Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ISU KONTENPORER INSTANSI

DINAS PERIKANAN DAN PETERNAKAN


KABUPATEN BARITO TIMUR

Oleh:
MIRANDA FITALOKA, S.Pi
GOLONGAN III ANGKATAN XXV KELOMPOK 4

Pengampu:
GIRIYANTI CATUR LESTARI, A.Ks, MM

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
TAHUN 2023
BAB I
LATAR BELAKANG

Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas
dunia, merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai
Negeri Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi
Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara
signifikan telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN
dengan berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen,
integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan.
Pegawai ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta perekat dan pemersatu bangsa. Selain itu, pegawai ASN juga berperan sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang
profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
lingkungan strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran Bela
Negara perlu didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan aktualisasi nilai-nilai bela
negara yang dikontektualisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
PNS dituntut untuk bersikap kreatif dan melakukan terobosan (inovasi) dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. PNS bisa menunjukan perannnya dalam
koridor peraturan perudang- undangan (bending the rules), namun tidak boleh
melanggarnya (breaking the rules). Sejalan dengan tujuan Reformasi Birokrasi terutama
untuk mengembangkan PNS menjadi pegawai yang transformasional, artinya PNS
bersedia mengembangkan cita-cita dan berperilaku yang bisa diteladani, menggugah
semangat serta mengembangkan makna dan tantangan bagi dirinya, merangsang dan
mengeluarkan kreativitas dan berupaya melakukan inovasi, menunjukkan kepedulian,
sikap apresiatif, dan mau membantu orang lain.
Kriteria pemilihan isu yang ada pada unit kerja bersumber dari SKP jabatan
Analis Budidaya Perikanan yang memiliki sifat aktual, kekhalayakan,
problematika, dan kelayakan. Kriteria tersebut digunakan sebagai parameter dalam
menentukan isu yang ada pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Barito
Timur. Adapun uraian jobdesc dari penulis sebagai berikut:
1. Menyusun draf pola pengembangan budidaya perikanan
2. Memfasilitasi dan melakukan pendampingan terhadap pembudidaya ikan
dalam rangka pengembangan inventarisasi
3. Melakukan pembimbingan dalm rangka meningkatkan dan pengembangan
standarisasi budidaya ikan
4. Melakuka penyiapan bahan analisis standarisasi budidaya ikan
5. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai prosedur yang berlaku sebagai
bahan evaluasi dan pertanggungjawaban
6. Membantu menyusun rencana program dan kegiatan seksi pengelolaan
budidaya perikanan
7. Membantu petani pembudidaya ikan menyusun analis usaha budidaya
perikanan
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan
Identifikasi isu yang ada pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten
Barito Timur khususnya di Bidang Sarana Prasarana, Data, Peningkatan SDM,
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ikan sebagai berikut:
1. Sarana prasarana di kantor sudah lama tidak diperbarui seperti terbatasnya
komputer yang ada di bidang padahal sangat penting untuk penggunaan
aplikasi Satu Data Kementerian Kelautan dan Perikanan
2. Pengarsipan spj , data kelompok pengolahan dan data sampel Angka Konsumsi
Ikan (AKI) masih dalam bentuk fisik
3. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang cara budidaya ikan yang baik
(CBIB)
4. Pemasaran ikan hasil tangkapan dan budidaya masih dikuasai mafia dari
provinsi tetangga sehingga harga beli di pasar lokal tergolong tinggi
5. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemasaran hasil olahan ikan untuk
meningkatkan daya saing produk.
BAB II
IDENTIFIKASI ISU DAN PENETAPAN ISU

A. Identifikasi Isu
Isu yang ada pada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Barito Timur
khususnya di Bidang Sarana Prasarana, Data, Peningkatan SDM, Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Ikan.

1. Sarana prasarana di kantor sudah lama tidak diperbarui dan ditambah


Sarana dan prasarana merupakan dua hal yang saling menunjang antara yang satu
dengan yang satunya lagi. Namun, bukan berarti jika tidak ada salah satu, maka salah
satunya lagi tidak berfungsi sama sekali. Pengertian sarana adalah alat yang dapat
digunakan untuk melancarkan atau memudahkan manusia dalam mencapai tujuan
tertentu. Sarana berhubungan langsung dan menjadi penunjang utama dalam suatu
aktivitas. Sarana dapat berbentuk benda bergerak dan tidak bergerak dan umumnya
berbentuk kecil dan bisa dipindah-pindah. Sedangkan, prasarana merupakan segala
sesuatu yang menunjang secara langsung atau tidak langsung segala jenis sarana.
Umumnya prasarana dimiliki dan dibangun oleh organisasi atau perusahaan dalam
bentuk benda tidak bergerak.
Sarana prasarana di kantor sudah lama tidak diperbarui seperti terbatasnya jumlah
komputer yang ada di bidang padahal sangat penting untuk penggunaan aplikasi Satu
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan. Keperluan menginput data ke dalam
aplikasi tersebut memerlukan akun yang terhubung ke satu komputer. Hanya saja
kelemahan dari aplikasi tersebut tidak bisa memuat beberapa akun dalam satu
komputer. Komputer yang diperlukan untuk menginstal aplikasi harus dengan spek
RAM minimal 4GB, padahal bidang Sarana Prasarana, Data, Peningkatan SDM,
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Ikan hanya memiliki 2 set komputer saja
2. Pengarsipan data masih dalam bentuk fisik
Pengarsipan adalah sebuah proses dan cara dimana informasi dalam bentuk
dokumen disimpan dengan aman dalam jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh
hukum. Dokumen dapat diarsipkan dalam berbagai format dan di berbagai perangkat.
Pengarsipan merupakan sesuatu kegiatan yang penting selama suatu organisasi masih
menjalankan kegiatan opersionalnya, baik kegiatan rutin maupun pengembangan.
Arsip mempunyai fungsi dan peranan penting dalam proses penyajian informasi bagi
pimpinan organisasi untuk membuat keputusan dan merumuskan sebuah kebijakan.
Pengelolaan arsip bisa dilakukan baik secara manual maupun menggunakan
komputer agar menjadi suatu informasi yang dapat dipakai sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Penataan arsip yang baik dan benar baik akan mempermudah
dalam penemuan kembali, sehingga ketika arsip dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan, arsip tersebut dapat segera ditemukan. Adapun pengarsipan data di bidang
penulis khususnya seksi Pengolahan dan Pemasaran masih berupa fisik. Padahal
penting untuk membuat cadangan agar jika sewaktu-waktu berkas hilang maka masih
ada file di pencadangan digital.
3. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang cara budidaya ikan yang baik (CBIB)
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mengeluarkan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
KEP.02/MEN/2007 tentang cara budidaya ikan yang baik dengan maksud untuk
mengatur kegiatan pembudidayaan ikan bagi pembudidaya agar menerapkan cara
budidaya ikan yang baik seperti memberikan acuan secara teknis sebagai persyaratan
yang harus diperhatikan dengan baik dan benar bagi Auditor cbib, kelompok budidaya
ikan dan pelaku usaha lainnya.
Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) adalah cara memelihara dan/atau
membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga
memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan
memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan dan bahan kimia serta bahan biologis.
Di Kabupaten Barito Timur, masyarakat umumnya hanya mengetahui budidaya ikan
cukup dengan membesarkan ikan, memberi makan dan panen. Padahal ada aturan dan
langkah-langkah tertentu yang harus diperhatikan oleh pembudidaya agar
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil budidaya ikan.
4. Pemasaran ikan hasil tangkapan dan budidaya masih dikuasai mafia dari provinsi
tetangga sehingga harga beli di pasar lokal tergolong tinggi
Hasil tangkapan dan budidaya ikan harus dipasarkan dalam keadaan segar. Rantai
pemasaran ikan terdiri dari nelayan/pembudidaya – pengepul – pengecer – konsumen
akhir. Sayangnya di Kabupaten Barito Timur rantai pemasaran ikan ini dikuasai oleh
pihak lain yang mendominasi. Dimana hasil tangkapan nelayan/pembudidaya dibeli
oleh oknum dalam jumlah besar, dibawa ke pelelangan terdekat yang ada di Provinsi
tetangga khususnya Kalimantan Selatan kemudian dijual kembali ke pedagang ikan
yang ada di Kabupaten Barito Timur. Hal inilah yang membuat harga jual ikan kepada
masyarakat Kabupaten Barito Timur melambung tinggi.
5. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pemasaran hasil olahan ikan untuk
meningkatkan daya saing produk.
Beberapa orang tidak suka makan ikan dalam bentuk utuh dan cenderung menyukai
makanan siap saji. Produk perikanan yang sudah diolah dapat meningkatkan nilai jual
dan memperpanjang usia produk saat bahan baku ikan melimpah. Misalnya nugget
ikan, proses pengemasan produk ini dimulai dari bahan ikan diolah kemudian
dilakukan proses vakum agar pengemasan makanan menjadi kedap udara. Setelah itu
dilakukan penyimpanan dalam lemari pendingin. Ini merupakan potensi untuk
mengembangkan usaha pengolahan ikan. Ditambah lagi, saat ini dukungan pemerintah
terhadap usaha kecil menengah (UMKM) dan akses pemasaran melalui internet dan
media sosial terbuka lebar. Karena itulah perlu adanya pengolahan hasil perikanan baik
secara tradisional (penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan, dan
fermentasi) maupun secara modern (pengalengan dan pembekuan). Sebab, proses
pengolahan dari bahan baku utuh hingga menjadi produk ikan siap konsumsi akan
meningkatkan nilai tambah produk itu sendiri.
Di Kabupaten Barito Timur produk hasil olahan ikan masih belum beragam, bahkan
jikapun ada masyarakat yang mencoba membuat ragam hasil olahan perikanan, secara
tampilan kemasan masih kurang menarik. Kemasan merupakan magnet dan penentu
konsumen dalam mempercayai dan memilih produk yang akan dibeli. Tampilan
kemasan menjadi salah satu point penting dalam peningkatan daya saing produk
perikanan.
Unit pengolahan ikan (UPI) di Indonesia didominasi skala mikro, kecil dan
menengah yang jumlahnya sampai 99 persen. Pelaku usaha skala ini cenderung tidak
menganggap kemasan punya peran krusial dalam upaya penyerapan produk oleh pasar.
Tugas ASN yang merupakan bagian dari pemerintah untuk terus melakukan
penyadaran, sosialisasi, pembinaan dan bimbingan kepada pelaku usaha terutama skala
usaha mikro kecil terkait pentingnya kemasan, sertifikasi, dan izin edar.
Berdasarkan isu aktual yang telah teridentifikasi, selanjutnya dilakukan proses
pemilihan isu dengan analisis kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan dan Kelayakan
(APKL). Teknik APKL yang dibuat adalah teknik yang digunakan untuk menentukan
kelayakan suatu masalah dengan memperhatikan empat faktor, diantaranya sebagai
berikut:
1. Aktual (A), yaitu isu tersebut masih dibicarakan atau belum terselesaikan hingga masa
sekarang;
2. Problematik (P), yaitu isu yang menyimpang dari harapan standar, ketentuan yang
menimbulkan kegelisahan yang perlu segera dicari penyebab dan pemecahannya;
3. Kekhalayakan (K), yaitu isu yang diangkat secara langsung menyangkut hajat hidup
orang banyak dan bukan hanya untuk kepentingan seseorang atau sekelompok kecil
orang;
4. Layak (L), yaitu isu yang masuk akal (logis), pantas, realistis dan dapat dibahas sesuai
dengan tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab hingga akhirnya diangkat menjadi
isu yang prioritas.

Tabel 1. Analisis Isu Berdasarkan Kriteria APKL


Faktor
Rangking
Isu A P K L Total Nilai
Sarana prasarana di kantor
sudah lama tidak diperbarui 5 4 4 3 16 4
dan ditambah
Pengarsipan data yang
5 5 5 5 20 1
masih dalam bentuk fisik
Minimnya pengetahuan
masyarakat tentang cara
5 4 4 4 17 3
budidaya ikan yang baik
(CBIB)
Pemasaran ikan hasil
tangkapan dan budidaya
4 4 3 3 14 5
masih dikuasai mafia dari
provinsi tetangga.
Minimnya pengetahuan
masyarakat tentang
pemasaran hasil olahan ikan 5 4 4 5 18 2
untuk meningkatkan daya
saing produk
(5=Memenuhi Syarat; 4=Cukup Memenuhi Syarat; 3=Netral; 2=Kurang Memenuhi
Syarat; 1 = Tidak Memenuhi Syarat
Dalam menentukan prioritas masalah, penulis juga menggunakan analisis USG
sebagai alat untuk mengetahui isu mana yang menjadi paling prioritas dengan
menggunakan kriteria Urgency (U), Seriousness (S), Growth (G) atau yang biasa disebut
identifikasi USG

Tabel 2. Teknik USG


Kriteria
Isu Prioritas
U S G
Sarana prasarana di kantor sudah lama
3 2 3 4
tidak diperbarui dan ditambah
Pengarsipan data yang masih dalam
5 4 5 1
bentuk fisik
Minimnya pengetahuan masyarakat
tentang cara budidaya ikan yang baik 4 3 3 3
(CBIB)
Pemasaran ikan hasil tangkapan dan
budidaya masih dikuasai mafia dari 3 2 2 5
provinsi tetangga.
Minimnya pengetahuan masyarakat
tentang pemasaran hasil olahan ikan 5 4 4 2
untuk meningkatkan daya saing produk
Interval penentuan prioritas:
Angka 1: sangat tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 2: tidak mendesak/gawat dan dampak;
Angka 3: cukup mendesak/gawat dan dampak;
Angka 4: mendesak/gawat dan dampak;
Angka 5: sangat mendesak/gawat dan dampak
BAB III
PENETAPAN ISU TERPILIH DAN GAGASAN KREATIF

Berdasarkan hasil analisis menggunakan APKL dan USG, isu yang menjadi
prioritas adalah Pengarsipan data yang masih dalam bentuk fisik. Isu ini menjadi yang
utama karena setiap kali ada permintaan informasi dari Pemerintah Provinsi ataupun
Kementerian Kelautan Perikanan, mengharuskan membuka kembali tumpukan arsip yang
tersimpan di lemari. Pengarsipan dokumen di bidang penulis khususnya seksi Pengolahan
dan Pemasaran masih berupa fisik dan belum tertata dengan baik. Padahal penting untuk
membuat cadangan agar jika sewaktu-waktu berkas hilang maka masih ada file di
pencadangan digital. Dokumen dapat diarsipkan dalam berbagai format dan di berbagai
perangkat. Meskipun suatu dokumen berstatus tidak aktif, namun dokumen itu dapat
diaktifkan kembali. Dokumen yang belum diarsipkan dengan baik berpotensi besar untuk
hilang selamanya. Selain itu, dokumen yang belum diarsipkan akan menjadi sangat sulit
untuk ditemukan khususnya apabila dokumen itu sangat dibutuhkan. Dokumen yang
dikelola dengan sistem pengarsipan yang baik akan menjadi sarana pencegahan kehilangan
dan juga memungkinkan pengambilan kembali dokumen dengan cepat.
Gagasan kreatif yang dapat saya lakukan untuk menyelesaikan isu tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Mengklasifikasikan dokumen menurut jenisnya
2. Membuat penataan atau pengelolaan penyimpanan arsip data
3. Merancang pembuatan penyimpanan berbasis digital melalui Google Drive
4. Melakukan proses digitalisasi dokumen dengan memproses dokumen menjadi softfile
(scan ke pdf)
5. Melakukan sosialisasi inovasi penggunaan penyimpanan digital dengan memberikan
penjelasan dan praktik penggunaan berkas ke Google Drive
Dokumen yang belum diarsipkan dengan baik berpotensi besar untuk hilang
selamanya. Selain itu, dokumen yang belum diarsipkan akan menjadi sangat sulit untuk
ditemukan khususnya apabila dokumen itu sangat dibutuhkan. Dokumen yang dikelola
dengan sistem pengarsipan yang baik akan menjadi sarana pencegahan kehilangan dan juga
memungkinkan pengambilan kembali dokumen dengan cepat. Sejalan dengan program
pemerintah saat ini dimana ASN professional dituntut untuk terampil, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi agar pembangunan sumber daya manusia semakin meningkat.

Anda mungkin juga menyukai