, perangkat pemerintahan.
ekonomi global,dll. Sedangkan 3. Memperlihatkan apa yang akan
paradigma lebih kepada kerangka cita- dilakukan pemerintah.
cita yang menjadikan tujuan kebijakan Sebagai akibat kebijakan dihasilkan
komunikasi tersebut. (Abrar, 2008: 4). oleh aparat pemerintah maka kebi-
Dalam konteks paradigma, kebijakan jakan menunjukkan apa yang akan
Informasi dan Transaksi Elektronik dijalankan oleh pemerintah. Namun
maupun Keterbukaan Informasi Publik perlu diperhatikan bahwa kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah memiliki komunikasi bukanlah berisi keinginan
cita-cita ke arah masyarakat informasi. pemerintah tentang bagaimana sebuah
Kebijakan komunikasi setidaknya proses komunikasi berlangsung.
memiliki 5 kriteria. Menurut Abrar, Pemerintah dalam konteks ini
kriteria ini berkaitan dengan bentuk berperan sebagai fasilitator setelah
kebijakan komunikasi sebagai sebuah adanya keinginan dari kelompok
kebijakan publik. Kriteria tersebut yaitu: masyarakat agar dibuat sebuah
1. Memiliki tujuan tertentu regulasi/kebijakan.
Sebuah regulasi, atau kebijakan apa 4. Bisa bersifat positif atau negatif
pun tentu memiliki sebuah tujuan. Sebuah kebijakan komunikasi sangat
Seperti yang sudah disebutkan sebe- dimungkinkan untuk bernilai positif
lumnya setiap kebijakan komunikasi meupun negatif. Sebuah kebijakan
dilahirkan untuk memperlancar komunikasi dinilai baik jika ia mampu
jalannya sistem komunikasi. Secara menjawab persoalan yang muncul
spesifik, setiap kebijakan komunikasi bahkan jika kebijakan tersebut mampu
memiliki tujuan yang bisa dilihat dari mengantisipasi perubahan yang
pasal-pasal awal. terjadi ke depan sekaligus mudah
2. Berisi tindakan pejabat pemerintah. untuk diimplementasikan. Namun

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 263


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

juga tidak menutup kemungkinan pihak lain. Maka penyusunan sebuah


jika sebuah kebijakan komunikasi kebijakan diperlukan keterlibatan
lahir bersifat negatif karena sebuah pihak masyarakat.
kebijakan juga berisi tarik menarik 2. Komunikasi merupakan sesuatu
sebuah kepentingan. Namun satu keniscayaan dalam masyarakat.
yang pasti sebuah kebijakan apapun Komunikasi dipandang sebagai
akan melahirkan pro dan kontra. sebuah sistem dimana sebuah sistem
5. Bersifat memaksa (otoritatif) yang terdiri dari subsistem-subsistem.
Kebijakan komunikasi sebagai sebuah Ada kalanya subsistem-subsistem
kebijakan publik dilahirkan oleh berjalan dengan tidak maksimal.
perangkat negara. Satu hal yang Ada masalah, ada hambatan. Maka
menjadi ciri negara adalah kekuasaan Kebijakan Komunikasi lahir untuk
yang bersifat memaksa yang memperlancar proses berjalannya
dimilikinya. Artinya setiap keputusan- sistem komunikasi.(Abrar, 2008: 16-
keputusan yang dihasilkan oleh 17)
negara wajib untuk dijalankan. Jika
Sebuah kebijakan komunikasi tak
ada pelanggaran terhadap apa yang
bisa dilepaskan dari kebijakan publik.
sudah diputuskan oleh pemerintah
Hal ini disebabkan karena kebijakan
maka adan sanksi terutama sanksi
komunikasi juga merupakan salah satu
hukum yang bersifat mengikat bagi
bagian dari kebijakan publik. Kebijakan
pelanggarnya.
publik secara sederhana dapat dipahami
Kebijakan komunikasi setidaknya sebagai apa yang dipilih oleh pemerintah
memiliki 2 tujuan, yaitu : untuk dikerjakan maupun tidak
dikerjakan. (Thomas.1995: 1)
1. Secara sosiologis menempatkan proses
komunikasi sebagai bagian dari Pendapat ini disampaikannya
dinamika sosial yang tidak merugikan dimana konsep ini sangat luas karena
masyarakat. Hal ini didasarkan bahwa kebijakan publik mencakup sesuatu
setiap masyarakat dimanapun mereka yang tidak dilakukan oleh pemerintah di
berada memiliki sebuah bentuk atau samping yang dilakukan oleh pemerintah
proses komunikasi. Proses komunikasi ketika pemerintah menghadapi
ini tentu saja memiliki dinamika yang masalah publik. Defenisi sederhana ini
terus berkembang secara naik maupun mengandung makna bahwa kebijakan
turun. Tentu saja dinamika ini perlu publik dibuat oleh badan pemerintah,
dijaga agar bergerak ke arah yang bukan organisasi swasta dan kebijakan
positif. Kebijakan di sini memainkan publik menyangkut pilihan yang harus
peranan yang penting. Kebijakan dilakukan atau tidak dilakukan oleh
komunikasi harus bisa menjamin badan pemerintah. (Subarsono, 2005: 2)
dinamika sosial masyarakat berjalan Selain itu ada beberapa defenisi kebijakan
secara positif dan bisa meminimalkan publik yang disampaikan beberapa ahli
ketimpangan-ketimpangan misalnya lainnya seperti :
adanya dominasi dari satu pihak atas 1. Richard Rose (1969: 79) menyebut

264 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

kebijakan publik sebagai serangkaian Kebijakan publik sebagai bagian dari


kegiatan yang sedikit banyak berhu- suatu kegiatan memiliki sifat yaitu:
bungan beserta konsekuensi-konse- 1. Policy demands atau permintaan
kuensinya bagi mereka yang bersang- kebijakan yaitu permintaan/kebu-
kutan daripada sebagai suatu kepu- tuhan/klaim yang dibuat oleh warga
tusan tersendiri. Meskipun defenisi masyarakat secara pribadi/kelompok
ini dinilai ambigu namun defenisi ini dengan resmi dalam sistem politik oleh
juga mampu memberi arah atau pola karena adanya masalah yang mereka
kegiatan dan bukan sekedar suatu rasakan. Permintaan tersebut dapat
keputusan untuk melakukan sesuatu. berupa desakan secara umum kepada
(dalam Winarno, 2007: 17). pemerintah dimana pemerintah harus
2. Carl Friedrich (1969:79) menyatakan melakukan sesuatu ataupun berupa
kebijakan adalah serangkaian tin- usulan untuk bertindak dalam ma-
dakan/kegiatan yang diusulkan oleh salah tertentu. Keinginan publik akan
seseorang, kelompok, atau peme- penyelesaian suatu masalah yang
rintah dalam suatu lingkungan mendorong lahirnya sebuah kebijakan
tertentu dimana terdapat hambatan- publik yang dibuat untuk memuaskan
hambatan (kesulitan-kesulitan) dan warga.
kemungkinan-kemungkinan (kesem- 2. Policy decisions atau putusan kebijakan
patan-kesempatan) dimana kebijakan yaitu putusan yang dibuat oleh pejabat
tersebut diusulkan agar berguna publik yang memerintahkan untuk
dalam mengatasi untuk mencapai memberi arahan pada kegiatan-kegiatan
tujuan yang dimaksud. kebijakan misalnya mengeluarkan kete-
3. James Anderson (1984:3) memberi tapan, mengeluarkan atau mengu-
pengertian tentang kebijakan publik mumkan perintah eksekutif, mengu-
sebagai serangkaian kegiatan yang mumkan aturan administratif, atau
mempunyai maksud/ tujuan tertentu membuat interpretasi hukum yang
yang diikuti dan dilaksanakan oleh penting.
seorang aktor atau sekelompok aktor 3. Policy statements atau pernyataan
yang berhubungan dengan suatu kebijakan yaitu ungkapan secara
permasalahan atau suatu hal yang formal atau artikulasi dari keputusan
diperhatikan. Konsep kebijakan politik yang telah ditetapkan
ini menitikberatkan pada apa yang misalnya ketetapan legislatif, dekrit
sesungguhnya dikerjakan daripada dan perintah eksekutif, peraturan
apa yang diusulkan atau dimaksud. administratif, pendapat pengadilan,
4. Leslie A. Pal (1987:4) mengemukakan pidato-pidato yang dilakukan oleh
bahwa kebijakan diartikan “as a course pejabat publik yang menandakan
of action or inaction choosen by public maksud dan tujuan dari pemerintah
authorities to address a given problem serta apa yang akan dikerjakan untuk
or interelated set of problems.” (dalam mewujudkannya
Widodo, 2007: 12). 4. Policy output atau hasil kebijakan

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 265


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

adalah “perwujudan nyata” dari Perumusan masalah dapat membantu


kebijakan publik; yaitu sesuatu yang menemukan asumsi-asumsi
dikerjakan menurut keputusan dan yang tersembunyi, mendiagnosis
pernyataan kebijakan. Output juga penyebab-penyebabnya, memetakan
bisa dikatakan sebagai apa yang tujuan-tujuan yang memungkinkan,
dikerjakan pemerintah namun berbeda memadukan pandangan-pandangan
dengan apa yang akan dikerjakan yang bertentangan, dan merancang
oleh pemerintah. Kebijakan biasanya peluang-peluang kebijakan yang baru.
dititikberatkan pada masalah- 2. Tahap formulasi kebijakan yaitu tahap
masalah seperti pengumpulan pajak, dimana para pejabat merumuskan
blokade pada pedagang kaki lima, alternatif kebijakan untuk mengatasi
pembangunan jalan raya, dll masalah. Alternatif kebijakan melihat
5. Policy outcomes atau akibat dari perlunya membuat perintah eksekutif,
kebijakan adalah konsekuensi keputusan peradilan, dan tindakan
kebijakan yang diterima masyarakat, legislatif. Dari sisi analisis kebijakan,
baik yang diinginkan atau tidak tahap ini disebut tahap peramalan.
diinginkan yang berasal dari apa yang Peramalan dapat menyediakan
dikerjakan atau yang tidak dikerjakan pengetahuan yang relevan dengan
oleh pemerintah.(Agustino, 2008: 10) kebijakan tentang masalah yang akan
terjadi di masa mendatang sebagai
Kebijakan publik sendiri merupakan akibat dari diambilnya alternatif,
sebuah hasil dari proses yang panjang. Ada termasuk tidak melakukan sesuatu.
banyak pendapat yang menyampaikan Peramalan dapat menguji masa depan
tentang proses sebuah kebijakan publik. yang plausibel, potensial, dan secara
Dunn (1999: 24-29) menyampaikan salah normatif bernilai, mengestimasi
satunya dimana sebuah proses kebijakan akibat dari kebijakan yang ada atau
publik melewati beberapa tahap yaitu: yang diusulkan, mengenali kendala-
1. Tahap penyusunan agenda yaitu kendala yang mungkin akan terjadi
tahap dimana pejabat yang dipilih dalam pencapaian tujuan, dan
dan diangkat menempatkan masalah mengestimasi kelayakan politik dari
pada agenda publik. Banyak ma- berbagai pilihan.
salah tidak disentuh sama sekali, 3. Tahap adopsi kebijakan yaitu tahap
sementara lainnya ditunda untuk dimana alternatif kebijakan yang
waktu lama. Jika dilihat dari analisis diadopsi dengan dukungan mayoritas
kebijakan, tahap ini disebut dengan legislatif, konsensus diantara direktur
tahap rumusan masalah. Perumusan lembaga, atau keputusan peradilan.
masalah dapat memasok pengetahuan Sisi analisis kebijakan tahap adopsi
yang relevan dengan kebijakan yang dikenal dengan rekomendasi.
mempersoalkan asumsi-asumsi yang Rekomendasi akan menghasilkan
mendasari defenisi masalah dan pengetahuan yang relevan dengan
memasuki proses pembuatan kebi- kebijakan tentang manfaat atau biaya
jakan melalui penyusunan agenda. dari berbagai alternatif yang akibatnya

266 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

di masa mendatang telah diestimasikan yang telah terselesaikan dan menyum-


melalui peramalan. Rekomendasi bang klarifikasi serta kritik terhadap
membantu mengestimasi tingkat nilai-nilai yang mendasari kebijakan
resiko dan ketidakpastian, disamping membantu dalam penye-
mengenali eksternalitas dan akibat suaian dan perumusan kembali
ganda, menentukan kriteria dalam masalah
pembuatan pilihan, dan menentukan
pertanggungjawaban administratif Berbicara tentang pelaksanaan
bagi implementasi kebijakan. di lapangan sebuah kebijakan berarti
membicarakan tahapan keempat yaitu
4. Tahap implementasi kebijakan yaitu
tahap implementasi kebijakan. Imple-
tahap dimana kebijakan yang telah
mentasi kebijakan publik memiliki
diambil dilaksanakan oleh unit-unit
banyak pengertian. Van Meter dan Van
administrasi yang memobilisasikan
Horn (1975) menyebutkan implementasi
sumber daya finansial dan manusia.
sebagai tindakan-tindakan yang
Tahap analisis kebijakan pada tahap
dilakukan baik oleh individu-individu
implementasi disebut dengan peman-
atau pejabat-pejabat atau kelompok-
tauan (monitoring). Pemantauan
kelompok pemerintah atau swasta yang
menyediakan pengetahuan yang
diarahkan pada tercapainya tujuan-
relevan dengan kebijakan tentang
tujuan yang telah digariskan dalam
akibat dari kebijakan yang diambil sebe-
keputusan kebijakasanaan. Artinya secara
lumnya. Pemantauan akan membantu
sederhana implementasi dapat dipahami
menilai tingkat kepatuhan, menemukan
sebagai cara agar sebuah kebijakan
akibat-akibat yang tidak diinginkan dari
dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan
kebijakan dan program, mengidentifikasi
pengertian yang disebutkan Van Meter
hambatan dan rintangan implementasi,
dan Van Horn, implementasi kebijakan
dan menemukan letak pihak-pihak
menyangkut 3 hal yaitu: adanya tujuan
yang bertanggung jawab pada setiap
atau sasaran kebijakan, adanya aktivitas
kebijakan.
atau kegiatan pencapaian tujuan, dan
5. Tahap penilaian yaitu tahap dimana
adanya hasil kegiatan.(Meter &Horn,
unit-unit pemeriksaan dan akuntansi
dikutip Agustino, 2008:139).
dalam pemerintahan menentukan apa-
Menurut Riant (2008 : 433) ada 2 cara
kah badan-badan eksekutif, legislatif,
agar sebuah kebijakan dapat diimple-
dan peradilan memenuhi persyaratan
mentasikan yaitu langsung mengim-
undang-undang dalam pembuatan
plementasikan dalam bentuk program
kebijakan dan pencapaian tujuan.
atau membuat formulasi kebijakan
Evaluasi membuahkan pengetahuan
derivat atau turunan dari kebijakan
yang relevan dengan kebijakan ten-
publik tersebut. Sebagai sebuah UU
tang ketidak sesuaian antara kinerja
memerlukan peraturan pelaksana yang
kebijakan yang diharapkan dengan
lebih operasional sehingga amanat UU
yang benar-benar dihasilkan. Eva-
tersebut bisa dijalankan.
luasi akan menghasilkan kesimpulan
mengenai seberapa jauh masalah Implementasi sebuah kebijakan dapat

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 267


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

dijelaskan dengan beberapa pendekatan. Denise Scheberle (1997). (dalam, Riant,


Pendekatan ini juga bermacam-macam. 2008: 437-438).
Leon dan Leon (2001) menyebutkan ada Van Meter dan Van Horn, (dalam
3 pendekatan di implementasi kebijakan. Leo, 2008:144), mengandaikan bahwa
Pendekatan ini dikenal dengan istilah implementasi kebijakan berjalan
generasi. Generasi I muncul pada sekitar secara linier dari keputusan politik
1970-an dimana pendekatan ini memahami yang tersedia, pelaksana, dan kinerja
implementasi kebijakan sebagai masalah- kebijakan publik. Van Metter dan Van
masalah yang terjadi antara kebijakan dan Horn menyampaikan ada 6 variabel yang
eksekusinya. Tokoh generasi ini antara mempengaruhi kinerja kebijakan publik
lain Graham T. Allison. Generasi II muncul yaitu:
sekitar tahun 1980-an yaitu generasi
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
yang mengembangkan pendekatan
Kinerja implementasi kebijakan dapat
implementasi kebijakan yang bersifat dari
diukur tingkat keberhasilannya jika
atas ke bawah (top-downer perspective).
ukuran dan tujuan dari kebijakan
Perspektif ini cocok dengan birokrasi yang
memang realistis dengan sosio kultur
menjalankan kebijakan yang diputuskan
yang ada di level pelaksana kebijakan.
lebih bersifat politis. Peneliti yang identik
Ketika ukuran kebijakan atau tujuan
dengan pendekatan semacam ini antara
kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu
lain Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
utopis) untuk dilaksanakan di level
(1983), Robert Nakamura dan Frank
warga maka agak sulit memang
Smallwood (1980), dan Paul Berman (1980).
merealisasikan kebijakan publik
Saat yang hampir bersamaan dengan
hingga titik yang dapat dikatakan
model top downer, muncul kebalikan dari
berhasil.
top downer yaitu bottom upper. Pendekatan
ini dikenalkan oleh Michael Lipsky 2. Sumberdaya
(1971,1980), Benny Hiern (1982,1983). Keberhasilan proses implementasi
Terakhir, generasi ketiga sekitar 1990- kebijakan sangat tergantung dari
an yang kemukakan oleh Malcolm kemampuan memanfaatkan sumber-
L. Goggin (1990) memperkenalkan daya yang tersedia. Manusia meru-
pendekatan ketiga yaitu implementasi pakan sumberdaya yang terpenting
yang memperhitungkan variabel perilaku dalam menentukan suatu keberhasilan
aktor pelaksana implementasi kebijakan proses implementasi. Tahap-tahap
yang dianggap lebih menentukan keber- tertentu dari keseluruhan proses
hasilan implementasi kebijakan. Saat implementasi menuntut adanya
yang sama juga muncul pendekatan si- sumberdaya manusia yang berkualitas
tuasional dalam implementasi dimana sesuai dengan pekerjaan yang
implementasi kebijakan banyak didukung diisyaratkan oleh kebijakan yang telah
oleh adaptabilitas implementasi kebijakan ditetapkan secara apolitik. Tetapi
tersebut. Tokoh-tokoh yang terkenal ketika kompetensi dan kapabilitas
dengan pendekatan ini antara lain Richard dari sumber-sumberdaya itu nihil
Matland (1995),Helen Ingram (1990), dan maka kinerja kebijakan publik sangat

268 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

sulit untuk diharapkan. Sumberdaya memungkinkan para pengambil


lain adalah sumberdaya finansial keputusan berasal dari kalangan
dan sumberdaya waktu. Kedua yang tidak menyentuh kebutuhan,
sumberdaya ini juga penting karena keinginan, atau persoalan yang warga
keterbatasan sumberdaya finansial ingin selesaikan.
atau waktu yang terbatas meski 5. Komunikasi antarorganisasi dan
tersedia orang-orang yang kompeten Aktivitas Pelaksana
untuk melaksanakan sebuah kebijakan
Koordinasi merupakan mekanisme
bisa membuat sebuah kebijakan
yang ampuh dalam implementasi
berjalan dengang tidak optimal. Maka
kebijakan publik. Semakin baik koor-
Van Metter dan Van Horn menekankan
dinasi komunikasi diantara pihak-
kombinasi ketiga sumberdaya ini.
pihak yang terlibat dalam suatu pro-
3. Karakteristik Agen Pelaksana ses implementasi maka asumsinya
Agen pelaksana dalam konteks ini kesalahan-kesalahan akan sangat kecil
adalah organisasi formal dan organi- untuk terjadi. Begitu juga sebaliknya.
sasi informal yang akan terlibat 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan
pengimplementasian kebijakan Politik
publik. Hal ini juga penting karena
Lingkungan eksternal pasti berpe-
kinerja implementasi kebijakan sa-
ngaruh dalam implementasi kebijakan.
ngat dipengaruhi oleh ciri-ciri yang
Lingkungan sosial ekonomi dan
tepat serta cocok dengan para agen
politik yang tidak kondusif dapat
pelaksananya. Cakupan atau luas
menjadi biang keladi dari kegagalan
wilayah implementasi kebijakan perlu
kinerja implementasi kebijakan karena
diperhitungkan manakala hendak
upaya untuk mengimplementasikan
menentukan agen pelaksana. Semakin
kebijakan harus pula memperhatikan
luas cakupan implementasi kebijakan
kekondusifan kondisi lingkungan
maka seharusnya semakin besar pula
eksternal.
agen yang dilibatkan.
4. Sikap/Kecendrungan para pelaksana Relasi variabel-variabel dari faktor
Sikap penerimaan atau penolakan pengaruh keberhasilan kebijakan versi
dari agen pelaksana akan sangat Van Metter dan Van Horn digambarkan
banyak mempengaruhi keberhasilan dalam model dibawah ini:
atau tidaknya kinerja implementasi
kebijakan publik. Pendapat ini
didasarkan pandangan bahwa
kebijakan lahir dan dilaksanakan tidak
selalu dari masyarakat yang tahu
persoalan yang akan diselesaikan oleh
kebijakan tersebut sehingga penolakan
sangat mungkin akan terjadi. Lagi
pula sifat kebijakan yang top down

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 269


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

Bagan 1
Implementasi Kebijakan Versi Van Metter dan Van Horn
Sumber : (Metter & Horn, dalam Leo, 2008:144),

UU No.14 tahun 2008 tentang KIP Dalam konteks Indonesia rumusan


sebagai Kebijakan Komunikasi Sistem Komunikasi (selanjutnya disebut
Bagian sebelumnya sudah membe- SKI atau Sistem Komunikasi Indonesia)
rikan gambaran singkat tentang pemikiran dibuat berdasarkan focus of interest ilmu
tentang kebijakan komunikasi. Gambaran komunikasi yang mendasarkan pada
awal tersebut menjelaskan bahwa informasi dan media. UU No.14 tahun
kebijakan komunikasi bila dipandang 2008 tentang KIP memfokuskan obyeknya
sebagai sebuah disiplin ilmu adalah pada persoalan informasi khususnya
salah satu perspektif komunikasi dimana informasi publik.
diperlukan teori untuk keperluan analisis Kedua, kebijakan komunikasi dibuat
dalam suatu disiplin keilmuan dengan untuk melancarkan Sistem Komunikasi.
objek formal yang berbeda. Selain itu bab Lalu Sistem Komunikasi apa yang akan
sebelumnya juga memberikan pengertian dilancarkan dengan dikeluarkannya
tentang kebijakan komunikasi, 3 bagian- UU No.14 tahun 2008 tentang KIP ini?
bagian kebijakan komunikasi, tujuan Komunikasi organisasi merupakan salah
kebijakan komunikasi, dan 5 kriteria satu dimensi dari komunikasi. Badan
kebijakan komunikasi. publik merupakan sebuah organisasi
UU No.14 tahun 2008 tentang yang juga melakukan sebuah proses
KIP merupakan sebuah kebijakan komunikasi baik secara internal maupun
komunikasi. Ada beberapa alasan yang eksternal. Aktivitas sebuah organisasi
menjadikan UU ini sebagai sebuah perlu disampaikan atau dikomunikasikan
kebijakan komunikasi. Alasan –alasan kepada khalayak luas menjadi sebuah
tersebut yaitu : pertama, sebuah informasi yang tentu penting. Informasi
kebijakan komunikasi dibuat bertujuan ini terkadang menjadi sebuah obyek yang
untuk melancarkan sistem komunikasi. strategis karena dari informasi ini menjadi

270 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

sumber untuk mengetahui kinerja badan keterkaitan kebijakan komunikasi dengan


publik. Maka, untuk melancarkan proses sesuatu yang melingkupi dirinya seperti
berkomunikasi sebuah organisasi (dalam politik-ekonomi, politik komunikasi,dll.
hal ini badan publik) diperlukan sebuah Domain kebijakan komunikasi berarti
kebijakan atau regulasi tentang informasi muatan nilai yang dikandung dalam
yaitu perlunya sebuah kebebasan untuk sebuah kebijakan komunikasi seperti
mengetahui informasi dari badan publik globalisasi, ekonomi global,dll. Sedangkan
tersebut. paradigma lebih kepada kerangka cita-
Selain itu informasi dapat diaso- cita yang menjadikan tujuan kebijakan
siasikan sebagai sebuah pesan dalam komunikasi tersebut.(Abrar, 2008:4). Dalam
proses komunikasi. Jika dalam sebuah UU No. 14 tahun 2008, hal yang paling
proses komunikasi khususnya dalam mudah diperhatikan yaitu paradigma atau
proses whos says what to whom in which kerangka cita-citanya yaitu pengelolaan
channel with what effect terdapat sebuah informasi publik merupakan salah satu
ketidaklancaran maka diperlukan sebuah upaya untuk mengembangkan masyarakat
kebijakan komunikasi. UU No 14 tahun informasi. Jika dapat diskemakan secara
2008 diharapkan bisa melancarkan sebuah lebih sederhana kaitan antara kebijakan
proses penyampaian pesan/what tadi. komunikasi sebagai sebuah kebijakan
publik dengan implementasinya serta
Ketiga, sebuah kebijakan komunikasi
tujuannya maka hasilnya dapat dilihat
memiliki 3 bagian penting yaitu konteks,
sebagai berikut:
domain, dan paradigma. Konteks berarti

Bagan 2
Skema Kebijakan Komunikasi

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 271


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

Pembahasan pada tahap praktik. Faktor tersebut yaitu


Harus diakui implementasi UU No. faktor implementasi di lapangan dan
14 tahun 2008 tentang KIP ini sangat faktor UU nya itu sendiri. Ringkasan
lambat hampir di seluruh Indonesia. Ada singkat mengenai gambaran-gambaran
banyak faktor yang membuat lambatnya faktor ini dapat dilihat dari tabel dibawah
proses implementasi terutama tahap ini:

No Hal Faktor di Lapangan Faktor UU dan aturan


pendukung
1. Organ Pendukung -Pembentukan Komisi Masih belum detail pasalnya
Informasi yang masih sangat yang mengatur tentang
lambat hampir di seluruh Komisi Informasi Provinsi.
Indonesia.
- UU dan Aturan Pendukung
- PPID (Pejabat Pengelola tidak sinkron.
Informasi dan Dokumentasi)
2. Proses dan Badan Publik masih Pasal 17 tentang informasi
praktek kebingungan praktek yang dikecualikan
pengelolaan informasi berpeluang besar bersifat
khususnya pengujian pasal karet.
konsekuensi

3. Budaya birokrasi Budaya kerja di birokrasi Istilah penunjukan PPID di


pemerintah pemerintah khususnya di pasal 13 berpotensi membuat
bidang transparansi dan etos kinerja tidak optimal.
kerja masih rendah

Gambaran singkat mengenai tabel memiliki wewenang untuk memutuskan


di atas dapat diuraikan secara berurutan membuka atau menutup sebuah
sebagai berikut : pertama, persoalan informasi dalam sengketa informasi.
organ pendukung merupakan persoalan Begitu strategisnya posisi, peran
yang pelik. Organ pendukung dalam dan wewenang Komisi Informasi ini
konteks ini adalah Komisi Informasi membuat proses pembentukannya pun
di tingkat Provinsi maupun Pejabat lambat. Sampai saat ini, praktis, kurang
Pengelola Informasi dan Dokumentasi. dari 10 provinsi saja di seluruh Indonesia
UU ini mengamanatkan dibentuknya yang sudah memiliki Komisi Informasi
Komisi Informasi di tingkat pusat, Provinsi. Provinsi DI Yogyakarta sendiri
provinsi mauupun kabupaten (optional). baru hingga pada tahap keluarnya
Berdasarkan bab IV UU No.14 tahun 2008 nama­nama komisioner hasil fit and
mulai pasal 23 hingga pasal 46 mengenai propertest DPRD namun itupun belum
Komisi Informasi, disebutkan fungsi, dilantik secara resmi. Belajar pada proses
susunan, wewenang,tugas, pertanggung pembentukan KI Provinsi di DIY, patut
jawaban hingga proses penyelesaian dicermati dinamika faktor-faktor yang
sengketa informasi. Berdasarkan pasal- bisa menjadi pertimbangan mengapa
pasal ini, peran Komisi Informasi sangat proses pembentukan KI Provinsi sangat
strategis dan penting karena komisi lambat. Kehadiran KI Provinsi dengan

272 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

besarnya peran dan wewenang juga bisa kinerja yang optimal. Contohnya di
sedikit mengusik badan publik karena Provinsi DI Yogyakarta. PPID baru
harus segera menyiapkan dirinya. Jadi dibentuk Gubernur berdasarkan
semakin lambat KI Provinsi terbentuk Keputusan Gubernur DIY No. 338/KEP/
tentu semakin baik pula bagi badan 2010 tentang Pejabat Pengelola Informasi
publik. Dan Dokumentasi Daerah Gubernur
Tataran UU juga menyimpan Istimewa Yogyakarta. Keputusan ini
persoalan, misalnya, pada proses menghasilkan PPID dijabat oleh Kepala
pengangkatan atau rekruitmen Dishubkominfo DIY dibantu oleh PPID
calon anggota KI Provinsi. Pasal 25 Pembantu di setiap badan publik di
menyebutkan bahwa anggota KI Provinsi tingkat provinsi. Tapi belakangan pun
dan/ KI Kabupaten/Kota berjumlah formasi ini masih berpotensi berubah
5 orang yang mencerminkan unsur karena adanya ketidaksesuaian dengan
pemerintah dan unsur masyarakat. Proses Surat dari Kemendagri. Sejak dibentuk
perekrutan untuk unsur masyarakat berdasarkan Keputusan Gubernur ini,
bisa dikatakan lebih rinci tahapannya PPID belum bisa menjalankan fungsinya
tetapi untuk unsur pemerintah tidak secara optimal. Lagi-lagi alasan terbesar
jelas bagaimana prosesnya. Apakah yaitu KI Provinsi yang belum dilantik
ditentukan oleh pemerintah daerah atau hingga saat ini. Padahal KI Provinsi lah
tetap melewati tahapan layaknya unsur yang juga harus bertugas melakukan
masyarakat. Pada bagian penjelasan juga sosialisasi ke badan-badan publik.
tidak disebutkan secara jelas. Seharusnya PPID diatur dalam UU No. 14 tahun
ada aturan setingkat PP (Peraturan 2008 tentang KIP sebagai dasar hukum
Pemerintah) yang mengatur hal ini tertinggi. PPID kembali diperjelas dalam
karena defenisi “unsur pemerintah” PP No. 61 tahun 2010 tentang Pelaksanaan
juga memiliki tafsiran yang bermacam- Undang-Undang Nomor 14 tahun
macam. Ada yang berpendapat harus PNS 2008 tentang Keterbukaan Informasi
aktif namun ada juga yang berpendapat Publik yang juga membahas PPID di
tidak harus PNS aktif melainkan orang- pasal 12, 13, 14,15. UU maupun PP ini
orang yang tahu seluk beluk birokrasi menyebutkan bahwa PPID ditunjuk oleh
meskipun bukan PNS aktif. pimpinan badan publik negara yang
UU ini mengamanatkan di setiap bersangkutan. PPID dalam menjalankan
badan publik harus memiliki PPID (Pejabat tugasnya dibantu oleh pejabat fungsional
Pengelola Informasi dan Dokumentasi). di badan publik yang bersangkutan.
PPID ini bertugas dan bertanggung Ketidaksesuaian antar aturan hukum
jawab di bidang penyimpanan, muncul ketika keluar Peraturan Menteri
pendokumentasian, penyediaan, dan/ Dalam Negeri Nomor 35 tahun 2010
atau pelayanan informasi di badan tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan
publik. Artinya PPID merupakan ujung Informasi Dan Dokumentasi Di
tombak di setiap badan publik untuk Lingkungan Kementerian Dalam Negeri
melayani permohonan informasi dari dan Pemerintah Daerah tertanggal 14 mei
pemohon informasi publik. Tapi PPID di 2010.
badan publik hingga 3 tahun setelah UU Dalam Permendagri ini disebutkan
ini disahkan atau 1 tahun setelah UU ini bahwa PPID di lingkungan Kementrian
resmi diberlakukan belum menunjukkan Dalam Negeri dibantu oleh PPID

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 273


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

Pembantu yang berada di lingkungan besarnya implikasi UU ini membuat


komponen dan/atau Pejabat fungsional. badan publik bersikap hati-hati dan
Artinya muncul istilah baru yaitu PPID menunggu. Terutama di daerah-daerah
Pembantu yang tidak disebutkan di dalam yang belum memiliki KI Provinsi,
aturan hukum lebih tinggi seperti UU dan kecendrungan untuk bergerak melambat
PP nya. Kembali mengambil contoh kasus semakin menguat. Kehati-hatian badan
Provinsi D.I. Yogyakarta, Permendagri publik dalam mempraktekkan UU
No. 35 tahun 2010 ini direspon oleh ini juga dipengaruhi masih terdapat
Gubernur DIY dengan mengeluarkan kebingungan secara teknis operasional.
Keputusan Gubernur DIY No. 338/KEP/ Memang KI Pusat sudah mengeluarkan
2010 tentang Pejabat Pengelola Informasi Peraturan KI No. 1 tahun 2010 tentang
Dan Dokumentasi Daerah Gubernur Standar Layanan Informasi Publik
Istimewa Yogyakarta tertanggal 28 sebagai petunjuk teknis. Dalam sosialisasi
desember 2010. Keputusannya, PPID peraturan berbentuk buku ini juga sudah
di Provinsi DIY dijabat oleh Kepala dicantumkan prosedurnya, jenis-jenis
Dishubkominfo D.I.Yogyakarta dengan standar layanan informasi publiknya
dibantu oleh PPID Pembantu yang dijabat hingga lampiran-lampiran yang harus
sebagian besar oleh Sekretaris Dinas, dibuat badan publik. Tetapi dipastikan
Badan maupun Kepala Bagian di tingkat masih ada kebingungan dari badan
provinsi DIY. Sangat disayangkan, publik. Hal yang paling sederhana adalah
Provinsi DIY terlambat mendapatkan uji konsekuensi dalam penentuan layak
surat Menteri Dalam Negeri Republik tidaknya sebuah informasi diberikan
Indonesia nomor 188.2/3435/Sj tentang kepada publik/pemohon informasi
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor publik. Berdasarkan UU di pasal 19,
14 tahun 2008 tentang KIP tertanggal 23 tugas ini dijalankan oleh PPID badan
Agustus 2010 yang memutuskan ada 4 publik dimana PPID wajib melakukan
kategori penunjukkan dan Pengangkatan pengujian tentang konsekuensi terkait
PPID. Provinsi D.I Yogyakarta termasuk informasi yang dikecualikan sebelum
dalam kategori c yaitu “bagi daerah memutuskan memberikan atau tidak
yang memiliki Dinas Komunikasi dan sebuah informasi publik. Alasan untuk
Informatika dan juga memiliki Biro/ menerima dan menolak ini pun harus
Bagian Humas, mengingat pelayanan disampaikan secara tertulis di dalam
informasi merupakan fungsi komunikasi jawaban badan publik atas permohonan
atau hubungan masyarakat, Kepala Biro/ pemohon informasi publik. Tetapi uji
Bagian Humas ditunjuk dan diangkat konsekuensi ini bisa menjadi sangat
sebagai PPID”. Surat Menteri Dalam subyektif apalagi berdasarkan pasal 17
Negeri ini baru didapatkan pada 2011 tentang informasi yang dikecualikan
dimana Keputusan Gubernur sudah yang bersifat multitafsir. Kedalaman
dikeluarkan terlebih dahulu. Artinya pertimbangan juga bisa menjadi
Keputusan Gubernur ini berpotensi permasalahan tersendiri. Hal ini tentu saja
mubazir karena tidak sesuai dengan berkaitan dengan budaya transparansi
Surat Menteri Dalam Negeri tersebut. badan publik itu sendiri nantinya.
Kedua, persoalan praktik UU No. 14 Faktor isi pasal UU ini menjadi
tahun 2008 tentang KIP ini di lapangan isu krusial khususnya pasal 17 tentang
juga tersendat. Harus diakui, begitu informsi yang dikecualikan. Kita ingat

274 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

kasus rekening gendut POLRI yang negara yang dikemplang oleh wajib
akhirnya diputuskan harus dibuka pajak. Atau misalnya informasi berapa
berdasarkan keputusan Komisi Informasi hasil kekayaan minyak kita. Apakah
Pusat. Artinya, informasi yang dianggap benar kita terbebani dengan subsidi BBM?
berbahaya atau membahayakan badan Berapa barel sebenarnya hasil minyak
publik, pimpinan atau orang-orang bumi kita? Jika dikalikan dengan harga
di dalamnya menjadi sangat rentan minyak mentah dunia dikurangi dengan
untuk ditutup. Pasal 17 memang sudah biaya impor minyak untuk menutupi
menyebutan informasi apa saja yang kekurangan konsumsi minyak dalam
dikecualikan untuk dibuka. Informasi negeri, berapa sebenarnya sumbangan
tersebut meliputi informasi yang jika minyak bumi untuk APBN kita?
dibuka dapat menghambat proses Mungkin kita bisa mengetahui jawaban
penegakan hukum, dapat mengganggu apakah kita perlu menaikkan harga BBM
kepentingan perlindungan hak atas atau bahkan kita bisa tahu dimana celah
kekayaan intelektual dan perlindungan permainan mafia terkait pertambangan.
dari persaingan usaha tidak sehat, Namun pemerintah lebih memilih untuk
informasi yang membahayakan menutup informasi ini.
pertahanan dan keamanan negara, Ketiga, budaya kerja khususnya
mengungkapkan kekayaan alam budaya birokrasi pemerintah tak bisa
indonesia, merugikan ketahanan disepelekan begitu saja. Harus diakui
ekonomi negara, informasi yang dapat budaya kerja terutama etos kerja dan
merugikan kepentingan hubungan transparansi birokrasi pemerintah masih
luar negeri, informasi yang dapat rendah. Masalah transparansi sudah
mengungkapkan isi akta otentik yang disinggung sedikit di atas. Pemerintah
bersifat pribadi dan kemauan terkahir lebih memilih menutup informasi yang
ataupun wasiat seseorang, dan informasi sebenarnya masih perlu dan penting
yang dapat mengungkapkan rahasia untuk diketahui. Misalnya, informasi
pribadi seseorang. Pasal ini masih sangat mengenai kekayaan alam Indonesia.
lentur untuk dipraktekkan. Penentuan Transparansi merupakan salah satu
sebuah informasi termasuk dalam tujuan dari keterbukaan informasi publik
kategori dikecualikan bisa saja bukan atau kebebasan informasi. Kebebasan
karena pertimbangan bahaya sebuah informasi juga berkait dengan ciri
negara atau kerugian ekonomi, atau lain negara demokrasi yang memerlukan
hal tetapi karena ada sebuah kejahatan ketersediaan informasi yang sempurna/
yang harus ditutupi. Sekedar contoh, bulat karena ruang rahasia negara,
informasi mengenai kekayaan alam rahasia korporat, dan rahasia pribadi
indonesia. Informasi ini tentu masih bisa perlu menyempit, dan ruang informasi
diperdebatkan apakah perlu dibuka atau publik melebar.(Amirudin, 2009).
tidak. Jika saja kita dapat mengetahui
Syarat ini tentu berbeda dengan
berapa kekayaan tambang di Indonesia
ciri negara otoritarianisme dimana
mungkin kita bisa menghitung berapa
diperlukan perlindungan terhadap
sebenarnya pendapatan yang harusnya
negara, korporat, dan pribadi yang sama
diterima negara, berapa pajak yang harus
sama kuat sehingga diperlukan informasi
dibayarkan oleh perusahaan tambang
rahasia sebanyak-banyaknya. Pergulatan
tersebut, apakah sudah sesuai dengan
antara kebebasan informasi di Indonesia
kenyataan atau masih banyak pajak

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 275


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

semakin menguat ketika pemerintah Informasi Dan Dokumentasi Di


berinisiatif mengajukan RUU Rahasia Lingkungan Kementrian Dalam Negeri
Negara. Sebagian pihak menduga, dan Pemerintah Daerah tertanggal 14 mei
RUU ini merupakan respon pemerintah 2010 menyebutkan PPID dibantu oleh
terhadap keluarnya UU KIP ini. Merasa PPID Pembantu. Dalam kasus Provinsi
sedikit terusik karena diminta untuk D.I.Y, Gubernur D.I.Y mengeluarkan
lebih transparan, pemerintah berusaha susunan PPID dan PPID Pembantu. Hal
menutup informasi kembali. Artinya, ini juga berpotensi melanggar UU. Selain
pemerintah bukan saja belum siap untuk tidak ada istilah PPID Pembantu dalam
bersikap transparan di level praktek UU nya, dengan adanya formasi PPID
namun di level wacana tampakanya Pembantu bisa membuat proses menjadi
pemerintah juga tidak terlalu mau untuk lebih panjang bagi pemohon informasi
menuruti amanat UU ini. publik. Sekedar contoh, bila ada sebuah
Selain budaya tranparan yang belum informasi di suatu dinas yang dijabat
menjadi kesadaran, nilai etos kerja juga PPID Pembantu (konteks D.I.Y) belum
patut diperhatikan. UU ini menuntut terklasifikasikan sebagai informasi yang
para badan publik untuk bekerja secara bisa diberikan atau berstatus sebagai
profesional, teliti, dan tranparan. Artinya informasi yang dikecualikan maka akan
ada beban tambahan yang diberikan berpotensi terjadi pelimpahan kepada
kepada badan publik, katakanlah para PPID sebagai tingkatan yang lebih tinggi.
PNS. Para PNS terutama yang ditunjuk Harapannya, PPID lah yang memutuskan.
menjadi PPID memiliki pekerjaan Kemudian PPID baru akan memberikan
tambahan untuk melaksanakan UU jawaban kembali kepada PPID Pembantu
KIP ini. Padahal semangat atau etos untuk “mengeksekusi” informasi tersebut
kerja birokrasi pemerintah kita selama untuk diberikan atau ditolak. Artinya,
ini masih belum memuaskan apalagi proses menjadi lebih panjang, rumit dan
ditambah dengan pekerjaan baru. Salah jelas memakan waktu yang lebih lama.
satu alasan yang masuk akal adalah PPID Padahal di pasal 2 UU No. 14 tahun 2008
ditunjuk bukan diangkat. Seorang PPID tentang KIP disebutkan bahwa setiap
ditunjuk dari badan publik. Artinya informasi publik harus dapat diperoleh
seseorang yang akan menjabat PPID setiap Pemohon Informasi Publik dengan
sebelumnya sudah memiliki jabatan dan cepat dan tepat waktu, biaya ringan,
pekerjaan dan ketika ia ditunjuk sebagai dan cara sederhana. Dengan etos kerja
PPID maka pegawai tersebut memiliki birokrasi pemerintah yang masih rendah
pekerjaan tambahan yang sangat ditambah formasi yang tidak sepenuhnya
memungkinkan jabatan PPID ini menjadi sesuai dengan amanat UU maka akan
pekerjaan ”sekedar” saja. berpotensi terjadi pelanggaran UU
khususnya dalam semangat mewujudkan
UU No. 14 tahun 2008 tentang KIP
pelayanan cepat, tepat, dan sederhana.
di pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa
”Untuk mewujudkan pelayanan cepat,
Penutup
tepat, dan sederhana setiap badan publik
menunjuk Pejabat Pengelola Informasi Keterbukaan Informasi Publik
dan Dokumentasi.” Peraturan Menteri merupakan satu hal yang penting.
Dalam Negeri Nomor 35 tahun 2010 Penting karena ada beberapa alasan yang
tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan bisa disampaikan. Pertama, Kebebasan

276 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011


Agusly Irawan Aritonang Kebijakan Komunikasi di Indonesia...

informasi merupakan salah satu HAM karena ada sebuah kejahatan yang harus
dimana setiap orang berhak dan bebas ditutupi. Di sisi implementasi, persoalan
untuk mendapatkan informasi. Kedua, juga tak kalah kompleks. Keselarasan
Kebebasan Informasi merupakan salah dengan aturan penjelas di bawahnya juga
satu ciri demokrasi dimana rahasia negara, menyimpan persoalan yang meskipun
korporat, dan pribadi perlu menyempit, kecil pergeserannya namun bisa
dan ruang informasi publik seharusnya berdampak besar pada pelaksanaannya.
mendapatkan porsi yang lebih besar. Implementasi dengan terbentuknya
Ketiga, Kebebasan Informasi Publik akan organ-organ penting khususnya KI
menghadirkan tranparansi yang pada Provinsi juga menjadi perhatian serius
akhirnya semakin mendorong partisipasi karena hampir sebagian besar provinsi
masyarakat dalam pembangunan. di Indonesia belum memiliki KI
Logikanya, semakin banyak masayarakat Provinsi masing-masing. Sederhananya,
tahu tentang informasi tentang hal- keseriusan pemerintah dalam hal ini
hal yang berkaitan dengan hajat hidup badan publik patut dipertegas kembali
mereka entah itu kebijakan maupun apakah mereka benar-benar serius untuk
anggaran maka semakin mereka ingin memulai sikap dan budaya transparan
berpartisipasi minimal sebagai pengawas atau masih sekedar saja.
kinerja aparat-aparat negara yang Terakhir, kebijakan komunikasi
mengurus mereka. Terakhir, semakin sebagai sebuah perspektif ilmu
gencarnya informasi dan semakin komunikasi mencoba untuk menawarkan
banyaknya perputaran informasi maka pengetahuan yang pada akhirnya
masyarakat bergerak menuju ke arah bisa menghadirkan kesadaran bagi
bentuk masyarakat informasi. masyarakat untuk lebih cerdas menyikapi
Pemerintah bersama DPR memang sebuah kebijakan. Tentu saja karena
akhirnya menyepakati disahkannya UU sebuah kebijakan di bidang apa saja
No. 14 tahun 2008 tentang KIP ini. Tetapi termasuk kebijakan komunikasi bisa saja
sebagai sebuah produk, UU ini juga tak dianggap sebagai sebuah pesan (message/
lepas dari kritik baik dari sisi isi UU nya says what) dari pemerintah (who) kepada
maupun pelaksanaannya setidaknya masyarakat (to whom) yang disampaikan
hingga saat ini. Dari sisi isi teks, UU melalui sosialisasi dengan cara apa saja
ini masih menyimpan persoalan yang (in which channel) dengan efek yang
sangat berpotensi untuk menghadirkan mengikat (with what effect).
konflik ke depannya. Pasal karet yang
menjadi ciri hampir di seluruh UU
Indonesia menjadi persoalan yang DAFTAR PUSTAKA
serius di UU. Pasal 17 tentang informasi
Abrar, Ana Nadya, 2008, Kebijakan
yang dikecualikan menjadi isu yang Komunikasi : Konsep, Hakekat dan
kritis karena bisa menjadi ”andalan” Praktek. Yogyakarta: Penerbit Gaya
bagi badan publik untuk menolak Media.
pemohonan dari pemohon badan publik. Anderson, James E, 1984, Public Policy
Kekhawatirannya adalah alasan untuk Making. Holt,Rinehart and Winston.
menolak sebuah permohonan informasi New York
bukan karena murni informasi tersebut Agustino, Leo, 2008, Dasar-Dasar
benar-benar dikecualikan melainkan Kebijakan Publik. Bandung: CV

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 3, Juli 2011 277


Kebijakan Komunikasi di Indonesia... Agusly Irawan Aritonang

Alfabeta Bandung Siregar, Ashadi, 1998, ”UK adalah


Dunn, William N, 1999, Pengantar Media”.dalam Salam Aprinus
Analisis Kebijakan Publik.(edisi (Editor), Umar Kayam dan Jaring
ke-2). Yogyakarta. Gadjah Mada Semiotik.Yogyakarta: Pustaka
University Press. Pelajar.
Dye,Thomas, 1995, Understanding Public Subarsono, AG. 2005, Analisis Kebijakan
Policy. New Jersey : Prentice Hall. Publik. Konsep,Teori dan Aplikasi.
Friedrich, Carl J.1969. Man and His Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Government.New York: Mc Graw Winarno, Budi, 2007, Teori dan Proses
Hill. Kebijakan Publik. Yogyakarta :
Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. Media Pressindo.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Widodo, Joko, 2007, “Analisis Kebijakan
Rose Richard (ed).1969. Policy Making in Publik” Konsep dan Aplikasi
Great Britain. London: McMillan. Analisis Proses Kebijakan Publik.
Bayumedia Publishing : Malang.

278 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 2, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai