Anda di halaman 1dari 16

PROFIL DESA KRISIK KEC. GANDUSARI KAB.

BLITAR

Oleh :
Rino Rastika (2054231032)

FAKULTAS EKSAKTA
UNIVERSITAS NAHDLOTUL ULAMA
BLITAR-2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut namaTtuhan yang Maha Esa yang telah memberi rahmat,taufiq dan hidayah-
Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah membantu dan
mendukung saya untuk menyusun makalah ini dari awal samai akhir.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah sosiologi pedesaan yang
membahas tentang desa Krisik.Dan semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan bagi kita semua.

Makalah ini tentunya masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik yang disengaja
maupun tidak, dengan adanya itu saya mohon maaf yang sebesar besarnya.

Blitar,26 September 2022

Rino Rastika

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
1.1 TOFOGRAFI WILAYAH LETAK GEOGRAFIS DESA....................................... 4
1.2 SEJARAH DESA KRISIK ...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN …................................................................................................ 6
2.1 DEMOGRAFI........................................................................................................... 6
2.2 PENDIDIKAN ........................................................................................................ 7
2.3 SENI DAN BUDAYA.............................................................................................. 9
2.4 KESEHATAN ......................................................................................................... 10
2.5 KEADAAN SOSIAL............................................................................................... 10
2.6 KEADAAN EKONOMI.......................................................................................... 12
2.7 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA ............................................ 14
2.8 SARANA DAN PRASARANA DESA .................................................................. 15
BAB III PENUTUP...........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TOFOGRAFI WILAYAH LETAK GEOGRAFIS DESA


Secara geografis, Desa Krisik terletak pada posisi 152O 30′ – 152O 39′ BT 7O 66′ – 8O 98′ LU,
dengan batas-batas administratif pemerintahan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Pagersari Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Desa Tulungrejo Kecamatan gandusari Kabupaten Blitar

Sebelah Selatan : Desa Tulungrejo Kecamatan gandusari Kabupaten Blitar

Sebelah Timur : Desa Tegalasri Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar

Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Krisik Kecamatan Gadusari secara umum berupa
Persawahan dan Perbukitan yang berada pada ketinggian antara 656 meter sampai dengan 718
meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 170 sampai dengan 200 C.
Secara administratif, Desa Krisik terletak di wilayah Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar.
Jarak tempuh Desa Krisik ke ibu kota kecamatan adalah 12 km, yang dapat ditempuh dengan
waktu sekitar 30 menit. Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 39 km, yang
dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam.

1.2 SEJARAH DESA KRISIK

Cikal Bakal Desa Krisik, tidak terlepas dari sejarah Desa-desa di Kabupaten Blitar pada
umumnya, yaitu berawal dari Perang Diponegoro tahun 1825-1830. Setelah Pangeran
Diponegoro tertangkap dan diasingkan, banyak pengikutnya yang melarikan diri ke arah timur,
kemudian membuka pemukiman baru (babad alas) untuk melangsungkan hidupnya dengan
menyamar sebagai penduduk biasa, karena takut ditangkap Belanda. Para pengikut Pangeran
Diponegoro ini juga menyebarkan agama sekaligus membawa budaya masing-masing sesuai
dengan karakter daerah yang ditempatinya.

Pengikut Pangeran Diponegoro yang dalam pelariannya sampai ke Desa Krisik, tersebutlah
nama Sukoboyo, yang kemudian lebih dikenal luas dengan nama Mbah Sukoboyo. Beliau adalah
sosok orang yang alim dan sangat sederhana, tidak menyukai kemewahan, lebih suka kalau
dianggap sebagai rakyat biasa, walaupun sebenarnya beliau merupakan oarang yang memiliki
kesaktian dan mempunyai senjata sebilah keris.
Pada awalnya, sebagian besar Wilayah Desa Krisik merupakan hutan belantara “alas gung
lewang-lewung jalmo moro jalmo mati” (bahasa Jawa) yang artinya hutan belantara, dimana

4
orang yang datang akan mati karena sangat angker, Mbah Sukoboyo, memberanikan diri untuk
babad alas membuat pemukiman baru dan lahan untuk untuk bercocok tanam. Di setiap
malamnya Mbah Sukoboyo selalu memanjatkan do’a-do’anya kepada Allah SWT. Agar
diberikan keselamatan dan juga rezeki yang halal dari hasil usaha bercocok tanam yang
dijalaninya setiap hari.
Karena tanah di Krisik ini merupakan lahan yang subur untuk pertanian, maka dalam waktu 5
(lima) tahun sudah menjadi kawasan baru yang berpenduduk, mata pencahariannya tentu saja
bertani. Setiap penduduk yang baru datang, atas petunjuk dari Mbah Sukoboyo, akan membuka
lahan baru secukupnya, sehingga tidak merusak lingkungan secara keseluruhan Sebagian besar
penduduk yang datang ke Desa Krisik ini setelah dijadikan pemukiman berasal dari daerah Jawa
Tengah atau lebih dikenal dengan nama Mentaraman.
Pada suatu saat, Mbah Sukoboyo melakukan ritual bersemedi di Petilasan Rambut Monte,
memanjatkan do’a kepada Allah dengan khusuk. Beberapa tahun kemudian, beliau baru
menyadari kalau ternyata pusaka keris miliknya tertinggal di tempat ini. Kemudian, Mbah
Sukoboyo dibantu beberapa penduduk mencari keberadaan keris yang hilang ini. Ternyata keris
tersebut masih dapat diketemukan di Petilasan Rambut Monte dalam keadaan utuh.
Mbah Sukoboyo berpesan kepada penduduk, kalau dikemudian hari beliau meninggal ingin
diperlakukan secara sederhana termasuk dalam hal pembuatan makam. Beliau tidak
menginginkan penduduk terlalu menghormati makamnya dikemudian hari, beliau sebagai sosok
yang sangat sederhana dan taat kepada Allah, takut kalau akan terjadi penyimpangan Akidah bila
terlalu menhormati makamnya.

Mbah Sukoboyo wafat karena usia yang sudah uzur (konon usianya lebih dari 100 tahun ketika
wafat) dan dimakamkan di sebuah bukit kecil di Desa Krisik. Penduduk sangat menghormati dan
menghargai jasa-jasa Mbah Sukoboyo yang telah membabat hutan belantara menjadi sebuah
pemukiman baru.

Sepeninggal Mbah Sukoboyo, cerita atau kisah hilangnya keris pusaka milik Mbah Sukoboyo
yang akhirnya diketemukan lagi ini menjadi bahan pembicaraan penduduk, kata kerise
isik banyak diucapkan penduduk pada waktu itu. Karena pada waktu itu tempat ini belum
mempunyai nama, akhirnya penduduk menamakan tempat ini dengan nama KRISIK dari
kata kerise isik (kerisnya masih ada).
Pada sekitar tahun 1835 seiring dengan semakin banyaknya penduduk, dan juga semakin luasnya
areal tanam paksa kopi seperti yang telah mereka buka, akhirnya Belanda
menunjuk Djasari tokoh masyarakat yang ada menjadi Demang. Inilah awal mula Krisik
menjadi desa dan Djasari merupakan Demang atau Lurah yang pertama kali.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEMOGRAFI

Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa tahun 2011, jumlah penduduk Desa Krisik
adalah sebagaimana tertera dalam Tabel berikut :

TABEL 1
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

NO JENIS KELAMIN JUMLAH PROSENTASE

1 LAKI LAKI 3.652 49,98%

2 PEREMPUAN 3.655 50,02%

JUMLAH TOTAL 7.307 100,00%

TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK BERDASARKAN USIA
NO USIA LK PR JML PROSENTASE
1 0-5 107 114 221 3,02%
2 6 - 12 378 364 742 10,15%
3 13 - 16 260 227 487 6,66%
4 17 - 19 166 158 324 4,43%
5 20 - 24 236 245 481 6,58%
6 25 - 29 349 375 724 9,91%
7 30 - 34 365 336 701 9,59%
8 35 - 39 309 302 611 8,36%
9 40 - 44 301 299 600 8,21%
10 45 - 49 297 280 577 7,90%
11 50 - 54 237 223 460 6,30%
12 55 - 59 200 183 383 5,24%
13 >59 446 550 996 13,63%
14 JUMLAH 3.651 3.656 7.307 100%

Dari data di atas nampak bahwa penduduk usia produktif pada usia 20 – 49 tahun Desa Krisik
sekitar 3.694 atau sekitar 50,55 %. Hal ini merupakan modal berharga bagi pengadaan tenaga
produktif dan SDM.

6
TABEL 3
JUMLAH KEPALA KELUARGA BERDASARKAN KESEJAHTERAAN

NO KETERANGAN JUMLAH PROSENTASE


1 Keluarga Prasejahtera 752 36,17%
2 Keluarga Sejahtera 1 643 30,89%
3 Keluarga Sejahtera 2 431 20,70%
4 Keluarga Sejahtera 3 223 10.72%
5 Keluarga Sejahtera 3 32 1,52%
plus
JUMLAH TOTAL 2.080 100%

Tingkat kemiskinan di Desa Krisik termasuk tinggi. Jika KK golongan Pra-sejahtera dan KK
golongan I digolongkan sebagai KK golongan miskin, maka sekitar 67,07 % KK Desa Krisik
adalah keluarga miskin.
2.2 PENDIDIKAN

Pendidikan adalah satu hal penting dalam memajukan tingkat SDM (Sumber Daya Manusia)
yang dalam jangka panjang dapat berpengaruh pada peningkatan perekonomian. Dengan tingkat
pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kecakapan masyarakat yang pada
gilirannya akan mendorong tumbuhnya kewirausahaan dan lapangan kerja baru, sehingga akan
membantu program pemerintah dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan. Prosentase
tinggkat pendidikan Desa Krisik dapat dilihat pada berikut.

TABEL 4
TAMATAN SEKOLAH MASYARAKAT
NO KETERANGAN JUMLAH PROSENTASE
1 Buta Huruf Usia 10 12 0,16%
Tahun Ke atas
2 Usia Pra-sekolah 221 3,02%
3 TidakTamat SD 477 6,53%
4 Tamat Sekolah SD 3.992 54,63%
5 Tamat Sekolah SMP 1.864 25,51%
6 Tamat Sekolah SMA 648 8,87%
7 Tamat Sekolat 93 1,27%
PT/Akademi
JUMLAH TOTAL 7.307 100%

7
Dari data pada tabel di atas menunjukan bahwa mayoritas penduduk Desa Krisik hanya mampu
menyelesaikan sekolah di jenjang pendidikan wajib belajar sembilan tahun (SD dan SMP).
Dalam hal kesediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadahi dan mumpuni, keadaan ini
merupakan tantangan tersendiri.

Rendahnya kualitas tingkat pendidikan di Desa Krisik, tidak terlepas dari terbatasnya sarana dan
prasarana pendidikan yang ada, di samping tentu masalah ekonomi dan pandangan hidup
masyarakat. Sarana pendidikan di Desa Krisik baru tersedia di tingkat pendidikan dasar 6 tahun
(SD), sementara untuk pendidikan tingkat menengah pertama dan atas berada di tempat lain yang
relatif jauh. Berikut Tabel Sarana Pendidikan di Desa Krisik.

TABEL 5
SARANA PENDIDIKAN DI DESA KRISIK

NO LEMBAGA JUMLAH KETERANGAN


PENDIDIKAN

1 Play Group/PAUD - -

2 TK 5 Formal

3 SD 4 Formal

4 SMP - Formal

5 TPQ/TPA 10 Non Formal

Sebenarnya ada solusi yang bisa menjadi alternatif bagi persoalan rendahnya Sumber Daya
Manusia (SDM) di Desa Krisik yaitu melalui pelatihan dan kursus. Namun sarana atau lembaga
ini ternyata juga belum tersedia dengan baik di Desa Krisik Bahkan beberapa lembaga
bimbingan belajar dan pelatihan yang pernah ada tidak bisa berkembang.

8
2.3 SENI DAN BUDAYA

Seni dan budaya yang berkembang di Desa Krisik terdiri dari unsur budaya Jawa, budaya Islam
dan Kesenian Modern. Berikut Tabel Kelompok Kesenian di Desa Krisik

TABEL 7
SARANA PENDIDIKAN DI DESA KRISIK

NO KELOMPOK KESENIAN JUMLAH

1 Kuda Lumping/ Jaranan 6

2 Reog Pnonorogo 1

3 pencak silat dan bantengan 5

4 Ludruk 1

5 Kelompok Pengrawit 1

6 Sinoman Tayub 1

7 Kelompok Tiba`an 3

8 Kelompok Sholawatan 2

9 Kelompok Dangdut 1

Seni tradisional yang berkembang di Desa Krisik dipengaruhi oleh paduan budaya yang
berkembang di daerah Malang dan Blitar. Kesenian Pencak Silat, dikombinasikan
dengan Bantengan, yang berkembang di daerah Malang. Dalam acara-acara tertentu, misalnya
dalam Pawai, Bantengan ini akan menjadi sangat dominan, karena biasanya mereka bergabung
dengan kelompok yang banyak berkembang di daerah kabupaten Malang. Untuk seni Jaranan
dan Bantengan banyak unsur magis yang ada didalamnya, seperti pemainnya kesurupan
(”ndadi”), menjadi pemandangan yang biasa, bahkan menjadikan tontonan ini menjadi menarik.
Dalam berkesenian, terutama kesenian tradisional pada umumnya masyarakat Desa Krisik hanya
sekedar dijadikan sebagai wadah untuk berkumpul dan tidak dikelola secara profesional. Hal ini
berdampak pada mulai berubahnya gerakan tarian tradisional dengan gerakan yang dikreasikan
sendiri oleh kelompok kesenian tersebut.

9
2.4 KESEHATAN

Masalah pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga masyarakat dan merupakan hal yang
sangat penting bagi peningkatan kualitas masyarakat kedepan. Masyarakat yang produktif harus
didukung oleh kondisi kesehatan. Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang terserang penyakit. Dari data yang ada
menunjukkan adanya jumlah masyarakat yang terserang penyakit relatif tinggi.

Secara umum tingkat pemahaman masyarakat Desa Krisik tentang budaya hidup bersih,
lingkungan yang bersih dan penataan sanitasi yang baik masih kurang. Masih banyak masyarakat
yang tidak mempunyai MCK, kandang ternak dekat sekali dengan tempat tinggal, saluaran
pembuangan rumah tangga dan ternah masih sekedar dialirkan ke pekarangan rumah. Kondisi
inilah yang menjadi tantangan di masa mendatang agar Kesehatan masyarakat secara umum
menjadi baik.

TABEL 8
SARANA KESEHATAN DI DESA KRISIK
NO URAIAN JUMLAH
1 Puskesmas Pembantu 1
2 Posyandu 6
3 Praktek Pribadi 1
4 Tenaga Medis 1
5 Dukun Bayi Terdidik -
6 Ambulan -

2.5 KEADAAN SOSIAL

Dengan adanya perubahan dinamika politik dan sistem politik di Indonesia yang lebih
demokratis, memberikan pengaruh kepada masyarakat untuk menerapkan suatu mekanisme
politik yang dipandang lebih demokratis. Dalam konteks politik lokal Desa Krisik, hal ini
tergambar dalam pemilihan kepala desa dan pemilihan-pemilihan lain (pilleg, pilpres,
pemilukada, dan pemilugub) yang juga melibatkan warga masyarakat desa secara umum.

Khusus untuk pemilihan Kepala Desa Krisik, sebagaimana tradisi kepala desa di Jawa, biasanya
para peserta (kandidat) nya adalah mereka yang secara trah memiliki hubungan dengan elit
kepala desa yang lama. Hal ini tidak terlepas dari anggapan masyarakat banyak di desa-desa
bahwa jabatan kepala desa adalah jabatan garis tangan keluarga-keluarga tersebut. Fenomena
inilah yang biasa disebut “pulung” dalam tradisi Jawa bagi keluarga tersebut.
Jabatan kepala desa merupakan jabatan yang tidak serta merta dapat diwariskan kepada anak
cucu. Mereka dipilih karena kecerdasan, etos kerja, kejujuran dan kedekatannya dengan warga

10
desa. Kepala desa bisa diganti sebelum masa jabatannya habis, jika ia melanggar peraturan
maupun norma-norma yang berlaku. Begitu pula ia bisa diganti jika ia berhalangan tetap.

Karena demikian, maka setiap orang yang memiliki dan memenuhi syarat-syarat yang sudah
ditentukan dalam perundangan yang berlaku, bisa mengajukan diri untuk mendaftar menjadi
kandidat kepala desa. Fenomena ini juga terjadi pada pemilihan Kepala Desa pada tahun 2004.
Pada pilihan kepala desa ini partisipasi masyarakat sangat tinggi, yakni hampir 95 %. Ada dua
kandidat kepala desa pada waktu itu yang mengikuti pemilihan kepala desa.

Pada bulan Juli dan Nopember 2008 ini masyarakat juga dilibatkan dalam pemilihan Gubernur
Jawa Timur putaran I dan II secara langsung. Walaupun tingkat partisipasinya lebih rendah dari
pada pilihan kepala Desa, namun hampir 70% daftar pemilih tetap, memberikan hak pilihnya. Ini
adalah proggres demokrasi yang cukup signifikan di Desa Krisik

Setelah proses-proses politik selesai, situasi desa kembali berjalan normal. Hiruk pikuk warga
dalam pesta demokrasi desa berakhir dengan kembalinya kehidupan sebagaimana awal mulanya.
Masyarakat tidak terus menerus terjebak dalam sekat-sekat kelompok pilihannya. Hal ini
ditandai dengan kehidupan yang penuh tolong menolong maupun gotong royong.

Walaupun pola kepemimpinan ada di Kepala Desa tapi mekanisme pengambilan keputusan
selalu ada pelibatan masyarakat baik lewat lembaga resmi desa seperti Badan Permusyawaratan
Desa maupun lewat masyarakat langsung. Dengan demikian terlihat bahwa pola kepemimpinan
di Wilayah Desa Krisik mengedepankan pola kepemimpinan yang demokratis.

Berdasarkan deskripsi beberapa fakta di atas, dapat dipahami bahwa Desa Krisik mempunyai
dinamika politik lokal yang bagus. Hal ini terlihat baik dari segi pola kepemimpinan, mekanisme
pemilihan kepemimpinan, sampai dengan partisipasi masyarakat dalam menerapkan sistem
politik demokratis ke dalam kehidupan politik lokal.

Berkaitan dengan letaknya yang berada diperbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah suasana
budaya masyarakat Jawa sangat terasa di Desa Krisik Dalam hal kegiatan agama Islam misalnya,
suasananya sangat dipengaruhi oleh aspek budaya dan sosial Jawa. Hal ini tergambar dari
dipakainya kalender Jawa/Islam, masih adanya budaya nyadran, slametan, tahlilan, mithoni, dan
lainnya, yang semuanya merefleksikan sisi-sisi akulturasi budaya Islam dan Jawa.

Dengan semakin terbukanya masyarakat terhadap arus informasi, hal-hal lama ini mulai
mendapat respon dan tafsir balik dari masyarakat. Hal ini menandai babak baru dinamika sosial
dan budaya, sekaligus tantangan baru bersama masyarakat Desa Krisik Dalam rangka merespon
tradisi lama ini telah mewabah dan menjamur kelembagaan sosial, politik, agama, dan budaya di
Desa Krisik Tentunya hal ini membutuhkan kearifan tersendiri, sebab walaupun secara budaya

11
berlembaga dan berorganisasi adalah baik tetapi secara sosiologis ia akan beresiko menghadirkan
kerawanan dan konflik sosial.

Dalam bidang keagamaan, Desa Krisik terdiri dari berbagai agama yang dapat hidup
berdampingan, data jumlah penduduk menurut agama seperti dalam tabel berikut :

TABEL 9
JUMLAH PENDUDUK MENURUT AGAMA

NO AGAMA JUMLAH PROSENTASE


1 Islam 5960 81,56%
2 Hindu 1325 18,13%
3 Budha 4 0,06%
4 Kristen 17 0,23%
5 Katolik 1 0,02%
6 Lain Lain 0 0,00%
JUMLAH 7.307 100,00%

Kehidupan yang rukun antar umat beragama akan sangat kelihatan pada saat hari raya salah satu
agama, dimana umat agama lain akan saling berkunjung ke rumah umat yang sedang merayakan
hari raya tersebut. Dalam kegiatan diluar kegiatan keagamaan seperti kegiatan gotong royong
dan lainnya, perbedaan agama ini tidak akan tampak, karena kerukunan dan kekompakan yang
telah terbina selama ini.

2.6 KEADAAN EKONOMI

Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Desa Krisik Rp. 5.400.000 per tahun Secara umum mata
pencaharian pokok masyarakat Desa Krisk adalah petani/pekebun. Tetapi seiring dengan
berjalannya waktu, banyak sekali penduduk yang mulai menjadi peternak sapi perah atau selalin
sebagai petani, mereka sebenarnya juga beternak terutama sapi perah.
Ternak sapi perah ini banyak mendongkrak perekonomian masyarakat, dari sapi diperah, setiap
harinya dihasilkan sekitar sekitar 12.000 liter susu segar. Sebuah potensi yang sangat besar, dari
susu masih bisa diolah menjadi makanan olahan susu yang akan dapat menambah pendapatan
masyarakat. Kemudian dari kotoran hewan ternak besar yang ada dapat dijadikan sebagai biogas
dan pupuk kompos. Untuk mensukseskan program hemat energy,Desa Krisik sangat
memungkinkan untuk menjadi desa mandiri energy yang berasal dari biogas.

12
TABEL 10
DATA TERNAK HEWAN BESAR

NO HEWAN JUMLAH PROSENTASE


1 Sapi Perah 3.079 95,21%
2 Sapi Potong 58 1,79%
3 Kerbau 97 3,00%
JUMLAH TOTAL 3.324 100,00%
Adanya buruh migran yaitu Tenaga Kerja Indonesia dan Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW) yang
bekerja di luar negeri, sangat membantu sosial ekonomi keluarganya di Desa Krisk. Banyak
rumah-rumah yang sangat bagus dibangun di Desa Krisik ini dari hasil yang diperoleh Pahlawan-
pahlawan devisa ini. Mereka sebagian besar bekerja di Hongkong, Taiwan dan Malaysia.

TABEL 11
MATA PENCAHARIAN DAN JUMLAHNYA

NO MATA JUMLAH PROSENTASE


PENCAHARIAN
1 Sektor Pertanian 2.088 Orang 52,63%
2 Sektor Peternakan 903 Orang 22,76%
3 Jasa/perdagangan
Jasa pemerintahan 10 Orang 0,25%
Jasa perdagangan 197 Orang 4,96%
Jasa angkutan 34 Orang 0,86%
Jasa keterampilan 8 Orang 0,19%
Jasa lainya 57 Orang 1,43%
4 Sektor industri 57 Orang 1,42%
5 Sektor lain 614 Orang 15,49%
JUMLAH 3.967 Orang 100%

Dengan melihat data di atas maka angka pengangguran di Desa Krisik masih cukup rendah.
Berdasarkan data lain dinyatakan bahwa jumlah penduduk usia 20 – 55 yang belum bekerja
berjumlah 187 orang dari jumlah angkatan kerja sekitar 4.154 orang. Angka-angka inilah yang
merupakan kisaran angka pengangguran di Desa Krisik. Dari 52.63 % penduduk yang bekerja di
bidang pertanian, 75,48 % diantaranya merupakan buruh tani dan dari 22,76 % yang bekerja
dibidang peternakan, 58,24 % diantaranya merupakan buruh peternakan.

13
2.7 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH DESA

Sebagai sebuah desa, sudah tentu struktur kepemimpinan Desa Krisik tidak bisa lepas dari
strukur administratif pemerintahan pada level di atasnya. Hal ini dapat dilihat dalam bagan
berikut ini:

BAGAN 1
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA KRISIK

TABEL 13
NAMA PEJABAT PEMERINTAH DESA KRISIK

NO JABATAN NAMA
1 Kepala desa Hari budi setiawa
2 Sekretaris desa Rujianto
3 Kepala urusan pemerintahan Kateno
4 Kepala urusan umum Anik sutarti
5 Kepala urusan ekonomi/ Lupa
pembangunan
6 Kepala urusan keuangan Rika
7 Kepala urusa kesejahteraan Lupa
rakyat
8 Kepala dusun 1 ( krisik ) Atik
9 Kepala dusun 2 ( wonorejo ) Guntoro
10 Kepala dusun 3 ( tirtomoyo ) Anang sugianto
11 Kepala dusun 4 ( barurejo ) Edi susanto
12 PTL Modin Rianto
13 PTL Jogoboyo Lupa
14 PTL Kebutuhan kantor Mos
15 PTL operator komputer Anang puspita

Secara umum pelayanan pemerintahan Desa Krisik kepada masyarakat cukup memuaskan dan
kelembagaan yang ada berjalan sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.

14
2.8 SARANA DAN PRASARANA DESA

TABEL 15
PRASARANA DAN SARANA DESA

NO URAIAN JUMLAH KETERANGAN


1 Kantor kepala desa 1 Fasilitas Belum
lengkap
2 Balai desa 1
3 Kantor BPD 1
4 Kantor LPMD 1
5 Gedung SLTP -
6 Gedung SD 4 Perlu perbaikan dan
pelengkapan fasilitas
7 Gedung TK 5 Perlu perbaikan dan
pelengkapan fasilitas
8 Gedung PAUD - Diperlukan 2 gedung
PAUD
9 Masjid 4
10 Musholla 9 Perlu perbaikan
11 Pura 1
12 Sanggar 6 Perlu perbaikan
13 Gereja 1
14 Pasar desa -
15 Puskesmas 1 Perlu perbaikan dan
pelengkapan fasilitas
16 Lapangan sepak bola 1 Ukuran tak
memenuhi standart
17 Gedung olahraga -
18 Poskamling 6
19 TPU 4 Sudah sangat penuh
20 Tempat wisata 1
21 Jembatan 15 Sebagian perlu
perbaikan
22 Cek dam 6 Perlu perbaikan
sebagian rusak berat
23 Saluran irigasi 2 Perlu perbaikan

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gedung SLTP sangat diperlukan oleh masyarakat Desa Krisik, untuk menampung banyaknya
lulusan siswa dari 4 SD yang, SLTP terdekat berjarak 7 km dari Desa Krisik, sehingga
memberatkan orang tua siswa dalam hal transportasi

Gedung SLTA terutama SMK yang terdekat selama ini berjarak 17 km dari Desa Krisik,
sehingga keberadaan SMK ini diharapkan bisa lebih dekat dengan Desa Krisik.

Pasar Desa tidak ada, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat biasanya mereka
datang ke toko, kios dan pedagang keliling yang ada, Pasar Desa ini diperlukan terutama
untuk menampung hasil pertanian masyarakat (Pasar Agro), karena untuk menjual hasilnya,
masyarakat harus menempuh perjalanan 14 km ke Pasar di Kecamatan Wlingi.

Lapangan Sepakbola perlu diperbaiki dalam hal ukuran maupun perataan tanah, serta
penambahan fasilitas lain seperti pagar.

Gedung olah raga perlu dibangun, karena untuk berlatih volley ball dan bulu tangkis,
masyarakat harus berlatih di Desa Semen Kecamatan Gandusari (7 km dari Desa Krisik)

Pura Arga Sunya, yang terletak di perbukitan dan sangat besar serta indah perlu diperbaiki
fasilitasnya dan dibangun taman-taman di sekitar Pura, agar dapat dijadikan obyek wisata.

Taman Wisata Rambutmonte perlu dikelola lebih profesional, dan menambahkan sarana
kegiatan outbond dan bumi perkemahan.

Secara umum prasarana dan sarana yang ada di Desa masih kurang lengkap mengingat jumlah
penduduk sekitar 7.307 jiwa.

16

Anda mungkin juga menyukai