Anda di halaman 1dari 12

Stress dan implikasinya

terhadap Pekerja di I/O


(Perilaku Organisasi)
1. Ketepatan dalam menjelaskan definisi Stress dan konsekuensi Stress.
2. Ketepatan dalam menjelaskankan Teori Stres
(Demand–Control Model, Person–Environment Fit Model)
3. Perbedaan individu dalam menghadapi Stres

4.. Ketepatan dalam menjelaskan teori Perilaku Kerja Kontraproduktif : kekerasan di tempat
kerja
Pelopor Riset “STRESS”
Dua pelopor pertama tentang Stress adalah Walter Cannon dan Hans Selye.

Cannon adalah ahli fisiologi yang mempelajari reaksi hewan dan manusia terhadap situasi berbahaya.
Dia mencatat bahwa
→ hewan dan manusia memiliki respons adaptif terhadap situasi stres
→ mereka memilih untuk melawan atau mencoba melarikan diri.

Cannon (1929) menyebut tanggapan ini sebagai reaksi (fight) lawan atau (Flight) lari
→ Cannon adalah orang pertama yang menggunakan istilah tersebut “Stress."

Hans Selye (1956, 1976) Sering disebut sebagai "bapak stres,"


→ mendefinisikan stres sebagai respons non-spesifik tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang ada.
→ Pertama kali membedakan antara stres yang baik (eustress) dan stres yang buruk (distress).
→ Selye mencatat itu eustress memberikan tantangan yang memotivasi individu untuk bekerja keras
dan mencapai tujuan mereka.
→ Sebaliknya, Distress terjadi akibat situasi stres yang terus berlanjut dan menghasilkan hasil kesehatan
negatif.
1. Definisi Stress
Stress mengacu pada proses menilai dan merespon
peristiwa-peristiwa yang kita anggap mengancam atau
menantang

▪ STRESSOR adalah suatu peristiwa atau


kondisi yang kita lihat mengancam,
menantang atau membingungkan
▪ Misalnya kemiskinan, kekayaan, ledakan,
tes psikologi, merasa kedinginan, berada di
pesawat
▪ Penilaian→ menentukan apakah hal-hal yang
tersebut kita lihat sebagai STRESSOR
▪ REAKSI STRESS → Respon emosi dan fisik
terhadap STRESSOR seperti misalnya: rapid
heartbeat, elevated cortisol levels, and crying.
Appraisal:
Choosing How to View a Situation
Questions to ask yourself when facing a possible stressor:
Is this a challenge, and will I tackle it?
Is it overwhelming, and will I give up?

Stressful event
(Hard Job interview)

THREAT CHALLENGE
APPRAISSAL
(Aduuh!! Wawancaranya (Saya bisa melalui semua
spooky!! Bikin mules interviewer yang ada

RESPON
Stress → gangguan Termotivasi, fokus
Beneficial and Harmful Stress Effects

Pengalaman singkat tentang stres bisa bermanfaat:


1. meningkatkan respon sistem kekebalan
2. memotivasi tindakan
3. focus pada prioritas
4. merasa terlibat, bersemangat, dan puas
5. memberikan tantangan yang mendorong pertumbuhan, pengetahuan, dan harga diri

Stres yang ekstrim atau berkepanjangan, menyebabkan masalah:


1. sistem koping mental dan fisik menjadi kewalahan dan dikalahkan daripada diperkuat
2. Fungsi kekebalan tubuh dan faktor kesehatan lainnya menurun karena kerusakan

The key factor is whether there is a


chance for recovery and healing.
STRESS CONSEQUENCES
2. Teori stress di tempat kerja
2.1. Demand–control model (Karasek) → The Future of Stress Management
Model teori tentang 2 factor utama yang dapat mengakibatkan stress yaitu : Tuntutan kerja dan Kontrol individu
High
Control Low Strain Active

Low Passive High


Control Strain

Low High
Job Demands
Stress, Workload and Job Control
Demand-Control Model
Tuntutan pekerjaan
Komponen dari model Tuntutan Pekerjaan mengacu pada beban kerja atau persyaratan intelektual pekerjaan.
Komponen kontrol pekerjaan
model permintaan-kontrol itu mengacu pada kombinasi dari otonomi dalam pekerjaan dan kebijakan
untuk menggunakan keterampilan yang berbeda.
2.2. Person–Environment Fit Model
 Person–job (P–J) fit → Sejauh mana keterampilan, kemampuan dan minat individu sesuai dengan tuntutan
pekerjaan tertentu
 person–organization (P–O) fit → sejauh mana nilai-nilai pegawai konsisten dengan nilai yang dipegang oleh
Sebagian besar Pelaku di organisasi

CONTOH:
Kesesuaian person–environment terjadi bila skills and abilities sesuai persyaratan kerja dan lingkungan kerja
→an introvert with a PhD in literature would be likely to have a good P–E fit with the job of university librarian
→ an extraverted MBA might have a good P–E fit with the job of sales manager.
3.Individual Differences in Resistance to Stress
 Locus of control (LOC) → suatu konstruk yang mengacu pada keyakinan individu bahwa segala sesuatu yang terjadi
pada mereka ada pada kendali mereka atau diluar kendali .
Individu dengan “ internal LOC” → outcomes adalah hasil dari personal effort, ability,
Individu dengan “external LOC” → outcomes sangat ditentukan oleh other people, luck, or fate.
CONTOH:
→ Professional athletes SANGAT PERCAYA DIRI dengan mengutarakan “success lies completely in your hands”
(i.e., they are “internals”)

HARDINESS
HARDINESS (tahan banting) adalah sekumpulan karakteristik kepribadian yang memberikan
ketahanan terhadap stres (Kobasa, 1979; Maddi, 2005).

Secara khusus, individu yang digambarkan memiliki “hardy personality" ada tiga karakteristik:
1. Mereka merasa bahwa mereka mengendalikan hidup mereka.
2. Mereka merasakan komitmen terhadap keluarga serta tujuan dan nilai pekerjaan mereka.
3. Mereka melihat perubahan yang tidak terduga sebagai tantangan dan bukan sebagai hambatan.
TABP
(The Type A Behavior Pattern)
Karakteristik inti TABP adalah tiada henti berjuang untuk menndapatkan sesuatu lebih banyak,
dalam waktu yang lebih sedikit (Friedman & Rosenman, 1974).
Pola perilaku tipe A juga dikenal sebagai coronary-prone personality (kepribadian rawan
coroner) karena kaitannya dengan penyakit jantung koroner dan serangan jantung. Individu
yang memamerkan pola perilaku ini (dikenal sebagai Tipe A) dicirikan oleh:
→ ambisi
→ ketidaksabaran
→ mudah membangkitkan permusuhan
→ urgensi waktu.
4. Kekerasan di tempat Kerja: Counterproductive Work Behavior
Fox and Spector (1999) mengutarakan tentang the frustration–aggression hypothesis yang dikaitkan dengan CWB
CWB didefinisikan sebagai PERISTIWA YANG MEMBUAT FRUSTRASI as “ situational constraints in the immediate work
situation that block individuals from achieving valued work goals or attaining effective performance”

The key to whether or not an individual engages in


destructive behavior is thought to be
the extent to which he or she believes that the obstacle
to goal attainment—and thus the
frustration—can be eliminated through constructive
behavior.

If the individual does not believe


that constructive behavior will eliminate the frustration,
then aggressive action may be taken
instead

Anda mungkin juga menyukai