Anda di halaman 1dari 2

1.

Menghitung Nilai Tambah

Dalam contoh ini akan diperhatikan transaksi dan kegiatan memproduksi yang

akan dilalui dalam mewujudkan perabot rumah tangga-seperti kursi, tempat tidur, dan

lemari. Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk membuat perabot itu adalah

menebang kayu di hutan, menggergaji kayu hutan untuk dijadikan papan, membuat

perabot di pabrik perabot, dan menjual perabot itu di toko perabot.

Seterusnya misalkan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh 4 perusahaan yang

berbeda. Perusahaan yang menebang kayu menjual kayu hutan kepada penggergaji

papan seharga Rp 50 ribu. Papan yang digergaji dijual kepada pembuat perabot dengan

harga Rp 200 ribu. Pengusaha perabot, setelah membuat berbagai jenis perabor dan

menjualnya, memperoleh hasil penjualan sebanyak Rp 600 ribu. Secara keseluruhan

toko perabot menerima Rp 800 ribu dari penjualan perabot kepada konsumen.

Berdasarkan contoh di atas, dalam Tabel 2. ditunjukkan cara menghitung nilai tambah.

Dimisalkan pengambilan kayu hutan tidak membayar sesuatu pun untuk

menebang kayu di hutan. Dengan demikian nilai tambah yang diciptakan penebang

kayu hutan adalah Rp 50 ribu. Secara keseluruhannya nilai tambah yang diciptakan oleh

keempat kegiatan ekonomi tersebut adalah sebagai berikut (nilai dalam ribu rupiah):

Tabel 2. Contoh Menghitung Nilai Tambah

Nilai (Ribu Nilai


Jenis Kegiatan
Penjualan rupiah) Tambah
1. Mengambil kayu hutan 50 50
2. Menggergaji papan 200 150
3. Membuat perabot 600 400
4. Menjual perabot di toko 800 200
Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah 1.650 800

i. Penebang kayu pohon Rp 50 ribu

ii. Penggergaji papan Rp 200 – Rp 50 = Rp 150 ribu

iii. Pembuat perabot Rp 600 – Rp 200 = Rp 200 ribu

iv. Toko perabot Rp 800 – Rp 600 = Rp 200 ribu

Dengan demikian jumlah nilai tambah yang diwujudkan oleh keempat kegiatan itu

adalah: ( 50+150+ 400+200 ) =Rp800 Ribu . (Catatan: Jumlah nilai penjualan adalah Rp

1.650 ribu). Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini adalah Rp 800 ribu juga.

Ini berarti dalam penghitungan menurut cara produk neto, nilai pendapatan nasional

yang disumbangkan berbagai kegiatan di atas adalah sama dengan dalam

penghitungan menurut cara pengeluaran. Contoh ini jelas menunjukkan bahwa terdapat

dua alternatif dalam menghitung pendapatan nasional, yaitu cara pengeluaran dan cara

produk neto. Dalam cara pengeluaran yang diperhatikan adalah nilai barang jadi

(perabot) yang dijual toko perabot, sedangkan dalam cara produk neto yang

diperhatikan adalah tambahan nilai yang diwujudkan oleh empat kegiatan ekonomi di

atas1.

1 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, Ed.3, Cet.23, Jakarta: Rajawali Pers, 2015,
h.43.

Anda mungkin juga menyukai