Anda di halaman 1dari 32

Dalam kehidupan berbangsa bernegara, kebijakan publik telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945

yang menjadi tonggak dasar untuk perumusan dan pengembangan berbagai rancangan kebijakan di masa
mendatang.

Beberapa contoh kebijakan publik yang tertuang dalam UUD 1945 diwujudkan dalam bentuk kebijakan
sebagai berikut.
1. Program wajib belajar 9 tahun yang tertuang dalam Pasal 31 ayat 1. Untuk mewujudkan
kebijakan ini, pemerintah bahkan menganggarkan dana yang cukup besar tiap tahunnya untuk
menujang berbagai fasilitas pendidikan dan meringankan biaya yang harus ditanggung orang tua
melalui program Bantuan Dana Operasional Sekolah (BOS).
2. Pengaturan mengenai pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dan pajak lainnya yang diatur
dalam Pasal 23 ayat 2.
3. Penegasan mengenai kedudukan setiap warga negara di mata hukum adalah sama, tak
terpengaruh perbedaan latar belakangnya diatur dalam Pasal 27 ayat 1.
4. Kebijakan mengenai kewajiban warga negara dalam berbagai kegiatan upaya bela negara
terangkum dalam Pasal 27 ayat 3.
5. Peraturan mengenai tata hidup warga negara untuk saling menghormati hak asasi warga negara
lain terkandung dalam Pasal 28J ayat 1.

Contoh Kebijakan dalam Peraturan Perundang-


Undangan
Dalam peraturan perundang-undangan, contoh kebijakan publik dapat kamu lihat melalui beberapa
aturan berikut.
1. Aturan penggunaan lambang negara, bendera, serta lagu kebangsaan Indonesia. Mengenai hal
ini Undang-Undang telah mengatur secara jelas mengenai pengaturan penggunaan atribut dan
dasar negara Indonesia.
2. Penetapan aturan hukum untuk pelaku Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Untuk
mengakomodir hal ini, pemerintah membentuk sebuah badan hukum yang bebas intervensi dan
campur tangan pihak manapun berupa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
3. Peraturan mengenai penyelenggaraan aspirasi maupun demonstrasi atau mimbar bebas
setidaknya harus memberitahukan kegiatan tersebut secara tertulis pada pihak Kepolisian
sekurang-kurangnya 3×24 jam sebelum acara tersebut digelar.

contoh Kebijakan Publik Berupa Pidato Pejabat Tinggi

Dalam beberapa kesempatan, pejabat tinggi, terutama Presiden, memberlakukan kebijakan yang bersifat
situasional dan kondisional terkait beberapa hal. Beberapa contoh yang bisa kamu temui adalah sebagai
berikut.
1. Pelaksanaan anjuran yang ditetapkan dalam pidato Presiden yang disampaikan setiap tanggal 17
Agustus.
2. Pelaksanaan anjuran yang disampaikan oleh Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota atau pejabat
lainnya melalui pidato peringatan Hari Besar Nasional.

Contoh Kebijakan Publik Berupa Program Pemerintah

Dalam kebijakan publik berupa program pemerintah, kamu dapat mengidentifikasinya dalam beberapa
program di bawah ini.
1. Penetapan peraturan daerah berdasarkan daerah masing-masing untuk mengatur dan memastikan
sinkronisasi dengan daerah-daerah yang ada di seluruh Indonesia, pemerintah menetapkan
peraturan terkait otonomi daerah.
2. Penetapan anggaran tahunan sesuai dengan yang termuat dan telah disetujui dalam Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

1
3. Perumusan, perancangan, dan pentapan kebijakan sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN).

Contoh Kebijakan Publik Berupa Tindakan Pemerintah


Contoh kebijakan publik yang dapat kamu dapati dari tindakan yang diambil pemerintah, antara lain:

1. Dukungan akan kegiatan kunjungan yang dilakukan oleh Presiden dan pejabat kementerian
untuk memperkuat hubungan diplomatik antarnegara.
2. Dukungan berupa kehadiran Presiden atau Menteri ke suatu daerah, kongres, acara muktamar,
munas, dan lain sebagainya untuk menunjukkan peran serta pemerintah dalam acara yang
bersangkutan.
3. Pemberian sambutan Presiden, Menteri, atau pejabat kepala daerah maupun jajarannya pada
kegiatan yang bersifat resmi atau protokoler.

Contoh Kebijakan Publik di Bidang Pendidikan


Dalam bidang pendidikan, banyak sekali kebijakan publik yang bisa kamu temukan. Beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. Pergantian kurikulum yang berubah menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan jaman. Hal ini
ditujukan untuk memajukan pendidikan Indonesia agar dapat berkembang mengikuti arus
globalisasi yang kian canggih dan maju. Kebijakan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Indonesia dan pembaharuan kurikulum berupa
diverifikasi kurikulum guna mengakomodir keberagaman peserta didik secara nasional.
2. Penerapan pendidikan karakter di sekolah agar generasi penerus memiliki moral yang baik.
Dengan adanya kebijakan ini diharapkan sekolah dapat memberikan dampak yang baik dengan
memberikan bekal moral dan budi pekerti yang dapat berguna untuk masa depan bangsa dan
negara.
3. Penerapan muatan lokal dan keterampilan sebagai mata pelajaran. Tak hanya membekali
generasi penerus dengan pengetahuan umum dan pendidikan karakter, pemerintah juga
menetapkan muatan lokal dan keterampilan sebagai sebuah mata pelajaran ekstra untuk
mengembangkan kompetensi siswa mengenai ciri dan potensi daerah masing-masing.
4. Pembentukan komite sekolah untuk meningkatkan layanan mutu pendidikan.hal ini terangkum
dalam Pasal 3 ayat 1 peraturan Permendikbud Nomor 75 Tahun 2016 yang menyebutkan bahwa
komite sekolah bertugas untuk mengawasi pelayanan dalam pendidikan sesuai peraturan
perundang-undangan resmi yang telah ditetapkan pemerintah.

Langkah pemerintah dalam menetapkan kebijakan publik memang terkadang menuai kontroversi karena
berbagai polemik baru yang diciptakan, namun peranmu sebagai warga yang baik adalah tetap
menaatinya.
Jika ada contoh kebijakan publik yang tak kamu setujui, kamu bisa menyampaikan surat terbuka kepada
pemerintah beserta alasanmu.

https://cerdika.com/contoh-kebijakan-publik/

2
UUD » 19 Contoh Kebijakan Publik di Lingkungan Masyarakat
19 Contoh Kebijakan Publik di Lingkungan
Masyarakat
written by Ranti Fatya Utami September 11, 2017

Secara umum, kita mengetahui apa saja syarat terbentuknya suatu negara, yaitu merdeka atau mempunyai

kedaulatan, mempunyai wilayah, mempunyai rakyat, dan mempunyai pemerintahan. Itu pun biasanya

ditambah satu hal lagi, yaitu pengakuan dari dunia internasional yang diwakili oleh Perserikatan Bangsa-

Bangsa. Adanya rakyat yang hidup bersama dalam suatu negara ini membuat harus ada suatu pengaturan agar

satu dengan lainnya tidak saling merugikan. Aturan tersebutlah yang secara sederhana kita pahami sebagai

kebijakan publik. Jadi, apakah kebijakan adalah hukum? Benar, tetapi bukan hanya itu. Sebelum

mendefinisikannya, mari kita melihat pendapat dari para pakar tentang kebijakan publik. Thomas R. Dye

mendefinisikan kebijakan publik sebagai semua hal yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka

melakukannya, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda (1992). Harold Lasswell

membuat definisi kebijakan publik sebagai suatu program yang diramalkan dengan tujuan-tujuan tertentu,

praktek-praktek tertentu, dan nilai-nilai tertentu (1979). (Baca juga: Struktur Organisasi Pemerintahan Desa)

Kedua definisi tersebut dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa kebijakan publik adalah yang dapat

dikerjakan dan tidak dikerjakan oleh pemerintah. Kebijakan publik bersinggungan langsung dengan semua

aturan dalam kehidupan bersama, baik yang berkaitan dengan hubungan warga dengan warga maupun

hubungan warga dengan pemerintah. Lantas, siapakah yang kita sebut pemerintah? Merujuk pada pembukaan

UUD 1945, pemerintah mencakup seluruh organisasi negara, baik itu MPR, DPR, DPD, Presiden, BPK, MA,

dan Pemda. Jadi, pemerintah identik dengan negara. Perlu kita ingat pula bahwa dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara, terdapat tiga jenis organisasi, yaitu organisasi publik, organisasi pencari laba, dan organisasi
bukan pencari laba. Organisasi publik merujuk pada pelaksana kedaulatan rakyat, sedangkan organisasi

pencari laba adalah segala organisasi yang menjalankan perekonomian dalam rangka memperoleh laba, dan

organisasi bukan pencari laba adalah lembaga sosial di luar pemerintah. (Baca juga: Bahaya Akibat Jika

Tidak Ada Keadilan dalam Masyarakat)

Secara umum, terdapat 5 tahap-tahap kebijakan publik dan pelaksanaannya. Tahap pertama adalah agenda

setting, yaitu tahapan dimana pemerintah menentukan prioritas atas kebijakan apa saja yang hendak dibuat

atau diperbaharui atau malah dihilangkan. Tahap kedua yaitu Policy Formulating atau perumusan kebijakan,

yakni pemerintah membuat rumusan kebijakan atas prioritas yang diperoleh pada tahap pertama. Tahap

ketiga yaitu Policy Adoption atau adopsi kebijakan, ini adalah tahapan dimana pemerintah memberikan kuasa

atau legitimasi pada otoritas pelaksana kebijakan. Tahap keempat adalah penerapan kebijakan, pada tahap ini,

kebijakan mulai diuji coba untuk diberlakukan. Pada contoh yang akan dipaparkan ini, pembaca akan lebih

3
memahami dan lebih peka akan urgensi dari kebijakan yang ada di masyarakat. Mari kita simak 19 Contoh

kebijakan publik di masyarakat berikut ini:

1. Kebijakan Publik dalam UUD 1945

Dari kedua contoh tadi, kita mendapat pelajaran bahwa kehidupan bersama harus diatur. Bukan sekadar

aturan dari mulut ke mulut, tapi aturan yang berlaku untuk mengikat semua warga negara. Setiap pelanggar

akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran yang dilakukannya, dan sanksi dijatuhkan di depan

masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi, sebagai berikut kebijakan publiknya:

 Pasal 23 ayat 2 menyebutkan bahwa sebuah Kewajiban Warga Negara untuk melaporkan dan membayarkan
pajaknya di kantor pelayanan pajak sesuai dengan tempat tinggalnya.
 Pasal 27 ayat 1 mengatur bahwa tiap warga negara Indonesia sama kedudukannya di hadapan hukum. (Baca
juga: Kasus Pengingkaran Kewajiban Warga Negara)
 Pasal 27 ayat 3 menyebutkan bahwa warga negara wajib berpartisipasi dalam upaya bela negara.
 Pasal 28J ayat 1 mewajibkan tiap-tiap warga negara menghormati hak asasi manusia warga negara lainnya.
 Pasal 31 ayat 1 menjadikan pendidikan dasar sembilan tahun sebagai kewajiban bagi warga negara Indonesia
untuk mengikutinya. (Baca juga: Konflik Sosial dalam Masyarakat)

Artikel Terkait:

 Tugas Lembaga Negara


 Hubungan Negara dengan Warga Negara
 Contoh Kegiatan Memajukan Kesejahteraan Umum
 Contoh Lengkap Partisipasi Masyarakat dalam Sistem Politik Indonesia
 Pengertian Lembaga
 Lembaga Pelaksana Kedaulatan Rakyat

2. Kebijakan Publik dalam Bentuk Produk Hukum Lain

Contoh mudahnya adalah ketika dalam sebuah desa tidak ada batas-batas kepemilikan lahan, maka seorang

warga dapat mengambil barang berharga yang ada di rumah warga lain tanpa dapat dilarang. Setelah itu,

warga yang merasa dirugikan dapat mengambil tindakan balas sendiri, misalnya dengan menganiaya warga

tadi. Selanjutnya, kerabat mereka merasa tidak terima, dan terjadilah perkelahian antar kerabat yang ujungnya

adalah menyulut perkelahian asal, sebagai berikut kebijakan publik dalam bentuk produk hukum:

 Undang-undang 9 tahun 1998 menunjukkan kebijakan publik yang melindungi Kemerdekaan


Mengemukakan Pendapat di Muka Umum. Di dalamnya juga terdapat kebijakan-kebijakan agar pelaksanaan
kemerdekaan ini dapat lebih bermanfaat.
 Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1999 menjelaskan tentang tata cara masyarakat berpartisipasi
dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di negeri ini.
 Undang-undang No. 25 tahun 2009 yang mengatur tentang pelayanan publik. Kebijakan terkait pelayanan
publik oleh pemerintah dibahas secara lengkap dalam Undang-undang ini.
 Undang-undang No. 22 tahun 2009 mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Undang-undang inilah
yang menjadi dasar ketika seseorang memperoleh Surat Izin Mengemudi dan ketika terjadi kecelakaan, maka
tindak pidananya juga diatur di sini.
 Undang-undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik menjadikan informasi publik yang
dimiliki oleh pemerintah menjadi terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Dengan kemudahan akses ini,
diharapkan negara bisa menjadi bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). (Baca
juga: Tugas dan Fungsi Aparat Desa)
 Undang-undang No. 39 tahun 2007 yang mengatur tentang informasi dan transaksi elektronik menjadikan
transaksi elektronik kita (misal transfer uang, atau online shopping) menjadi lebih terjamin dan terlindungi.
4
 Undang-undang No. 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan adalah contoh kebijakan publik dalam
bentuk UU yang akrab kita temui dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh paling dekatnya adalah
pembuatan akta kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang diatur dalam Undang-undang ini. (Baca
juga: Pengertian Status Kewarganegaraan)
 Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membuat daerah kita memiliki otonominya
masing-masing. Sehingga, bisa saja terjadi perbedaan kemajuan pembangunan antar daerah. (Baca
juga: Asas-Asas Pemerintah Daerah)
 Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air memiliki beberapa kebijakan publik diantaranya,
yaitu sumber daya air dikuasai negara, negara menjamin setiap orang bisa memperoleh air untuk kebutuhan
pokok sehari-hari, dan kewajiban pemerintah daerah untuk membentuk kebijakan pengelolaan air di
daerahnya.

Artikel lainnya:

 Unsur-unsur Terbentuknya Negara


 Contoh Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional
 Peran Indonesia dalam Organisasi ASEAN dan PBB

3. Kebijakan dalam Program Pemerintah

Hal tersebut terjadi pula di Poso beberapa tahun yang lalu. Menurut seorang narasumber, kisahnya bermula

dari seorang pemuda (setengah mabuk) meminjam obeng ke seorang pemuda lain, pemilik bengkel.

Kebetulan ia sedang menggunakan obeng tersebut dan ia menolak meminjamkan karena obeng sedang

digunakan untuk membenahi motor tetangganya. Cekcok pun terjadi, dan pemuda yang hendak meminjam

merasa dihina dan membawa massanya (yang sudah dicekoki dengan isu agama yang kebetulan berbeda

agama dan seorang pendatan. Kerabatnya tidak terima dan membalas serangan tersebut. Perang antar

kelompok tersebut menghancurkan kota indah itu. Satu ujung pangkal dari masalah ini: tidak ada aturan yang

ditegakkan! Sebagai berikut beberapa kebijakan dalam program pemerintah:

 Operasi Pasar ketika terdapat harga salah satu bahan pokok yang sangat tinggi. Program ini sering kali kita
dengar terutama ketika harga beras, minyak, garam, gula, dan sebagainya menjadi sangat tinggi. Dalam
program ini, digunakan persediaan negara sehingga harga bahan-bahan tersebut bisa menjadi lebih murah.
 Raskin (Beras untuk Rakyat Miskin) adalah salah satu kebijakan publik yang dilakukan untuk meningkatkan
daya beli masyarakat miskin terhadap beras. Harga beras ini jauh lebih rendah dari harga pasaran sehingga
rakyat miskin dapat dengan mudah membelinya.
 Kredit Perumahan Rakyat (KPR) adalah sebuah program yang dijalankan oleh pemerintah dengan alasan
banyaknya warga negara Indonesia yang belum memiliki rumah sendiri. Konsepnya adalah rakyat
mendapatkan subsidi dari pemerintah sehingga mereka bisa membayar uang panjar yang lebih murah serta
cicilan yang lebih ringan.
 Kredit Usaha Rakyat atau KUR adalah program dari pemerintah yang dilakukan dengan memberikan modal
pada usaha rakyat yang bersifat mikro, kecil, dan menengah. Dengan adanya pemodalan ini, diharapkan
banyak warga negara yang dapat membuka usahanya sendiri sehingga muncul lapangan kerja baru yang
dapat mengurangi tingkat pengangguran dan memajukan perekonomian bangsa.
 Kebijakan impor garam yang dilakukan baru-baru ini adalah upaya pemerintah untuk menyeimbangkan harga
garam di pasaran yang meningkat hingga empat kali lipat. Namun kebijakan ini menimbulkan banyak tanya
dari masyarakat dan penolakan dari penambak garam yang harga garam produksinya menjadi sangat jatuh
setelah beredarnya garam impor di pasaran. Padahal menurut undang-undang, garam hanya boleh diimpor
untuk para pelaku usaha atau industri besar. Bukan untuk diperdagangkan secara bebas di pasaran.

Itulah 19 Contoh kebijakan publik di masyarakat yang dapat penulis paparkan dalam artikel ini. Kita harus

lebih bisa mencermati 19 Contoh kebijakan publik di masyarakat, apakah itu kebijakan yang memihak pada

5
rakyat atau hanya berpura-pura memihak pada rakyat. Semoga nantinya kita dapat menjadi pembuat

kebijakan yang sejati ataupun menjadi pelaksana kebijakan yang lebih baik dari masa ini

https://guruppkn.com/contoh-kebijakan-publik-di-masyarakat

Pengertian Kebijakan Publik


Oleh Dosen Pendidikan 2Diposting pada 07/05/2021

Pengertian Kebijakan Publik


Baca Cepat tampilkan
Pengertian Kebijakan Publik – Makalah, Tujuan, Proses Dan
Contoh – Kebijakan adalah terjemahan dari kata-policy
berasal dari bahasa inggris yang artinya ―a course or
principle of action adopted or proposed by a government,
party, business, or individual” yaitu suatu prinsip tindakan
yang diajukan oleh pemerintah, organisasi, partai atau
individu.

Pengertian Kebijakan Publik Menurut


Para Ahli
Adapun pengertian kebijakan publik menurut para ahli yang
diantaranya yaitu:

 Menurut Leo Agustino, “2008:7”


Kebijakan publik ialah serangkaian tindakan/kegiatan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana
terdapat hambatan-hambatan “kesulitan-kesulitan” dan
kemungkinan-kemungkinan “kesempatan-kesempatan”
dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam
mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
 Menurut William N. Dunn “2003:132”
Kebijakan Publik “Publik Policy” adalah Pola
ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan
kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-
keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan
atau kantor pemerintah.
6
 Menurut Anderson, “1979:3”
Kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang
dinyatakan dan dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemerintah. Disamping itu kebijakan publik juga
kebijakan yang dikembangkan atau dibuat oleh badan-
badan dan pejabat-pejabat pemerintah.
 Menurut Dunn, “2003:132”
Dalam pembuatan kebijakan publik melibatkan tiga
elemen yaitu kebijakan, kebijakan publik dan lingkungan
kebijakan yang semuanya saling terhubung dan terkait.
 Menurut Winarno, “2002:16”
Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang
mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah
atau suatu persoalan.

 Menurut Widodo, “2001:190”


Dalam praktiknya kebijakan publik baiknya harus
mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi


pada tujuan tertentu.
2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-
pejabat pemerintah.
3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan
dilakukan.
4. Kebijakan publik bersifat positif “merupakan pemerintah
mengenai sesuatu masalah tertentu” dan bersifat negatif
“keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan
sesuatu”.
5. Kebijakan publik “positif”, selalu berdasarkan pada
peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa
“otoritatif”.

7
Baca Juga: Pengertian, Tujuan Dan Fungsi Kebijakan Fiskal
Menurut Para Ahli

Bentuk-Bentuk Kebijakan Publik


Kebijakan publik dapat dibagi mejadi tiga kelompok yaitu
“Tangkilisan, 2003:2”

 Kebijakan Publik Makro


Kebijakan publik yang bersifat makro atau umum atau dapat
juga dikatakan sebagai kebijakan yang mendasar. Contohnya:

 Undang-undang dasar negara Republik Indonesia 1945.


 Undang-undang atau peraturan pemerintah pengganti
undang-undang.
 Peraturan pemerintah.
 Peraturan presiden.
 Peraturan daerah.

Dalam pengimplementasikan, kebijakan publik makro dapat


langsung diimplementasikan.

 Kebijakan Publik Meso


Kebijakan publik yang bersifat meso atau yang bersifat
menengah atau yang lebih dikenal dengan penjelas
pelaksanaan. Kebijakan ini dapat berupa Peraturan Menteri,
Surat Edaran Menteri, Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati,
Peraturan Wali Kota, Keputusan Bersama atau SKB antar-
Menteri, Gubernur dan Bupati atau Wali kota.

 Kebijakan Publik Mikro


Kebijakan publik yang bersifat mikro, mengatur pelaksanaan
atau implementasikan dari kebijakan publik yang di atasnya.
8
Bentuk kebijakan ini misalnya peraturan yang dikeluarkan
oleh aparat-aparat publik tertentu yang berada di bawah
Menteri, Gubernur, Bupati dan Wali kota.

Baca Juga: Pengertian Pers Beserta Fungsinya Menurut Para


Ahli

Tahapan Kebijakan Publik


Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Publik
yaitu penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
adopsi/legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi
kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang
dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan “Budi Winarno,
2007:32-34”:

 Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang
sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam
proses inilah memiliki ruang untuk memaknai apa yang
disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda
publik dipertarungkan. Isu kebijakan “policy issues” sering
disebut juga sebagai masalah kebijakan “policy problem”,
penyusunan agenda kebijakan harus dilakukan berdasarkan
tingkat urgensi dan esensi kebijakan, juga keterlibatan
stakeholder.

 Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan
kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-
masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
9
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal
dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.

 Adopsi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada
proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam
suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga
negara akan mengikuti arahan pemerintah.

 Implementasi Kebijakan
Dalam tahap implementasi kebijakan akan menemukan
dampak dan kinerja dari kebijakan tersebut. Disini akan
ditemukan apakah kebijakan yang dibuat mencapai tujuan
yang diharapkan atau tidak.

 Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang
menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang
mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini
evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional.
Artinya evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap
akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa meliputi
tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-
program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

10
Unsur-Unsur Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan suatu sistem ilmu yang terdiri


dari subsistem, dan dalam kebijakan publik terdapat dua (2)
perspektif, yaitu perspektif proses kebijakan dan struktur
kebijakan. Dari perspektif proses kebijakan terdapat tahapan
identifikasi masalah, tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan
kebijakan dan evaluasi kebijakan. sedangkan pada perspektif
struktur, terdapat lima (5) unsure kebijakan, sebagai berikut :

 Tujuan kebijakan
Kebijakan yang baik harus mempunyai tujuan yang baik.
Tujuan yang baik tersebut sekurang-kurangnya harus
memenuhi 4 kriteria sebagai berikut :

1. Apa yang diinginkan untuk dicapai


2. Bersifat rasional atau realistis (rational or realistic)
3. Jelas (clear)
4. Berorientasi kedepan (future oriented)

 Masalah

11
Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam
kebijakan. Kesalahan dalam menentukan masalah secara
tepat dapat menimbulkan kegagalan total dalam seluruh
proses kebijakan. Jadi kalau suatu masalah telah dapat
diidentifikasi secara tepat, maka ini berarti sebagian
pekerjaan dapat dianggap dikuasai.

Sebab, apabila keliru mengidentifikasi masalah, maka orang


terperosok pada anggapan bahwa sebuah gejala sebagai
masalah. Sebagai contoh, kekeliruan mendiagnosa sakit
panas pada tubuh pasien antara orang awam dengan dokter.
Demikian juga kekeliruan dalam merumuskan masalah antara
urbanisasi dengan tingkat kriminalitas.

 Tuntutan (demand)
Secara umum sudah diketahui, bahwa partisipasi merupakan
indikasi dari masyarakat maju. Partisipasi itu dapat berbentuk
dukungan, tunttan dan tantangan atau kritik.

Seperti halnya prtisipasi pada umumnya, tuntutan dapat


bersifat moderat atau radikal. Kedua sifat ini tergantung
tingkat urgensinya, gerahnya masyarakat dan sikap
pemerintah dalam menggapai tuntutan itu. Tuntutan terjadi
karena salah satu dari 2 sebab sebagai berikut :

1. Karena terabaikannya kepentigan suatu golongan dalam


proses kebijakan , sehingga kebijakan yang dibuat
pemerintah dirasakan tidak memenuhi atau merugikan
kepentingan mereka.
2. Karena munculnya kebutuhan baru setelah tujuan
tercapai atau suatu masalah terpecahkan.

12
 Dampak (Impact)
Dalam ekonomi, dampak ganda disebut multiplier effect.
Misalnya kebijakan dalam investasi, perpajakan, atau
pengeluaran pemerintah untuk membiayai program rutin atau
pembangunan dan sebagainya. Tindakan kebijakan itu
membawa pengaruh pada pertambahan atau pengurangan
yang berlipat ganda atas pertambahan pendapatan
masyarakat secara menyeluruh. Multiplier effect juga dapat
terjadi pada bidang social dan politik baik positif maupun
negative. Setiap kebijakan yang bersifat positif ataupun
negative dapat berdampak positif atau negative pula.

 Sarana (Policy Instrument)


Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana
dimaksud. Sarana tersebut antara lain berupa kekuasaan,
insentif,pengembangan kemampuan, simbolis dan perubahan
kebijakan itu sendiri. Misalnya menghapus becak dan rumah
gubuk di DKI Jakarta menggunakan sarana kekuasaan.

Baca Juga : 6 Pengertian Polotik Dan Ilmu Politik Menurut


Para Ahli

Tingkat Dan Contoh Kebijakan


Kebijakan secara umum dapat dibedakan dalam tiga
tingkatan : kebijakan umum, kebijakan pelaksanaan, dan
kebijakan teknis.

 Kebijakan umum
Kebijakan umum adalah kebijakan yang menjadi pedoman
atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun
bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau
instansi yang bersangkutan. Suatu hal yang perlu diingat
13
adalah pengertian umum di sini bersifat relatif. Maksudnya,
untuk wilayah negara, kebijakan umum mengambil bentuk
undang-undang atau keputusan presiden dan sebagainya.
Sementara untuk suatu provinsi, selain dari peraturan dan
kebijakan yang di ambil pada tingkat pusat juga ada
keputusan gubernur atau peraturan daerah yang diputuskan
oleh DPRD.

Agar suatu kebijakan umum dapat menjadi pedoman bagi


tingkatan kebijakan di bawahnya, ada beberapa kriteria yang
harus dipenuhi.

1. Cakupan kebijakan itu meliputi keseluruhan


wawasannya. Artinya, kebijakan itu tidak hanya meliputi
dan ditujukan pada aspek tertentu atau sektor tertentu.
2. Tidak berjangka pendek. Masa berlakunya atau tujuan
yang ingin dicapai dengan kebijakan tersebut berada
dalam jangka panjang ataupun tidak mempunyai batas
waktu tertentu. Karena itu tujuan yang digambarkan
sebagai kebijakan sering kali dianggap orang tidak jelas.
Istilah ―tidak jelas‖ ini tidak tepat. Tujuan jangka
panjang lebih dapat disebut ―samar-samar‖ karena
gambarannya yang bersifat umum. Keadaan ini hampir
dapat disamakan dengan penglihatan kita bila melihat
seorang wanita cantik dari jarak dua kilometer.
Sosoknya tidak akan terlihat dengan jelas.

Kecantikannya hanya tergambar secara umum dalam


bentuk keseluruhan. Gambarannya jelas berada dari
penglihatan dalam jarak lima puluh meter. Bahkan dapat
dikatakan aneh kalau dalam jarak dua kilometer dia
terlihat dengan jelas. Dengan kata lain, dalam suatu
kebijakan umum tidak tepat untuk menetapkan
sasarannya secara sangat jelas dan rumusanya secara
teknis. Rumusan yang demikian akan menghadapi
kekakuan dalam perubahan waktu jangka panjang dan
14
akan mengalami kesulitan untuk diberlakukan dalam
wilayah-wilayah kecil yang berbeda.

3. Strategi kebijakan umum tidak bersifat operasional.


Seperti halnya pada pengertian umum, pengertian
operasional atau teknis juga bersifat relatif. Sesuatu
yang dianggap umum untuk tingkat kabupaten mungkin
dianggap teknis atau operasional untuk tingkat provinsi
dan sangat operasional dalam pandangan tingkat
nasional. Namun, sekalipun suatu kebijakan bersifat
umum, tidak berarti kebijakan tersebut bersifat
sederhana. Makin umum suatu kebijakan, makin
kompleks dan dinamis kebijakan tersebut. Hal ini
disebabkan karena pada tingkat kebijakan umum banyak
aspek yang terlibat, banyak dimensi ilmu yang diperlukan
untuk menganalisisnya dan banyak pihak yang terkait.
Sebaliknya semakin teknis suatu kebijakan, semakin
tidak kompleks kebijakan itu.

 Kebijakan pelaksanaan
Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan
kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah
tentang pelaksanaan suatu undang-undang, atau keputusan
menteri yang menjabarkan pelaksanaan keputusan presiden
adalah contoh dari kebijakan pelaksanaan. Untuk tingkat
provinsi, keputusan bupati atau keputusan seorang kepala
dinas yang menjabarkan keputusan gubernur atau peraturan
daerah bisa jadi suatu kebijakan pelaksanaan.

 Kebijakan teknis
kebijakan teknis adalah kebijakan operasional yang berada di
bawah kebijakan pelaksanaan itu. Secara umum dapat
disebutkan bahwa kebijakan umum adalah kebijakan tingkat
15
pertama, kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan tingkat ke
dua, dan kebijakan teknis adalah kebijakan tingkat ke tiga
atau yang terbawah. Lembaga Administrasi Negara (1997),
mengemukakan tingkatan dalam kebijakan publik sebagai
berikut:

Baca Juga : Kebijakan Moneter Adalah

 Lingkup nasional
 Kebijakan nasional

1. Kebijakan Nasional adalah adalah kebijakan negara yang


bersifat fundamental dan strategis dalam pencapaian
tujuan nasional/negara sebagaimana tertera dalam
Pembukaan UUD 1945.
2. Yang berwenang menetapkan kebijakan nasional adalah
MPR, Presiden, dan DPR.
3. Kebijakan nasional yang dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan dapat berbentuk: UUD, Ketetapan
MPR, Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (PERPU).

 Kebijakan umum

1. Kebijakan umum adalah kebijakan Presiden sebagai


pelaksanaan UUD, TAP MPR, UU,-untuk mencapai tujuan
nasional. Yang berwenang menetapkan kebijakan umum
adalah Presiden.
2. Kebijakan umum yang tertulis dapat berbentuk:
Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden
(KEPPRES), Instruksi Presiden (INPRES).

16
 Kebijakan pelaksanaan

Kebijaksanaan pelaksanaan adalah merupakan penjabaran


dari kebijakan umumsebagai strategi pelaksanaan tugas di
bidang tertentu. Yang berwenang menetapkan kebijakan
pelaksanaan adalah menteri/pejabat setingkat menteri dan
pimpinan LPND.Kebijakan pelaksanaan yang tertulis dapat
berbentuk Peraturan, Keputusan, Instruksi pejabat tersebut di
atas.

 Lingkup wilayah daerah


 Kebijakan umum

Kebijakan umum pada lingkup Daerah adalah kebijakan


pemerintah daerah sebagai pelaksanaan azas desentralisasi
dalam rangka mengatur urusan Rumah Tangga Daerah.

Yang berwenang menetapkan kebijakan umum di Daerah


Provinsi adalah Gubernur dan DPRD Provinsi. Pada Daerah
Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati, Walikota dan DPRD
Kabupaten/Kota. Kebijakan umum pada tingkat Daerah dapat
berbentuk Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi dan PERDA
Kabupaten/Kota.

 Kebijakan pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan pada lingkup Wilayah/Daerah ada 3


macam:

1. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka desentralisasi


merupakan realisasi pelaksanaan PERDA;
2. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka dekonsentrasi
merupakan pelaksanaan kebijakan nasional di Daerah;
3. Kebijakan pelaksanaan dalam rangka tugas pembantuan
(medebewind) merupakan pelaksanaan tugas Pemerintah
Pusat di Daerah yang diselenggarakan oleh Pemerintah
17
Daerah.
Yang berwenang menetapkan kebijakan pelaksanaan
adalah:

 Dalam rangka desentralisasi adaiah Gubernur/


Bupati/Walikota
 Dalam rangka dekonsentrasi adalah Gubernur/
Bupati/Walikota
 Dalam rangka tugas pembantuan adalah Gubernur/
Bupati/Walikota

Dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dan tugas


pembantuan berupa Keputusan-keputusan dan Instruksi
Gubernur/Bupati/Walikota. Dalam rangka pelaksanaan
dekonsentrasi berbentuk Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota. Sementara tingkatan kebijakan
berdasarakan sifat, antara lain :

Baca Juga : Tax Amnesty adalah

 Tingkat Makro
Kebijakan Makro melibatkan masyarakat secara keseluruhan
dan para pemimpin pemerintah umumnya dalam pembentukan
kebijakan publik. Kebijakan Makro merupakan kebijakan yang
dapat mempengaruhi seluruh negeri (nasional). Misalnya
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan
Menteri Kesehatan, dan lainnya. Kebijakan Makro melibatkan
komunitas secara keseluruhan dan para pemimpin pemerintah
daerah pada umumnya dalam lingkup untuk kebijakan publik.

Partisipan di area kebijakan makro termasuk presiden,


eksekutif, legislatif, media komunikasi, juru bicara kelompok,
dan lainnya. Contoh Kebijakan Makro dalam bidang kesehatan
adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
18
Nomor 1464/MenKes/Per/X/2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Sumber Hukum dan Tata Urutan


Peraturan Perundang-undangan, tata urutan peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945: merupakan hukum dasar


tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan
garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia: merupakan putusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sebagai pengemban kedaulatan rakyat
yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR.
3. Undang-Undang: dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) bersama Presiden untuk melaksanakan UUD 1945
serta TAP MPR-RI.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)
5. Peraturan Pemerintah: dibuat oleh Pemerintah untuk
melaksanakan perintah undang-undang.
Keputusan Presiden: bersifat mengatur dibuat oleh
Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa
pengaturan.

 Tingkat messo
Kebijakan Meso biasanya berfokus pada kebijakan tertentu
atau area fungsional, seperti angkutan udara niaga, kegiatan
perluasan pertanian, pembangunan dermaga dan sungai, atau
pemberian hak paten. Biasanya mencakup sarana oleh swasta
maupun pemerintah pada tingkat setempat. Target
pelaksanaan dari kebijakan meso dapat digunakan oleh umum
atau perseorangan, misalnya : untuk memperkuat dukungan
dalam lingkungan bisnis dan untuk mengubah bentuk
struktural suatu otonomi daerah.

19
Terbentuknya kebijakan Meso ini disebabkan tidak semua
orang peduli terhadap kebijakan publik yang telah ada,
banyak masyarakat yang hanya tertarik pada satu bidang saja
misalnya pejabat atau warga negara yang benar-benar tertarik
dalam kebijakan pelayaran maritim mungkin memiliki minat
yang kecil atau bahkan tidak ada dalam kebijakan kesehatan.

Contoh dari Kebijakan Meso dalam bidang kesehatan adalah


Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas
Merokok. Contoh di atas membuktikan bahwa Kebijakan Meso
pada suatu daerah memiliki kebijakan yang berbeda.

 Tingkat mikro
Kebijakan mikro lebih melibatkan upaya yang dilakukan oleh
individu tertentu, suatu perusahaan, atau komunitas tertentu
yang hanya bertujuan untuk medapatkan keuntungan bagi
pihak mereka sendiri. Kebijakan mikro yang menjadi
kompetensi pada umumnya pelaku bisnis swasta, biasanya
mencakup strategi untuk peningkatan produktivitas
manajerial, pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM),
dan jejaringan kerja (networking).

Dalam suatu kebijakan mikro, pihak-pihak yang bersangkutan


dalam suatu instansi tertentu cenderung memiliki peraturan-
peraturan atau undang-undang pribadi tanpa campur tangan
dari pemerintah. Suatu perusahaan ingin keputusan yang
menguntungkan bagi perusahaanya sendiri, bagi beberapa
pihak dalam kebijakn mikro ini, tindakan dan keputusan
pemerintah tidak begitu diperhatikan selama campur tangan

20
dari pemerintah tersebut mendatangkan kerugian bagi
penganut kebijakan mikro.

Contoh kebijakan mikro adalah penerapan kebijakan dalam


Fakutas Kesehatan Mayarakat tentang Tatacara berpakaian
yang sopan tidak etat dan bersepatu dalam lingkup fakultas.
Hal ini dikategorikan sebagai Kebijakan Mikro karena
peraturan tersebut hanya berlaku dalam lingkup organisasi
(FKM UNAIR).

Baca Juga : Pranata Ekonomi

Peran Dan Fungsi Kebijakan Publik


Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn, terdapat
sepuluh macam peran kebijakan, yaitu:

 Policy as a Label for a Feld of Activity (Kebijakan sebagai


Sebuah Label atau Merk bagi Suatu Bidang Kegiatan
Pemerintah)

Penggunaan istilah kebijakan paling sering kita jumpai adalah


dalam konteks pernyataan-pernyataan umum mengenai
kebijakan ekonomi (economic policy) pemerintah., kebijakan
social (social policy) pemerintan atau kebijakan luar negri
(foreign policy) pemerintah. Dalam lingkup label yang masih
umumini kita masih dapat menemukan hal-hal lebih spesifik
yang mengacu kepada kabijakan pemerintah tersebut.
Beberapa contoh dapat dikemukakan disini. Misalnya, dalam
lingkup kebijakan ekonomi pemerintah Indonesia, ada
kebijakan imbal dagang dengan Negara-negara di timor
tengah, kebijakan memberikan tax holiday kepada investor
asing, kebijakan penghematan energy, kebijakan
penangulangan kemiskinan perkotaan, kebijakan penigkatan

21
ekspor non migas dan kebijakan privatisasi badan usaha milik
Negara (BUMN).

Dalam lingkup kebijakan social, misalnya ada kebijakan


memberikan vaksin polio secara gratis bagi ribuan anak dari
kelangan keluarga miskin, pemberian beras untuk keluarga
miskin (raskin) atau kebijakan pemberian kredit murah untuk
perumahan rakyat dan lain sebagainya.

Konsep lain yang meski lebih abstrak sifatnya, namun


bermanfaat adalah yang disebut ruang kebijakan (policy
space). Konsep ini dapat kita pergunakan untuk
menggambarkan bagaiamana suatu ruang kebijakan tertentu
cenderung semakin padat sepanjang tahun, yang ditandai
dengan semakin gencarnya campur tangan pemerintah dan
semakin kompleksnya interaksi antar instansi pemerintah
yang terlibat didalamnya. Sebaliknya, konsep itu juga dapat
kita pakai untuk menggambarkan betapa pada ruang
kebijakan tertentu masih relative kosong dari campur tangan
pemerintah.

 Policy as an Expression of General Purpose or Desired


State of Affairs (Kebijakan sebagai Suatu Pernyataan
Mengenai Tujuan Umum atau Keadaan Tertentu yang
Dikehendaki)

Istilah kebijakan kerapkali juga dipakai untuk menunjukkan


adanya pernyataan- pernyataan kehendak ( keinginan )
pemerintah mengenai tujuan-tujuan umum dari kegiatan-
kegiatan yang dilakukannya dalam suatu bidang tertentu,
atau mengenai keadaan umum yang diharapkan dapat dicapai
dalam kurun waktu tertentu.

22
Beberapa contoh mengenai pernyataan kehendak dari
pemerintah tersebut misalnya, keinginan pemerintah untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
pancasila, keinginan pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, keinginan pemerintah untuk meningkatkan
swasembada pangan, menciptakan disiplin nasional, dan
keinginan pemerintah untuk memberantas KKN. Memang
sebagai sebuah pernyataan kehendak, kosep kebijakan dalam
pengertian seperti itu jelas belum ―membumi‖ atau belum
operasional dan dalam banyak hal ia masih sebatas wacana,
lebih merupakan retorika politik ketimbang kenyataan.

Baca Juga : Pengertian Pasar Output

 Policy as Spesific Proposals (Kebijakan sebagai Usulan-


Usulan Khusus)

Kebijakan kadang kala juga dimaksudkan untuk menunjukkan


adanya usulan-usulan tertentu (spesifik), baik yang
dilontarkan oleh mereka yang berada diluar struktur
pemerintah (kelompok-kelompok kepentingan atau pertain
politik) maupun yang disampaikan oleh mereka yang berada di
struktur pemerintahan semisal anggota kebinet agar
dilaksanakan oleh pemerintah. Usulan-usulan tersebut
biasanya dimaksudkan untuk mempengaruhi proses
pengesahan kebijakan mungkin bersifat sementara, atau
terkait dengan usulan-usulan lainnya, atau mungkin pula
menunjukkan cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan yang
lebih besar (makro).

 Policy as Decision of Government (Kebijakan sebagai


Keputusan-Keputusan Pemerintah)

23
Suatu keputusan pemerintah harus mendapat pengesahan
agar dapat menjadi suatu kebijakan publik. Peluang bagi
setiap keputusan pemerintah apakah pada akhirnya akan
mendapat pengesahan dari parlemen (DPR), atau sebaliknya
ditolak, sedikit banyak akan ditentukan oleh mekanisme dan
corak struktur politik yang berlaku di masing-masing sistem
politik.

 Policy as Formal Authorization (Kebijakan sebagai


Bentuk Otorasi atau Pengesahan Formal)

Apabila pada suatu saat seorang menteri menyatakan bahwa


pemerintah telah ―punya kebijakan‖ mengenai suatu bidang
permasalahan tertentu, maka yang biasanya diacu olehnya
adalah adanya undang-undang yang telah disahkan oleh DPR
atau adanya seperangkat peraturan pemerintah (PP) yang
memungkinkan agar suatu tindakan tertentu dapat
dilaksanakan. Sering pula dikatakan oleh para pejabat
pemerintah setingkat direktur jendral (Dirjen) atau sekretaris
jendral (Sekjen) jika suatu rancangan Undang-Undang, maka
dianggap bahwa kebijakan itu telah diimplementasikan.

 Policy as Programme (Kebijakan sebagai Program)

Program pada umumnya adalah suatu lingkup kegiatan


pemerintah yang relatif khusus dan cukup jelas batas-
batasnya. Dalam konteks program itu sendiri biasanya akan
mencakup serangkaian kegiatan yang manyangkut
pengesahan/legislasi pengorganisasian danpengerahan atau
penyediaan sumber-sumber daya yang diperlukan.

 Policy as Output (Kebijakan sebagai Keluaran)

24
Sebagai keluaran, maka kebijakan itu dilihat dari apa yang
senyatanya dihasilkan atau diberikan oleh pemerintah,
sebagai kebalikan dari apa yang secara verbal telah dijanjikan
atau telah disahkan lewat undang-undang. Keluaran itu
bentuknya macam- macam, misalnya pemberian manfaat
secara langsung (berupa uang), pemberian pelayanan kepada
publik berupa barang (air bersih atau beras untuk orang
miskin) atau jasa tertentu (pemberian vaksin polio),
pemberlakuan peraturan-peraturan, himbauan-himbauan
simbolik atau pengumpulan pajak. Dengan demikian, bentu
keluaran-keluaran itu dapat saja berbeda antara kebijakan
yang satu dnegan yang lainnya.

 Policy as Outcome (Kebijakan sebagai Hasil Akhir)

Cara akhir untuk memahami makna kebijakan adalah dengan


melihatnya dari sudut hasil akhirnya, yaitu dari apa yang
senyatanya telah dicapai. Meski penting, dalam praktik upaya
untuk menarik garis pembeda antara keluaran-keluaran
kebijakan dan hasil akhir kebijakan (dampak dari kegiatan-
kegiatan tersebut) tidaklah begitu mudah. Patut dicatat,
bahwa cara memahami kebijakan dari sudut hasil akhir itu
akan memungkinkan kita untuk memberikan penilaian
mengenai apakah tujuan formal/normatif dari suatu kebijakan
benar-benar telah terbukti terwujud dalam praktik kebijakan
yang sebenarnya.

 Policy as a Theory or Model (Kebijakan sebagai Teori


atau Model)

Semua kebijakan, pada dasarnya mengandung asumsi-asumsi


mengenai apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan
akibat yang ditimbulkan. Asumsi-asumsi ini memang jarang
dikemukakan secara terus terang atau eksplisit. Namun,
kebijakan publik itu pada umumnya memuat suatu teori atau

25
model tertentu yang manyiratkan adanya hubungan sebab
akibat.

 Policy as Process (Kebijakan sebagai Proses)

Jika konsep kebijakan publik kita pandang sebagai proses,


yakni sebagai proses politik, maka oleh sebagian pakar
adakalanya hal tersebut dipersepsikan sebagai sebuah
siklus.disini pusat perhatian akan diberikan kepada tahap-
tahap yang ada pada siklus tersebut.

Dilihat sebagai sebuah siklus, maka pembuatan kebijakan


(public policy making) akan bermula dari adanya isu-isu
tertentu yang dianggap oleh pemerintah sebagai suatu
masalah, kemudian pemerintah mulai mencari alternatif-
alternatif tindakan kearah pemecahannya, dilanjutkan dengan
adopsi kebijakan serta diimplementasikan oleh institusi atau
personel terkait, dievaluasi, diubah dan pada kahirnya akan
diakhiri atas dasar keberhasilannya.

Baca Juga : Pasar Input

Siklus Kebijakan Dan Model Sederhana


dari Proses Kebijakan
Pada tahun 1956 Lasswell memperkenalkan tujuh tahap
model proses kebijakan yang terdiri dari kabar, dorongan,
rekomendasi, permohonan, penerapan, keputusan, penilaian
kebijakan. Model ini telah sangat berhasil sebagai kerangka
dasar bagi bidang studi kebijakan dan menjadi titik awal dari
berbagai tipologi proses kebijakan. Versi- versi yang
dikembangkan oleh Brewer dan Deleon (1983), Mei dan
26
Wildavsky (1978), Anderson (1975), dan Jenkins (1978) adalah
salah satu yang paling banyak diadopsi. Saat ini, differensiasi
antara agenda-setting, perumusan kebijakan, pengambilan
keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi (yang akhirnya
mengarah ke terminasi) telah menjadi cara yang konvensional
untuk dapat menggambarkan kronologi proses kebijakan.

Pemahaman Lasswell tentang model proses kebijakan lebih


bersifat preskriptif (memberikan arahan) dan normatif
daripada deskriptif dan analitis. Tahapan- tahapan linear yang
dikemukakan oleh Lasswell didesain seperti model
pemecahan masalah dan mirip dengan model dari
perencanaan dan pengambilan keputusan di teori organisasi
dan administrasi publik. Sementara studi empiris tentang
pengambilan keputusan dan perencanaan dalam organisasi,
yang dikenal sebagai teori pengambilan keputusan dan
perencanaan dalam organisasi, yang dikenal sebagai teori
perilaku pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh
Simon (1947), telah berulang kali menunjukkan bahwa
pembuatan keputusan pada kenyataannya di dunia nyata
biasanya tidak selalu mengikuti urutan tahapan ini.

Menurut model rasional, pembuatan keputusan apapun harus


didasarkan pada analisis yang komperehensif terhadap
masalah dan tujuan, diikuti oleh koleksi inklusif dan analisis
informasi dan mencari alternatif terbaik untuk mencapai
tujuan tersebut. Ini meliputi analisis biaya dan manfaat dari
opsi berbeda dan seleksi akhir arah tindakan.

Perspektif tahapan Lasswell kemudian berubah menjadi


model siklus setelah dikombinasikan dengan model input-
output Easton. Perspektif siklus menekankan proses umpan
balik antara outpu dan input dari pembuatan kebijakan, yang
menyebabkan proses kebijakan berlangsung terus-menerus.
27
Tahap model siklus ini diantaranya pertama, masalah
didefinisikan dan dimasukkan dalam agenda, kebijakan
selanjutnya dikembangkan, diadopsi dan diimplementasikan,
dan, akhirnya kebijakan ini akan dinilai terhadap efektivitas
dan efisiensi dan baik dihentikan atau dimulai ulang.

Baca Juga : Manajemen Kinerja

 Tahap-tahap Siklus Kebijakan


Dalam menyusun suatu kebijakan, urutan-urutan perlu dilalui,
dari mulai perumusan masalah, dan diakhiri dengan
penghentian kebijakan. Tahap-tahap siklus kebijakan
diantaranya adalah sebagai berikut.

 Agenda Setting

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat


strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah
memiliki ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai
masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status
sebagai masalah publik, dan mendapatkan prioritas dalam
agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan
alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan
suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda
pemerintah. Issue kebijakan (policy issues) sering disebut
juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).

Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang


pendapat di antara para aktor mengenai arah tindakan yang
telah atau akan ditempuh, atau pertentangan pandangan
mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William
Dunn (1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari
28
adanya perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan
maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak
semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada
beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan
publik (Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980;
Hogwood dan Gunn, 1986)diantaranya:

1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan,


2. Akan menjadi ancaman yang serius;
3. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu à
berdampak dramatis;
4. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang
banyak (umat manusia) dan mendapat dukungan media
massa;
5. Menjangkau dampak yang amat luas ;
6. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam
masyarakat ;
7. Menyangkut suatu persoalan yang fasionable (sulit
dijelaskan, tetapi mudah dirasakan kehadirannya)

 Formulasi Kebijakan dan Pengambilan Keputusan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan


kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-
masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal
dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama
halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam
agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-
masing slternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai
kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

 Implementasi Kebijakan

29
Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam
proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus
diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang
diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam
pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana
aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya
diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan
kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

 Evaluasi dan Penghentian Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai


kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan
yang mencakup substansi, implementasi dan dampak. Dalam
hal ini , evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan
fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan
pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh
proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalh-masalah kebijakan,
program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan
masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak
kebijakan.

Baca Juga : Manajemen Logistik

 Kritik

Terkait dengan deskripsi, model tahapan dikatakan


mengalami ketidaktepatan deskriptif karena realitas empiris
tidak sesuai dengan klasifikasi proses kebijakan dalam tahap
diskrit dan berurutan. Implementasi, misalnya, mempengaruhi
agenda-setting; atau kebijakan akan dirumuskan sementara
beberapa lembaga uji coba lapangan untuk menegakkan
program ambigu, atau penghentian kebijakan harus
30
dilaksanakan. Dalam sejumlah kasus itu lebih atau kurang
mungkin, atau setidaknya tidak berguna, untuk membedakan
antara tahap. Dalam kasus lain, urutan terbalik, beberapa
tahapan kehilangan sepenuhnya atau ada bersamaan.

Dalam hal nilai konseptual, siklus kebijakan kekurangan


mendefinisikan elemen kerangka teoritis. Secara khusus,
model tahapan tidak menawarkan penjelasan kausal untuk
transisi antara tahapan yang berbeda. Oleh karena itu, studi
tahap tertentu menarik pada sejumlah konsep teoritis yang
berbeda yang belum diturunkan dari kerangka siklus itu
sendiri. Model khusus yang dikembangkan untuk menjelaskan
proses dalam tahap tunggal tidak terhubung dengan
pendekatan lain mengacu pada tahap lain dari siklus
kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA

Aderson J .1975. Public Policy Making. London: Nelson

Allen D. Putt dan J. Fred Springer.1989. Policy Research; Concepts,


Methods, and Application, New Jersey: Prentice Hall
AS Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English,
(Oxford: Oxford University Press, 1995, cet. ke-5, h. 893.
Dunn W. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Dwijowito R. 2003. Kebijakan Publik. Jakarta : PT. Elex Media
Komputindo Dye T .2001. Top Down Policymaking. London: Chatham
House Publisher
Dye T. 2005. Understanding Public Policy. New Jersey: Pearson
Education Inc.
George C. Edwards III dan Ira Sharkansky.1978. The Policy
Predicament: Making and Implementing Public Policy, San Francisco:
W.H. Freeman and Company
Islamy M. Irfan. 1988. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan
Negara, Jakarta: Bina Aksara
Kosen, Soewarto. 1997. Bunga Rampai Pemngembangan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia. Pusat Penelitian
Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehataan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Naihasy, H. Syharin. 2006. Kebijakan Publik. Yogyakarta : MIDA
Pustaka

31
Ogden J, Walt G dan Lush .2003. The Politics of ‘branding’ in policy transfer:
The case of DOTS for tuberculosis control. Social Science and
Medicine
Robert B. Denhardt dan Janet V. Denhardt. 2009. Public
Administration: An Action Orientation. Boston: Wadsworth
Wahab, Solihin Abdul. 1997. Analisis Kebijaksanaan. Jakarta : Bumi
Aksara

Walt G dan Gilson L .1994. Reforming the health sector in developing


countries: The central role of policy analysis. Health Policy and
Planning 9: 353‐70
Watl G .1994. Health Policy: An Introduction to Process and Power.
London: Zed Books Winarno B. 2007. Kebijakan Publik: Teori dan
Proses. Yogyakarta: Media Presind

https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kebijakan-publik/

32

Anda mungkin juga menyukai