Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS DAMPAK DARI PERKEBUNAN DAN PENGELOLAAN BUAH KELAPA

SAWIT TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DI KABUPATEN BENGKAYANG

Dosen pengampu : M Wawan Gunawan,SE, ME.

Disusun oleh:

Wafiq azizah :12103042

Siti anisa :12103011

KELAS 4A

PRODI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONTIANAK

2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2
BAB I……………………………………………………………………………………3
PENDAHULUAN………………………………………………………………………3
A. Latar belakang…………………………………………………………………..4
B. Rumusan masalah……………………………………………………………….4
C. Metode penelitian ………………………………………………………………4
BAB II…………………………………………………………………………………..5
PEMBAHASAN……………………………………………………………………......5
1. Perkebunan kelapa sawit di kabupaten bengkayang............................................5
2. Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten
bengkayang...........................................................................................................7
3. Pengelolaan buah kelapa sawit yang perkelanjutan di kabupaten bengkayang...9
4. Dampak sosial dan masyarakat di kabupaten
bengkayang……………………..12
BAB
III............................................................................................................................15
PENUTUP......................................................................................................................15
KESIMPULAN...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kabupaten Bengkayang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.


Kabupaten ini memiliki luas wilayah sekitar 5.957,48 km² dan terbagi menjadi 18
kecamatan. Kabupaten Bengkayang memiliki populasi yang beragam, dengan
mayoritas penduduknya berasal dari suku Dayak.
Secara geografis, Bengkayang memiliki potensi alam yang kaya, terutama
dalam sektor pertanian dan perkebunan. Salah satu komoditas unggulan yang
mendominasi sektor ekonomi daerah adalah perkebunan kelapa sawit. Perkebunan
kelapa sawit di Bengkayang telah menjadi salah satu penggerak utama dalam
pertumbuhan ekonomi daerah.
Namun,selain sisi positif bagisosial ekonomi masyarakat, pembangunan
perkebunan kelapa sawit dan pertanian juga memiliki dampak negatif. Perubahan itu
tampak pada mulai hilangnya marwah institusi lokal (lembaga adat) masyarakat lokal.
Masyarakat lebih berpikir pragmatis dan hedonis, tata cara hidup tidak lagi merujuk
pada tata aturan adat budaya setempat.
Perkebunan kelapa sawit juga mempengaruhi hingga ke institusi keluarga,
komunikasi orang tua dan anak sudah mulai berkurang. Pendidikan di keluarga lebih
didominasi oleh teknologi dan media (media masa maupun media sosial) dari pada
orang tuanya sendiri.
Dampak negatif masuknya bisnis perkebunan kelapa sawit juga terjadi pada
aspek lingkungan. Dahulunya masyarakat adat dalam memenuhi hidupnya bergantung
kepada alam dan hutan, termasuk berinteraksi dengan penciptanya “Jubata”,
dipercaya bahwa keseimbangan alam merupakan media berkomunikasi dengan
penciptanya. Saat ini hutan adat, berfungsi hutan lindung telah berubah menjadi
hamparan kebun kelapa sawit.
Gelombang perkebunan sawit tidak mampu dibendung oleh masyarakat lokal
maupun Pemerintah Daerah. Investasi perkebunan kelapa sawit sudah menjangkau
pemilik modal besar dan pejabat-pejabat. Pemilik agribisnis kelapa sawit lebih
didominasi pemilik modal besar berkolaborasi dengan pemerintah pusat, walaupun
ada juga pejabat daerah yang memiliki lahan kelapa sawit. Masyarakat lokal telah
merasakan perubahan sosial dan ekonomi, meningkatnya pendapatan asli daerah,
tidak diiringi pemerataan bagi masyarakat lokal.

3
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana perkebunan kelapa sawit di kabupaten bengkayang
2. Bagaimana Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di
kabupaten bengkayang
3. Bagaimana Pengelolaan buah kelapa sawit yang perkelanjutan di kabupaten
bengkayang
4. Bagaimana dampak sosial dan masyarakat di kabupaten bengkayang

C. Metode penelitian
Peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yang mana metode penelitian
kualitatif adalah penelitian bersifat deskriptif dan cendrung mengunakan
analisis.penelitian ini membahas tentang analisis dampak dari perkebunan dan
pengelolaan buah kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten bengkayang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkebunan kelapa sawit di kabupaten bengkayang


Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Bengkayang Menurut Statistik
Perkebunan Indonesia, luas perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang
pada tahun 2021adalah sekitar [49 433] hektar.
Perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi penting dalam sektor ekonomi
di Kabupaten Bengkayang. Sebagai salah satu komoditas unggulan, perkebunan
kelapa sawit memberikan pendapatan bagi petani, perusahaan perkebunan, dan
pemerintah daerah melalui pajak dan royalti. Pendapatan yang dihasilkan dari
perkebunan kelapa sawit juga digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan
program pembangunan lainnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, memiliki perkebunan kelapa sawit
yang luas dan merupakan salah satu penghasil kelapa sawit yang signifikan di
wilayah tersebut. Produksi kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti luas perkebunan, iklim, teknik budidaya, dan faktor-
faktor lainnya.
Dalam suatu tahun tertentu, produksi kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang
dapat bervariasi. Produksi kelapa sawit dihitung berdasarkan jumlah buah kelapa
sawit yang dipanen dalam satu periode tertentu, biasanya dalam satuan ton atau
kilogram.pada tahun 2021 produksi kelapa sawit sebanyak (104 230) ton.
Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang juga memberikan lapangan
kerja yang signifikan bagi masyarakat setempat. Dalam siklus pertanaman kelapa
sawit, terdapat berbagai tahap pekerjaan mulai dari penanaman bibit,
pemeliharaan, penjarangan, panen, hingga pengolahan hasil kelapa sawit. Hal ini
memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat dan membantu
mengurangi tingkat pengangguran.
Perkebunan kelapa sawit memberikan kontribusi signifikan terhadap
pendapatan Kabupaten Bengkayang melalui pajak dan royalti. Pemerintah daerah
memperoleh pendapatan dari perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam bentuk
pajak seperti Pajak Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta pajak-pajak lain yang
dikenakan pada perusahaan kelapa sawit. Selain itu, pemerintah daerah juga dapat
menerima royalti sebagai imbalan atas penggunaan sumber daya alam.
Pemerintah daerah juga mendapatkan pendapatan dari izin dan perizinan yang
diberikan kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Hal ini termasuk
pendapatan dari perizinan pendirian perkebunan, izin lingkungan, serta izin-izin
lain yang diperlukan untuk operasional perusahaan kelapa sawit. Perkebunan
kelapa sawit memberikan kesempatan bagi petani lokal untuk terlibat dalam
usaha tani kelapa sawit. Petani dapat bekerja sama dengan perusahaan
perkebunan sebagai mitra atau sebagai pemilik kecil-kecilan. Melalui kemitraan

5
ini, petani dapat memperoleh pendapatan dari hasil panen kelapa sawit, yang akan
berdampak pada peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan mereka.
Perkebunan kelapa sawit menjadi sumber utama penciptaan lapangan kerja di
Kabupaten Bengkayang. Kegiatan perkebunan melibatkan berbagai tahapan
seperti penanaman bibit, pemeliharaan, penjarangan, panen, serta pengolahan
buah kelapa sawit. Semua tahapan ini membutuhkan tenaga kerja yang signifikan,
baik dalam skala perusahaan maupun skala petani.Dengan adanya perkebunan
kelapa sawit, lapangan kerja tersedia bagi masyarakat setempat. Hal ini
membantu mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan rumah
tangga, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perkebunan kelapa sawit juga memberikan dampak pada sektor pendukung
ekonomi di Kabupaten Bengkayang. Keberadaannya mendorong pertumbuhan
sektor lain seperti perdagangan, transportasi, industri pengolahan, dan jasa-jasa
pendukung lainnya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit membutuhkan pasokan
barang dan jasa dari sektor-sektor tersebut, menciptakan peluang bisnis dan
peningkatan ekonomi.
Perkebunan kelapa sawit memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan
dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bengkayang secara keseluruhan. Dengan
adanya perkebunan kelapa sawit, pendapatan perusahaan dan petani akan
meningkat. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan
investasi, konsumsi, dan aktivitas ekonomi lainnya.
Perkebunan kelapa sawit juga dapat mendorong diversifikasi ekonomi di
Kabupaten Bengkayang. Selain menghasilkan buah kelapa sawit, perkebunan ini
juga dapat menghasilkan produk turunan seperti minyak kelapa sawit, sabun,
kosmetik, dan bahan baku industri lainnya. Diversifikasi ini memberikan peluang
bagi pengembangan industri pengolahan lokal, yang dapat menciptakan nilai
tambah dan meningkatkan pendapatan.
Pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit biasanya diikuti oleh
pengembangan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas pendukung
lainnya. Perusahaan perkebunan kelapa sawit sering kali berinvestasi dalam
pembangunan infrastruktur ini untuk mempermudah transportasi dan distribusi
hasil panen. Pengembangan infrastruktur ini akan membuka aksesibilitas ke
daerah sekitar perkebunan, meningkatkan konektivitas dan memperkuat basis
ekonomi lokal.
Perkebunan kelapa sawit juga menyediakan bahan baku bagi industri hilir,
seperti industri pengolahan minyak kelapa sawit, pabrik pengolahan sabun,
industri makanan dan minuman, serta industri bioenergi. Dengan adanya
perkebunan kelapa sawit, industri-industri ini memiliki pasokan yang stabil dan
berkelanjutan, yang berkontribusi pada pertumbuhan sektor industri di Kabupaten
Bengkayang.

6
2. Dampak perkebunan kelapa sawit terhadap sumber daya alam di kabupaten
bengkayang

Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang, seperti di banyak wilayah


lainnya, memiliki dampak terhadap sumber daya alam, termasuk hilangnya hutan
alami dan pengaruhnya terhadap keanekaragaman hayati. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut tentang dampak tersebut

a) Hilangnya Hutan Alami


Perkebunan kelapa sawit sering kali membutuhkan lahan yang luas untuk
ditanami kelapa sawit, yang mengakibatkan konversi lahan hutan alami menjadi
lahan perkebunan. Proses ini menyebabkan hilangnya hutan alami yang berfungsi
sebagai habitat alami bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan.Selain
deforestasi, perkebunan kelapa sawit juga dapat menyebabkan fragmentasi habitat,
di mana area hutan alami yang tersisa terpisah menjadi fragmen-fragmen kecil oleh
lahan perkebunan. Hal ini mengurangi ukuran dan kualitas habitat, membatasi
gerakan dan migrasi hewan, serta meningkatkan risiko kepunahan bagi beberapa
spesies.

b) Pengaruh Terhadap Keanekaragaman Hayati


Hilangnya hutan alami akibat perkebunan kelapa sawit mengakibatkan
kerugian keanekaragaman hayati. Banyak spesies tumbuhan dan hewan yang
tergantung pada habitat hutan alami tidak dapat bertahan hidup atau kehilangan
sumber pakan dan tempat tinggal yang penting. Akibatnya, jumlah dan keragaman
spesies dapat menurun.
Perkebunan kelapa sawit dapat mengganggu ekosistem alami yang kompleks.
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dapat merusak keberagaman
mikroorganisme tanah dan organisme lainnya yang berperan dalam fungsi
ekosistem. Penggunaan air yang intensif dalam perkebunan juga dapat
mempengaruhi ketersediaan air di lingkungan sekitarnya.
Perkebunan kelapa sawit juga dapat mengubah pola penyebaran spesies asli
dan memungkinkan masuknya spesies invasif. Spesies invasif dapat mengancam
keanekaragaman hayati dengan mengalahkan spesies asli dan merusak ekosistem
alami.
Kerusakan ekosistem akibat konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit,
termasuk hilangnya lahan basah, sungai, dan habitat alami lainnya di Kabupaten
Bengkayang, dapat memiliki dampak yang signifikan. Berikut:

c) Hilangnya Lahan Basah:


Konversi lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering melibatkan drainase dan
pengeringan lahan basah. Hal ini mengubah karakteristik hidrologi lahan basah,
yang dapat mengakibatkan penurunan muka air tanah, menurunnya kelembaban
tanah, dan mengganggu keberlanjutan ekosistem lahan basah.Lahan basah
memiliki fungsi ekologis penting, seperti menyediakan habitat bagi spesies air,

7
menjaga kualitas air, menyimpan karbon, serta mempengaruhi siklus air dan iklim
mikro. Hilangnya lahan basah akibat konversi menjadi perkebunan kelapa sawit
dapat mengurangi fungsi ekologis ini dan berdampak negatif pada ekosistem lokal.

d) Hilangnya Habitat Sungai:


Konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan risiko
erosi tanah dan sedimentasi di sungai. Praktik-praktik pertanian, seperti
penggunaan pestisida dan pupuk kimia, dapat mengganggu kualitas air sungai dan
merusak ekosistem sungai.Penggunaan air yang intensif dalam perkebunan kelapa
sawit dapat mengurangi aliran air di sungai dan mengubah pola aliran air secara
keseluruhan. Hal ini dapat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem sungai,
termasuk kehidupan akuatik dan spesies yang bergantung pada sungai sebagai
habitat.
e) Hilangnya Habitat Alami:
Konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit mengakibatkan deforestasi
dan fragmentasi habitat alami. Kehilangan hutan yang beragam dan kompleks
dapat mengurangi keanekaragaman hayati, membatasi gerakan dan migrasi hewan,
serta mengurangi ketersediaan sumber daya bagi spesies-spesies tertentu.Hilangnya
habitat alami di Kabupaten Bengkayang dapat mengancam keanekaragaman hayati.
Banyak spesies tumbuhan dan hewan yang tergantung pada habitat hutan alami,
lahan basah, dan sungai untuk kelangsungan hidupnya. Hilangnya habitat tersebut
dapat mengurangi populasi dan keragaman spesies secara keseluruhan.

emisi GRK yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit dan kontribusinya
terhadap perubahan iklim global di Kabupaten Bengkayang sebagai berikut:
1. Emisi GRK dari Pembukaan Lahan:
Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit sering melibatkan
deforestasi, yang menghasilkan emisi GRK. Proses ini melibatkan pembakaran dan
penguraian biomassa, yang melepaskan karbon dioksida (CO2) ke
atmosfer.Konversi lahan hutan atau lahan alami menjadi perkebunan kelapa sawit
juga menghasilkan emisi GRK karena perubahan penggunaan lahan yang terjadi.
Misalnya, jika lahan yang sebelumnya menyerap karbon dioksida digunakan untuk
perkebunan kelapa sawit, maka kemampuannya dalam menyerap karbon berkurang
atau hilang.

2. Emisi GRK dari Proses Pertanian:


Penggunaan pupuk dan pestisida dalam perkebunan kelapa sawit dapat
menyebabkan emisi nitrogen oksida (N2O) dan gas-gas lainnya. N2O adalah gas
rumah kaca yang memiliki potensi pemanasan global yang lebih besar
dibandingkan CO2.Proses pengolahan kelapa sawit, seperti pemanenan,
transportasi, dan pemrosesan, sering melibatkan penggunaan bahan bakar fosil,
seperti minyak diesel. Pembakaran bahan bakar fosil ini menghasilkan emisi CO2,
yang merupakan salah satu gas rumah kaca utama.
3. Kontribusi terhadap Perubahan Iklim Global:
Dalam skala besar, perkebunan kelapa sawit yang luas dapat memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan emisi GRK. Emisi GRK dari

8
deforestasi, perubahan penggunaan lahan, dan proses pertanian dalam perkebunan
kelapa sawit dapat mempengaruhi tingkat emisi secara regional dan global. Emisi
GRK yang dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit, bersama dengan sektor
lainnya, berkontribusi pada peningkatan pemanasan global. Pemanasan global
dapat memiliki dampak yang luas, seperti perubahan pola cuaca, peningkatan suhu
rata-rata, peningkatan tinggi permukaan air laut, dan perubahan ekosistem.

4. Pengelolaan buah kelapa sawit yang perkelanjutan di kabupaten bengkayang

A. prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit


sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara produksi yang berkelanjutan,
perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dalam
pengelolaan perkebunan kelapa sawit:

1. Konservasi Sumber Daya Alam:


pengelolaan tanah yang baik, termasuk pencegahan erosi, pemeliharaan
kesuburan tanah, dan keseimbangan mikroorganisme tanah. Hal ini penting
untuk menjaga produktivitas lahan dalam jangka panjang.Dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit, penting untuk menerapkan irigasi yang efisien,
pengelolaan drainase yang baik, dan penggunaan air secara hemat. Ini
membantu mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya air dan menjaga
ketersediaannya.

2. Keberlanjutan Ekonomi:
mendorong diversifikasi ekonomi di daerah perkebunan kelapa sawit. Dengan
mengembangkan sektor lain yang berkelanjutan, seperti pertanian organik,
pariwisata berkelanjutan, atau industri pengolahan lokal, masyarakat dapat
mengurangi ketergantungan mereka pada perkebunan kelapa sawit dan
meningkatkan keberlanjutan ekonomi.membantu meningkatkan kesejahteraan
petani kecil yang berkontribusi pada produksi kelapa sawit. Dengan
memberikan akses ke pasar yang adil, pendidikan, pelatihan, dan dukungan
teknis, petani kecil dapat meningkatkan hasil panen mereka dan memperoleh
pendapatan yang lebih baik.

3. Konservasi Biodiversitas dan Lingkungan:


mendorong pelestarian hutan dan habitat alami di sekitar perkebunan kelapa
sawit. Ini penting untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, melindungi
spesies endemik, dan menjaga keseimbangan ekosistem.Menerapkan
penggunaan pestisida yang bijaksana dan selektif dalam perkebunan kelapa
sawit membantu mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan organisme
non-target, seperti serangga yang berguna dan burung.

4. Sosial dan Kesejahteraan Masyarakat:


memperhatikan keselamatan kerja dan kondisi kerja yang layak bagi pekerja di
perkebunan kelapa sawit. Ini meliputi pelatihan,

9
5. Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca:
penggunaan energi terbarukan di perkebunan kelapa sawit, seperti energi
surya atau biomassa. Ini membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang
dihasilkan dari kegiatan produksi dan pengolahan kelapa sawit.pengelolaan
limbah kelapa sawit yang efisien, termasuk penggunaan biogas dari limbah
cair dan padat sebagai sumber energi. Hal ini membantu mengurangi emisi gas
rumah kaca serta memberikan manfaat ekonomi melalui pemanfaatan energi
terbarukan.

6. Penggunaan Pupuk dan Bahan Kimia yang Bijaksana:


penggunaan pupuk secara efisien dan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Penggunaan pupuk yang bijaksana membantu mengurangi risiko pencemaran air
dan tanah serta mengoptimalkan hasil panen.Menggunakan pendekatan
pengendalian hama dan penyakit yang terpadu (integrated pest management)
dalam perkebunan kelapa sawit membantu mengurangi ketergantungan pada
pestisida kimia. Praktik ini melibatkan penggunaan metode biologi, mekanik,
dan kultur teknis untuk mengendalikan hama dan penyakit secara efektif.

7. Transparansi dan Sertifikasi:


membantu perkebunan kelapa sawit untuk memperoleh sertifikasi kelapa sawit
berkelanjutan, seperti sertifikasi dari Roundtable on Sustainable Palm Oil
(RSPO). Sertifikasi ini memastikan bahwa produksi kelapa sawit dilakukan
dengan memenuhi standar lingkungan, sosial, dan ekonomi yang
ditetapkan.transparansi dan pelaporan yang lebih baik dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit. Ini membantu pemangku kepentingan untuk
memahami dampak lingkungan dan sosial dari produksi kelapa sawit serta
memberikan dasar untuk perbaikan berkelanjutan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dalam pengelolaan
perkebunan kelapa sawit, dapat diharapkan bahwa dampak negatif terhadap
lingkungan, perubahan iklim, dan masyarakat sekitar dapat ditekan, sambil
menjaga keberlanjutan produksi dan kesejahteraan ekonomi.

B. Dalam konteks perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang, terdapat


beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk konservasi sumber daya alam,
termasuk perlindungan dan pemulihan hutan yang hilang. Berikut adalah beberapa
upaya yang dapat dilakukan:

1) Rencana Tata Ruang Wilayah yang Berkelanjutan: Diperlukan perencanaan tata


ruang yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa perkebunan kelapa sawit
tidak mengganggu kawasan hutan yang penting dari segi konservasi. Penentuan
zona konservasi dan hutan lindung yang dijaga dengan ketat dapat membantu
melindungi habitat dan keanekaragaman hayati yang ada.

10
2) Restorasi Hutan dan Rehabilitasi Lahan: Melalui program restorasi hutan dan
rehabilitasi lahan, upaya dapat dilakukan untuk mengembalikan lahan yang
sebelumnya ditebang menjadi hutan yang sehat dan memulihkan fungsi
ekosistemnya. Penanaman kembali vegetasi asli, termasuk pohon-pohon yang
endemik dan penting bagi keanekaragaman hayati, dapat dilakukan untuk
mengembalikan kondisi alami.
3) Perlindungan Habitat dan Koridor Ekologis: Penting untuk memastikan adanya
perlindungan habitat dan koridor ekologis yang menghubungkan berbagai area
hutan yang tersisa. Hal ini memungkinkan pergerakan satwa liar dan menjaga
keberlanjutan ekosistem. Perlindungan habitat ini dapat melibatkan pengaturan
batasan perkebunan dan pembangunan infrastruktur yang mempertimbangkan
kebutuhan satwa liar.
4) Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan: Penerapan teknologi yang ramah
lingkungan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit dapat membantu
mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya alam. Contohnya,
penggunaan sistem irigasi yang efisien, penggunaan pupuk organik, dan
pengendalian hama yang terpadu dapat mengurangi risiko pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
5) Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan: Mendorong perkebunan kelapa sawit
untuk mendapatkan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan, seperti RSPO
(Roundtable on Sustainable Palm Oil), dapat memberikan insentif untuk
menerapkan praktik yang ramah lingkungan dan berkontribusi pada konservasi
sumber daya alam. Sertifikasi ini memastikan bahwa produksi kelapa sawit
dilakukan dengan memenuhi standar lingkungan, sosial, dan ekonomi yang
ditetapkan.
6) Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Melalui pendidikan dan kesadaran
masyarakat, penting untuk mengedukasi dan melibatkan masyarakat lokal,
petani, dan pekerja perkebunan dalam upaya konservasi sumber daya alam.
Memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya perlindungan hutan,
keanekaragaman hayati, dan pengelolaan yang berkelanjutan dapat mendorong
partisipasi aktif dalam upaya konservasi.

C. Langkah-langkah mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif


perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang, termasuk pengelolaan limbah
dan penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan, antara lain:

1) Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit:


Pengolahan Limbah Cair: Menerapkan sistem pengolahan limbah cair yang
efisien, seperti penggunaan sistem biofilter, anaerobik, atau aerobik. Hal ini
membantu mengurangi pencemaran air dan memastikan bahwa limbah cair yang
dihasilkan dari proses produksi kelapa sawit tidak mencemari sungai dan
sumber air lokal.
Pemanfaatan Limbah Padat: Memanfaatkan limbah padat dari perkebunan
kelapa sawit, seperti tandan kosong, serat kelapa, dan cangkang, sebagai bahan
bakar atau bahan baku untuk produksi energi terbarukan, seperti bioenergi atau

11
biogas. Dengan demikian, limbah padat dapat dimanfaatkan secara efisien dan
mengurangi dampak lingkungan.

2) Penggunaan Teknologi yang Ramah Lingkungan:

Irigasi yang Efisien: Menerapkan sistem irigasi yang efisien dan presisi untuk
mengoptimalkan penggunaan air. Dengan mengurangi konsumsi air yang
berlebihan, dapat mengurangi tekanan pada sumber daya air lokal dan
menghindari penurunan tingkat air tanah.
Pemupukan yang Tepat: Menggunakan pupuk secara tepat sesuai kebutuhan
tanaman dengan mempertimbangkan analisis tanah dan rekomendasi
pemupukan. Ini membantu menghindari penggunaan pupuk yang berlebihan
yang dapat mencemari tanah dan sumber air.
Pengendalian Hama dan Penyakit yang Terpadu: Menerapkan pendekatan
pengendalian hama dan penyakit yang terpadu (integrated pest management)
dengan menggunakan metode biologi, mekanik, dan kultur teknis. Mengurangi
ketergantungan pada pestisida kimia dapat mengurangi risiko pencemaran dan
dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati.

3) Sistem Manajemen Lingkungan:


Penilaian Dampak Lingkungan: Melakukan penilaian dampak lingkungan
secara menyeluruh sebelum melakukan ekspansi perkebunan kelapa sawit baru
atau perubahan penggunaan lahan. Hal ini membantu mengidentifikasi potensi
dampak negatif dan mengembangkan rencana mitigasi yang tepat.
Monitoring Lingkungan: Melakukan pemantauan rutin terhadap kualitas air,
kualitas tanah, dan keanekaragaman hayati di sekitar perkebunan kelapa sawit.
Ini penting untuk memantau dampak dan mengambil tindakan korektif jika
ditemukan adanya dampak negatif.
Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan: Mendorong perkebunan kelapa sawit di
Kabupaten Bengkayang untuk mendapatkan sertifikasi kelapa sawit
berkelanjutan, seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil). Sertifikasi.
5. Dampak sosial dan masyarakat di kabupaten bengkayang

A. Dampak relokasi masyarakat lokal akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa


sawit di Kabupaten Bengkayang dapat mencakup beberapa aspek, termasuk
konflik sosial yang mungkin timbul. Berikut ini adalah beberapa yang dapat
dilakukan terkait dampak tersebut:

1. Relokasi Masyarakat:
untuk mengidentifikasi masyarakat lokal yang akan direlokasi akibat
pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Hal ini melibatkan pemetaan dan
pemahaman mengenai wilayah yang terdampak dan masyarakat yang tinggal di

12
area tersebut.dampak relokasi terhadap mata pencaharian masyarakat lokal.
Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat mengubah atau
menghilangkan sumber mata pencaharian tradisional, seperti pertanian subsisten
atau berburu dan mengumpulkan hasil hutan. Dampak ini harus dievaluasi dan
solusi alternatif yang berkelanjutan harus dicari.
keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam proses relokasi. Upaya harus
dilakukan untuk memastikan bahwa keputusan dan proses relokasi melibatkan
masyarakat secara aktif, melalui dialog terbuka, diskusi, dan pengambilan
keputusan yang adil dan transparan.

2. Konflik Sosial:

potensi konflik sosial yang mungkin timbul akibat relokasi masyarakat. Ini
melibatkan pemetaan aktor-aktor yang terlibat, perbedaan kepentingan, dan
konflik yang mungkin timbul terkait dengan hak atas tanah, akses ke sumber
daya, atau kompensasi yang adil. penanganan konflik yang efektif. Pendekatan
yang inklusif dan berbasis dialog harus dipromosikan untuk mencari solusi yang
dapat diterima oleh semua pihak terkait. Hal ini melibatkan upaya negosiasi,
mediasi, dan pencarian kesepakatan bersama.pengelolaan hubungan dengan
masyarakat secara keseluruhan. Komunikasi yang efektif, partisipasi aktif
masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan pelibatan dalam manfaat
ekonomi dapat membantu mengurangi potensi konflik sosial dan membangun
kepercayaan antara perusahaan perkebunan kelapa sawit dan masyarakat lokal.

3. Dukungan dan pemulihan masyarakat:

upaya pemulihan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit dan
pemerintah setempat untuk membantu masyarakat dalam mengatasi dampak
negatif relokasi. Upaya ini dapat mencakup penyediaan pelatihan keterampilan.

B. Dalam konteks perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang, terdapat


beberapa faktor yang memengaruhi kesejahteraan masyarakat lokal. Berikut adalah
penjelasan mengenai beberapa faktor tersebut:

1. Akses dan kontrol atas sumber daya:


Salah satu faktor penting adalah akses dan kontrol masyarakat lokal terhadap
sumber daya yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit, seperti tanah, air, dan
hasil hutan. Jika masyarakat lokal memiliki akses yang terbatas atau tidak
memiliki kontrol penuh terhadap sumber daya ini, hal ini dapat mempengaruhi
kesejahteraan mereka.

2. Kondisi kerja dan upah:


Faktor lain yang memengaruhi kesejahteraan masyarakat lokal adalah kondisi
kerja dan upah yang mereka terima di perkebunan kelapa sawit. Jika kondisi kerja
buruk, seperti jam kerja yang panjang, kurangnya keselamatan dan kesehatan

13
kerja, atau upah yang rendah, maka kesejahteraan masyarakat lokal dapat
terganggu.

3. Infrastruktur dan pelayanan publik:


Ketersediaan infrastruktur dan pelayanan publik yang memadai juga berperan
penting dalam kesejahteraan masyarakat lokal. Ini meliputi akses yang baik ke
fasilitas pendidikan, perawatan kesehatan, air bersih, listrik, jalan, dan
transportasi. Jika infrastruktur dan pelayanan publik ini tidak memadai, maka
kesejahteraan masyarakat lokal dapat terhambat.

4. Dampak sosial dan budaya:


Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat memiliki dampak sosial dan
budaya yang signifikan bagi masyarakat lokal. Perubahan sosial, kehilangan
tradisi, atau konflik sosial antara masyarakat lokal dan perusahaan perkebunan
kelapa sawit dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

5. Partisipasi dan keterlibatan masyarakat:


Kesejahteraan masyarakat lokal juga terkait dengan tingkat partisipasi dan
keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan terkait perkebunan kelapa
sawit. Jika masyarakat lokal memiliki kesempatan untuk terlibat dalam proses
pengambilan keputusan, mempengaruhi kebijakan, dan mendapatkan manfaat
ekonomi dari perkebunan kelapa sawit, ini dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hilangnya Hutan dan Habitat Alami: Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit
di Kabupaten Bengkayang telah menyebabkan hilangnya hutan alami dan habitat alami
yang penting bagi keanekaragaman hayati. Dampak ini dapat mengancam spesies
endemik dan mengurangi keberlanjutan ekosistem lokal.

Perubahan Iklim: Perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Bengkayang juga memiliki


kontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, terutama melalui penebangan hutan dan
pembakaran lahan. Emisi ini dapat berkontribusi terhadap perubahan iklim global dan
pemanasan global.

Penurunan Kualitas Air dan Tanah: Penggunaan pupuk dan pestisida dalam
perkebunan kelapa sawit dapat mencemari air tanah dan sungai di sekitarnya. Hal ini
dapat mengurangi kualitas air dan tanah serta berdampak negatif pada ekosistem air
dan kehidupan organisme di dalamnya.

Relokasi Masyarakat Lokal: Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat


menyebabkan relokasi masyarakat lokal dari tanah mereka. Ini dapat menyebabkan
konflik sosial dan dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat lokal, terutama jika
mereka kehilangan akses terhadap sumber daya alam yang penting.

Upaya Konservasi dan Mitigasi: Untuk mengurangi dampak negatif perkebunan kelapa
sawit terhadap sumber daya alam di Kabupaten Bengkayang, diperlukan upaya
konservasi dan mitigasi yang efektif. Langkah-langkah seperti perlindungan dan
pemulihan hutan yang hilang, pengelolaan limbah yang baik, penggunaan teknologi
yang ramah lingkungan, dan partisipasi masyarakat lokal dapat membantu mengurangi
dampak negatif dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.

penting untuk menyadari bahwa dampak perkebunan kelapa sawit dapat bervariasi
tergantung pada faktor-faktor seperti praktik pengelolaan, kebijakan, dan kondisi lokal
di Kabupaten Bengkayang.

15
DATAR PUSTAKA

Boedhihartono, A.K., Sayer, J., & Kusumanto, T. (2014). Pengentasan kemiskinan dan hutan
di Indonesia. Dalam Pengurangan Kemiskinan Berkelanjutan di Daerah yang Kurang
Diuntungkan (hlm. 263-290). Peloncat.
"Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Deforestasi dan Keanekaragaman Hayati:
Sebuah Tinjauan" - Purbaya et al. (2019)
"Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati dan Kualitas
Lingkungan: Studi Kasus di Kalimantan Barat, Indonesia" - Dinata et al. (2018)
"Dampak Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia" - Carlson et al. (2012)
"Dampak Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati" - Koh dan
Wilcove (2008)
"Dampak Ekspansi Kelapa Sawit terhadap Perubahan Lingkungan: Menempatkan Penelitian
Konservasi dalam Konteks" - Fitzherbert et al. (2008)
Dana Margasatwa Dunia (WWF). (2018). Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan.
"Dampak Ekologi Pertanian Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Hayati dan Layanan
Ekosistem" - Edwards et al. (2010)
Inisiatif Borneo. (2017). Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan: Perjalanan Menuju
Keberlanjutan.
"Konsekuensi Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia" - Fargione et al. (2008)
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO). (2014). Pertanian Berkelanjutan dan Pembangunan
Berkelanjutan: Studi Kasus Produksi Kelapa Sawit di Indonesia.
Persatuan Ilmuwan Peduli. (2018). Kartu Skor Kelapa Sawit.
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP). (2019). Kelapa Sawit
Berkelanjutan: Tantangan, Peluang, dan Jalan ke Depan.
Pusat Penelitian dan Konservasi Hutan Hujan Tropis (TRCRC). (2018). Minyak Kelapa
Sawit Berkelanjutan: Menyeimbangkan Konservasi dan Produksi.
"Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Hutan
Tropis Asia Tenggara" - Edwards et al. (2012)
Purwanto, R.H., Kusumawati, R., & Maryudi, A. (2019). Mata pencaharian petani kelapa
sawit dan pengentasan kemiskinan: studi kasus di Kabupaten Bengkayang,
Kalimantan Barat,
Roshetko, J.M., Kartodihardjo, H., Durst, P.B., Simula, M., & Herbohn, J. (Eds.). (2014).
Perkebunan Rakyat di Indonesia: Prospek dan Tantangan Pembangunan Daerah.
CIFOR.
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). (2021). Prinsip dan Kriteria RSPO untuk
Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan.

16
Rumboko, L., Anggoro, S., & Prayogo, H. (2016). Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di
pinggiran perkebunan kelapa sawit: Studi kasus dari Kalimantan Barat, Indonesia.
Hutan, Pohon dan Mata Pencaharian, 25(1), 1-14.
Suhartini, T., & Utomo, N.B. (2018). Dampak Perkebunan Kelapa Sawit terhadap
Perkembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Lokal: Studi Kasus di Kalimantan Barat,
Indonesia. Jurnal Pembangunan dan Kerjasama Internasional, 24(3), 53-70.

Tautan: http://www.theborneoinitiative.org/sustainable-palm-oil-the-journey-towards-
sustainability/

17

Anda mungkin juga menyukai