Anda di halaman 1dari 17

MENGANALISIS SISTEMATIKA DAN KEBAHASAAN KRITIK DAN ESSAY

Diajukan untuk memenuhi tugas bahasa indonesia

PENGAMPUN:

R.SUPARMAN MUSTAPA,M.PD

Kelompok 13:

Halimatus Saniyah (18)

Puteri Sarina Afandi (24)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KALIANGET

2022-2023
DAFTAR ISI

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaannya.
sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna.

Penulis disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah ini
dengan baik tanpa adanya hambatan sedikitpun walaupun ada banyak sekali hal yang sebenarnya
harus diurus tapi penulis bersyukur akhirnya makalah ini dapat selesai juga dengan hasil seperti
yang penulis sudah rencanakan sebelumnya.

Penulis banyak banyak berterimakasih kepada berbagai pihak yang sudah mendukung dan
membantu penulis dalam menyelesikan makalah ini seperti bapak guru bahasa Indonesia pak
Raden yang sudah selalu mengajarkan kami bagaimana menyusun makalah ini dengan baik dan
benar,serta keluarga kami khususnya kedua orang tua kami yang selalu mendukung kami dengan
baik dan sabar selama ini dan terakhir kami berterimakasih juga kepada diri kami sendiri yang
sudah berjuang menyelesikan makalah ini hingga akhirnya bisa tersusun dan selesai tepat waktu.

Makalah ini disusun berdasarakan apa yang sudah penulis baca dan cari selama sebulan tentang
menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik atau essay yang menjadi topik utama dalam
makalah yang penulis susun kali ini.Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan
perbaikannya.sekian hal hal yang bisa penulis sampaikan,mohon maaf bila ada salah kata dan
salah ucapan,kurang lebihnya terimakasih.

Sumenep, 05 agustus 2022

penulis
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................................ii

Daftar isi...........................................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

1. Latar belakang.......................................................................................................1
2. Tujuan....................................................................................................................1
3. Manfaat..................................................................................................................1

BAB II: PEMBAHASAN

1. Pengertian menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan essay.................2


2. Perbedaan sistematika kritik dan essay.................................................................2
3. Perbedaan kritik dan essay....................................................................................3
4. Struktur kritik dan essay........................................................................................4
5. Tujuan kritik dan essay.........................................................................................4
6. Manfaat kritik dan essay.......................................................................................4
7. Langkah Langkah kritik dan essay........................................................................5
8. Kebahasaan kritik dan essay.................................................................................5
9. Menyusun kritik dan essay....................................................................................7
10. Contoh kritik dan essay.........................................................................................8

BAB III: PENUTUP

BAB IV: DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Latar belakang makalah ini di buat untuk memenuhi makalah tugas kelompok kami
yang bertema ‘’menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan essay’’. Menganalisis
berasal dari kata analisi, menurut tesaurus bahasa Indonesia, sinonim kata analisis adalah
penguraian, pembagian, pembelahan, pemecahan, pemisahan.secara umum arti dari
analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan,
memilah sesuatu untuk di golongkan dan di kelompokkkan Kembali menurut kriteria
tertentu kemudia dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
Sistematika ktitik dan essay adalah pengenalan isu atau tinjauan karya sastra,
pembahasan atau pemaparan argument, serta penilaian dan dokumentasi. Sistematika
essay berisi latar belakang, informasi atau identifikasi dan subjek atau objek yang akan
dibahas. Sedangkan kebahasaan adalah unsur yang terdapat dalam suatu Bahasa, baik
lisab maupun tulisan. Dari pengertian kebahsaan di atas, kaidah kebahasaan dapat
diartikan sebagai pedoman dalam merangkai unsur unsur dalam suatu Bahasa, baik
berupa tulisan maupun lisan.
Teks kritik dan essay berdasarkan fungsinya dapat dimasukkan dalam genre teks
eksposisi, teks eksposisi digunakan untuk menyampaikan pendapat. Sistematika kritik
dan essay dapat dilihat dari struktur teks nya. Struktur kritik dan essay sama dengan
struktur teks eksposisi.
2. Tujuan
 Mengetahui apa itu menganalisis, sisitematika, dan kebahasaan kritik dan essay.
 Mengetahui apa perbedaan sistematika kritik dan essay.
 Mengetahui apa perbedaan kritik dan essay.
 Mengetahui apa saja struktur kritik dan essay.
 Mengetahui bagaimana tujuan ktitik dan essay.
 Mengetahui apa saja manfaat kritik dan essay.
 Mengetahui Langkah Langkah kritik dan essay.
 Mengetahui bagaimana kebahasaan kritik dan essay.
 Mengetahui cara Menyusun kritik dan essay.
 Mengetahui contoh kritik dan essay.

3. Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana menganalisi
sistematika dan kebahasaan kritik dan essay.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian menganalisis sistematika dan kebahasaan kritik dan essay.


kritik sastra adalah karangan yang ditujukan untuk menanggapi suatu hal. Essay
adalah karangan pribadi tentang apa saja. Ketika menulis kritik dan essay, kita perlu
memperhatikan sistematika dan kaidah kebahasaan. Kritik dan essay adalah dua jenis
tulisan yang hampir sama karena keduanya harus berdasarkan analisis dan penilaian
secara objektif, agar dapat menjadi suatu karya terpercaya dan bukan hanya opini semata.
F. rahardi dalam panduan lengkap menulis artikel, feature, dan essay (2006)
mengungkapkan, dalam ilmu jurnalistik, essay adalah analisis penulis yang diambil dari
sudut pandang beberapa disiplin ilmu, dengan subjektivitas yang khas dari penulisnya.
Dalam keterampilan menulis (2016) karya H dalman, mengarang adalah proses
mengungkapkan gagasan, ide, angan angan, dan perasaan yang disampaikan melalui
unsur unsur Bahasa (kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana yang utuh)
dalam bentuk tulisan. Karangan kritik akademis maupun nonakademis memiliki
kesamaan, yaitu berisi tanggapan atau komentar objek atau subjek tertentu.
Penulisan kritik harus objektif, sehingga gaya kepenulisan dan pandangan pribadi
penulis harus dibatasi. Kritik dapat menjadi koreksi atau penelitian. Oleh karena itu,
penulisannya sebisa mungkin akan dicerna dengan baik. Sedangkan penulisan essay
berbeda dengan opini yang menekankan pendapat pribadi. Essay mengutamakan analisis
dengan bantuan teori atau disiplin ilmu tertentu. Meski penulis essay memiliki
karakteristik dan gaya kepenulisan nya masing masing, tetapi tidak lepas dari sistematika
essay.
2. Perbedaan sistematika kritik dan essay.
Berikut adalah sistematika kritik sastra:
 Interprestasi
Adalah membaca dan menafsirkan makna yang didapat setelah membaca atau
menelaah hal yang akan dikritik. Menafsirkan makna juga dapat dilihat
berdasarkan unsur unsur yang membangun.
 Analisis
Adalah menelaah mana saja yang menjadi kelehamahan dan kelebihannya.
Analisis harus dilakukan berdasarkan data yang terdapat objek atau subjek yang
dikritik dengan metode dan teori yang berkaitan.

Berikut adalah sistematika essay:

 Pendahuluan
Pendahuluan berisi latar belakang, informasi, atau identifikasi dari subjek atau
objek yang akan dibahas.
 Tubuh essay
Tubuh essay adalah narasikan gagasan yang hendak sidampaikan. Narasi tersebut
dapat disampaikan melalui sub topik atau penjelasan.
 Kesimpulan
Kesimpulan adalah menyebutkan ulang topik yang ingin disampaikan dengan
ringkas dan dilengkapi dengan hasil observasi, penilaian, atau sudut pandangan
penulis.
3. Perbedaan kritik dan essay.
 Objek kajian
Kritik: objek kajiannya hanya berupa karya, seperti seni, sastra, dan film.
Essay: objek kajiannya meliputi karya dan fenomena.
 Deskripsi
Kritik: terdapat deskripsi berupa ringkasan atau sinopsiss.
Esasay: tidak ada sinopsisatau ringkasan karya.
 Data
Kritik: data yang disajikan bersifat objektif.
Essay: tidak selalu membutuhkan data.
 Penilaian
Kritik: penilaian dilakukan secara objektif dengan dukungan data, alas an logis,
dan kajian teori yang sudah mapan.
Essay: penilaian dilakukan secara subjektif berdasarkan pendapat penulis esai dan
hampir tidak pernah mencantumkan kajian teori.
 Cakupan pembahasan
Kritik: pembahasan terhadap karya secara utuh dan menyeluruh.
Essay: objek kajian tidak dibahas menyeluruh, hanya pada aspek yang dinilai
menarik.
 Ciri ciri kritik sastra dan esai.
Ciri ciri kritik sastra:
a. Tanggapan terhadap hasil karya sastra.
b. Memberikan pertimbangan buruk dan baik (kekurangan dan kelebihan)
sebuah karya sastra.
c. Pertimbangan bersifat objektif.
d. Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
e. Memberikan saran perbaikana tau penyempurnaan.
f. Tidak berprasangka dan tidak terpengaruh terhadap penulisan nya.
g. Tidak terpengaruh siapa penulisnya.

Ciri ciri essay:

a. Berbentuk prosa.
b. Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
c. Memiliki gaya pembeda.
d. Selalu tidak utuh.
e. Memenuhi keutuhan penulisan.
f. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.
4. Struktur kritik dan essay.
Struktur kritik sastra dan esai ada tiga yaitu:
 Pendapat / tesis
Pendapat / tesis berisi tentang penjabarab mengenai pandangan penulis terhadap
objek atau fenomena yang dibahas.
 Argumen
Argumen adalah menyampaikan alasan yang logis dan bersifat subjektif.
 Penegasan ulang (reiterasi)
Penegasan ulang adalah ringkasan atau pengulangan Kembali hal yang sudah
disampaikan dan menjadi penegasan dari bagian argumentasi.
Dalam teks kritik, pendapat / tesis yang disampaikan adalah hasil penilaian
sebuah karya. Argument yang disajikan berupa data data objektif dalam karya
serta alas an yang logis. Penegasan ulang dalam kritik dapat berupa ringkasan
atau pengulangan Kembali tesis dalam kalimat yang berbeda.
Dalam teks essay, pendapat / tesis yang disampaikan adalah pandangan
penulis terhadap objek atau fenomena yang disorotinnya. Argument yang
disajikan berupa alasan yang logis dan subjektif. Penegasan ulang dalam essay
dapat berupa ringkasan atau pengulangan kembali.
Hal hal diatas sangat perlu diperhatikan Ketika hendak menulis analisis
sistematika dan kebahasaan kritik sastra dan esai supaya hasilnya memuaskan
pembaca.
5. Tujuan kritik dan essay.
kritik satra bertujuan untuk memberikan panduan yang benar, mrnyusun teori sastra dan
sejarah sastra, membantu perkembangan kesastraan suatu bangsa karena memberikan
manfaat kepada masyarakat tentang pemahaman sastra dan apresiasi sastra.
Essay bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar percaya terhadap pendapat, pendirian,
atau penilaian kita tentang suatu hal. Dengan tujuan tersebut, terdapat yang dituangkan
dalam essay hendaknya disertai dengan data data atau fakta yang menunjang agar
pembaca yakin terhadap pendapat penulis.
6. Manfaat kritik dan essay.
 Manfaat kritik sastra sebagai berikut:
a. Manfaat kritik sastra bagi penulis.
Memperluas wawasan penulis baik yang berkaitan dengan soal Bahasa,
objek atau tema tema karangan, maupun Teknik bersastr, dan
meningkatkan kualitas karangan.
b. Manfaat kritik sastra bagi pembaca.
Menunbuhkan kecintaan pembaca kepada karya sastra, dan meningkatkan
kemampuan mengapresiasi karya sastra.
c. Manfaat karya sastra bagi perkembangan sastra.
Memperluas cakrawala atau permasalahan yang ada dalam karya sastra,
dan mendorong laju perkembangan sastra baik kualitatif maupun
kuantitatif.
 Manfaat essay sebagai berikut:
a. Berbagi dan membuka pengalaman, ide dan opini kepada orang lain.
b. Mengembangkan gagasan gagasan baru dari sudut pandang yang berbeda.
c. Berbagai jembatan antara pendapat satu dengan pendapat lain yang terjadi
di masyarakat.
d. Berbagai bahan pertimbangan oleh suatu pihak dalam mengeluarkan
berbagai pendapat.
e. Sebagai penyeimbang perbedaan pendapat agar tidak saling berbenturan.
f. Sebagai solusi baru yang mungkin dapat direalisasikan pada bidangnya.
g. Sebagai alat ukur bagi diri sendiri tentang sejauh mana kemampuan
menulisnya.
Hal hal di atas sangat bermanfaat bagi penulis, pembaca, perKembangan
sastra, dan lain lain.
7. Langkah Langkah kritik dan essay.
 Langkah Langkah kritik sebagai berikut:
a. Memilih karya sastra.
b. Melakukan interpretasi.
c. Analisis.
 Langkah Langkah essay sebagai berikut:
a. Menentukan tema atau topik.
b. Membuat garis besar untuk ide yang akan dibahas.
c. Menulis pendapat sebagai penulis dengan kalimat yang singkat dan jelas.
d. Menulis tubuh tubuh essay memulai dengan memilih poin penting yang
akan dibahas, lalu mulailah buat beberapa subtema pembahasan supaya
lebih mudah.
e. Memahami maksud dari gagasan, selanjutnya kembangkan subtema yang
telah dibuat sebelumnya.
f. Memuat paragraph pertama yang bersifat sebagai pendahulan (alas an atau
latar belakang penulis essay).
g. Membuat kesimpulan.
8. Kebahasaan kritik dan essay.
Sebagai teks eksposisi, teks kritik sastra dan essay secara umum juga memiliki kaidah
kebahasaan yang hampir sama dengan teks eksposisis.
 Menggunakan pernyataan pernyataan persuasif.
Contohnya :
a. Oleh karena itu, berhadapan dengan novel model ini, kita (pembaca) mesti
memulainya tanpa prasangka dan menghindar dari jejalan pikiran yang
berpretensi pada sejumlah horizon harapan. Bukankah banyak pula novel
kanon yang peristiwa peristiwa awalnya dibangun melalui narasi yang
lambat?
b. Rangkaian kalimat Panjang yang melelahkan itu, diolah dalam kemasan
yang lain sebagai alat untuk bangunan peristiwa. Wujudlah rangkai
peristiwa dalam kalimat kalimat yang tidak menjalar jauh berkepanjangan
kesana kemari, tetapi cukup dengan penghadiran 2 sampai 4 peristiwa
berikut berbagai macam latarnya.
 menggunakan pernyataan yang menyatakan fakta untuk mendukung atau
membuktikan kebanaran argumentasi penulis / penuturnya. Mungkin pula
diperkuat oleh pendapat ahli yang dikutipnya ataupun pernyataan pernyataan
pendukung lainnya yang bersifat menguatkan. Dalam contoh diatas, kutipan
tampak pada ikrar sumpah pemuda.
 Menggunakan pernyataan atau ungkapan yang bersifat menilai atau
mengomentari.
Pemanfaatan / atau lebih tepat eksplorasi – setiap kata dalam kalimat tampak
begitu cermat dalam usahanya merangkai setiap peristiwa. Eka seperti hendak
menunjukkan dirinya sebagai “eksperimental” yang sukses bukan lantaran factor
kebetulan. Ada kesungguhan yang luar biasa dalam menata setiap peristiwa dan
kemudian mengelindankannya menjadi struktur cerita. Dibalik itu, tampak pila
adanya semacan kekhawatiran untuk tidak melalukan kelalaian yang tidak perlu.
 Menggunakan istilah Teknis berkaitan dengan topik yang dibahasnya. Topik
contoh taks kritik adalah novel dan istilah istilah yang digunakan juga berkaitan
dengan novel, misalnya narator, antologi, eksplorasi, eksperimen, mitos, biografi,
dan alur. Topik pada teks essay adalah film, terutama film “batman”. Istilah
istilah film yang digunakan antara lain polisinalitas, trilog Nolan, planetary,
remote control, alegori, dan candide.
Dengan menggunakan kamus besar bahas indonesia, baik cetak maupun versi
daring, dan kamus istilah bidang film, carilah arti istilah istilah tersebut.
 Menggunakan kata kerja mental. hal ini terkait dengan karakteristik teks eksposisi
yang bersifat argumentatif dan bertujuan mengemukakan sejumlah pendapat. Kata
kerja yang dimaksud, antara lain, memendam, mengandalkan, mengidentifikasi,
mengingatkan, menegaskan, dan menentukan. Contohnya:
a. Sebuah novel yang juga masih memendam semangat eksperimen.
b. Dengan hanya mengandalkan sebuah alinia dan 21 kalimat, eka bercerita
tentang sebuah tragedi pembantaian yang terjadi di negeri anta / beranta
(halimunda).
c. Kadang kala muncul disana sini pola kalimat yang megingatkan kita pada
style penulis melayu tiongkoa.
d. Tiapkali kita memang bisa mengidentifikasinya dari sebuah topeng
kelelawar yang itu itu juga.
e. Sebab itu batman bisa bercerita tentang asal mula, tapi asal mula dalam
posisinya yang bisa diabaikan: wujud yang pertama tak menentukan sah
atau tidaknya wujud yang ke 2 dan terakhir.
f. Yang ada adalah simulacrum / yang masing masing justru menegskan
yang beda dan yang banyak dari dan kedalam dirinya, dan tiap aktualisasi
punya harkat yang singular, tak bisa dibandingkan.
Selain mengikuti kaidah kebahasaan teks eksposisi secara umum teks essay
memiliki karakter khas yaitu gaya Bahasa berupa pilihan kata, struktur kalimat
dan gaya penulisannya merupakan hal yang berkaitan erat dengan penulis essay
secara pribadi. Setiap penulis essay, memiliki gaya Bahasa yang khas yang
membedakannya dengan penulis essay yang lain. Sebagai contoh, essay yang
ditulis gunawan Muhammad pasti berbeda dengan gaya bahasa essay yang ditulis
oleh A.S. laksana, bakdi sumanto, dan umar kayam. Bahkan bagi penikmat essay,
Ketika membaca satu paragraph teks essay dan nama penulisnya, ia akan dapat
menebak siapa penulisnya.
9. Menyusun Kritik dan Essay.
Membuat kritik dan essay yang baik akan melibatkan beberapa langkah sederhana.
Langkah-langkah tersebut berdasarkan berbagai aspek dari kritik dan essay yang telah
dijabarkan sebelumnya, meliputi, struktur, kaidah kebahasaan, dan sebagainya.
 Mengonstruksi Kritik Sastra
Dalam menulis kritik, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan membaca
dan menikmati sepenuhnya karya yang akan dikritik terlebih dahulu. Selanjutnya,
dapat dilanjutkan dengan beberapa langkah di bawah ini.
a. Datalah identitas karya, catat judulnya, penulis, penerbit, tahun terbit,
jumlah halaman, dsb.
b. Buatlah deskripsi singkat mengenai karya tersebut, terutama pada bagian
yang paling banyak dinilai. Dalam karya sastra, wujud deskripsinya adalah
sinopsis yang tidak boleh terlalu banyak membeberkan isi utama dari
kisahnya (jangan menjadi spoiler).
c. Catat berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditemukan.
d. Berdasarkan data kelebihan dan kekurangan yang telah ditemukan, buatlah
paragraf sederhana untuk mengungkapkannya secara jelas.
e. Buat semua unsur struktur kritik, yakni: tesis, rangkaian argumentasi, dan
penegasan ulang. Ubah paragraf sederhana di atas menjadi salah satu
rangkaian argumentasi. Lengkapi argumentasi dengan paragraf lain yang
menyokong atau menguatkannya, termasuk kutipan ahli atau data dari
penelitian dan lembaga yang relevan. Dalam proses ini, setidaknya buat
satu kalimat untuk mengisi unsur tesis dan penegasan ulang.
f. Lengkapi semua struktur kritik yang dibutuhkan, termasuk tesis,
argumentasi, dan penegasan ulang.
g. Lakukan proses edit untuk memperbaiki berbagai kesalahan penulisan,
tata bahasa, dan ganti berbagai kata, dan kalimat yang kurang sesuai
dengan kaidah penulisan teks kritik.
 Mengonstruksi Esai
Berbeda dengan kritik, esai kebanyakan tidak mengulas atau mengkritik karya.
Biasanya hal yang diulas adalah fenomena tertentu seperti fenomena bahasa,
situasi politik, keadaan sosial, dsb. Berikut adalah langkah-langkah dalam menulis
esai.
a. Amatilah fenomena yang terjadi di lingkungan tempat tinggalmu, koran,
internet, majalah, atau televisi, mengenai masalah yang sedang hangat
dibicarakan (aktual)
b. Tentukanlah satu bagian saja dari fenomena tersebut yang paling menarik
perhatian. Pastikan kita memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang
hal tersebut. Artinya, lakukanlah riset, observasi, hingga memperkaya
literasi dalam masalah yang akan dibahas tersebut.
c. Buatlah pandangan pribadimu mengenai topik yang telah tersebut.
d. Siapkan argumen untuk mendukung pernyataan pribadimu, boleh juga
dilengkapi dengan pendapat ahli atau data yang cukup memadai.
e. Tulislah sebuah esai berdasarkan hal telah disiapkan sebelumnya. Jangan
ragu untuk menggunakan gaya bahasa kita sendiri. Karena pada akhirnya,
cara yang sama seperti menulis esai akan kita lakukan: proses melengkapi
struktur dan edit.
10. Contoh Teks Kritik dan Essay beserta Strukturnya.
 Contoh Essay
Berikut adalah contoh essay menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 193)
dilengkapi strukturnya di setiap sub judul.

Gerr (oleh Gunawan Muhamad)

Tesis

Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”,
”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di
depan kita: panggung Teater Mandiri.

Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir
semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai
bagian dari cerita pembangunan ”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya,
pendiri dan tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan cara
yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata.

Rangkaian Argumen

Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya volume di sebuah ruang,
sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang fisik yang menggebrak persepsi kita. Ia tak
mengklaim satu makna. Ia tak berarti: tak punya isi kognitif atau tak punya manfaat yang besar.

Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri akan dikenang sebagai
contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok dan benda yang tak berarti dihadirkan.
Mungkin sosok itu (umumnya tak bernama) si sakit yang tak jelas sakitnya. Mungkin benda itu
sekaleng kecil balsem. Atau selimut—hal-hal yang dalam kisah-kisah besar dianggap sepele.
Dalam teater Putu Wijaya, justru itu bisa jadi fokus.

Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan
Jerzy Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita tentang kalangan miskin. Putu Wijaya tak
tertarik untuk berbicara tentang lapisanlapisan sosial. Teater Mandiri adalah ”teater miskin”
karena ia, sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari
yang ada”.

Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja sebagai salah satu
redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung tua bertingkat dua dengan lantai yang
goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta. Siang hari ia akan bertugas sebagai wartawan. Malam
hari, ketika kantor sepi, ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk
latihan teater. Dan ia akan mengajak siapa saja: seorang tukang kayu muda yang di waktu siang
memperbaiki bangunan kantor, seorang gelandangan tua yang tiap malam istirahat di pojok jalan
itu, seorang calon fotograf yang gagap. Ia tak menuntut mereka untuk berakting dan
mengucapkan dialog yang cakap. Ia membuat mereka jadi bagian teater sebagai peristiwa, bukan
hanya cerita.

Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari
dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-orang yang hanya
bagian komposisi panggung, antara kata sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda
tersendiri. Juga teater yang hidup dari tarik-menarik antara patos dan humor, antara suasana yang
terbangun utuh dan disintegrasi yang segera mengubah keutuhan itu.

Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan dibangunkan) oleh teater Putu
Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Indonesia didirikan dan diatur oleh sebuah lapisan elite
yang berpandangan bahwa yang dibangun haruslah sebuah ”bangunan”, sebuah tata, bahkan tata
yang permanen. Elite itu juga menganggap bahwa kebangunan adalah kebangkitan dari
ketidaksadaran. Ketika Putu Wijaya memilih kata ”teror” dalam hubungan dengan karya
kreatifnya, bagi saya ia menampik pandangan seperti itu. Pentasnya menunjukkan bahwa pada
tiap tata selalu tersembunyi chaos, dan pada tiap ucapan yang transparan selalu tersembunyi
ketidaksadaran.

Penegasan Ulang

Sartre pernah mengatakan, salah satu motif menciptakan seni adalah ”memperkenalkan tata di
mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Saya kira
ia salah. Ia mungkin berpikir tentang keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata amat
penting. Bagi saya Teater Mandiri justru menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana tradisi
dan antitradisi berbenturan (tapi juga sering berkelindan), bukan pengertian klasik itu yang
berlaku.

Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata adalah aksi”. Prosa,
menurut Sartre, ”terlibat” dalam pembebasan manusia karena memakai kata sebagai alat
mengomunikasikan ide, sedangkan puisi tidak. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat,
prosa dan puisi bisa bertaut—dan itu bertaut dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi dalam
teater ini muncul ketika keharusan berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana dalam puisi, dalam
sajak Chairil Anwar apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri, yang hadir dalam pentas
Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini
penting, di zaman ketika komunikasi hanya dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja, yang
tak lagi akrab dengan diri, hanya hasil kesepakatan orang lain yang kian asing.

Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat yang
siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang ada di bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan
hidup yang dijalani, le vecu. Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia
pasti melihat bahwa pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya daya ”teror” ketika, seperti
Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang tak terkomunikasikan dalam hidup.

Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak.

 Contoh teks kritik.

Berikut adalah teks kritik sastra menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 196)
dilengkapi struktur pada setiap sup judul.
Menimbang Ayat-Ayat Cinta

Tesis (Penyampaian pendapat)

Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antarmanusia, manusia dengan
lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat
ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra.

Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy dalam novelnya yang
berjudul Ayat-ayat Cinta. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan
karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu
mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta
islami yang dihiasi dengan konflik-konflik yang disusun dengan apik oleh penulisnya.

Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri sebagai pelajar Indonesia
yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki. Meskipun mengusung tema cinta tidak
lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain
yang masih bisa digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada
cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman.

Rangkaian Argumen

Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan,
hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang
sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini
menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata sederhana
yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap
pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.

Latar yang Dilukis Sempurna

Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan Habiburrachman
untuk melukiskan latar dari tiap peristiwa, baik itu tempat kejadian, waktu, maupun suasananya.
Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam
novel tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakan-akan
mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat karya
tulisannya.
Bukan hal yang aneh kemudian ketika memang ’Kang Abik’, begitu penulis sering dipanggil,
mampu untuk menggambarkan latar yang bisa dikatakan sempurna itu. Ia memang beberapa
tahun hidup di Mesir karena tuntutan belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk
mengungkapkan setiap tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang
tidak memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan.

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak menggunakan alur maju, cerita
berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang tidak terduga menjadi kejutan. Konfl ik yang
dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami setelah
merebaknya novelnovel teenlit. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir
dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam media perenungan atas berbagai masalah
kehidupan.

Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna

Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang
digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin
menggambarkan sosok manusia yang benar-benar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan
dan kelembutan hatinya. Hanya saja, hal tersebut justru malah menjadi janggal karena sosok
yang digambarkan terlalu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahan
sedikit pun padanya. Padahal, bisa jadi karakter akan menjadi lebih kuat dan manusia karena
memiliki kekurangna, karena sejatinya manusia itu tidak luput dari kesalahan bukan?

Jika dibandingkan dengan karya sastra lama milik Tulis Sutan Sati, mungkin akan ditemukan
kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman Sengsara Membawa Nikmat yang
berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh wanitanya. Dalam roman tersebut, Midun juga
digambarkan sebagai sosok pemuda yang sempurna dengan segala bentuk fi sik dan kebaikan
hatinya. Hanya saja, di sini penggambarannya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang langsung
menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa karya
sastra lama yang cenderung suka melebih-lebihkan (hiperbola). Perbedaan yang lain adalah tidak
banyak digunakannya istilahistilah islami dalam roman tersebut daripada novel Ayat-ayat Cinta.

Penegasan Ulang

Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok yang memang bisa
sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh diserahkan
sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap
memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang berkarakter baik,
maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang
lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini dihilangkan karena pada
kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain Rasulullah.
BAB IV
PENUTUP

Kami menulis makalah ini bukanlah susah tapi bukan berarti juga mudah. Demikian kesimpulan
yang akan didapat dari penelitian ini, menulis merupakan kegiatan yang bergantung pada ide dan
kelancaran penulis dalam melahirkan ide. Tetapi menulis makalah ini perlu disiplin dan
kesabaran tanpa disiplin dan bersabra penulis tidak akan menghasilkan sebuah karya.

Dari penulisan makalah ini ditemukan bahwa kedisiplinan dan kesabaran merupakan bagian
penting dalam menulis. Kedisiplinana dan kesabaran penulis dalam menulis makalah ini akan
berpengaruh terhadap proses berkarya sang penulis. Untuk itu perlu di terapkan kedisiplinan dan
kesabaran dalam menulis.

Setelah kami mencari dan menulis berbagai materi tentang menganalisis sitematika dan
kebahasaan kritik dan essay dapat menarik kesimpulan bahwa menganalisis sistematika dan
kebahasaan kritik dan assay sangan penting untuk membuat teks kritik dan teks essay. Tanpa tau
struktur kritik dan essay kita tidak akan bisa atau kesusahan untuk membuat teks kritik dan
essay.
BAB IV
KATA PUSTAKA

https://www.kompas.tv/?_ga=2.134945593.973528657.1659845265-
1492380265.1649743987

https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/kelas-12/menganalisis-sistematika-dan-
kebahasaan-kritik-dan-esai-16656/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/19/100000769/sistematika-dan-
kebahasaan-dalam-kritik-dan-esai?page=all

http://repositori.kemdikbud.go.id/21905/1/XII_Bahasa-Indonesia_KD-3.13_Final.pdf

https://serupa.id/kritik-dan-esai-pengertian-sistematika-kaidah-contoh/

Anda mungkin juga menyukai