Anda di halaman 1dari 1

GISU

Adalah gigi palsu. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka banyak kendala dari tubuh yang
dimilikinya. Semangat boleh sama namun tubuh tidak seindah dan sekuat saat masih muda. Tubuh mempunyai
masa kadaluarsa yang berbeda dari setiap orang. Ada yang kalah duluan rambut beruban, kulit keriput, mata
rabun, gigi tanggal, dan masih banyak lagi.

Gigi yang terdiri dari deretan tulang belulang dalam mulut ternyata membuat perhatian tersendiri bagi
pemiliknya. Demi sekedar penampilan, pemilik gigi rela mengeluarkan jutaan rupiah untuk mengurusnya.
Orang rela bersakit sakit ria untuk merawat, memperbaki maupun memasang gisu. Ternyata gigi sangatlah
penting, kadang lobang setitik jarum saja “lorone setengah mati tapi ora ono sing nyambangi”

Pemasangan gisu merupakan sebuah perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan sengaja setelah tahu
terjadi keompongan. Namun gisu bila dilihat dari fungsinya sebenarnya tidak lebih dari kamuflase sebuah
penampilan belaka agar tidak kelihatan bogang, bila gisu digunakan untuk menggigit makanan layaknya gigi
asli jelas berbeda baik rasa maupun kekuatannya. Sehingga gisu hanyalah merupakan penampilan untuk
kepentingan diri sendiri dan bahkan bisa dimanfaatkan untuk alat penipuan dari sebuah penampilan.

Apa korelasinya dengan keseharian kita…??? Seiring dengan pergeseran masa dan pertukaran waktu
sederet gigi yang terdapat dalam mulut bisnis kita, yang bernama People engagement, Environmental Health
& Safety, Shareholder Value, Customer Delivery Reliability, Product Quality & Customer Care, jika tidak
kita rawat dengan baik dan benar maka gigi gigi kita itu bisa berlubang, keropos bahkan tanggal. Jika gigi kita
berlobang, kita bisa merasakan sakit dan level sakitnya hampir sama dengan sakit hati. Salah satu cara untuk
merawat gigi bisnis kita adalah dengan lomba Continuous improvement yang biasa disebut dengan QIC.

Setiap tahun kita saksikan hiruk pikuk perhelatan QIC yang gaungnya sampai mendunia. Dengan
berangkat dari filosofi PDCA yang dikembangkan dan kemudian muncul istilah, MEDIC atau DMAIC dan
metode- metode modern lain, sehingga diharapkan bisa dengan cepat, tepat dan akurat menganalisa dan mencari
gigi yang mana yang sudah lobang atau bogang, kenapa kok bisa terjadi, langkah apa yang diambil untuk
menghilangkan bogang, rencana apa yang disusun supaya tidak terjadi bogang lagi, kapan rencana itu harus
terlaksana, bagaimana mengontrol dan mengukur keefektifannya, dan masih banyak lagi pertanyaan2 yang telah
diantisipasi jawabannya.

Demi QIC, kita rela berkorban waktu, tenaga dan beaya, kita rela bersibuk sibuk ria, kita rela
mengeluarkan ratusan juta rupiah, tentunya QIC diharapkan TIDAK seperti gisu yang bila dilihat dari
fungsinya sebenarnya tidak lebih dari kamuflase sebuah penampilan belaka agar tidak kelihatan bogang, bila
gisu digunakan untuk menggigit makanan jelas tidak seindah yang dibayangkaan. Singkatnya gisu hanyalah
untuk kepentingan diri sendiri dan bahkan bisa dimanfaatkan untuk alat penipuan dari sebuah penampilan.

Bravo GISU…..!!!!! eh keliru Bravo QIC…..!!!!!

Salam inspirasi

Anda mungkin juga menyukai