Disusun oleh:
KELAS 4A
2023
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2
BAB I……………………………………………………………………………………3
PENDAHULUAN………………………………………………………………………3
A. Latar belakang…………………………………………………………………..4
B. Rumusan masalah……………………………………………………………….4
C. Metode penelitian ………………………………………………………………4
BAB II…………………………………………………………………………………..5
PEMBAHASAN……………………………………………………………………......5
1. Perkebunan kelapa sawit di kabupaten bengkayang............................................5
2. Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten
bengkayang...........................................................................................................7
3. Pengelolaan buah kelapa sawit yang perkelanjutan di kabupaten bengkayang...9
4. Dampak sosial dan masyarakat di kabupaten
bengkayang……………………..12
BAB
III............................................................................................................................15
PENUTUP......................................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
3
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkebunan kelapa sawit di kabupaten bengkayang
2. Bagaimana Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di
kabupaten bengkayang
3. Bagaimana Pengelolaan buah kelapa sawit yang perkelanjutan di kabupaten
bengkayang
4. Bagaimana dampak sosial dan masyarakat di kabupaten bengkayang
C. Metode penelitian
Peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana metode penelitian
kualitatif adalah penelitian bersifat deskriptif dan cendrung mengunakan
analisis.penelitian ini membahas tentang analisis dampak dari perkebunan dan
pengelolaan buah kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten bengkayang.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
ini, petani dapat memperoleh pendapatan dari hasil panen kelapa sawit, yang akan
berdampak pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan mereka.
Perkebunan kelapa sawit menjadi sumber utama penciptaan lapangan kerja di
Kabupaten Bengkayang. Kegiatan perkebunan melibatkan berbagai tahapan
seperti penanaman bibit, pemeliharaan, penjarangan, panen, serta pengolahan
buah kelapa sawit. Semua tahapan ini membutuhkan tenaga kerja yang signifikan,
baik dalam skala perusahaan maupun skala petani.Dengan adanya perkebunan
kelapa sawit, lapangan kerja tersedia bagi masyarakat setempat. Hal ini
membantu mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan rumah
tangga, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perkebunan kelapa sawit juga memberikan dampak pada sektor pendukung
ekonomi di Kabupaten Bengkayang. Keberadaannya mendorong pertumbuhan
sektor lain seperti perdagangan, transportasi, industri pengolahan, dan jasa-jasa
pendukung lainnya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit membutuhkan pasokan
barang dan jasa dari sektor-sektor tersebut, menciptakan peluang bisnis dan
peningkatan ekonomi.
Perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan
dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkayang secara keseluruhan. Dengan
adanya perkebunan kelapa sawit, pendapatan perusahaan dan petani akan
meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
investasi, konsumsi, dan aktivitas ekonomi lainnya.
Perkebunan kelapa sawit juga dapat mendorong diversifikasi ekonomi di
Kabupaten Bengkayang. Selain menghasilkan buah kelapa sawit, perkebunan ini
juga dapat menghasilkan produk turunan seperti minyak kelapa sawit, sabun,
kosmetik, dan bahan baku industri lainnya. Diversifikasi ini memberikan peluang
bagi pengembangan industri pengolahan lokal, yang dapat menciptakan nilai
tambah dan meningkatkan pendapatan.
Pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit biasanya diikuti oleh
pengembangan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas pendukung
lainnya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit sering kali berinvestasi dalam
pembangunan infrastruktur ini untuk mempermudah transportasi dan distribusi
hasil panen. Pengembangan infrastruktur ini akan membuka aksesibilitas ke
daerah sekitar perkebunan, meningkatkan konektivitas dan memperkuat basis
ekonomi lokal.
Perkebunan kelapa sawit juga menyediakan bahan baku bagi industri hilir,
seperti industri pengolahan minyak kelapa sawit, pabrik pengolahan sabun,
industri makanan dan minuman, serta industri bioenergi. Dengan adanya
perkebunan kelapa sawit, industri-industri ini memiliki pasokan yang stabil dan
berkelanjutan, yang berkontribusi pada pertumbuhan sektor industri di Kabupaten
Bengkayang.
6
2. Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten
bengkayang
7
menjaga kualitas air, menyimpan karbon, serta mempengaruhi siklus air dan iklim
mikro. Hilangnya lahan basah akibat konversi menjadi perkebunan kelapa sawit
dapat mengurangi fungsi ekologis ini dan berdampak negatif pada ekosistem lokal.
emisi GRK yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit dan kontribusinya
terhadap perubahan iklim global di Kabupaten Bengkayang sebagai berikut:
1. Emisi GRK dari Pembukaan Lahan:
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering melibatkan
deforestasi, yang menghasilkan emisi GRK. Proses ini melibatkan pembakaran dan
penguraian biomassa, yang melepaskan karbon dioksida (CO2) ke
atmosfer.Konversi lahan hutan atau lahan alami menjadi perkebunan kelapa sawit
juga menghasilkan emisi GRK karena perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
Misalnya, jika lahan yang sebelumnya menyerap karbon dioksida digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit, maka kemampuannya dalam menyerap karbon berkurang
atau hilang.
8
deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan proses pertanian dalam perkebunan
kelapa sawit dapat mempengaruhi tingkat emisi secara regional dan global. Emisi
GRK yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit, bersama dengan sektor
lainnya, berkontribusi pada peningkatan pemanasan global. Pemanasan global
dapat memiliki dampak yang luas, seperti perubahan pola cuaca, peningkatan suhu
rata-rata, peningkatan tinggi permukaan air laut, dan perubahan ekosistem.
2. Keberlanjutan Ekonomi:
mendorong diversifikasi ekonomi di daerah perkebunan kelapa sawit. Dengan
mengembangkan sektor lain yang berkelanjutan, seperti pertanian organik,
pariwisata berkelanjutan, atau industri pengolahan lokal, masyarakat dapat
mengurangi ketergantungan mereka pada perkebunan kelapa sawit dan
meningkatkan keberlanjutan ekonomi.membantu meningkatkan kesejahteraan
petani kecil yang berkontribusi pada produksi kelapa sawit. Dengan
memberikan akses ke pasar yang adil, pendidikan, pelatihan, dan dukungan
teknis, petani kecil dapat meningkatkan hasil panen mereka dan memperoleh
pendapatan yang lebih baik.
9
5. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca:
penggunaan energi terbarukan di perkebunan kelapa sawit, seperti energi
surya atau biomassa. Ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang
dihasilkan dari kegiatan produksi dan pengolahan kelapa sawit.pengelolaan
limbah kelapa sawit yang efisien, termasuk penggunaan biogas dari limbah
cair dan padat sebagai sumber energi. Hal ini membantu mengurangi emisi gas
rumah kaca serta memberikan manfaat ekonomi melalui pemanfaatan energi
terbarukan.
10
2) Restorasi Hutan dan Rehabilitasi Lahan: Melalui program restorasi hutan dan
rehabilitasi lahan, upaya dapat dilakukan untuk mengembalikan lahan yang
sebelumnya ditebang menjadi hutan yang sehat dan memulihkan fungsi
ekosistemnya. Penanaman kembali vegetasi asli, termasuk pohon-pohon yang
endemik dan penting bagi keanekaragaman hayati, dapat dilakukan untuk
mengembalikan kondisi alami.
3) Perlindungan Habitat dan Koridor Ekologis: Penting untuk memastikan adanya
perlindungan habitat dan koridor ekologis yang menghubungkan berbagai area
hutan yang tersisa. Hal ini memungkinkan pergerakan satwa liar dan menjaga
keberlanjutan ekosistem. Perlindungan habitat ini dapat melibatkan pengaturan
batasan perkebunan dan pembangunan infrastruktur yang mempertimbangkan
kebutuhan satwa liar.
4) Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan: Penerapan teknologi yang ramah
lingkungan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit dapat membantu
mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya alam. Contohnya,
penggunaan sistem irigasi yang efisien, penggunaan pupuk organik, dan
pengendalian hama yang terpadu dapat mengurangi risiko pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
5) Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan: Mendorong perkebunan kelapa sawit
untuk mendapatkan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan, seperti RSPO
(Roundtable on Sustainable Palm Oil), dapat memberikan insentif untuk
menerapkan praktik yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada konservasi
sumber daya alam. Sertifikasi ini memastikan bahwa produksi kelapa sawit
dilakukan dengan memenuhi standar lingkungan, sosial, dan ekonomi yang
ditetapkan.
6) Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Melalui pendidikan dan kesadaran
masyarakat, penting untuk mengedukasi dan melibatkan masyarakat lokal,
petani, dan pekerja perkebunan dalam upaya konservasi sumber daya alam.
Memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya perlindungan hutan,
keanekaragaman hayati, dan pengelolaan yang berkelanjutan dapat mendorong
partisipasi aktif dalam upaya konservasi.
11
biogas. Dengan demikian, limbah padat dapat dimanfaatkan secara efisien dan
mengurangi dampak lingkungan.
Irigasi yang Efisien: Menerapkan sistem irigasi yang efisien dan presisi untuk
mengoptimalkan penggunaan air. Dengan mengurangi konsumsi air yang
berlebihan, dapat mengurangi tekanan pada sumber daya air lokal dan
menghindari penurunan tingkat air tanah.
Pemupukan yang Tepat: Menggunakan pupuk secara tepat sesuai kebutuhan
tanaman dengan mempertimbangkan analisis tanah dan rekomendasi
pemupukan. Ini membantu menghindari penggunaan pupuk yang berlebihan
yang dapat mencemari tanah dan sumber air.
Pengendalian Hama dan Penyakit yang Terpadu: Menerapkan pendekatan
pengendalian hama dan penyakit yang terpadu (integrated pest management)
dengan menggunakan metode biologi, mekanik, dan kultur teknis. Mengurangi
ketergantungan pada pestisida kimia dapat mengurangi risiko pencemaran dan
dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati.
1. Relokasi Masyarakat:
untuk mengidentifikasi masyarakat lokal yang akan direlokasi akibat
pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini melibatkan pemetaan dan
pemahaman mengenai wilayah yang terdampak dan masyarakat yang tinggal di
12
area tersebut.dampak relokasi terhadap mata pencaharian masyarakat lokal.
Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat mengubah atau
menghilangkan sumber mata pencaharian tradisional, seperti pertanian subsisten
atau berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Dampak ini harus dievaluasi dan
solusi alternatif yang berkelanjutan harus dicari.
keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses relokasi. Upaya harus
dilakukan untuk memastikan bahwa keputusan dan proses relokasi melibatkan
masyarakat secara aktif, melalui dialog terbuka, diskusi, dan pengambilan
keputusan yang adil dan transparan.
2. Konflik Sosial:
potensi konflik sosial yang mungkin timbul akibat relokasi masyarakat. Ini
melibatkan pemetaan aktor-aktor yang terlibat, perbedaan kepentingan, dan
konflik yang mungkin timbul terkait dengan hak atas tanah, akses ke sumber
daya, atau kompensasi yang adil. penanganan konflik yang efektif. Pendekatan
yang inklusif dan berbasis dialog harus dipromosikan untuk mencari solusi yang
dapat diterima oleh semua pihak terkait. Hal ini melibatkan upaya negosiasi,
mediasi, dan pencarian kesepakatan bersama.pengelolaan hubungan dengan
masyarakat secara keseluruhan. Komunikasi yang efektif, partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan pelibatan dalam manfaat
ekonomi dapat membantu mengurangi potensi konflik sosial dan membangun
kepercayaan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit dan masyarakat lokal.
upaya pemulihan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan
pemerintah setempat untuk membantu masyarakat dalam mengatasi dampak
negatif relokasi. Upaya ini dapat mencakup penyediaan pelatihan keterampilan.
13
kerja, atau upah yang rendah, maka kesejahteraan masyarakat lokal dapat
terganggu.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hilangnya Hutan dan Habitat Alami: Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit
di Kabupaten Bengkayang telah menyebabkan hilangnya hutan alami dan habitat alami
yang penting bagi keanekaragaman hayati. Dampak ini dapat mengancam spesies
endemik dan mengurangi keberlanjutan ekosistem lokal.
Penurunan Kualitas Air dan Tanah: Penggunaan pupuk dan pestisida dalam
perkebunan kelapa sawit dapat mencemari air tanah dan sungai di sekitarnya. Hal ini
dapat mengurangi kualitas air dan tanah serta berdampak negatif pada ekosistem air
dan kehidupan organisme di dalamnya.
Upaya Konservasi dan Mitigasi: Untuk mengurangi dampak negatif perkebunan kelapa
sawit terhadap sumber daya alam di Kabupaten Bengkayang, diperlukan upaya
konservasi dan mitigasi yang efektif. Langkah-langkah seperti perlindungan dan
pemulihan hutan yang hilang, pengelolaan limbah yang baik, penggunaan teknologi
yang ramah lingkungan, dan partisipasi masyarakat lokal dapat membantu mengurangi
dampak negatif dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.
penting untuk menyadari bahwa dampak perkebunan kelapa sawit dapat bervariasi
tergantung pada faktor-faktor seperti praktik pengelolaan, kebijakan, dan kondisi lokal
di Kabupaten Bengkayang.
15
DATAR PUSTAKA
Boedhihartono, A.K., Sayer, J., & Kusumanto, T. (2014). Pengentasan kemiskinan dan hutan
di Indonesia. Dalam Pengurangan Kemiskinan Berkelanjutan di Daerah yang Kurang
Diuntungkan (hlm. 263-290). Peloncat.
"Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Deforestasi dan Keanekaragaman Hayati:
Sebuah Tinjauan" - Purbaya et al. (2019)
"Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati dan Kualitas
Lingkungan: Studi Kasus di Kalimantan Barat, Indonesia" - Dinata et al. (2018)
"Dampak Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia" - Carlson et al. (2012)
"Dampak Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati" - Koh dan
Wilcove (2008)
"Dampak Ekspansi Kelapa Sawit terhadap Perubahan Lingkungan: Menempatkan Penelitian
Konservasi dalam Konteks" - Fitzherbert et al. (2008)
Dana Margasatwa Dunia (WWF). (2018). Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan.
"Dampak Ekologi Pertanian Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati dan Layanan
Ekosistem" - Edwards et al. (2010)
Inisiatif Borneo. (2017). Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan: Perjalanan Menuju
Keberlanjutan.
"Konsekuensi Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia" - Fargione et al. (2008)
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). (2014). Pertanian Berkelanjutan dan Pembangunan
Berkelanjutan: Studi Kasus Produksi Kelapa Sawit di Indonesia.
Persatuan Ilmuwan Peduli. (2018). Kartu Skor Kelapa Sawit.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). (2019). Kelapa Sawit
Berkelanjutan: Tantangan, Peluang, dan Jalan ke Depan.
Pusat Penelitian dan Konservasi Hutan Hujan Tropis (TRCRC). (2018). Minyak Kelapa
Sawit Berkelanjutan: Menyeimbangkan Konservasi dan Produksi.
"Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Hutan
Tropis Asia Tenggara" - Edwards et al. (2012)
Purwanto, R.H., Kusumawati, R., & Maryudi, A. (2019). Mata pencaharian petani kelapa
sawit dan pengentasan kemiskinan: studi kasus di Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat,
Roshetko, J.M., Kartodihardjo, H., Durst, P.B., Simula, M., & Herbohn, J. (Eds.). (2014).
Perkebunan Rakyat di Indonesia: Prospek dan Tantangan Pembangunan Daerah.
CIFOR.
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). (2021). Prinsip dan Kriteria RSPO untuk
Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan.
16
Rumboko, L., Anggoro, S., & Prayogo, H. (2016). Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di
pinggiran perkebunan kelapa sawit: Studi kasus dari Kalimantan Barat, Indonesia.
Hutan, Pohon dan Mata Pencaharian, 25(1), 1-14.
Suhartini, T., & Utomo, N.B. (2018). Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap
Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal: Studi Kasus di Kalimantan Barat,
Indonesia. Jurnal Pembangunan dan Kerjasama Internasional, 24(3), 53-70.
Tautan: http://www.theborneoinitiative.org/sustainable-palm-oil-the-journey-towards-
sustainability/
17