Anda di halaman 1dari 13

JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik

ISSN 2339-2932 | FISIP UM Mataram


Vol. 8 No. 2 September 2020 Hal. 333-346

Studi Implementasi Kebijakan Sistem Resi Gudang Pada Komoditi Lada


Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Bambang Ari Satria a1


a
STISIPOL Pahlawan 12 Sungailiat, Bangka, 33211
1
bambang.ari.satria@stisipolp12.ac.id

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Abstrak: Bangka Belitung merupakan daerah penghasil lada terbesar nasional dengan merk
RiwayatArtikel:
dagang Muntok White Pepper. Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
Diterima 01-08-2020 Belitung telah merumuskan kebijakan strategis sistem resi gudang pada komoditi lada dan
Disetujui 18-08-2020 pertama di Indonesia. Kebijakan tersebut muncul dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
petani lada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kebijakan sistem resi
gudang pada komoditi lada di Bangka Belitung dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kata Kunci: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini fokus membahas
bagaimana implementasi kebijakan sistem resi gudang pada komoditi lada di Bangka
1. Implementasi Belitung dengan melihat empat aspek yang menjadi acuan dalam menganalisis
2. Sistem Resi Gudang implementasi kebijakan yaitu : komunikasi, disposisi, sumber daya, dan struktur birokrasi.
3. Lada Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan teknik
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan sistem resi
gudang pada komoditi lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum berjalan secara
optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya implementasi kebijakan
tersebut yakni dari aspek komunikasi, masih banyak petani yang tidak mendapatkan
informasi secara jelas terkait sistem resi gudang. Dari aspek disposisi, belum terjalin
sinergitas antar pemangku kepentingan dalam menjalankan program tersebut. Dari aspek
sumber daya, kompetensi yang dimiliki oleh tim pengelola harus ditingkatkan. Dari aspek
struktur birokrasi, terjadi perpecahan antar unit organisasi, yakni antara Pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan Badan Pengelolaan, Pengembangan dan
Pemasaran Lada (BP3L).

Abstrac: Bangka Belitung is the largest national pepper producing area with the trademark
Keywords: Muntok White Pepper. In line with that, the Provincial Government of the Bangka Belitung
1. Implementation, Archipelagohas formulated the first strategic policy in Indonesia towards the warehouse
2. Warehouse Receipt receipt system on pepper commodities. The policy arose in an effort to improve the welfare
System of pepper farmers. This study aims to determine the implementation of the warehouse
3. Pepper receipt system policy on pepper commodity in Bangka Belitung and the factors that
influence it. This study uses qualitative research methods. This study focuses on discussing
how to implement the warehouse receipt system policy in the pepper commodity in Bangka
Belitung by looking at four aspects that serve as a reference in analyzing policy
implementation, namely: communication, disposition, resources, and bureaucratic
structure. Data collection techniques use in-depth interviews, observation and
documentation techniques. The results show that the implementation of the warehouse
receipt system policy on pepper commodities in the Bangka Belitung Archipelago Province
was not running optimally. One of factors that affect that policy is the aspect of
communication. There are still many farmers who do not get information clearly related to
the warehouse receipt system. From the aspect of disposition, there is no synergy among
stakeholders in running the program. From the aspect of resources, the competencies of the
management team must be increased. From the aspect of bureaucratic structure, there is a
split between organizational units, namely between the Bangka Belitung Archipelago
Provincial Government and the Pepper Management, Development and Marketing Agency
(BP3L).

————————————————————

1
2 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

LATAR BELAKANG Resi Gudang telah menetapkan 17 (tujuh belas)


Pembangunan pertanian memiliki peran penting komoditas yang dapat diresigudangkan. Ketujuh
dan strategis dalam pembangunan nasional dan belas komoditas tersebut terdiri dari gabah, beras,
regional. Pembangunan pertanian tersebut meliputi kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, jagung, rotan,
peningkatan ketahanan pangan, sumber pendapatan garam, gambir, teh, kopra, timah, bawang merah,
bagi peningkatan kesejahteraan petani dan ikan dan pala.
pendorong kemajuan perekonomian daerah, Dari 17 komoditas yang ditetapkan pemerintah
regional maupun nasional. Pengembangan sektor melalui resi gudang, salah satunya adalah lada dan
pertanian merupakan salah satu pondasi utama merupakan salah satu sektor perkebunan andalan
dalam memperkuat struktur perekonomian di masyarakat Bangka Belitung. Saat ini, pemerintah
Indonesia. Namun demikian, daya saing petani dan provinsi fokus untuk mengembalikan kejayaan lada
pelaku usaha pertanian sebagai aktor penting Bangka Belitung. Beberapa program terus
pengembangan pertanian masih relatif lemah. digulirkan oleh pemerintah provinsi untuk
Selama ini ketika panen, petani dihadapkan pada mengembalikan kejayaan lada Bangka Belitung
situasi tanpa pilihan kecuali menjual komoditi hasil tersebut. Adapun beberapa langkah strategis yang
panennya kepada para pedagang tengkulak, dan dilakukan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
ketika itu harga hasil komoditi cenderung turun. Belitung untuk kembali meningkatkan produksi
Harga dasar yang ditetapkan pemerintah atas suatu lada adalah dengan cara pembagian bibit lada gratis,
komoditi dalam praktiknya terdistorsi di tingkat mendirikan koperasi lada hingga pembangunan resi
pasar dan tidak memberikan manfaat yang optimal gudang lada. Program unggulan sektor pertanian
kepada para petani. Nilai yang mereka terima atas Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
hasil penjualan komoditinya seringkali tidak difokuskan untuk sektor lada antara lain penguatan
memadai, baik untuk mendukung kehidupan yang petani lada, pembangunan pusat penelitian rekayasa
layak bagi dirinya maupun keluarganya lada, pelatihan agro bisnis profesional, serta bantuan
(Kementerian Perdagangan, 2014). bibit dan prasarana. Upaya tersebut untuk
Pembangunan pertanian di Provinsi Kepulauan memperkuat perekonomian pertanian daerah dan
Bangka Belitung akan sangat menentukan dalam diarahkan pada upaya untuk memajukan
peningkatan produksi hasil pertanian, pencapaian kesejahteraan petani lada melalui penyediaan
kedaulatan pangan, peningkatan mutu, daya saing instrumen pengendalian penjualan komoditas disaat
dan nilai tambah hasil pertanian, peningkatan harga turun melalui sistem resi gudang.
pendapatan petani serta menjadi penarik bagi Tabel 1.
pertumbuhan industri hulu dan pendorong Data Resi Gudang di Bangka Belitung
pertumbuhan industri hilir yang kontribusinya pada No Nama Lokasi Dasar Hukum
pertumbuhan ekonomi daerah cukup besar yang Gudang Gudang Gudang
pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan 1 Gudang Desa SK BAPPEBTI
Puding Puding, No:
daerah. Salah satu cara untuk memperkuat daya
Kecamatan 51/BAPPEBTI/Ke
tawar petani tersebut adalah dengan Sistem Resi Puding p-
Gudang. Besar, SRG?SP/GD/07/2
Sistem Resi Gudang diperkenalkan melalui Kabupaten 018 tanggal 06
penetapan Undang - Undang Nomor 9 tahun 2006 Bangka Juli 2018
tentang Sistem Resi Gudang. Menyangkut 2 Gudang Desa SK BAPPEBTI
Mangkol Mangkol, No:
penentuan komoditi Sistem Resi Gudang,
Kecamatan 59/BAPPEBTI/Ke
pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Pangkalan p-
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 tentang Baru, SRG/SP/GD/11/2
Perubahan Ketiga Atas Permendag Nomor 37/M- Kabupaten 018 tanggal 05
DAG/PER/11/2011 tentang barang yang dapat Bangka November 2018
disimpan di gudang dalam penyelenggaraan Sistem Tengah
3 Gudang Desa Bukit, SK BAPPEBTI
3

Toboali Kecamatan No: Data Luas Areal dan Produksi Lada Bangka
Toboali, 13/BAPPEBTI/Ke Belitung Tahun 2015 – 2018
Kabupaten p-
Bangka SRG/SP/GD/02/2 No Tahun Luas Produksi Produktivitas
Selatan 019 tanggal 11 Areal (Ton) (Ton/Ha/Th)
Februari 2019 (Ha)
Sumber: Diolah Peneliti, 2020 1 2015 48.010 31.408 1,26
Tabel 1. menjelaskan, bahwa saat ini ada 3 2 2016 50.880 33.180 1,24
3 2017 52.349 34.278 1,23
gudang lada di Provinsi Kepulauan Bangka 4 2018 53.191 35.692 1,20
Belitung. Lokasinya ada di Kabupaten Bangka, Sumber: diolah peneliti, 2020

Kabupaten Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Berdasarkan tabel 2. diatas mengenai data
Selatan. Untuk mengoptimalkan resi gudang ini luas areal dan produksi lada Bangka Belitung tahun
2015-2018, bahwa produksi lada Bangka Belitung
tentu perlu persiapan-persiapan, diantaranya gudang meningkat empat tahun terakhir. Namun,
yang layak untuk dipakai dalam menjaga kualitas produktivitasnya turun. Peningkatan produksi lada
lada yang disimpan, resi gudang dikelola secara Bangka Belitung empat tahun terakhir berpotensial
cukup untuk mengisi resi gudang yang sedang
profesional melalui suatu lembaga yang resmi
dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi
ditunjuk oleh pemerintah daerah, dan terkait Kepulauan Bangka Belitung, namun minat petani
pengendalian mutu, bagaimana komoditas lada yang untuk menyimpan lada di gudang cukup rendah.
Fakta dilapangan mengungkapkan bahwa
ada di resi gudang ini tetap terjaga kualitasnya agar
terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam
tidak rusak. implementasi kebijakan sistem resi gudang di
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diantaranya
bahwa lada merupakan satu dari tujuh belas adalah lemahnya kelembagaan petani, belum
komoditi yang dapat diresigudangkan. Namun, adanya peningkatan kuantitas lada yang masuk ke
hingga saat ini pemanfaatan sistem resi gudang di dalam gudang dan koperasi yang masih terkendala
Bangka Belitung belum diimplementasikan secara modal untuk biaya operasional dalam mengelola
maksimal pada komoditi lada (Kementerian gudang.
Perdagangan, 2014). Padahal komoditi ini Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti
merupakan salah satu komoditi unggulan dengan memandang perlu untuk melakukan penelitian
jumlah produksi yang terus meningkat setiap dengan judul Studi Implementasi Kebijakan Sistem
tahunnya serta memiliki potensi ekspor yang cukup Resi Gudang pada Komoditi Lada di Bangka
besar. Sistem Resi Gudang dapat bermanfaat bagi Belitung.
petani khususnya, serta dunia usaha pada umumnya
TINJAUAN PUSTAKA
untuk memberikan kepastian harga serta akses
untuk memperoleh tambahan modal usaha. Oleh 1. Teori Kebijakan Publik
karena itu, studi kebijakan mengenai SRG komoditi Robert Eyston dalam Wahab (2012)
lada perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan menyatakan bahwa kebijakan publik adalah
SRG di Bangka Belitung, agar pemanfaatan SRG hubungan yang berlangsung diantara unit/satuan
dapat dimaksimalkan sehingga diharapkan dapat pemerintahan dengan lingkungannya. Menurut
meningkatkan kesejahteraan petani dan tetap Anderson dalam Tahir (2011), kebijakan adalah
meningkatkan gairah para petani lada untuk terus suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang
menanam lada yang pada akhirnya dapat membantu dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku
meningkatkan perekonomian daerah. untuk memecahkan suatu masalah. Selanjutnya
Tabel 2. Anderson dalam Tahir (2011), mengklasifikasi
kebijakan menjadi dua yaitu :
4 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

a. kebijakan substantif yaitu apa yang harus group) sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan
dikerjakan oleh pemerintah; kebijakan”.
b. kebijakan prosedural yaitu siapa dan Dalam implementasi kebijakan terdapat pihak
bagaimana kebijakan tersebut implementor dan kelompok sasaran. Implementor
diselenggarakan. kebijakan adalah mereka yang secara resmi diakui
Unsur yang penting di dalam sebuah kebijakan sebagai individu/lembaga yang bertanggung jawab
publik adalah pemerintah. Semua pembuatan atas pelaksanaan program di lapangan. Kelompok
kebijakan publik akan selalu melibatkan pemerintah sasaran adalah para pihak yang dijadikan sebagai
dalam beberapa cara tertentu (Wahab, 2012:16). objek kebijakan. Menurut Lester dan Stewart dalam
Berdasarkan pengertian tersebut, kebijakan publik Kusumanegara (2010:97) implementasi adalah
merupakan serangkaian instruksi dari para pembuat sebuah tahapan yang dilakukan setelah aturan
keputusan kepada pelaksana kebijakan yang hukum ditetapkan dan implementasi merupakan
mengupayakan baik tujuan-tujuan dan cara-cara bagian dari proses administrasi yang menunjukkan
untuk mencapai tujuan tersebut. desain atau pelaksanaan sistem administrasi yang
Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah mempunyai konsekuensi terhadap pelaksanaan, isi
agar tercapai tujuannya perlu diimplementasikan dan dampak suatu kebijakan.
kepada sasaran kebijakan atau dengan kata lain Dari uraian sebelumnya yang terkait
kebijakan publik selalu ditindaklanjuti dengan implementasi kebijakan, maka penulis
implementasi kebijakan. Oleh karena itu, menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan
implementasi merupakan tahap yang sangat adalah serangkaian tindakan atau intervensi yang
menentukan dalam proses kebijakan. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah atau pelaksana kebijakan,
sesuai dengan pernyataan Edwards III dalam Akib dalam rangka mencapai tujuan yang telah
(2010:1) yakni tanpa implementasi yang efektif ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan.
maka keputusan pembuat kebijakan tidak akan 3. Proses Implementasi Kebijakan Publik
berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan Implementasi mengacu pada tindakan untuk
adalah aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang suatu keputusan, tindakan ini berusaha untuk
meliputi upaya mengelola input untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi
menghasilkan output atau outcomes bagi pola-pola operasional serta berusaha mencapai
masyarakat. perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana
2. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik yang telah diputuskan sebelumnya. Implementasi
Implementasi dan kebijakan merupakan dua hal pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa yang
yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini, seharusnya terjadi setelah sebuah program
implementasi dapat diartikan sebagai suatu dilaksanakan. Implementasi kebijakan adalah proses
penerapan atau pelaksanaan dari kebijakan yang pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri
dibuat oleh pemerintah. Kebijakan yang dibuat oleh atas beberapa tahapan yakni:
pemerintah, baik itu program maupun regulasi yang a. tahapan pengesahan peraturan perundangan;
notabene telah terencana sebelumnya perlu b. pelaksanaan keputusan oleh instansi
diimplementasikan agar kebijakan yang telah dibuat pelaksana;
dapat berdampak kepada kelompok sasaran. Hal ini c. kesediaan kelompok sasaran untuk
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan menjalankan keputusan;
Purwanto dan Sulistyastuti (2015:21) bahwa d. dampak nyata keputusan baik yang
“implementasi intinya adalah kegiatan untuk dikehendaki atau tidak;
mendistribusikan keluaran kebijakan (to deliver e. dampak keputusan sebagaimana yang
policy output) yang dilakukan oleh para diharapkan instansi pelaksana;
implementer kepada kelompok sasaran (target f. upaya perbaikan atas kebijakan atau
peraturan perundang-perundangan.
5

Proses persiapan implementasi setidaknya dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur


menyangkut beberapa hal penting yakni : birokrasi yang rumit dan kompleks, yang
a. penyiapan sumber daya, unit dan metode; menjadikan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
b. penerjemahan kebijakan menjadi rencana b. Teori Merilee S. Grindle
dan arahan yang dapat diterima dan
dijalankan; Keberhasilan implementasi menurut Merilee S.
c. penyediaan layanan, pembayaran dan hal Grindle dalam Subarsono (2012: 93) dipengaruhi
lain secara rutin. oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan (content
4. Teori Implementasi Kebijakan of policy) dan lingkungan implementasi (context of
Terdapat beberapa teori dari beberapa ahli implementation). Variabel tersebut mencakup:
mengenai implementasi kebijakan, yaitu: 1. Sejauhmana kepentingan kelompok sasaran
a. Teori George C. Edward III atau target groups termuat dalam isi kebijakan
Menurut pandangan Edward III dalam Jenis manfaat yang diterima oleh target group
Subarsono (2012: 90-92) implementasi kebijakan 2.Sejauhmana perubahan yang diinginkan dari
dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu : sebuah kebijakan
1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi 3.Apakah letak sebuah program sudah tepat.
kebijakan mensyaratkan agar implementor 4.Apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
mengetahui apa yang harus dilakukan, dimana yang implementornya dengan rinci
menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus 5.Apakah sebuah program didukung oleh
ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target sumberdaya yang memadai.
group), sehingga akan mengurangi distorsi
implementasi. c. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A.
Sabatier
2. Sumber daya, meskipun isi kebijakan telah Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam
dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi
Subarsono (2012: 94) ada tiga kelompok variabel
apabila implementor kekurangan sumber daya
untuk melaksanakan, maka implementasi tidak akan yang mempengaruhi keberhasilan implementasi,
berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat yakni karakteristik dari masalah (tractability of the
berwujud sumber daya manusia, misalnya
problems), karakteristik kebijakan/undang-undang
kompetensi implementor dan sumber daya finansial.
(ability of statute to structure implementation) dan
3. Disposisi, adalah watak dan karakteristik yang
dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, variabel lingkungan (nonstatutory variables
kejujuran, sifat demokratis. Apabila implementor affecting implementation).
memiliki disposisi yang baik, maka implementor d. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van
tersebut dapat menjalankan kebijakan dengan baik Horn
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Menurut Meter dan Horn dalam Subarsono
Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif (2012: 99) ada lima variabel yang mempengaruhi
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka kinerja implementasi, yakni standar dan sasaran
proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak kebijakan, sumber daya, komunikasi antar
efektif. organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik
4. Struktur Birokrasi, Struktur organisasi yang agen pelaksana dan kondisi sosial, ekonomi dan
bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki politik.
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi Menurut pandangan Edward III dalan Budi
kebijakan. Aspek dari struktur organisasi adalah Winarno (2007: 175-177) proses komunikasi
Standard Operating Procedure (SOP) dan kebijakan dipengaruhi tiga hal penting, yaitu:
fragmentasi. Struktur organisasi yang terlalu Faktor pertama yang berpengaruh terhadap
panjang akan cenderung melemahkan pengawasan komunikasi kebijakan adalah transmisi. Sebelum
6 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

pejabat dapat mengimplementasikan suatu karena berbagai alasan atau perspektif. Berdasarkan
keputusan, ia harus menyadari bahwa suatu perspektif masalah kebijakan, sebagaimana yang
keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk diperkenalkan oleh Edwards III (dalam Akib,
pelaksanaannya telah dikeluarkan. Faktor kedua 2010:2), implementasi kebijakan diperlukan karena
adalah kejelasan, jika kebijakan-kebijakan adanya masalah kebijakan yang perlu diatasi dan
diimplementasikan sebagaimana yang diinginkan, dipecahkan. Edwards III memperkenalkan
maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya pendekatan masalah implementasi dengan
harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi mempertanyakan faktor-faktor implementasi
juga komunikasi kebijakan tersebut harus jelas. kebijakan. Berdasarkan pertanyaan tersebut
Seringkali instruksi-intruksi yang diteruskan kepada dirumuskan empat faktor sebagai sumber masalah
pelaksana kabur dan tidak menetapkan kapan dan sekaligus prakondisi bagi keberhasilan proses
bagaimana suatu program dilaksanakan. Faktor implementasi, yakni :
ketiga adalah konsistensi, jika implementasi  Komunikasi
kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah- Komunikasi suatu program hanya dapat
perintah pelaksana harus konsisten dan jelas. dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi
Walaupun perintah-perintah yang disampaikan para pelaksana. Hal ini menyangkut proses
kepada pelaksana kebijakan jelas, tetapi bila penyampaian informasi, kejelasan informasi
perintah tersebut bertentangan maka perintah dan konsistensi informasi yang disampaikan.
tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana  Sumber Daya
kebijakan menjalankan tugasnya dengan baik. Sumber daya, meliputi empat komponen yaitu
Menurut pandangan Edwards dalam Budi staf yang cukup (jumlah dan mutu), informasi
Winarno (2007: 181) sumber-sumber yang penting yang dibutuhkan guna pengambilan keputusan,
meliputi, staff yang memadai serta keahlian- kewenangan yang cukup guna melaksanakan
keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas tugas atau tanggung jawab dan fasilitas yang
mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan.
diperlukan untuk menerjemahkan usul-usul di atas  Sikap birokrasi atau pelaksana, dan
kertas guna melaksanakan pelayanan-pelayanan Disposisi atau sikap pelaksana merupakan
publik. Struktur Birokrasi menurut Edwards dalam komitmen pelaksana terhadap program.
Budi Winarno (2007:203) terdapat dua karakteristik  Struktur birokrasi.
utama, yakni Standard Operating Procedures (SOP) Struktur birokrasi didasarkan pada prosedur
dan Fragmentasi: SOP atau prosedur-prosedur kerja operasional standar yang mengatur tata aliran
ukuran-ukuran dasar berkembang sebagai pekerjaan dan pelaksanaan kebijakan.
tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas
dan sumber-sumber dari para pelaksana serta 6. Pengertian Sistem Resi Gudang
keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Sistem Resi
organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar Gudang menyatakan bahwa Resi Gudang adalah
luas. Sedangkan fragmentasi berasal dari tekanan- dokumen bukti kepemilikan atas barang yang
tekanan diluar unit-unit birokrasi, seperti komite- disimpan di Gudang yang diterbitkan oleh
komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan Pengelola Gudang. Selanjutnya, Pasal 2 ayat 2
pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat Undang-Undang Sistem Resi Gudang
kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pemerintah. Sistem Resi Gudang adalah kegiatan yang
5. Faktor-Faktor Mempengaruhi Implementasi berkaitan dengan penerbitan, pengalihan,
Implementasi kebijakan diperlukan mengacu penjaminan, dan penyelesaian transaksi Resi
pada pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan Gudang. Pasal 4 Undang-Undang Sistem Resi
yang telah dibuat harus diimplementasikan. Oleh Gudang, mengatur sifat Resi Gudang yang
karena itu, implementasi kebijakan diperlukan meliputi 2 (dua) hal, yaitu:
7

1. Resi Gudang dapat dialihkan, dijadikan terikat kerja sama untuk memenuhi kebutuhan
jaminan utang, atau digunakan sebagai uang tunai. Dalam pola resi gudang, petani
dokumen penyerahan barang; menyimpan hasil pertanian ke pengelola gudang,
2. Resi Gudang sebagai dokumen kepemilikan selanjutnya petani mendapat bukti penyimpanan
dapat dijadikan jaminan utang sepenuhnya dalam bentuk resi gudang. Resi gudang selanjutnya
tanpa dipersyaratkan adanya agunan lainnya. dijadikan jaminan ke lembaga keuangan untuk
mendapatkan talangan dana (Savitri, 2019)
Dalam Pasal 3 Angka (1) Undang-Undang METODE PENELITIAN
Sistem Resi Gudang ditentukan bahwa Resi Penelitian ini menggunakan desain penelitian
Gudang terdiri dari dua jenis, yaitu Resi Gudang dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini adalah
atas nama dan Resi Gudang atas perintah. Resi penelitian yang fokus membahas bagaimana
Gudang atas nama adalah Resi Gudang yang implementasi kebijakan sistem resi gudang pada
mencantumkan nama pihak yang berhak menerima komoditi lada Bangka Belitung. Berdasarkan
penyerahan barang, sedangkan Resi Gudang atas kerangka pemikiran penelitian yang telah
perintah adalah Resi Gudang yang mencantumkan diungkapkan sebelumnya, maka terdapat empat
perintah pihak yang berhak menerima penyerahan aspek yang menjadi acuan dalam menganalisis
barang. Resi gudang atas nama dan resi gudang bagaimana implementasi kebijakan sistem resi
atas perintah (Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang gudang pada komoditi lada di Bangka Belitung,
Resi Gudang) juga memperkuat pemikiran bahwa yaitu : komunikasi, disposisi, sumber daya, dan
resi gudang adalah sejenis surat berharga. Definisi struktur birokrasi. Untuk lebih jelasnya, fokus
keduanya dapat dilihat pada Pasal 3 ayat (2) jo ayat kajian dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
(3) Undang-Undang Resi Gudang. Tabel 3.
Sebagai surat berharga, maka resi gudang Fokus Kajian Penelitian
dapat dialihkan, dijadikan jaminan utang, atau No Dimensi Fokus
dokumen penyerahan barang (Pasal 4 ayat (1) 1 Komunikasi 1. Cara dan penyampaian
Undang-Undang Resi Gudang). Pasal 8 ayat (1) informasi terkait resi
Undang-Undang Resi Gudang mengatakan
gudang
pengalihan resi gudang atas nama dilakukan
dengan akta otentik. Sedangkan Pasal 8 ayat (2) 2. Komunikasi antar
menyatakan resi gudang atas perintah dilakukan organisasi yang terlibat
dengan endosemen yang disertai penyerahan resi
dalam sistem resi
gudang. Resi gudang juga dapat diperdagangkan di
bursa dan dijelaskan sifat hak jaminan resi gudang gudang
sebagai perjanjian berkarakter accesoir (Pasal 12 3. Transmisi, kejelasan,
ayat 1 Undang-Undang Resi Gudang). Selanjutnya
dan konsistensi dalam
pengaturan mengenai barang yang dapat disimpan
di gudang dalam penyelenggaraan Sistem Resi komunikasi
Gudang diatur dengan Permendag Nomor 37 2 Disposisi 1. Kemauan dan dukungan
Tahun 2011. pelaksana dalam
Resi Gudang merupakan dokumen yang
membuktikan bahwa suatu komoditi, misalnya implementasi kebijakan
lada dengan jumlah dan kualitas tertentu telah resi gudang
disimpan di suatu gudang, dan dokumen tersebut 2. Insentif untuk mendorong
dapat ditransaksikan karena mirip dengan surat
sasaran melaksanakan
berharga. Dengan resi gudang, petani dapat
mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan kebijakan (insentif nilai
baik perbankan atau non perbankan yang sudah tertentu kepada tim resi
8 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

gudang) memberi peluang kepada peneliti untuk


3. Perekrutan wakil resi mengetahui hal-hal yang eprnah terjadi di
waktu silam. Dokumen-dokumen yang
gudang
digunakan antara lain laporan rutin Dinas
3 Sumber 1. Ketersediaan pengelola Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
daya Kepulauan Bangka Belitung serta brosur dan
resi gudang yang
leaflet yang terkait.
kompeten
3. Materi audio visual
2. Pelatihan dan pendidikan Materi audio visual merupakan data pelengkap.
dan seminar/ workshop Dalam penelitian ini, materi audio visual yang
digunakan berupa foto dan hasil rekaman suara.
resi gudang
PEMBAHASAN
4 Struktur 1. Pengelolaan SOP
Birokrasi Implementasi kebijakan merupakan tahap
Implementasi Kebijakan
penting dalam proses suatu kebijakan publik.
Sistem Resi Gudang Implementasi kebijakan perlu dilakukan karena
2. Identifikasi hal-hal yang untuk melihat sejauh mana kebijakan publik
tersebut dilaksanakan. Implementasi kebijakan yang
mempengaruhi
akan dibahas dalam bab ini adalah studi kebijakan
signifikansi implementasi sistem resi gudang pada komoditi lada di Provinsi
kebijakan dalam Kepulauan Bangka Belitung.
meminimalisir terjadinya Studi kebijakan sistem resi gudang pada
komoditi lada di Provinsi Kepulauan Bangka
perpecahan antar unit Belitung berkenaan dengan implementasi kebijakan
birokrasi dalam tahapan kebijakan publik.
Implementasi kebijakan sistem resi gudang di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diatur melalui
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
peraturan gubernur nomor 68 tahun 2018 tentang
teknik pengumpulan data sebagai berikut :
pelaksanaan sistem resi gudang di Provinsi
1. Wawancara
Kepulauan Bangka Belitung. Peraturan tersebut
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
dapat dilihat pada gambar. 1 berikut:
melakukan wawancara terstruktur. Dengan
demikian jawaban yang diperoleh bisa lebih
lengkap dan mendalam kepada key informan.
Wawancara dilakukan untuk menggali informasi
sebanyak-banyaknya mengenai pelaksanaan
kebijakan khususnya aspek-aspek implementasi
kebijakan sistem resi gudang pada komoditi lada
Bangka Belitung yaitu komunikasi, disposisi,
sumber daya, struktur birokrasi, serta informasi
lain yang ditemukan di lapangan.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data
yang tersedia adalah dalam bentuk surat-surat
Gambar 1.
dan laporan. Sifat utama dari data ini tidak
terbatas pada ruang dan waktu sehingga
9

Peraturan gubernur Nomor 68 tahun 2018 Temuan Lapangan Pada Aspek Komunikasi
tentang pelaksanaan sistem resi gudang di
Fokus Kajian Temuan Lapangan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
1. Cara dan
Penyampaian informasi
Penyampai
mengenai sistem resi
an
gudang yang diterima oleh
Informasi
masyarakat dan petani
terkait Resi
kurang maksimal. Hal ini
Gudang
dapat dilihat belum
banyaknya masyarakat
mengetahui program resi
gudang yang dijalankan
oleh pemerintah daerah
Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Padahal program
tersebut esensinya untuk
mensejahterakan petani.
sumber: diolah penulis, 2020. Keterlibatan pemerintah
Berdasarkan gambar 1. diatas, Peraturan daerah dalam melakukan
Gubernur Nomor 68 Tahun 2018 merupakan dasar penyampaian informasi
terkait sistem resi gudang
pijakan pelaksanaan kebijakan resi gudang di
perlu dimaksimalkan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ruang
lingkup yang ada dalam peraturan gubernur tersebut
2. Komunikasi Komunikasi antar
mulai dari pola pelaksanaan, tim percepatan,
antarorganisasi organisasi dalam program
pembinaan, hingga pembiayaan. yang terlibat sistem resi gudang belum
Untuk melihat pelaksanaan kebijakan sistem resi dalam sistem dilakukan secara maksimal.
gudang pada komoditi lada di Provinsi Kepulauan resi gudang Komunikasi kebijakan
Bangka Belitung dilakukan dalam beberapa aspek dilakukan secara personal
sesuai dengan model teori implementasi kebijakan kelembagaan dan belum
Edward III yang digunakan. Aspek yang dilakukan mengedepankan kolaborasi.
Untuk mendapatkan solusi
dalam penelitian ini meliputi aspek komunikasi,
dari permasalahan
aspek sumber daya, aspek disposisi dan aspek implementasi SRG,
struktur birokrasi. diperlukan program
terstruktur yang menjadi
A. Aspek Komunikasi komitmen dari seluruh
Aspek komunikasi merupakan faktor penting pelaku/stakeholder SRG
dan berpengaruh dalam terciptanya suatu efisiensi (petani, poktan, gapoktan,
koperasi, Bappebti,
kerja. Terwujudnya suatu komunikasi yang baik
pengelola gudang, Pemda
tentu akan mewujudkan pelaksanaan kebijakan terkait, perbankan), dengan
menjadi baik dan sesuai dengan yang diinginkan. tujuan utama untuk
Dalam aspek ini akan dilihat bagaimana cara meningkatkan pemanfaatan
penyampaian informasi terkait resi gudang, SRG di Bangka Belitung.
komunikasi antar organisasi yang terlibat dalam
sistem resi gudang, dan transmisi, kejelasan dan Untuk mensukseskan
3. Transmisi,
program sistem resi
konsistensi dalam komunikasi. Hasil temuan kejelasan
gudang perlu koordinasi
lapangan pada aspek komunikasi dapat dilihat dan
lintas sektoral. Saat ini
pada tabel 4. dibawah ini: konsistensi
instansi yang terlibat baru
dalam
Dinas Pertanian untuk
komunikasi
Tabel 4. membina petani pada
aspek produksi dan Dinas
10 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

Perdagangan pada aspek satu gudang lada di Bangka Belitung. Observasi


perdagangan. Padahal jika yang dilakukan dalam rangka untuk melihat daya
ingin SRG berjalan sesuai tampung gudang yang ada dan kaitannya dengan
harapan perlu dukungan ketersediaan pengelola resi gudang yang
Dinas Koperasi untuk
kompeten. Hasil temuan lapangan pada aspek
memperkuat aspek
kelembagaan dan pihak sumber daya dapat dilihat pada tabel. 5 berikut
perbankan untuk ini:
penguatan permodalan. Tabel 5.
Saat ini SRG belum bisa Temuan Lapangan Pada Aspek Sumber Daya
berjalan karena terkendala Fokus Kajian Temuan Lapangan
anggaran untuk lembaga Jumlah staf yang ada di
pendamping (PT BGR). 1. Ketersediaan
resi gudang masih sangat
pengelola resi
Sumber : diolah dari data primer kurang sehingga dilakukan
gudang yang
upaya pengoptimalan
B. Aspek Sumber Daya kompeten
kinerja staf untuk
Sumber daya dipilih sebagai faktor yang menyelesaikan pekerjaan
mempengaruhi keberhasilan implementasi yang ada, tetapi upaya ini
dinilai kurang maksimal,
kebijakan karena implementasi kebijakan
karena membebani
memerlukan dukungan sumber daya manusia pekerjaan di luar
maupun sumber anggaran/finansial untuk kemampuan dan
melaksanakan implementasi kebijakan tersebut. berdampak pada
Aspek sumber daya dalam pelaksanaan program pelaksanaan kebijakan
sistem resi gudang pada komoditi lada di Bangka menjadi tidak efektif.
Belitung akan dilihat ketersediaan pengelola resi
Pelatihan ini merupakan
gudang yang kompeten, pelatihan dan pendidikan 2. Pelatihan
terobosan baru yang
serta workshop resi gudang. dan
dilakukan dalam
pendidika
Gambar. 2 menciptakan SDM calon
n serta
Pengecekan salah satu gudang lada di pengelola gudang yang
workshop
Bangka Belitung memiliki kompetensi
resi
sekaligus mengatasi
gudang
keterbatasan kelembagaan
pengelolaan gudang SRG
di daerah, setelah
pelatihan selesai adalah
segera menerbitkan Resi
Gudang.
Pelatihan dan Pendidikan
serta Seminar untuk
pengelola resi gudang
sempat diadakan 2 kali
pada tahun 2019. kegiatan
tersebut menggunakan
anggaran Kementerian
melalui Bappepti.
Sementara, di dinas belum
menganggarkan untuk
kegiatan pelatihan
sumber: diolah penulis, 2020. pengelola resi gudang.
Sumber : diolah dari data primer.
Berdasarkan pada gambar. 2 diatas, penulis
melakukan observasi secara langsung ke salah Berdasarkan tabel. 5 diatas bahwa temuan
11

lapangan pada aspek sumber daya jika dilihat dari Penulis observasi bersama wakil resi gudang
jumlah staf yang ada di resi gudang masih sangat
kurang sehingga dilakukan upaya pengoptimalan
kinerja staf untuk menyelesaikan pekerjaan yang
ada, tetapi upaya ini dinilai kurang maksimal,
karena membebani pekerjaan di luar kemampuan
dan berdampak pada pelaksanaan kebijakan
menjadi tidak efektif. Dan dari aspek pelatihan
dan pendidikan hanya dilakukan beberapa kali
untuk pengelola resi gudang. Pelatihan tersebut
sempat diadakan 2 kali pada tahun 2019. kegiatan
tersebut menggunakan anggaran kementerian
melalui Bappepti. Sementara, di dinas belum
menganggarkan untuk kegiatan pelatihan
pengelola resi gudang.

C. Aspek Disposisi
Disposisi merupakan keinginan dan kemauan
para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan
kebijakan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Sumber: diolah penulis, 2020
Maka nantinya akan menjadi suatu komitmen yang Berdasarkan pada gambar 3. diatas, penulis
kuat dalam mewujudkan tujuan kebijakan. Penting melakukan observasi langsung ke wakil resi gudang
sekali bagi para pelaksana kebijakan untuk Puding, Kabupaten Bangka. Hasil temuan lapangan
menunjukkan komitmennya terhadap suatu pada aspek disposisi dapat dilihat pada tabel 6.
kebijakan sebab demi tercapainya tujuan yang telah berikut.
dicita-citakan. Indikator disposisi dalam Tabel 6.
implementasi kebijakan terdiri dari: Rekrutmen Temuan Lapangan Pada Aspek Disposisi
Wakil Resi Gudang, Pengangkatan dan pemilihan
Fokus Kajian Temuan Lapangan
personil untuk jabatan di resi gudang merupakan
Pengangkatan dan pemilihan
wewenang Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rekrutmen personil untuk jabatan di resi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. wakil resi gudang merupakan wewenang
gudang Dinas Perindustrian dan
Pengangkatan wakil resi gudang dilakukan secara
terbuka dengan menggunakan tes seleksi secara Perdagangan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Pengangkatan
tertulis. Pengangkatan dan pemilihan personil di wakil resi gudang dilakukan
resi gudang dilakukan oleh pemerintah provinsi secara terbuka dengan catatan
dengan mekanisme sesuai Undang-Undang. calon pengelola harus mengikuti
kegiatan pelatihan resi gudang.

Tidak ada pemberian insentif


Insentif
dilakukan untuk tim pengelola
resi gudang. Insentif yang
diberikan kepada petani hanya
sebatas keringanan ketika
meminjam uang di bank dengan
subsidi bunga 50% dan bebas
biaya provinsi.
Sumber : diolah dari data primer.

Gambar 3. D. Aspek Struktur Birokrasi


12 JIAP | Jurnal Ilmu Administrasi Publik | Vol. 8, No. 2, September 2020, 333-346

Struktur birokrasi adalah membahas badan untuk mempercepat implementasi Sistem Resi
pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan Gudang di daerahnya dalam rangka meningkatkan
dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah perekonomian lokal. Komitmen pemerintah daerah
karakteristik, norma-norma, dan pola-pola bukan hanya secara lisan saja tetapi juga tertulis
hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan- melalui surat keputusan. Upaya ini menjadi faktor
badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik kunci utama dalam implementasi Sistem Resi
potensial maupun nyata dengan apa yang mereka Gudang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
miliki dalam menjalankan kebijakan. untuk komoditi lada, karena daerah kabupaten
Pelaksana kebijakan mungkin mengetahui apa seperti kabupaten Bangka yang sudah
yang harus dilakukan dan memiliki sumber daya terimplementasi Sistem Resi Gudangnya adalah
yang memadai, namun tidak menutup daerah yang memiliki komitmen untuk
kemungkinan hal tersebut masih menghalangi menjalankan. Komitmen yang dibutuhkan dalam
proses implementasi karena struktur organisasi rangka implementasi Sistem Resi Gudang
yang dimiliki. Dua ciri utama dari birokrasi adalah khususnya komoditi lada adalah untuk:
standar operasional prosedur dan pembagian tugas. menyediakan dana yang berasal dari APBD sebagai
Hasil temuan lapangan pada aspek struktur pembiayaan awal Sistem Resi Gudang yang
birokrasi dapat dilihat pada tabel 7. berikut. digunakan untuk biaya penilaian kelayakan gudang,
biaya pengelolaan gudang, biaya pemeliharaan
Tabel 7. barang, biaya uji mutu komoditi, biaya asuransi dan
Temuan Lapangan Pada Aspek Struktur biaya pusat registrasi resi gudang minimal selama
Birokrasi
dua tahun awal. Hal ini digunakan untuk menarik
Fokus Temuan Lapangan
Kajian minat para petani khususnya petani lada dan
Standar operasional prosedur merasakan manfaat penggunaan resi gudang.
Standar dalam pelaksanaan kebijakan Pendanaan ini juga ditujukan agar terdapat
Operasional resi gudang di Provinsi
Prosedur pengelola gudang yang dapat menjalankan gudang
Kepulauan Bangka Belitung
yang sudah ada sehingga para petani yang akan
sudah ada, namun belum
dilaksanakan sesuai dengan menyimpan dapat dengan mudah menemukan
mekanisme kebijakan. penanggungjawabnya, menyediakan sumber daya
manusia yang kompeten dan tidak melakukan
Terjadi perpecahan antar unit mutasi pegawai dengan cepat sehingga
Fragmentasi
organisasi, yakni antara
implementasi SRG dapat terlaksana. Apabila mutasi
Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pegawai dilakukan dengan cepat, maka sumber
dengan Badan Pengelolaan, daya manusia yang kompeten dan memahami
Pengembangan dan Pemasaran proses bisnis akan hilang dan harus memulai dari
Lada (BP3L). awal kembali, dan Menyediakan sarana dan
Sumber : diolah dari data primer . prasarana untuk menunjang kegiatan operasional
Berdasarkan analisis implementasi sistem resi gudang SRG.
gudang pada komoditi lada dari sisi pelaku usaha KESIMPULAN
yang mendapat manfaat dari implementasi sistem Berdasarkan hasil pembahasan tentang Studi
resi gudang, kelembagaan dan sarana prasarana, Implementasi Kebijakan Sistem Resi Gudang pada
maka agar implementasi Sistem Resi Gudang Komoditi Lada di Provinsi Kepulauan Bangka
komoditi lada dapat terwujud secara optimal, yang Belitung maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
harus diperhatikan adalah komitmen pemerintah 1. Pelaksanaan kebijakan sistem resi gudang pada
daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung komoditi lada di Provinsi Kepulauan Bangka
khususnya kabupaten-kabupaten yang memiliki Belitung belum berjalan secara optimal. Belum
gaung resi seperti Kabupaten Bangka, Kabupaten optimalnya pelaksanaan sistem resi gudang lada
Bangka Tengah dan Kabupaten Bangka Selatan
13

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat Belitung, seperti sosialisasi di beberapa kelompok
dilihat dari beberapa aspek berikut: tani yang belum mengetahui program Sistem Resi
a. Aspek Komunikasi, yang meliputi cara dan Gudang dan perlunya penguatan lembaga di tingkat
penyampaian informasi terkait resi gudang, petani, baik dalam bentuk kelompok tani maupun
komunikasi antar organisasi yang terlibat dalam koperasi untuk mencapai skala nilai ekonomis.
resi gudang dan kejelasan dan konsistensi dalam
UCAPAN TERIMA KASIH
komunikasi sudah dilakukan, namun belum
Penulis mengucapkan terima kasih ke beberapa nara
maksimal. Penyampaian program resi gudang
sumber yang berkenan di wawancara pada saat
sudah dilakukan oleh instansi terkait ke
pengumpulan data dalam rangka penyelesaian
beberapa petani.
penelitian dan memperkaya pembahasan penelitian.
b. Aspek Disposisi, meliputi kemauan dan
Ucapan yang sama kami ucapkan ke beberapa
dukungan pelaksana dalam implementasi
dosen STISIPOL Pahlawan 12 yang telah memberi
kebijakan resi gudang dan insentif untuk
masukan terhadap penelitian ini pada saat seminar
mendorong sasaran dalam melaksanakan
dan desiminasi hasil penelitian.
kebijakan resi gudang. Secara keseluruhan dari
aspek disposisi belum optimal. Ini terlihat dari DAFTAR RUJUKAN
belum terjalin sinergitas antar stakeholders Akib, Haedar. (2010). Implementasi Kebijakan, Apa, Mengapa
dalam menjalankan program resi gudang. dan Bagaimana. Jurnal Administrasi Publik,
Volume 1 No. 1 Thn. 2010
c. Aspek Sumber Daya, meliputi ketersediaan Kementerian Perdagangan (2014). Analisis Implementasi
pengelola resi gudang yang kompeten dan Sistem Resi Gudang Komoditi Lada, Pusat kebijakan
pelatihan serta pendidikan resi gudang. Pada Perdagangan Dalam Negeri, Jakarta
Kusumanegara, S. (2010). Model dan Aktor Dalam Proses
aspek ini, sering gonta ganti personil dalam Kebijakan Publik. Gava Media, Yogyakarta.
menjalankan program resi gudang. Kompetensi Nuraini. (2010). Evaluasi Implementasi Program
Pengembangan Agribisnis Dalam Rangka
yang dimiliki pengelola gudang harus Pemberdayaan Masyarakat Pertanian Berbasis
ditingkatkan dalam pelaksanaan program. Peternakan Sapi di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
d. Aspek Struktur Birokrasi, meliputi pengelolaan Tesis Universitas Sriwijaya
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 33
standar operasional prosedur dan identifikasi Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
hal-hal yang signifikan dalam meminimalisir Menteri Perdagangan Nomor 37/M-Dag/Per/11/2011
perpecahan antar unit birokrasi. Sudah ada SOP Tentang Barang Yang Dapat Disimpan Di Gudang
Dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang
dan buku panduan pelaksanaan resi gudang, Purwanto, E.A. dan Sulistyastuti, D.R. (2015). Implementasi
akan tetapi belum dilaksanakan sesuai dengan Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya Di
Indonesia. Gava Media, Yogyakarta
mekanisme kebijakan. Perpecahan antar unit Savitri, Beta Madya (2019). Analisis Yuridis Tanggung Gugat
organisasi terjadi, yakni antara pemerintah Kegagalan Pengelola Gudang Oleh Lembaga
provinsi kepulauan Babel dengan BP3L (Badan Pelaksana Penjaminan Sistem Resi Gudang. Volume
24 No 2, Perspektif.
Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Subarsono, A.G. 2012. Analisis Kebijakan Publik : Konsep,
Lada) yang menyebabkan pergantian ketua Teori, dan Aplikasi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
BP3L. Indonesia.
Tahir, A. (2011). Kebijakan Publik dan Transparansi
SARAN Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. PT. Pustaka
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran-saran Indonesia Press, Jakarta.
Undang – Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi
untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: sebagai Gudang
bahan masukan bagi keberhasilan pelaksanaan Wahab, S. A. (2012). Analisis Kebijakan Dari Formulasi Ke
kebijakan sistem resi gudang pada komoditi lada di Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan
Publik. Bumi Aksara, Jakarta.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, penulis
memberikan beberapa saran, yaitu: perlunya
mengintensifkan sosialisasi mengenai implementasi
teknis Sistem Resi Gudang ke kelompok tani, petani
maupun Gapoktan di Provinsi Kepulauan Bangka

Anda mungkin juga menyukai