NIM : P1337424523051
Kelas : Zapota ( Sarjana Terapan )
A. Pengertian
Konseptual Model merupakan kerangka / konsep kerja (framework). Konseptual model
asuhan kebidanan:
Suatu pedoman
Kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan
Dipengaruhi oleh filosofi bidan dan paradigma Kesehatan
1. Midwifery Care
Pelayanan Kesehatan sudah terintegrasi. Sera bergantung pada sikap social masyarakat
dan keadaan lingkungan tempat bidan bekerja. Kemajuan social ekonomi menjadi parameter
yang penting dalam pelayanan kebidanan, yang meliputi:
Perbaikan status gizi ibu dan bayi
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan
Semakin tinggi sosek masyarakat, semakin tinggi pula pemanfaatan nakes penolong
persalinan terutama bidan.
Menurunnya Angka Kematian Ibu
Menurunnya Angka Kematian Neonatus
Cakupan penanganan resiko tinggi
Cakupan pemeriksaan antenatal
Keadilan / equality dalam pelayanan, meliputi:
Pemenuhan kebutuhan klien sesuai kondisinya
Keberadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap melayani
Adanya penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan pelayanan
Keterjangkauan tempat pelayanan (biaya, lokasi, dsb)
Pelayanan kebidanan diberikan secara holistic (aspek bio-psiko-sosio-kultural-spritual)
yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Pelayanan kebidanan diberikan dengan penerapan manajemen kebidanan, yang terdiri
dari beberapa langkah, yaitu pengkajian (mengumpulkan data), penentuan diagnose,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Semua langkah perlu didokumentasikan sebagai
aspek legal dan komunikasi dalam asuhan kebidanan.
Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pelayanan yang memberikan kepuasaan klien
sesuai tingkat kepuasaan rata-rata penduduk dan penyelenggaraannya disesuaikan dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Ukuran pelayanan yang
bermutu mencakup:
Ketersediaan pelayanan kebidanan (available)
Ketepatan pelayanan kebidanan (appropriate)
Kesinambungan pelayanan kebidanan (continue)
Pelayanan yang dapat diterima oleh klien (acceptable)
Ketercapaian pelayanan kebidanan (accessible)
Keterjangkauan dari segi biaya (affordable)
Efisiensi pelayanan kebidanan (efficient)
Kualitas pelayanan kebidanan (quality)
Model midwifery care dari ICM:
Mempromosikan dan melindungi kesehatan, serta hak wanita dan bayinya
Menghargai dan mempercayai pada perempuan bahwa mereka mampu melahirkan
Mempromosikan dan mengadvokasi klien agar mendapatkan asuhan yang non-
intervensi dalam persalinan normal
Memberikan informasi dan nasihat, yang meningkatkan partisipasi dan kemampuan
pengambilan keputusan (informed decision making)
Menawarkan asuhan yang menghargai, antisipatif, dan fleksibel yang meliputi
kebutuhan perempuan, bayi, keluarga, dan komunitas
Memberdayakan perempuan untuk bertanggung jawab atas kesehatan diri dan
kesehatan keluarganya
Bidan berpraktik dengan kolaborasi dan konsultasi dengan profesional kesehatan
lainnya untuk melayani kebutuhan perempuan dan bayinya, keluarga, dan Masyarakat
Mempertahankan kompetensi dan memastikan praktik yang berbasis bukti (evidence-
based)
Menggunakan teknologi dengan tepat dan melakukan rujukan tepat waktu ketika
terjadi masalah
Secara individu dan kolektif bertanggung jawab atas pengembangan asuhan
kebidanan, mendidik generasi baru bidan dan kolega bidan dalam konsep
pembelajaran seumur hidup
2. Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan
yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan memengaruhi banyak faktor yang
bersifat lintas sectoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan,
serta perlindungan kesehatan, tidak hanya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Jargon paradigma sehat : “Gerakan pembangunan yang berwawasan kesehatan”.
Paradigma sehat mengubah cara pandang terhadap masalah kesehatan yaitu:
Secara makro: pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di
bidang kesehatan, minimal memberi sumbangan terhadap pengembangan lingkungan
dan perilaku sehat
Secara mikro: pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitative
Dasar Pemikiran Paradigma Sehat:
Hidup sehat adalah hak asasi manusia
Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang sangat menentukan kualitas SDM
(selain pendidikan & ekonomi)
Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, yaitu dengan memelihara dan
meningkatkan Kesehatan
Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati (promoai)
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan
Adanya transisi demografis dan epidemiologis, tantangan global dan regional,
perkembangan IPTEK, desentralisasi dan demokratisasi di segala bidang (perlu
peninjauan kebijakan yang ada serta perumusan paradigma baru di bidang Kesehatan)
Paradigma Sehat menuntut perubahan sikap dan orientasi (mindset) yaitu:
Kesehatan sebagai kebutuhan pasif (need) menjadi kebutuhan aktif (demand)
Kesehatan sebagai hal konsumtif menjadi investasi
Sehat bukan hal yang konsumtif melainkan suatu investasi karena menjamin
tersedianya SDM yang produksitif secara social ekonomi.
Jangka pendek (treatment) menjadi jangka panjang (pengembangan SDM)
Pelayanan medis menjadi yankes paripurna
Pelayanan Kesehatan tidak hanya medis (melibatkan sakit/penyakit), tapi yankes
paripurna yang memandang manusia secara utuh.
Yankes Fragmented menjadi integrated
Yankes tidak lagi terpecah-pecah tapi terpadu, misalnya beberapa spesialis terintegrasi
dalam satu institusi yankes.
Sehat jasmani menjadi sehat jasmani-rohani/menta dansosial
Fokus Kesehatan pada penyakit menjadi segmen pasar
Fokus Kesehatan tidak hanya pada penyakit tapi juga bergantung pada permintaan
pasar.
Sasaran masyarakat umum (public) menjadi swasta
Sasaran yankes bukan hanya masyarakat umum (yankes pada fasilitas kesehatan
umum) tapi juga swasta (yankes untuk peorangan, misal : homecare)
Urusan pemerintah menjadi urusan swasta
Subsidi pemerintah menjadi pengguna jasa
Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan public (seperti
pemberantasan penyakit menular, penkes) sedangkan keperluan lain perlu ditanggung
bersama dengan pengguna jasa.
Biaya setelah pelayanan menjadi biaya dimuka
Fungsi sosial menjadi fungsi ekonomi
Sentralisasi menjadi desentralisasi
Top down (dari atas) menjadi bottom up (aspirasi dari bawah)
Birokratis menjadi enterpreuner
Peran serta menjadi kemitraan
Masyarakat tidak sekedar ikut berperan serta tapi telah menjadi mitra.
Berdasarkan Paradigma Sehat dirumuskan visi, misi dan strategi pembangunan
Kesehatan, yaitu:
Visi Pembangunan Kesehatan : Indonesia Sehat 2025
Lingkungan strategis pembangunan kesahatan yang diharapkan adalah lingkungan
yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu:
Lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi
Tersedianya air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai
Pemukiman yang sehat
Perencanaan kawasan yang berwawasan Kesehatan
Terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas sosial dengan
memelihara nilai-nilai budaya bangsa
Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah perilaku yang :
Bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan Kesehatan
Mencegah risiko terjadinya penyakit
Melindungi diri dari ancaman penyakit dan masalah Kesehatan lain
Sadar hukum
Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat termasuk
mewujudkan safe community
Masyarakatnya memiliki kemampuan menjangkau YANKES yang bermutu dan juga
memperoleh jaminan kesehatan. YANKES bermutu termasuk YANKES dalam
keadaan darurat dan bencana, YANKES yang memenuhi kebutuhan masyarakat serta
diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi
Misi
Menggerakkan Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat
Memelihara dan Meningkatkan Upaya Kesehatan yang Bermutu, Merata, dan
Terjangkau
Meningkatkan dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025
Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
YANKES yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu:
Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi
73,7 tahun pada tahun 2025
Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 32,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 15,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025
Menurunnya Angka Kematian Ibu dari 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2005 menjadi 74 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2025
Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi
9,5% pada tahun 2025